Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) didalam rongga pleura
dapat setempat/mengisi seluruh rongga pleura (Ngastiyah, 1997). Empiema adalah
penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura (Diane C. Baughman,
2000). Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural (Hudak dan
Gallo, 1997).

2.2 Penyebab
1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Bronkiektasis
d. TBC paru
e. Aktinomikosis paru
f. Fistel Bronko-Pleura
2. Infeksi yang berasal dari luar paru :
a. Trauma Thoraks
b. Pembedahan thorak
c. Torasentesi pada pleura
d. Sufrenik abses
e. Amoebic liver abses
3. Bakteriologi :
a. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal
sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai
akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph
dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti
pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-
racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock
syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari
ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi
fatal.
b. Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang
selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman
pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat.
Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus
inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.

2.3 Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
1. Demam
2. Keringat malam
3. Nyeri pleural
4. Dispnea
5. Anoreksia dan penurunan berat badan
6. Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas
7. Perkusi dada, suara flatness
8. Palpasi , ditemukan penurunan fremitus
Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis
1. Emphiema akut:
a. Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
b. Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
c. Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia,
dan clubbing finger .
d. Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
e. Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah
dan nanah banyak sekali.
2. Emphiema kronis:
a. Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
b. Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
c. Pucat, clubbing finger.
d. Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
e. Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
f. Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.

