A031191052
A. Pengertian SKPKD
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang yang juga
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(selanjutnya disingkat PPKD) adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah
(selanjutnya disingkat SKPKD), yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah (BUD). Bendahara Umum Daerah
yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai
bendahara umum daerah.
Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b
mempunyai tugas:
1. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
2. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
3. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah;
4. melaksanakan fungsi BUD;
5. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD; dan
6. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:
1. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
2. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
3. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
4. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah;
5. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
6. menetapkan SPD;
7. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah;
8. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
9. menyajikan informasi keuangan daerah; da
10. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.
a. Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan pada SKPKD yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, berdasarkan pada bukti-bukti transaksi yang
sah dicatat pada Buku Jurnal Umum.
b. Secara periodik (misalnya; minggu atau bulan), PPK-SKPKD melakukan pemindahan
catatan dari buku jurnal kepada masing-masing buku besar yang sesuai (posting).
c. Secara periodik (misalnya: triwulan, semester, dan/atau tahun), unit
Akuntansi/PPKSKPKD menyusun Neraca Saldo sebagai dasar penyusunan Laporan
Keuangan, yang terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan termasuk
Laporan Perubahan SAldo Anggaran Lebih (LP-SAL) dan Laporan Arus Kas.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut, yaitu:
saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran lebih,
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi
kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk
periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan
pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah;
c) Masing-masing kementerian Negara atau lembaga di lingkunggan
pemerintah pusat; dan
d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerahn atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah
unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
c) Jumlah kas dan setara kas pada perusahaan Negara/daerah dan unit operasi
lainnya yang diperoleh atau dilepas; dan
d) Jumlah asset dan utang selain kas dan setara kas yang diakui oleh
perusahaan Negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh atau
dilepas.
Penyajian terpisah arus kas dari perusahaan Negara/daerah dan unit operasi
lainnya sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk membedakan arus
kas tersebut dari arsu kas yang berasal dari nonanggaran. Arus kas masuk dari
pelepasan tersebut tidak dikurangkan dengan perolehan investasi lainnya.
Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan Negara/daerah dan
unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan perlu diungkapkan hanya jika
transaksi tersebut telah diakui sebelumnya sebagai asset atau utang oleh perusahaan
Negara/daerah dan unit operasi lainnya.