Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengajar : Islamiyah S.Kep. Ns., M.

Kep

TUGAS INDIVIDU
Asuhan keperawatan

“Atresia Ani”

Oleh:

Nama : Nur Aisyah

Nim : P201901025

Kelas : T1- Keperawatan

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan
“atresia ani” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini.

Saya menyadari, tugas individu yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Kendari, 7 - November - 2021

penulis ....
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Atresia ani ......................................................................................
B. Etiologi...................................................................................................................
C. Patofisiologi .....................................................................................................
D. Tanda dan gejala...............................................................................................
E. Gambaran Klinik Atresia Ani...........................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani..................................................................
G. Penatalaksanaan Atresia Ani............................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Atresia ani merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi
pada anak. Atresia ani (anus Imperforata) merupakan suatu keadaan
lubang anus tidak berlubang. Atresia berasal dari bahasa Yunani, yaitu
berarti tidak ada, dan trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. Menurut
istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan yang normal (Rizema, Setiatava P, 2012).
Menurut WHO (World Healt Organization) diperkirakan bahwa sekitar 7%
dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital.
Di Eropa,
sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah
bayi yang lahir, sementara di Indonesia prevalansi kelainan kongenital
mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
mencatat salah satu penyebab kematian bayi adalah kelainan kongenital
pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia 7-28 hari sebesar 19%.
(Verawati dkk, 2015). Angka kejadian atresia ani di dunia adalah 1:5.000
kelahiran hidup (Maryunani, Anik 2014). Populasi masyarakat Indonesia
sebanyak 200 juta lebih, yang memiliki standar angka kelahiran 35 per
mil, diperkirakan akan lahir setiap tahun dengan penyakit atresia ani
sebanyak 1.400 kelahiran (Haryono, 2012). Di RSPAD khususnya di
Ruang IKA 1 penderita Atresia Ani termasuk 10 peyakit terbanyak
berdasarkan data 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober-Desember
2017 didapatkan jumlah total seluruh pasien yaitu 9 orang (RSPAD, 2017).
Manifestasi klinis pada atresia ani terjadi dalam waktu 24-48 jam,
gejalanya dapat berupa perut kembung, muntah, pada mekonium tidak
keluar dalam 24 jam, dan tidak bisa buang air besar. Tanda dan gejala yang
membedakan antara penderita lakilaki dan perempuan adalah terjadinya
fistel, pada bayi perempuan sering terjadi fistel rectovaginal. Sedangkan
pada bayi laki-laki sering terjadi fistel rektourinal (Dewi, 2013).
Penatalaksanaan pada jenis kelainan bawaan atresia ani tergantung
klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi
terlebih dahulu. Pada penelitian sebelumnya penanganan atresia ani
menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough, tapi metode ini
banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang
lebih tinggi.
Pena dan Defries pada tahun 1982 yang dikutip oleh Faradillah
memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital
anorektoplasti, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus
dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum
dan pemotongan fistel (Faradilla, 2009). Keberhasilan penatalaksanaan
atresia ani dinilai dari hasilnya.
B. Rumusan masalah
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak
sempurna. Tindakan pembedahan merupakan jalan untuk mengatasi tidak
adanya anus, yaitu dengan tindakan kolostomi. Luka kolostomi yang
dibuat akan memberikan dampak infeksi jika tidak dilakukan tindakan
keperawatan yang tepat. Salah satu tindaka keperawatan yang tepat adalah
dengan melakukan tindakan keperawatan luka dengan teknik moist.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu
bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani post op
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum Tujuan umum dalam studi kasus ini yaitu dapat
teridentifikasi dan menemukan halhal baru asuhan keperawatan pada
masing-masing anak dengan atresia ani post op
2. Tujuan khusus Setelah melaksanakan studi kasus dapat: a. Diketahui
karakteristik anak dengan atresia ani post op
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan atau acuan untuk penelitian lebih lanjut serta
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan dating

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Atresia ani (malformasi anorektal/anus imperforate)
adalah bentuk kelainan bawaan yang menunjukan keadaan tidak ada
anus, atau tidak sempurnanya bentuk anus. Keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut
juga clausura.

Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya


berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai
saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu
anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan
operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Bentuk-bentuk
kelainan atresia ani {(atresia anal) Lubang anus sempit atau salah letak di depan
tempat semestinya Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga
mengganggu proses pengeluaran feses Rektum(saluran akhir usu besar) tidak
terhubung dengan lubang anus Rektum terhubung dengan saluran kemih
(kencing) atau sistem reproduksi melalui fistula (lubang) dan tidak terdapat
pembukaan anus.

Kelainan bentuk anus akan menyebabkan gangguan buang air besar. Ketika
lubang anus sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasi dan
ketidaknyamanan. Jika terdapat selaput pada akhiran jalan keluar anus, bayi
tidak bisa BAB. Ketika rektum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat
fistula, feses akan keluar melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus.

Hal ini dapat menyebabkan infeksi. Jika rektum tidak berhubungan


dengan anus dan tidak terdapat fistula sehingga feses tidak dapat dikeluarkan
dari tubuh dan bayi tidak dapat BAB. Suatu perineum tanpa apertura anal
diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata
dalam 4 golongan, yaitu: Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
Membran anus menetap. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak
pada bermacam-macam jarak dari peritoneum Lubang anus yang terpisah
dengan ujung rectum yang buntu.