2.4 Epidemologi
Penyebab empiema toraks yang paling utama adalah infeksi yang berasal dari
paru, selain itu tindakan bedah (paru dan gastroesofageal) juga merupakan faktor
predisposisi penting terjadinya empiema.9,16. Sejak ditemukannya antibiotik,
penyakit ini diperkirakan sudah jauh berkurang, namun meskipun demikian 
morbiditas maupun mortalitasnya masih cukup tinggi.3,11,13. Di bagian Paru RSU
Dr. Soetomo Surabaya tahun 2000 - 2004, dirawat sebanyak 1,07 – 1,29% penderita
dengan empiema toraks, dengan perbandingan pria : wanita = 3,4 : 1.1,2  .
Akibat kemajuan dari pemakaian obat antituberkulosa dan antibiotik
menyebabkan para dokter cenderung untuk merawat penderita empiema secara
medikamentosa, sehingga sering terjadi keterlambatan konsultasi dan tindakan bedah
yang mana hal ini mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
2.5 Patofisiologi
Akibat invasi basil piogeneik ke pleura, maka akan timbulah peradangan
akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan sel
polimorphonucleus (PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya
kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan – endapan
fibrin akan membentuk kantung–kantung yang melokalisasi nanah tersebut.
Sekresi cairan menuju celah pleura normalnya membentuk
keseimbangandengan drainase oleh limfatik subpleura. Sistem limfatik pleura
dapatmendrainase hampir 500 ml/hari. Bila volume cairan pleura melebihi
kemampuanlimfatik untuk mengalirkannya maka, efusi akan terbentuk.
Efusi parapnemonia merupakan sebab umum empiema. Pneumonia
mencetuskan respon inflamasi. Inflamasi yang terjadi dekat dengan pleura dapat
meningkatkan permeabilitas sel mesotelial, yang merupakan lapisan sel terluardari
pleura. Sel mesotelial yang terkena meningkat permeabilitasnya terhadap albumin
dan protein lainnya. Hal ini mengapa suatu efusi pleura karena infeksi kaya akan
protein. Mediator kimia dari proses inflamasi menstimulasi mesotelial untuk melepas
kemokin, yang merekrut sel inflamasi lain. Sel mesotelial memegang peranan
penting untuk menarik neutrofil ke celah pleura. Pada kondisi normal, neutrofil tidak
ditemukan pada cairan pleura. Neutrofil ditemukan pada cairan pleura hanya jika
direkrut sebagai bagian dari suau proses inflamasi. Netrofil, fagosit, mononuklear,
dan limfosit meningkatkan respon inflamasi dan mengeleluarkanmediator untuk
menarik sel-sel inflamator lainya ke dalam pleura.
Efusi pleura parapneumoni dibagi menjadi 3 tahap berdasarkan
patogenesisnya, yaitu efusi parapneumoni tanpa komplikasi, dengan komplikasi dan
empiema torakis. Efusi parapneumoni tanpa komplikasi merupakan efusi eksudat
predominanneutrofil yang terjadi saat cairan interstisiil paru meningkat selama
pneumonia.Efusi ini sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat untuk
pneumonia. Efusi parapneumoni komplikasi merupakan invasi bakteri pada celah
pleura yang mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil, asidosis cairan pleura dan
peningkatan konsentrasi LDH. Efusi ini sering bersifat steril karena bakteri biasanya
dibersihkan secara cepat dari celah pleura.Pembentukan empiema terjadi dalam 3
tahap, yaitu :
1. Fase eksudatif : Selama fase eksudatif, cairan pleura steril berakumulasisecara
cepat ke dalam celah pleura. Cairan pleura memiliki kadar WBC dan LDH yang
rendah, glukosa dan pH dalam batas normal. Efusi ini sembuh dengan terapi
antibiotik, penggunaan chest tube tidak diperlukan.
2. Fase fibropurulen : invasi bakteri terjadi pada celah pleura, dengan akumulasi
leukosit PMN, bakteri dan debris. Terjadi kecendrungan untuk lokulasi, pH dan
kadar glukosa menurun, sedangkan kadar LDH menngkat.
3. Fase organisasi : Bentuk lokulasi. Aktivitas fibroblas menyebabkan pelekatan
pleura visceral dan parietal. Aktivitas ini berkembang dengan pembentukan
perlengketan dimana lapisan pleura tidak dapat dipisahkan. Pus, yang kaya akan
protein dengan sel inflamasi dan debris berada pada celah pleura. Intervensi
bedah diperlukan pada tahap ini.
Gambaran bakteriologis efusi parapneumoni dengan kultur positif berubah
seiring berjalannya waktu. Sebelum era antibiotik, bakteri yang umumnya
didapatkan adalah Streptococcus pneumoniae danstreptococci hemolitik. Saat ini,
organisme aerob lebih sering diisolasi dibandingkan organisme anaerob.
Staphylococcus aureus dan S pneumoniae tumbuh pada 70 % kultur bakteri gram
positif aerob. Bakteriologi suatu efusi parapneumoni berhubungan erat dengan
bakteriologi pada proses pneumoni. Organisme aerob gram positif dua kali lebih
sering diisolasi dibandingkan organisme aerob gram negatif. Klebsiela,
Pseudomonas, dan Haemophilus merupakan 3 jenis organisme aerob gram negatif
yang paling sering diisolasi.
Bacteroides danPeptostreptococcus merupakan organisme anaerob yang
paling sering diisolasi. Campuran bakteri aerob dan anaerob lebih sering
menghasilkan suatu empiema dibandingkan infeksi satu jenis organisme. Bakteri
anaerob telah dikultur 36 sampai 76 % dari empiema. Sekitar 70 % empiema
merupakan suatu komplikasi dari pneumoni. Pasien dapat mengeluh menggigil,
demam tinggi, berkeringat, penurunan nafsu makan, malaise, dan batuk. Sesak napas
juga dapat dikeluhkan oleh pasien.
2.6 Pathway
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukan


adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila terjadi fibrothoraks ,
trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya
penebalan.
b. Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut
kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.
c. Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan
gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut dengan D-
shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus
ipsilateral pada gambaran posteroanterior.
d. Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan
efusi.
e. Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula
bronkopleural.
2. Pemeriksaan pus
Aspirasi pleura akan menunjukan adanya pus  di dalam rongga 
dada(pleura). Pus dipakai sebagai bahan pemeriksaan sitologi , bakteriologi,
jamur dan amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap
kepekaan antobiotik.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
a. Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema
yang terlokalisir.
b. Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang
perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
4. Pemeriksaan CT Scan
a. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.
b. Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scan
5. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi stuktural, menyatakan absesluas/infiltrate, empiema
(strafilokokus), infiltrat menyebar atau terlokalisasi (bakterial).
6. GDA /Nadi Oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
7. Tes Fungsi Paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi.
8. Pemeriksaan Gram/Kultur Sputum Dan Darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi
fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
Lebih dari satu tipe organisme ada : bakteri yang umum meliputi diplokokus
pneumonia, strafilokokus aureus, A-hemolitik streptokokus, haemophilus
influenza : CMV. Catatan: kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua
organisme yang ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
9. EKG Latihan, Tes Stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi program
latihan.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek
toksisnya.
2. Closed drainage – toracostomy water sealed drainage dengan indikasi :
a. Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
b. Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
c. Terjadinya piopneumotoraks
d. Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20
cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara
lain seperti pada empiema kronis.
3. Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga
dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal
ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya
aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus
seing mengganti atau membersihkan drain.
4. Antibiotik
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic
memegang peranan penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis
ditegakkan dan dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotik didasarkan  pada hasil
pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil
kultur dan sensitivitasnya. Antibiotik dapat diberikan secara sistematik atau
tropikal. Biasanya diberikan penisilin.
5. Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup
karena penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan
pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
6. Dekortikasi, Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :
a. Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung.
b. Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
c. Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.
7. Torakoplast
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau
tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang
iga dipotong subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam
rongga pleura karena tekanan atmosfer.
8. Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi
spesifik pada amoeboiasis, dan sebagainya.
9. Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EMPIEMA

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Umur
c. Suku/ bangsa
d. Agama
e. Alamat
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri pada dada pleuritik
b. Riwayat kesehatan sekarang : yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga
pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul
toksemia, anemia, dan clubbing finger.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru-paru
(pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
d. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau
Pneumococcus.
e. Riwayat lingkungan : rumah yang kumuh, kotor, dekat dengan sampah,
f. Riwayat psikososial : stres psikologik sehingga menurunkan imunitas tubuh.
3. Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum stiap hari,
dispnea
Tanda : Takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri,
perkusi pekak, penurunan fremits, bunyi nafas menurun/tidak ada secara
bilateral atau unilateral.
b. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernafasan, kehilangan nafsu makan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering, kehilangan tonus, berkeringat.
c. Eliminasi
BAB dan BAK teratur
d. Aktivitas
Gejala : Keletihan, kelelahan, dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemhan umum/ kehilangan massa otot,
takikardia, dispnea, nyeri
e. Istirahat dan Tidur
Gejala : Keletihan, kelelahan, dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan
Tanda : Keletihan, gelisah, pucat, lemah
f. Berpakaian
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda: pakaian pasien tidak pernah diganti, keluarga tampak memakaikan
klien pakaian
g. Rasa Nyaman
Data       : nyeri, sesak.
Tanda     : gelisah, meringis.
h. Rasa Aman
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat atau faktor-faktor
lingkungan adanya/ berulangnya infeksi.
i. Kebersihan Diri
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
j. Komuikasi dan Hubungan dengan orang lain
Gejala : Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/terhadap
pasangan/ orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena
distress pernafasan, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
k. Beribadah
Gejala: Klien lebih sering melakukan ibadah karena ingin sembuh dari
penyakitnya.
Tanda: wajah tampak lebih tenang
l. Bekerja
Gejala: Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena
distress pernafasan, tidak bisa melakukan aktivitas dengan normal
m. Rekreasi
Gejala: Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena
distress pernafasan, tidak pernak berekreasi dan lebih memilih untuk tinggal
di rumah.
n. Belajar
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kegagalan untuk
membaik
Tanda: kondisi semakin memburuk karena menggunakan erbagai obat untuk
menyembuhkan diri
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : demam, berkeringat, pucat, compos mentis, ketakutan,
gelisah, penurunan BB, dispnea, lemah.
b. Pemeriksaan TTV : RR : >24 x/mnt, Nadi : >100 x/mnt, TD : >120/70 mmHg
dan Suhu : >36,5 oC.
c. Pemeriksaan Head To Toes
a) Pemeriksaan kepala dan leher : batuk produktif, pernafasan cuping
hidung.
b) Pemeriksaan dada : nyeri pleuritik, penggunaan otot bantu pernafasan,
perkusi dada ditemukan suara flatness, palpasi ditemukan penurunan
fremitus, auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas, funnel chest.
c) Pemeriksaan abdomen : peristaltic usus < 8 x/mnt
d) Pemeriksaan ekstremitas : clubbing finger
5. Pemeriksaan Penunjang
a. foto thorak
b. kultur darah
c. USG
d. Sampel sputum
e. Torakosenstesi
f. Pemeriksaan cairan Pleura
g. Hitung sel darah dan deferensiasi
h. Protein, LDH, glucose, dan pH
i. Kultur bakteri aerob dan an aerob, mikobakteri, fungi dan mikoplasma

