Berikut adalah karakteristik yang mempengaruhi terjadinya fraktur vertebra pada lansia
penderita osteoporosis :
1. Kejadian fraktur vertebra pada lansia penderita osteoporosis
Kejadian fraktur vertebrae adalah kejadian patah, retak, maupun gangguan kontinuitas
pada jaringan tulang vertebra. Terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam
menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada osteoporosis, fraktur
dapat terjadi gerakan yang sederhana, seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin atau
mengangkat beban yang berat.
Diagnosis fraktur vertebra ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan x-ray foto lateral view, lalu diukur tinggi corpus vertebra bagian depan dan
belakang dan dibandingkan rationya, dikatakan fraktur bila terjadi pengurangan tinggi lebih
sama dengan 20 %, atau lebih atau sama dengan 4 mm atau rasio lebih kecil sama dengan 0,8.
Skala yang digunakan adalah skala nominal.
2. Usia
Usia adalah usia kronologis subjek penelitian, dihitung berdasarkan ulang tahun
terakhir yang telah dilalui dan dinyatakan dalam satuan tahun.
Skala yang digunakan adalah numerik.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin subyek penelitian sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda
Penduduk, dikategorikan dalam:
1) Laki-laki
2) Perempuan
Skala variabel yang dinilai adalah skala nominal.
4. Ras
Ras merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia
dalam populasi atau kelompok besarr dan berbeda melalui ciri fenotip, asal-usul geografis,
keadaan jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Berbagai ras di dunia antara lain : kaukasoid,
mongoloid, negroid, melayu, Indian.
Skala dinilai dengan skala nominal.
5. Status Pekerjaan
Pekerjaan sehari-hari yang pernah dilakukan oleh subjek penelitian, dikategorikan
dalam:
a. Tidak bekerja
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
c. Swasta
d. Wiraswasta
e. Buruh
Skala yang digunakan adalah nominal
6. Diet Nutrisi
Asupan makanan adalah jumlah intake makanan yang dikonsumsi subjek penelitian
setelah melahirkan.
Asupan makanan dikategorikan sebagai berikut :
a. Asupan gizi kurang: intake makanan kurang dari angka rekomendasi.
b. Asupan gizi cukup: intake makanan sudah sesuai dengan angka rekomendasi.
c. Asupan gizi berlebih: intake makanan lebih dari angka rekomendasi.
Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
7. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan
antara berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan satuan kilogram (kg) dan
tinggi badan diukur dengan satuan meter (m).
BMI = Berat badan (kg)/Tinggi badan2 (m)
Klasifikasi pembagian BMI berdasar standard Asia menurut IOTF, WHO (2000) :
<18,5 =Underweight
18,5-22,9 =Normal
23-24,9 =Resiko tinggi
25-29,9 = Obesitas tingkat
I ≥30 = Obesitas tingkat II
Penilaian menggunakan skala ordinal.
8. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan kegiatan harian rutin yang dilakukan oleh subjek penelitian,
terdiri dari:
Penilaian aktifitas fisik dikategorikan sebagai berikut :
a. Aktivitas ringan: kegiatan tanpa menggerakkan lengan, seperti membaca, menulis,
menonton televisi, mendengarkan radio, mengetik, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan
dengan banyak duduk
b. Aktivitas sedang: sedikit menggerakkan lengan seperti memasak, mencuci piring, mencuci
baju, menyetrika, berjalan lambat, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk dan
berdiri
c. Aktivitas berat: kegiatan dengan banyak menggerakkan lengan seperti mendorong-dorong
benda, berjalan cepat, berlari, naik turun tangga, bersepeda, sepak bola dan lain-lain
Skala yang dinilai adalah skala ordinal.
9. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol
Riwayat merokok adalah riwayat menghisap rokok 12 batang sehari. Konsumsi
alkohol adalah riwayat mengkonsumsi alkohol sebanyak 285 ml setiap hari. Merokok dapat
dinilai apabila subyek mengkonsumsi rokok dan alkohol sehingga meningkatkan resiko
fraktur osteoporosis.
Skala yang dinilai adalah skala nominal.
10. Riwayat pernah mengalami fraktur
Fraktur adalah patah, retak, maupun gangguan kontinuitas pada jaringan tulang. Yang
termasuk fraktur antara lain: fraktur hip, fraktur colles, fraktur femoral yang pernah terjadi
sebelumnya pada subyek penelitian.
Skala yang dinilai adalah skala nominal.
11. Riwayat pernah terjatuh/cedera
Pernah terjatuh/cedera menggambarkan trauma yang secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan meningkatnya resiko fraktur vertebrae.
Skala yang dinilai adalah skala nominal.
