Anda di halaman 1dari 2

PERKEMBANGAN ILMU SOSIOLOGI

Sosiologi awalnya hanya menjadi bagian dari filsafat sosial yang membahas masyarakat. Namun pada
saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum,
seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan pemerintah. Para pemikir Yunani Kuno, terutama Sokrates,
Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran tanpa
ada yang bisa mencegah, sehingga tidak perlu ada pembahasan mengenai masyarakat.

Menurut Peter L.Berger sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena adanya ancaman
terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap seharusnya diterima saja. Ancaman tsb meliputi
Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Perancis. Ancaman tsb menyebabkan perubahan jangka panjang
yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa. Salah satunya konflik antarkelas dalam
masyarakat. Menurut Comte, konflik tsb terjadi karena hilangnya norma / pegangan bagi masyarakat
dalam bertindak. Oleh karena itu Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sejak saat itu Comte memecah ilmu tentang
masyarakat yang semula menjadi bagian dr filsafat menjadi ilmu yang berdiri sendiri bernama
SOSIOLOGI.

Sosiologi merupakan ilmu yang berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang menjadi
objek kajiannya. Sehingga teori-teroi dalam sosiologi merupakan hasil dari keadaan masyarakat itu
sendiri. Dalam masyarakat yang mengalami perubahan lambat karena permasalahan yang dihadapi
sedikit, perkembangan ilmu sosiologi pun ikut lambat, begitu juga sebaliknya.

Sosiologi semakin berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan
metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sociological Method. Ditambah dengan Herbert Spencer,
memopulerkan istilah sosiologi dalam bukunya Principles of Sociology. Spencer adalah orang yang
pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar empiris yang kongkret. Setelah buku Spencer
terbit, sosiologi berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI INDONESIA

Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa Indonesia telah banyak
memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran mereka. Sri Paduka Mangkunegoro IV seorang
pangeran dari Surakarta (bekas suami dari Sukmawati Soekarno Putri), misalnya telah memasukkan unsur
tata hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda dalam ajaran Wulang Reh (buku yang
berisi aturan/cara hidup orang Jawa).

Ki Hajar Dewantara mempraktikkan konsep-konsep penting sosiologi seperti kepemimpinan dan


kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya.

Dari uraian tsb terlihat bahwa sosiologi pada masa sebelum PD II hanya dianggap sebagai ilmu pembantu
bagi ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan kata lain sosiologi dianggap belum cukup penting untuk
dipelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum Belanda (Rechtsshogeschool) di Jakarta menjadi satu-satunya
lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di Indonesia walaupun hanya sebagai
pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Itupun disampaikan oleh dosen bukan berlatar belakang pendidikan
sosiologi, tapi psikologi.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 45, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan


yang cukup signifikan. Soenario Kolopaking adalah orang yang pertama kali memberikan kuliah
sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang
menjadi Ilmu Sosial dan Politik UGM). Sejak saat itu sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan
akademis di Indonesia, apalagi mulai terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut
ilmu di luar negeri. Sejak tahun 1950, banyak pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di
luar negeri kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia.

Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali ditulis oleh Djody Gondokusumo dengan judul
Sosiologi Indonesia. Kehadiran buku ini mendapat sambutan baik dri golongan terpelajar di Indonesia
mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku tsb seakan mengobati kehausan mereka akan ilmu
yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat
dalam masyarakat Indonesia.

Selanjutnya bermunculan buku-buku sosiologi baik yang ditulis orang Indonesia maupun yang
diterjemahkan. Selain itu juga bermunculan tulisan bernuansa sosiologi yang tersebar di majalah, koran.
Kemudian juga di beberapa universitas didirikan jurusan sosiologi yang diharapkan dapat memercepat
dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia.

Pemikiran Comte mengenai hukum 3 tahap perkembangan intelektual manusia :

1. Teologi
Masyarakat sangat bergantung pada kekuatan roh dewa. Upacara penyembahan roh halus untuk
meminta bantuan maupun perlindungan sangat sering dilakukan
Contoh : percaya pada dewa hujan, dewa matahari,

2. Metafisik
Tahap transisi dari metafisik dan positivis. Adanya kepercayaan hukum Tuhan yang
diseimbangkan dg pikiran manusia. Masyarakat mempercayai bahwa di setiap benda memiliki
kekuatan. Kekuatan tsb ternampak pada sebuah benda.
Contoh : batu gaib, pohon, dewi padi

3. Positivis
Masyarakat sudah berkembang, ilmu pengetahuan/ sains mulai berkembang, semua dibuktikan
dengan ilmu pengetahuan, ada dasar dan landasan dalam berfikir.
Contoh: terjadinya badai bukan dikarenakan dewa hujan marah namun karena musim hujan
Cahaya bulan tidak nampak bukan karena dewa bulan marah, akibat ulah manusia kurang
melengkapi sesaji, namun karena sedang terjadi gerhana bulan

Anda mungkin juga menyukai