Pengertian K-WPS Office
Pengertian K-WPS Office
A. Latar belakang
macam Agama yaitu Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Islam dan Konghuchu
sehingga setiap orang kebanyakan menilai orang dari segi sosial dan
saat itu bersikap sopan, santun, baik, ramah tamah dan jujur serta rasa
sosialis yang tinggi. Tapi, pada awal era Reformasi sekitar tahun 2000-an
yang kebarat-baratan.
1. Pengertian korupsi
Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari kondisi yang adil, benar
dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata
kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang
dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat pada
umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang
atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang
paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu:
suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan
penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
Bab II Pembahasan
Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi pada
dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang paling
rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap
aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang
lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat
merugikan keuangan negara.
1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun
barang.
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-
pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam
tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle).
Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan
intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia
lokal dan regional.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang
menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):
1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada
eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan
sebagainya.
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk
dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.
Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar, penyuapan,
pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan
jabatan atau profesi seseorang.
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official
Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:
2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan mencuri.
3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang, mengalirkan uang
lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.
4. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak
pada tempatnya.
5. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya, memeras.
6. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak sah,
menjebak.
7.Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
9. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan umum agar
bisa unggul.
10. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; membuat laporan
palsu.
11. tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin pemrintah.
12. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang.
15. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada tempatnya.
19 Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak istimewa jabatan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi. Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu
diantaranya faktor internal dan faktor eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa
poin-poin .
A. faktor internal
Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :
-Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini.
Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan mendorong
manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari berlebihan, atau dapat
disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam ini akan mendorong mereka
untuk melakukan korupsi karena apabila dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi
gaya hidup mereka yang boros.
B.Faktor eksternal
-Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri berhubungan
dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan menggunakan berbagai cara, bahkan
melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu
kekuasaan dan stabilitas politik.
-Hukum
Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada pihak-pihak
tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor hukum juga dibagi menjadi dua
yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian hukum.
-Ekonomi
Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal tersebut dapat dilihat
dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan
sistem ekonomi.
-Organisasi
Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi , diantaranya yaitu :
-Pimpinan
-Akuntabilitas
Seiring dengan berkembangnya tindakan korupsi disuatu negara, maka akan mempengaruhi terhadap
tingkat kesejahteraan dinegara itu sendiri, dan pengaruh tersebut tidak hanya pada satu aspek
kehidupan saja, melainkan juga akan mempengaruhi pada berbagai aspek kehidupan. Aspek – aspek
tersebut dapat di bagi menjadi:
1. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Ekonomi
Tindakan korupsi akan menghambat jalannya kegiatan perekonomian di suatu Negara, karena para
pelaku ekonomi akan merasa dirugikan dan enggan melakukan kegiatan ekonomi. Sehingga akan
berdampak pada perkembangan ekonomi suatu Negara dan menimbulkan banyak permasalahan di
sektor perekonomian, diantaranya yaitu:
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi terhadap aspek social dan
kemiskinan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu:
Kemiskinan disuatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran. Dan salah satu penyebab
tingginya tingkat pengangguran disuatu Negara adalah berkuasanya para pelaku koruptor.
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam mengatasi masalah
kemiskinan. Namun banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi , salah satunya yaitu
dengan cara menyelewengkan anggaran pemerintah yang diberikan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, yang pada akhirnya berakibat pada lambatnya dalam mengentas masalah kemiskinan.
Meluasnya para pelaku koruptor akan berimbas terhadap sulitnya mengakses informasi bagi
masyarakat miskin khususnya dalam masalah pekerjan, Karena anggaran yang diberikan untuk
periklanan telah diselewengkan oleh para koruptor. Sehingga pada ahirnya masyarakat miskin sulit
mendapatkan pekerjaan dan bahkan dia tidak bekerja.
Banyaknya para pelaku koruptor juga mempengaruhi terhadap sifat kebersamaan, karena para pelaku
koruptor hanya memenintangkan kepentingan individu.
Biaya politik yang tinggi bisa membahayakan terhadap partai politik itu sendiri, karena hal itu bisa
menjadi salah satu pendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Oleh karena itu, apabila partai
politik sudah dikenal dengan anggotanya yang melakukan korupsi maka publik tidak percaya jika partai
tersebut menang dalam suatu pemilihan.
Politik money merupakan salah satu penyebab para pemimpin melakukan korupsi, karena banyaknya
pengeluaran dana atau uang yang dia gunakan ketika menjadi calon, berimbas pada bagaimana dana
atau uang tersebut kembali. Sehingga jalan yang dia lakukan adalah dengan korupsi.
Dengan bayaknya pelaku korupsi khususnya didunia politik menjadikan kedaulatan negara berada
ditangankelompok-kelompok tertentu dengang partai politiknya masing-masing, yang pada dasarnya
kedaulatan tersebut berada di tangan rakyat. Maka dari sini dapat kita ketahui bahwa partai politik yang
memegang kedaulatan negara dan rakyat tidak mempunyai kuasa terhadap kedaulatan negara dan
bahkan rakyat dibabi buta oleh partai politik.
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap aspek
penegakan hukum, diantaranya yaitu:
A. Ketidak percayaan publik terhadap lembaga hukum. Banyaknya para penegak hukum yang melakukan
korupsi dan banyaknya berita yang tersebar dimedia massa terkait hal tersebut, menjadikan publik tidak
percaya terhadap suatu lembaga hukum terkait dengan proses hukum yang akan dilakukan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Para penegak hukum memperlambat proses hukum suatu
masalah, diantaranya yaitu:
Terbatasnya saksi dan barang bukti terhadap suatu masalah menjadikan salah satu penyebab lambatnya
proses hukum.
Kurangnya kontribusi dari para penegak hukum menjadikan keputusan yang mereka ambil bertolak
belakang.
A. Meluasnya tindak kejahatan korupsi juga berdampak terhadap pertahanan dan keamanan suatu
negara. Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
pertahanan dan keamanan suatu negara, diantaranya yaitu:
Banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan alusista yang canggih tidak
menjamin keamanan suatu negara, karena banyaknya pejabat pemerintah yang korupsi terhadap
anggaran tersebut. Sehingga alusista yang kita miliki terbatas dan terbilang masih belum canggih serta
lemahnya SDM yang dipengaruhi kurangnya dana untuk melakukan latihan.
Ketika alusista yang dimiliki suatu negara itu sudah lemah maka otomatis pertahan dan keamanan
khusususnya diwilayah perbatasan negara akan lemah pula.
Beberapa dampak dan masalah yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap lingkungan,
diantaranya yaitu:
Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula. Namun akibat dari pejabat
pemerintah yang melakukan korupsi dengan menyelewengkan anggaran untuk pembangunan
insfrastruktur, maka kualitas suatu lingkungan akan menurun karena insfrastruktur yang dimiliki
lingkungan tersebut tidak memadai.
Rusaknya suatu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat, karena sarana
dan prasaran yang menunjang kesejahteraan hidup telah berkurang. Hal tersebut terjadi akibat dari
pelaku korupsi yang telah mengambil hak masyarakat hanya demi kepentingan pribadinya saja.