12. Riwayat penggunaan obat-obat farmakologi untuk osteoporosis
Riwayat yang dimaksud adalah riwayat obat-obat farmakologi untuk osteoporosis
yang pernah dikonsumsi subyek penelitian. Juga ditentukan berapa lama subyek
mengkonsumsi obat tersebut. Obat-obat tersebut antara lain:
a. Homon Replacement Therapy (HRT),
b. Selective estrogen receptor modulator (SERM) : raloxifen
c. Bifosfonat : alendronat, risendronat, zoledronic acid
d. Calcitonin
e. Parathyroid hormone : teriparatide.
Skala variabel yang dinilai adalah skala nominal.
13. Riwayat konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D
Subyek penelitian di tentukan apakah memiliki riwayat mengkonsumsi suplemen
kalsium maupun vitamin D, dan ditentukan berapa lama mengkonsumsinya.
Skala variabel dinilai dengan skala nominal.
14. Lingkungan di dalam rumah/tempat tinggal
Lingkungan rumah dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah / tempat tinggal yang tidak nyaman: luas rumah kecil, terasa penuh dan sesak,
ventilasi kurang, kebersihan tidak terjaga, banyak debu, lantai licin dan kotor.
b. Rumah/tempat tinggal yang nyaman: ukuran rumah luas, ventilasi cukup, kebersihan
terjaga, lantai bersih, terasa luas dan longgar, tidak banyak tangga.
Lingkungan juga dapat dinilai dari aspek pencahayaannya. Pencahayaan dapat secara
langsung berasal dari cahaya matahari maupun dari cahaya lampu. Pencahayaan yang
dimaksud dapat dijelaskan dengan pembagian seperti berikut:
a. Pencahayaan kurang: ventilasi rumah kurang, cahaya matahari yang masuk kedalam rumah
sangat kurang, lampu didalam rumah menyala redup.
b. Pencahayaan sedang: ventilasi rumah cukup, cahaya matahari yang masuk kedalam rumah
cukup, namun pencahayaan dengan lampu tidak terlalu terang.
c. Pencahayaan baik: ventilasi rumah memadai, pencahayaan dengan lampu sangat terang.
Skala yang dinilai adalah skala ordinal.
15. Riwayat Keluarga
Kejadian fraktur osteoporosis pernah terjadi pada keluarga yang meliputi bapak, ibu,
saudara kandung, nenek, kakek, paman, bibi. Riwayat keluarga merupakan ke non-
modifiable factor. Jika subyek memiliki salah satu keluarga yang mempunyai riwayat
osteoporosis maupun fraktur, maka subyek memiliki faktor resiko yang tinggi mengalami
fraktur osteoporosis.
Research Method
Menggunakan metode cross-sectional
Pemilihan sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Lansia penderita osteoporosis primer. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling. Rumus yang digunakan untuk mengukur besar
sampel pada penelitian ini adalah rumus menurut Daniel dan Terrel (1992) (45), yang
mempertimbangkan anggaran penelitian. Besar sampel yang diperoleh berdasarkan rumus
tersebut adalah sebagai berikut:
C−Cf
n=
Cu
300.000 – 40.000
n=
22.000
n = 11,8 = 12 orang
Keterangan:
n = jumlah sampel penelitian
C = biaya total penelitian
Cf = biaya tetap total
Cu = biaya per unit pencuplikan
Jadi, dari hasil perhitungan jumlah sampel di atas didapatkan minimal 12 sampel per Rumah
Sakit.
Instrumen Penelitian
Instrumen utama pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validasi dengan diujicobakan ke bagian dari
populasi penelitian dan sudah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode test-
retest.
Cara Pengumpulan Data
1. Peneliti mendapatkan data dan rekam medis sampel penelitian yang masuk criteria inklusi
maupun eksklusi dari Rumah Sakit Daerah.
2. Pewawancara melakukan wawancara kepada sampel dan memberikan penjelasan singkat
mengenai latar belakang dan tujuan penelitian, dan dilanjutkan dengan inform consent.
3. Pewawancara melakukan wawancara dengan sampel menggunakan kuesioner.
4. Pengecekan di tempat kelengkapan isi kuesioner.
Pengolahan dan Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan program komputer SPSS 17.0 for windows. Setiap
variabel penelitian akan dilakukan analisa bivariat untuk mengetahui karakteristik data
masing-masing variabel bebas. Normalitas distribusi data diperiksa dengan uji Kolomogorov-
Smirnov test. Hubungan masing-masing variabel bebas (untuk skala numerik) dengan
variabel terikat akan dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Sedangkan hubungan masing-
masing variabel bebas (untuk skala kategorikal/nominal) dengan variabel terikat dianalisis
dengan uji beda T-test atau ANOVA.
K. Anggaran Peneltian