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum,
obesitas.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar,
ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4. Nyeri pleuritik b.d empiema
5. Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi
makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7. Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.
8. Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.
3.3 Rencana Keperawatan

MASALAH TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


NO KEPERAW
ATAN
1 Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Kaji frekuensi 1. Takipnea pernapasan
an bersihan asuhan selama 3x24 atau dangkal dan gerakan
jalan napas jam diharapakan kedalaman dada tidak simetris sering
b.d pasien dapat: pernapasan terjadi karena
peningkatan 1. Mengidentifikasi dan gerakan ketidaknyamana gerakan.
produksi atau dada. Gerakan dinding dada
sputum, menunjukkan dan cairan paru.
obesitas. perilaku 2. Auskultasi 2. Penurunan aliran darah
mencapai area paru, terjadi pada area
bersihan jalan catat area konsolidasi dengan
napas. penurunan cairan. Bunyi napas
2. Menunjukkan atau tidak ada bronchial (normal pada
jalan napas paten aliran udara bronkus) dapat terjadi
dengan bunyi dan bunyi juga pada area
napas bersih, napas konsolidasi. Krekels,
tidak ada adventisius, ronkhi, dan mengi
dispnea, sianosis. missal krekels terdengar pada inspirasi
3. Mendemonstrasi mengi. dan atau ekspirasi pada
kan batuk efektif respon terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spasme
jalan napas/obstruksi.

3. Penghisapan 3. Merangsang batuk atau


sesuai dengan pembersihan jalan napas
indikasi. secara mekanik pada
pasien yang tak mampu
melakukan karena batuk
tidak efektif atau
penurunan tingkat
kesadaran.
4. Berikan cairan 4. Cairan (khususnya yang
sedikitnya hangat) memobilisasi dan
2.500 ml/hari, mengeluarkan sekret.
tawarkan air
hangat.
5. Ajarakan 5. Batuk tidak terkontrol
metode batuk akan melelahkan klien.
efektif dan
terkontrol
6. Pemeriksaan 6. Sputum yang di periksa
sputum pasien guna untuk mengetahui
di laboratorim adanya penyakit lain
2 Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Kaji 1. Berguna dalam evaluasi
an pola napas asuhan selama 3x24 frekuensi, derajat distress
b.d dispnea, jam diharapkan kedalaman pernapasan dan atau
ansietas, pasien dapat : pernapasan. kronisnya proses
posisi tubuh. 1. Menunjukkan penyakit.
pola pernapasan 2. Catat 2. Bunyi napas mungkin
efektif, dibuktikan penggunaan redup karena penurunan
dengan status otot aksesori, aliran udara atau area
pernapasan yang napas bibir, konsolidasi.
tidak berbahaya : ketidakmamp
ventilasi dan uan bicara.
status tanda vital
2. Menunjukkan 3. Auskultasi 3. Adanya mengi
status pernapasan: bunyi napas. mengindikasikan spasme
ventilasi tidak bronkus/tertahannya
terganggu, sekret.
ditandai dengan 4. Penurunan tekanan
indikator 4. Catat area vibrasi diduga ada
gangguan sebagai penurunan pengumpulan cairan atau
berikut : aliran udara udara terjebak.
a. Kedalaman dan atau bunyi
inspirasi dan tambahan
kemudahan Palpasi
bernapas. fremitus
b. Ekspansi dada 5. Anjurkan 5. Salah satu faktor
simetris. klien untuk penyebab hiperventilasi
c. Tidak adanya tidak adalah ansietas.
penggunaanot memikirkan
ot bantu. hal-hal yang
d. Bunyi napas menyebabkan
tambahan ansietas.
tidak ada. 6. Pertimbangka 6. Meningkatkan
e. Napas pendek n penggunaan kemampuan kontrol
tidak ada kantung kertas individu terhadap proses
saat ekspirasi ekspirasi.
latih individu
bernapas
perlahan dan
efektif.
7. Pemberian 7. Agar pernapasan dapat
oksigen. berjalan dengan baik.
8. Jaga posisi 8. Posisi semifowler dapat
agar tetap mempermudah pasien
semifowler dalam bernafas efektif