B. Etiologi
Atresia Ani Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu/3 bulan Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

C. Patofisiologi
Atresia Ani Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,
sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis dalam
kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan Berkaitan dengan sindrom
down. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan Terdapat tiga macam letak
Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencingatau saluran genital
Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya.
Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rectum paling jauh 1 cm.Pada wanita 90% dengan fistula
kevagina/perineum Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke
traktus urinarius

D. Tanda dan gejala


Perut kembung. Muntah (cairan muntahan berwarna hijau karena cairan
empedu atau berwarna hitam kehijauan Bayi tidak bisa buang air besar . Tidak
ada atau tampak kelainan anus

E. Gambaran Klinik Atresia Ani


Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi
usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas: Tidak adanya
apertura anal. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal. Muntah
dengan abdomen yang kembung. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya
feses mirip seperti stenosis Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada
semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan
termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat
juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan,
maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan
penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-
48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.

F. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani

1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus.

2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu


sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan
kelainan urinarius.

3.Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat


mekonium

G. Penatalaksanaan Atresia Ani a.


Medis : 1.
Eksisi membran anal. 2.
Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan
dilakukan koreksi sekaligus. 3.
Kolostomi (pembuatan lubang anus di bagian perut) 4.
Dilatasi Anal (pelebaran lubang anus) 5.
Eksisi membran anal (pelepasan selaput anus). 6.
Anoplasty (perbaikan organ anus)

b. Non Medis
1. Toilet Training.
2. Dimulai pada usia 2-3 tahun.
3. Menggunakan strategi yang sama dengan anak normal..
4. Bowel Management.
5. Menjaga kebersihan kantung kolostomi, meliputi enema/irigasi kolon satu
kali sehari untuk membersihkan kolon.
6. Diet makanan termasuk pengaturan asupan laktasi (ASI)

c. Keperawatan :
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya
dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan
dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan
setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu
diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk
mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.

4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI


1. Pengkajian
1) Biodata klien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat psikologis Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4) Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5) Riwayat sosial Hubungan social
6) Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa Keperawatan
Dx Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake, muntah.
3) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.

Dx Post Operasi 1)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi. 2)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

3. Rencana Keperawatan a.
Diagnosa Pre Operasi Dx.
1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion Tujuan :
Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur. Kriteria
Hasil : 1.
Penurunan distensi abdomen 2.Meningkatnya
kenyamanan. Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi
rectal sesuai order R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada
anak.

2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam R/ Meyakinkan berfungsinya


usus

3. Ukur lingkar abdomen R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu


mendeteksi terjadinya distensi Dx. 2.Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan menurunnya intake, muntah

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria Hasil :

1. Output urin 1-2 ml/kg/jam

2. Capillary refill 3-5 detik

3. Turgor kulit baik

4. Membrane mukosa lembab

Intervensi :
1. Monitor intake – output cairan R/ Dapat mengidentifikasi status cairan
klien
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV R/ Mencegah dehidrasi
3. Pantau TTV R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang
tinggi Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang Kriteria
Hasil : Klien tidak lemas

Intervensi :

1.Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan
fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambar R/
Agar orang tua mengerti kondisi klien

2.Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua R/ Pengetahuan tersebut


diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan

3.Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi R/ Membantu


mengurangi kecemasan klien

b. Diagnosa Post Operasi

Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder


dari kolostomi.

Tujuan :Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut

Intervensi :

1. Gunakan kantong kolostomi yang baik


2. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong
3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter 6.Dx 2 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan :Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan
di rumah.

Intervensi :
1. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori
tinggi protein.
2. Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.

4. Evaluasi

Pre Operasi Post operasi


1. Tidak terjadi konstipasi 1.Kerusakan integritas kulit tidak
2. Defisit volume cairan tidak terjadi terjadi
3.Lemas berkurang 2.Klien memiliki pengetahuan
perawatan di rumah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia ani adalah malformasi kongenital dimana rectum tidak
mempunyai lubangkeluar (Walley, 1996). Etiologi secara pasti atresia ani
belum diketahui, namun adasumber mengatakan kelainan bawaan anus
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan anus dari
tonjolan embriogenik. Secara fungsional, atresia ani dibagimenjadi 2 yaitu
tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalisdan
tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar
tinja.Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan Sinar X terhadap abdomen, Ultrasound
terhadap abdomen, CT Scan danPemeriksaan fisik rektum.
Penatalaksanaan Medis yang sering dilakukan pada pasienatresia ani yaitu
pada Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah
yangdisebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital dan
Colostomisementara.

3. Saran
Sebagai seorang perawat yang professional, maka seharusnya kita
bisa melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir terutama pada
anggota badan yang rentanmengalami kelainan kongenital seperti anus.
Hal yang harus dilakukan adalah bayidilakukan colok dubur untuk
mengetahui apakah bayi mempunyai anus atau tidak. Laludianjurkan bayi
untuk menginap di klinik atau RS dalam waktu 24 jam untuk mengetahui

Apakah bayi sudah mengeluarkan mekonium atau tidak, kalau dalam


jangka waktutersebut bayi sudah mengeluarkan mekonium maka bayi
tidak mengalami kelainan.Untuk ibu bayi yang mengalami atresia ani
sebaiknya bias berkolaborasi dengan timmedis dalam melakukan
perawatan bayinya tersebut. Bayi terkadang dilakukan pembedahan
kolostomi dan harus dirawat secara ekstra agar kolostomi tersebut tidak
mengalami infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike- 3. Jakarta : EGC.

2. Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6.
Jakarta : EGC.

3. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri


Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai