Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN ILMIAH DALAM PENDIDIKAN

Sejalan diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau pendekatan saintifik,
atau scientific aproach menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan
pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.

Tujuh aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir
untuk mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk mengamati
fenomena yang terdapat di sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah
yang ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu
merumuskan masalah atau merumuskan hal yang ingin diketahuinya.

Fokus Kajian

1. Makna pembelajaran

2. Variable pembelajaran

3. Berbagai metode pembelajaran

4. Pendekatan ilmiah

5. ilmiah Dalam pembelajaran

Perlunya Kegiatan Pembelajaran

1. Pembelajaran merupakan inti kegiatan

2. Di dalam proses pembelajaran terjadi proses transmisi dan transformasi pengalaman

Makna Pembelajaran

1. Suatu rangkaian kejadian (events) yang mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah (Gagne dan Briggs:1979)

2. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru saja, akan tetapi
mencakup semua events yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar peserta
didik, Pembelajaran mencakup kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan

Pembelajaran Sebagai Kegiatan Ilmiah

1. Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan kajian terkendali yang memuat dua
hal yaitu logika proses berpikir dan informasi

2. Logika berpikir berupa langkah-langkah sistematis dalam


3. Informasi empirik berupa data-data yang menggambarkan apa yang terjadi di lapangan.

Apakah Pendekatan Ilmiah?

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran
tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.

Pendekatan ilmiah berarti konep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana
mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif
dalam berinovasi atau berkarya.

Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip
Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang
mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah
sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu
guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama; yaitu:

Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian,
cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.

Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian
tujuan belajar.

Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan


keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan
dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.

Pendidik karena kedudukannya, adalah seorang pengambil keputusan. Setiap hari pada waktu
melaksanakan proses pendidikan , pendidik dihadapkan pada tugas mngambil keputusan tentang
bagaimana merencanakan pengalaman belajar, mengajar, membimbing mahasiswa, mengorganisasi
sistem sekolah, dan banyak lagi hal – hal yang lain.

Sumber Pengetahuan
Sumber – sumber pengetahuan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) :

1. Pengalaman.

Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang telah banyak diketahui dan digunakan orang. Kearifan
yang ditemukan dari generasi ke generasi merupakan hasil dari pengalaman, apabila kita tidak
mengambil manfaat ari pengalaman itu mungkin kemajuan akan sangat terhambat. Kemampuan untuk
belajar dari pegalaman sering dianggap sebagai ciri utama dari perilaku cerdas manusia. Meskipun
demikian, sebagi sumber kebenaran, pengalaman mempunyai keterbatasan. Hal ini karena ada tidaknya
pengaruh suatu kejadian terhadap seseorang akan bergantung kepada siapa orang itu. Kelemahan lain
dari pengalaman ialah bahwa sering kali seseorang perlu mengetahui hal – hal yang tidak dapat
dipelajari/diketahui lewat pengalamannya sendiri.

2. Otoritas.

Otoritas atau wewenang sering dijadikan orang dalam hal – hal yang sulit atau yang tidak mungkin
diketahui melalui pengalaman pribadi. Artinya, orang mencari jawab dari pertanyaan itu dari orang lain
yang telah mempunyai pengalaman dalam hal itu, atau yang telah mempunyai sumber keahlian lainnya.
Erat hubungannya dengan wewenang adalah kebiasaan dan tradisi, yang kita jadikan pegangan guna
menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan profesi kita maupun untuk memecahkan masalah
sehari – hari.

3. Cara berpikir deduktif.

Cara berpikir deduktif dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpikir yang bertolak dari pernyataan
yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan memakai kaidah logika tertentu. Hal ini
dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri atas :

1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)

2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)

3. Kesimpulan

Contoh silogisme misalnya :


A. manusia adalah makhluk hidup (dasar pemikiran utama);

B. Socrates adalah seorang manusia (dasar pemikiran kedua) oleh karena itu.

C. Socrates adalah makhluk hidup (kesimpulan).

4. Cara berpikir induktif.

Kesimpulan yang berasal dari cara berpikir deduktif hanya benar apabila premis yang menjadi dasar
kesimpulan itu benar. Francis Bacon (1561-1626), berpendapat bahwa para pemikir hendaknya tidak
merendahkan diri begitu saja dengan menerima premis orang yang punya otoritas sebagai kebenaran
mutlak. Bacon menyatakan agar para pencari kebenaran mengamati alam secara langsung dan
membersihkan pikiran dari purbasangka dan gagasan-gagasan yang telah terbentuk sebelumnya, yang
disebutnya sebagai “pujaan” (idol).

Menurut sistem Bacon, pengamatan dilakukan pada kejadian-kejadian tertentu di dalam kelas.
Kemudian, berdasarkan kejadian-kejadian yang diamati tersebut, ditarik kesimpulan-kesimpulan tentang
seluruh kelas. Pendekatan ini dikenal sebagai cara berpikir induktif.

5. Pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah biasanya dilukiskan sebagai proses dimana penyelidikan secara induktif bertolak dari
pengamatan mereka menuju hipotesis. Kemudian secara deduktif peneliti bergerak dari hipotesis ke
implikasi logis hipotesis tersebut. Mereka menarik kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai akibat
yang akan terjadi apabila hubungan yang diduga itu benar. Apabila implikasi yang diperoleh secara
deduktif ini sesuai dengan pengetahuan yang sudah diterima dengan data empiris (yang dikumpulkan).
Berdasarkan bukti-bukti ini, maka hipotesis itu dapat diterima atau ditolak.

Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah:

1. Perumusan masalah

Penyelidikan ilmiah bermula dari suatu masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Agar
dapat diselidiki secara ilmiah, suatu persoalan harus mempunyai satu ciri penting: persoalan tersebut
harus dapat dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan
di dunia ini. Persoalan-persolan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat dijawab atas dasar
informasi faktual belaka.
2. Pengajuan hipotesis

Langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis yang merupakan penjelasan sementara tentang
masalah itu. Tahap ini mengharuskan penelitian membaca bacaan yang berkaitan dengan masalah itu
dan berpikir lebih mendalam lagi. Melalui proses berpikir deduktif, implikasi hipotesis yang diajukan itu,
yaitu apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut benar ditetapkan.

3. Pengumpulan dan analisis data

Hipotesis atau lebih tepatnya implikasi yang diperoleh melalui deduksi, diuji dengan jalan
mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui pengamatan, tes
dan eksperimentasi.

4. Penerimaan atau penolakan hipotesis

Setelah data dikumpulkan, maka hasilnya dianalisis untuk menetapkan apakah penyelidikan
memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak.

Contoh pendekatan ilmiah

ada dua macam logika yang dipergunakan disini, yaitu deduktif dan induktif. Kesimpulan induktif dimulai
dengan pengamatan mesin sehingga sampai pada kesimpulan umum. Misalnya, jika sepeda motor itu
melintasi gundukan tanah kemudian mesinnya mogok, melintasi gundukan tanah lainnya kemudian
mogok lagi, dan ketika melintasi gundukan tanah lainnya kemudian mogok lagi, sedangkan ketika
melintasi jalan panjang yang halus, mesin tidak mengalami kemacetan tetapi ketika melintasi gundukan
tanah yang keempat mesin itu mogok lagi, maka secara logis orang dapat menyimpulkan bahwa mesin
itu disebabkan oleh gundukan tanah. Itulah induksi : cara berpikir berdasarkan pengalaman –
pengalaman khusus menuju kebenaran umum. Sedangkan deduktif adalah sebaliknya.

Pemecahan masalah yang terlalu rumit bagi orang awam dicapai melalui deretan panjang kesimpulan-
kesimpulan induktif dan deduktif yang menyelip diantara pengamatan mesin dan ingatan akan urutan
mesin yang terdapat di dalam buku pedoman. Proses yang benar bagi jalinan ini dirumuskan sebagai
metode ilmiah.
Pernyataan-pernyataan logis yang dimasukkan ke dalam buku catatan dibagi menjadi:

1. Pengungkapan masalah

2. Hipotesis mengenai sebab masalah tersebut

3. Percobaan-percobaan yang dirancang untuk menguji tiap-tiap hipotesis

4. Hasil-hasil percobaan yang diramalkan

5. Hasil-hasil percobaan yang dinikmati

6. Kesimpulan yang ditarik dari hasil-hasil percobaan tersebut

Tujuan metode ilmiah yang sebenarnya ialah untuk meyakinkan seseorang bahwa Alam tidak
menyesatkan, sehingga tak seorangpun merasa mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak
diketahuinya.

Pendekatan yang berhati-hati terhadap pertanyaan-pertanyaan awal ini menjaga agar tidak dilakukan
kesalahan pokok yang dapat mengakibatkan kerja tambahan selama berminggu-minggu atau bahkan
dapat membuat seseorang terhenti sama sekali. Karena itu, maka pertanyaan-pertanyaan ilmiah sering
tampak mengada-ada. Pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dengan maksud mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan yang parah di kemudian hari

Anda mungkin juga menyukai