3 Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau 1. Perubahan frekuensi


pertukaran asuhan selama 3X24 perubahan jantung atau TD
gas b.d jam diharapkan tanda vital. menunjukkan bahwa
perubahan pasien dapat: pasien mengalami nyeri,
membrane 1. Menyatakan nyeri khususnya bila alasan lain
kapiler- hilang/terkontrol. untuk perubahan tanda
alveolar, 2. Menunjukkan vital telah terlihat.
ketidakseimba rileks, 2. Jika tidak 2. Meningkatkan
ngan perfusi- istirahat/tidur, dan dapat berjalan, kemampuan ekspansi
ventilasi. peningkatan tetapkan suatu paru. Jika klien dalam
aktivitas dengan aturan untuk posisi duduk, kemampuan
tepat. turun dari ekspansi paru akan
3. Mencapai fungsi tempat tidur, meningkat.
paru yang duduk di kursi
maksimal. beberapa hari
4. Mengutarakan sekali.
pentingnya latihan 3. Bantu 3. Membantu drainase
paru setiap hari reposisi, postural, mencega depresi
setiap jam jika jaringan paru atau dada
mungkin. untuk pernapasan.
4. Dorong klien 4. Meningkatkan ekspansi
untuk paru dan asupan oksigen
melakukan kedalam paru dan sistem
latihan napas peredaran darah.
dalam dan
latihan batuk
terkontrol 5
kali setiap jam
4 Nyeri Setelah diberikan 1. Kaji 1. Nyeri dada, biasanya dada
pleuritik b.d asuhan keperawatan Karakteristik dalam beberapa derajat
empiema selama 3x24 jam nyeri, misal pada pneumonia seperti
diharapkan pasien tajam, pericarditis dan
dapat: konstan, endokarditis.
1. Menunjukkan ditusuk.
nyeri: efek 2. Selidiki 2. Untuk mengidentifikasi
merusak, perubahan kemajuan-kemajuan atau
dibuktikan dengan karakter/ penyimpangan dari
indikator berikut : lokasi/ sasaran yg diharapkan.
a. Penurunan intensitas
penampilan nyeri.
peran/
hubungan 3. Pantau :Suhu 3. Tindakan tersebut akan
interpersona setiap 4 jam, meningkatkan relaksasi.
b. Gangguan Hasil
kerja, pemeriksaan
kepuasaan SDP, Hasil
hidup/ kultur sputum.
kemampuan 4. Berikan 4. Analgesik membantu
untuk tindakan mengontrol nyeri dengan
mengendalika untuk memblok jalan rangsang
n diri. memberikan nyeri. Nyeri pleuritik yg
c. Penurunan rasa nyaman. berat sering kali
konsentrasi memerlukan analgetik
d. Terganggunya narkotik untuk mengontrol
tidur. nyeri lebih efektif.
e. Penurunan 5. Berikan 5. Hal tersebut merupakan
nafsu makan. analgetik tanda berkembagnya
sesuai dengan komplikasi.
anjuran untuk
mengatasi
nyeri pleuritik
jika perlu dan
evaluasi
keefektifanny
a.
6. Konsul pada 6. Antibiotik diperlukan
dokter jika untuk mengatasi infeksi,
nyeri dan efek maksimum dapat
demam tetap dicapai jika kadar obat
ada atau dalam darah konsisten dan
mungkin dapat dipertahankan.
memburuk.
7. Berikan 7. Interaksi satu obat dengan
antibiotik yang lain dapat
sesuai dengan mengurangi keefektifan
anjuran dan pengobatan
evaluasi
keefektifanny
a
5 Hypertermi Setelah diberikan 1. Pantau suhu 1. Untuk mengidentifikasi
b.d infeksi asuhan keperawatan minimal 2 jam kemajuan-kemajuan atau
saluran selama 3x24 jam sekali. penyimpangan dari
pernapasan. diharapkan pasien sasaran yg diharapkan.
dapat: 2. Pantau : 2. Perubahan frekuensi
1. Pasien akan tekanan darah, jantung atau TD
termoregulasi, nadi, menunjukkan bahwa
dibuktikan dengan pernapasan, pasien mengalami nyeri,
suhu kulit dalam aktifitas khususnya bila alasan lain
rentang normal. kejang, warna untuk perubahan tanda
2. Nadi dan kulit. vital telah terlihat.
pernapasan dalam 3. Berikan obat 3. Hal tersebut merupakan
rentang yang antipiretik tanda berkembangnya
diharapkan. sesuai dengan komplikasi.
3. Perubahan warna anjuran dan
kulit tidak ada. evaluasi
keefektifanny
a.
4. Lakukan 4. Penggunaan matras dingin
tindakan- memungkinkan terjadinya
tindakan pelepasan panas secara
untuk konduksi dan evaporasi
mengurangi (penguapan).
demam
seperti,
gunakan
matras dingin.
6 Perubahan Setelah diberikan 1. Pantau : 1. Untuk mengidentifikasi
nutrisi kurang asuhan keperawatan persentase kemajuan-kemajuan atau
dari selama 3x24 jam jumlah penyimpangan dari
kebutuhan maka pasien makanan yg sasaran yg diharapkan.
tubuh b.d diharapkan: dikonsumsi
anoreksia, 1. Menunjukkan setiap kali
intoleransi peningkatan berat makan,
makanan, badan menuju timbang BB
hilangnya tujuan yang tepat. setiap hari,
nafsu makan, 2. Menunjukkan Hasil
mual/ muntah. perilaku/perubaha pemeriksaan
n pola hidup : protein
untuk total,
meningkatkan dan albumin dan
atau osmalalitas.
mempertahankan 2. Berikan 2. Bau yg tidak
berat yang tepat. perawatan menyenangkan dapat
mulut tiap 4 mempengaruhi nafsu
jam jika makan.
sputum
tercium bau
busuk.
Pertahankan
kesegaran
ruangan
3. Berikan 3. Makanan porsi sedikit tapi
makanan sering memerlukan lebih
dengan porsi sedikit energi.
sedikit tapi
sering yg
mudah
dikunyah jika
ada sesak
napas berat.
4. Rujuk kepada 4. Ahli gizi ialah spesialisasi
ahli gizi dlm hal nutrisi yg dpt
untuk membantu pasien memilih
membantu makanan yg memenuhi
memilih kebutuhan kalori dan
makanan yg kebutuhan nutrisi sesuai
dapat dgn keadaan sakitnya,
memenuhi usia, TB & BB.
kebutuhan Kebanyakan pasien lebih
nutrisi suka mengkonsumsi
selama sakit makanan yg merupakan
panas. pilihan sendiri.

7 Ansietas b.d Setelah diberikan 1. Jelaskan 1. Mengorientasikan


nyeri asuhan keperawatan tujuan tarapi program trapi, membantu
pleuritik, dan selama 3x24 jam pada klien. menyadarkan klien untuk
ketidaktahuan pasien diharapkan 2. Ajarkan memperoleh kontrol.
. dapat : tindakan 2. Pengontrolan dipsnea
1. Mengungkapkan untuk melalui diet seimbang,
perasaan ansietas. membentu istirahat cukup dan
2. Memperagakan mengontrol aktifitas yang dapat
teknik bernapas dispnea. ditolerans.
untuk mengurangi 3. Ajarkan klien 3. Latihan napas dengan
dipsnea. melakukan spirometri insentif, latihan
latihan napas. efek paru atau latihan
posterior paru atau latihan
area iga lateral bawah.
4. Ajarkan dan 4. Memfasilitasi pengeluaran
evaluasi sekret.
teknik
drainase
postural.
5. Jelaskan 5. Mencegah infeksi, baik
bahayanya skunder maupun primer
infeksi dan yang mungkin diakibatkan
cara oleh gangguan napas.
menurunkan
resiko.
6. Ajurkan klien 6. Mencegah komplikasi
untuk yang tidak terpantau atau
melaporkan gejala yang dianggap
gejala penting normal oleh klien.
dengan
segera.
7. Ajarkan atau 7. Mencegah penggunaan
opserfasi inhaler melebihi dosis
penggunaan
nebulizer atau
inhaler dosis
terukur

8 Intoleransi Setelah diberikan 1. Jelaskan 1. Merokok, suhu ekstrim


aktivitas b.d asuhan keperawatan aktifitas dan dan stres dan
perubahan selama 3x24 jam faktor yang menyebabkan
respon pasien diharapkan: dapat fasikonstriksi pembuluh
pernapasan 1. Memperagakan meningkatkan darah dan meningkatkan
terhadap metode batuk, kebutuhan beban jantung.
aktivitas. bernapas, dan oksigen.
penghematan 2. Ajarkan 2. Mencegah penggunanan
energi yang program energi yang berlebihan.
efektif. hemat energi .
2. Mengidentifikasi 3. Buat jadwal 3. Mempertahankan
tingkat aktifitas aktifitas pernapasan lambat dengan
yang dapat di harian, tetap memperhatikan
capai atau di tingkatkan latihan fisik yang
pertahankan secara memungkinkan
secara realistis. bertahap. peningkatan otot batu
pernapasan.
4. Ajarkan 4. Meningkatkan oksigenasi
teknik nafas tanpa mengorbankan
efektif. banyak energi.
5. Pertahankan 5. Mempertahankan,
terapi oksigen memperbaiki, dan
tambahan. meningkatkan konsentrasi
oksigen darah.
6. Kaji respon 6. Respon abnormal meliputi
abnormal nadi, tekanan darah dan
setelah pernapasan yang
aktifitas. meningkat.
7. Beri waktu 7. Meningkatkan daya tahan
istirahat yang klien, mencegah kelelahan
cukup

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementsi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent (mandiri), dan
kolaboorasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah
dari petugas kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama
seperti dokter dan petugas lain.
Implementasi juga merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat. Seperti tahap-tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :
a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
b. Menulis/mendokumentasikan rencana keperawatan
c. Memberikan asuhan keperawatan
d. Melanjutkan pengumpulan data

3.5 Kriteria Evaluasi Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum,
obesitas.
a. Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
b. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispnea, sianosis.
c. Mendemonstrasikan batuk efektif
2. Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.
a. Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan
yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital
b. Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan
indikator gangguan sebagai berikut :
a) Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.
b) Ekspansi dada simetris.
c) Tidak adanya penggunaan otot bantu.
d) Bunyi napas tambahan tidak ada.
e) Napas pendek tidak ada
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar,
ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
a. Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
b. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.
c. Mencapai fungsi paru yang maksimal.
d. Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari
4. Nyeri pleuritik b.d empiema
a. Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut :
a) Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.
b) Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan
diri.
c) Penurunan konsentrasi.
d) Terganggunya tidur.
e) Penurunan nafsu makan.
5. Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan
a. Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang
normal.
b. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
c. Perubahan warna kulit tidak ada.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi
makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah
a. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
b. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat yang tepat.
7. Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan
a. Menungkapkan perasaan ansietas
b. Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea
8. Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas
a. Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.
b. Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan
secara realistis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Empiema. Available at:


http://lavanillate57.wordpress.com/2010/11/11/askep
empiema/. diakses tanggal 16 September 2014

Ciyu. 2012. Laporan pendahuluan empiema. Available at:


http://ciyuinspirasiku.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan empiema.html. diakses
tanggal 16 September 2014

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Sely. 2009. Keperawatan Empiema. Available at: http://sely


biru.blogspot.com/2009/01/asuhan
keperawatan-empiema.html. diakses tanggal 16 September 2014
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2., FK. UI,
Media AES Culapius, Jakarta.
Morton, Gallo, Hudak, 2012. Keperawatan Kritis Volume 1 dan 2 Edisi 8. EGC ,
Jakarta.
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
T. Heather Herdman. Ph D, RN. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai