Anda di halaman 1dari 15

Dosen Pengampu: Dwi Wulandari, S.Kep.,Ns,M.

Kep

MAKALAH

HIPERSENSITIVITAS TIPE 1

OLEH KELOMPOK 1

Irma Lestari (P201901016)


Nur Aisyah (P201901025)
Nalda Mariska (P201901012)
Irta Sisliawati (P201901006)
Aipul Saputra (P201901001)
Marzul Arzak (P201901009)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan ini
tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa
juga kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan HIPERSENSITIVITAS TIPE 1

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami banyak menemui hambatan dan
juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas
waktu yang telah di tentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, kami hanya dapat berharap
agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang
berarti dari usaha penulis selama ini.

Kendari, 30 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Patologis Hipersensitivitas Tipe 1.............................................................
B. System kekebalan Tubuh Yang Berperan Pada Reaksi
Hipersensitivitas Tipe 1.............................................................................
C. Contoh/jenis – jenis penyakit yang di timbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe 1..............................................................................
D. Jenis Uji Alergen yang di Gunakan ..........................................................
E. Terapi Modalitas atau komplementer Yang Dapat digunakan..................

BAB III PENUTUP.............................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non
spesifik dan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas
humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memperoduksi
5 macam imunoglobin (lgG, lgA, lgM, lgD, lgE) dan sistem imunitas seluler
yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bilamana ketemu dengan antigen
lalu megadakan liferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur
sel-sel lain untuk menghacurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ketubuh, maka tubuh akan mengadakan
respon. Bilamana alergi tersebut hancur maka ini merupakan hal yang
menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah kedaan imun. Tetapi, bila mana
merugikan jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi
hipersensitifitas atau alergi.
Mekanisme reaksi alergi adalah berdasarkan pada reaksi hipersensitifitas,
yaitu timbulnya respon lgE yang berlebihan terhadap bahan yang dianggap
sebagai alergen, sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator penyebab reaksi
alergi, walaupun pada orang normal reaksi ini tidak terjadi. Apabila reaksi
alergi ini berlangsung sangat berlebihan, dapat timbul syok anafilatik.
Histamin yang dilepaskan menimbulkan berbagai efek. Fasofilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler yang terjadi menyebkan pindahnya plasma
dan sel-sel lekosit ke jaringan, sehingga menimbulkan bintul-bintul berwarna
merah dipermukaan kulit sementara rasa gatal timbul akibat penekanan ujung-
ujung serabut saraf bebas oleh histamin. Kemudian kerusakan jaringan yang
terjadi akibat proses imflamasi menyebabkan sekresi protease, sehingga
menimbulkan rasa nyeri akibat perubahan fugsi. Efek lain histamin, yaitu
kontraksi otot polos dan perangsangan sekresi asam lambung, menyebkan
timbulnya kolik abdomen dan diare.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses patologis hipersensitivitas tipe 1?
2. Apa saja System kekebalan Tubuh Yang Berperan Pada Reaksi
Hipersensitivitas Tipe 1?
3. Apa saja Contoh/jenis – jenis penyakit yang di timbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe 1?
4. Apa saja Jenis Uji Alergen yang di Gunakan?
5. Apa saja Terapi Modalitas atau komplementer Yang Dapat digunakan?
C. Tujuan
1. Menegetahui proses patologis hipersensitivitas tipe 1.
2. Menegetahui System kekebalan Tubuh Yang Berperan Pada Reaksi
Hipersensitivitas Tipe 1.
3. Menegetahui Contoh/jenis – jenis penyakit yang di timbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe 1.
4. Menegetahui Jenis Uji Alergen yang di Gunakan.
5. Menegetahui Terapi Modalitas atau komplementer Yang Dapat
digunakan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Patologis Hipersensitivitas Tipe 1


1. Defenisi
Reaksi alergi (reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari
system kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal
mengalami cedera/terluka. mekanisme dimana system kekebalan
melindungi tubuh dan mekanisme tubuh adalah sama. Karena itu reaksi
alergi juga melibatkan antibody, limfosit, dan sel-sel lainnya yang
merupakan komponen dalam system imun yang berfungsi sebagai
pelindung yang normal pada system kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi
empat kelas (tipe 1-IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama
waktu reaksi hipersensitif. Tipe 1 hipersensitivitas sebagai reaksi segera
atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi
dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe 1 ditengahi
oleh Ig Eyang dikeluarkan dari sel mast dan basophil.
2. Patologis
Saat pertama kali masuknya allergen (ex. Telur) kedalam tubuh
seseorang yang mengonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena
lagi. Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengonsumsi
makanan yang sama barulah tampak gejala-gejala timbulnya alergi pada
kulit orang tersebut,. Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan
mengenali allergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T, dimana
sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibody
(Ig E). Proses ini mengakibatkan melekatnya antibody pada sel mast yang
dikeluarkan oleh basophil. Apabila seseorang mengalami paparan untuk
kedua kalinya oleh allergen yang sama maka akan terjadi 2 hal yaitu:
a. Ketika mulai terjadinya produksi sitokinin oleh sel T. sitokinin
memberikan efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-
sel radang misalnya netrofil dan eosinophil, sehingga menimbulkan
reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
b. Allergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibody (Ig E) yang
merangsang sel mast kemudian melepaskan histamine dalam jumlah
yang banyak, kemudian histamine tersebut beredar di dalam tubuh
melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, aklergen akan
menyebabkan terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria,
kemerahan pada kulit dan dermatitis. Pada saat mereka mencapai
paru-paru. Allergen, dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi
yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala
ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran,
menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan
kematian

Gambar 1.1 Hipersensitivitas tipe 1

Allergen yang masuk ke tubuh akan ditangkap oleh fagosit seperti


makrofag, yang selanjutnya mengaktifkan sel T helper 2. Sel TH limfosit B untuk
membentuk Ig E. IgE ini akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor untuk (Fce-R)
seperti sel mast, basophil dan eosinophil. Sementara sel memori T dan B menyimpan
memori tentang pajanan pertama terhadap allergen. Bila tubuh terpajan ulang dengan
allergen yang sama, allergen yang masuk tubuh akan diikat IgE ( spesifik ) pada
permukaan sel yang menimbulkan degranulasi sel mast. Degranulasi tersebut
mengeluarkan berbagai mediator antara lain histamine, prostaglandin, sitokinin dan
lainnya yang dapat granul-granul sel dan menimbulkan gejala pada reaksi
hipersensitivitas tipe 1 berupa Vasodilatasi pembuluh darah, brokonkonstriksi dan
peningkatan permeabilitas vascular ( Silverthorn et al. 2013 ).

B. System kekebalan Tubuh Yang Berperan Pada Reaksi Hipersensitivitas


Tipe 1
a. Histamin
adalah suatu senyawa amina nitrogen organik yang disebut juga
bioamina. Histamin ditemukan oleh dr. Paul Ehrlich pada tahun 1878.
Histamin terlibat di dalam sistem kekebalan tubuh, mengatur fungsi sistem
pencernaan dan berfungsi sepagai neurotransmiter dalam otak, sumsum
tulang belakang dan rahim.
Peran histamine dalam system imun adalah menimbulkan gejala alergi
pada seseorang untuk mengusir benda asing yang bisa juga disebut
sebagai allergen tersebut. Salah satu contoh pengeluaran benda asing dari
tubuh yang dipicu oleh senyawa in adalah bersin
Saat seseorang terpapar allergen tertentu, system imunnya akan segera
bereaksi dengan mengirimkan sinyal pada sel mast – entah itu sel mast di
kulit, paru-paru, hidung, mulut, usus, hingga darah. Sinyal pesan tersebut
adalah perintah untuk segera melepaskan histamine
Dari sel mast, histamine kemudian meningkatkan aliran darah di tubuh
yang terpapar allergen. Hal ini kemudian menimbulkan inflamasi atau
peradangan, yang juga terjadi atas kerja sama senyawa lain dalam system
imun. Kemudian, histamine akan berhenti di reseptor tubuh.
Gambar 1.2 pelepasan histamine akan berujung pada reaksi alergi tertentu

Akhirnya, histamine akan menimbulkan reaksi tertentu di sekitar


bagian tubuh yang terpapar allergen. Misalnya, apabila allergen seperti
debu “menyentuh” hidung anda, histamine akan memerintahkan
membrane mukosa untuk menghasilkan lebih banyak mucus atau lendir.
Pelepasan mucus tersebut membuat hidung penderitanya menjadi
berair. Lendir atau mucus ini juga dapat memengaruhi tenggorokan yang
memicu batuk-batuk.
b. Immunoglobulin E (IgE)
Antibodi IgE umumnya ditemukan di darah dalam jumlah yang sedikit.
Namun, jumlah antibody IgE akan meningkat ketika tubuh mengalami
reaksi peradangan akibat alergi. Secara medis, pemeriksaan antibodi IgE
dilakukan untuk mendeteksi penyakit alergi dan infeksi parasit.
c. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di
dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman,
virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah putih
akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi IgE untuk
melawannya.
Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam tubuh
atau menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan mudah
mengenalinya dan melakukan perlawanan karena antibodi sudah
terbentuk lebih dulu.
C. Contoh/jenis – jenis penyakit yang di timbulkan reaksi hipersensitivitas
tipe 1
Beberapa reaksi yang timbul akan tergantung sistem organ mana yang
terpengaruh. Beberapa gangguan yang termasuk hipersensitivitas tipe ini
adalah::
1. Urtikaria atau biduran yaitu ruam gatal pada kulit.
2. Rhinitis atau reaksi alergi pada saluran pernapasan yang menyebabkan
bersin, hidung tersumbat atau berair, dan gatal.
3. Asma, di mana terjadi penyempitan saluran napas, produksi lendir, dan
peradangan saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan sesak napas.
4. Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berdampak pada seluruh tubuh dan
dapat menyebabkan kematian. Reaksi anafilaksis bisa meliputi kesulitan
bernapas, tekanan darah menurun drastis (syok), dan tenggorokan serta
wajah membengkak sehingga dapat berakibat fatal. Jika terjadi, penderita
perlu segera mendapat pertolongan medis.
D. Jenis Uji Alergen yang di Gunakan
Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin prick test ( tes Tusuk kulit ). Tes ini untuk memeriksa alergi
terhadap allergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu,
serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain.
2. Patch tes (Tes temple). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak
terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim.
3. RAST ( Radio Allergo Sorbent Test ). Tes ini untuk mengetahui alergi
terhadap allergen hirup dan makanan.
4. Skin test ( Tes Kulit ). Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi
terhadap obat yang di suntikkan.
5. Tes provokasi, tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap
obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk allergen hirup,
contohnya debu.
E. Terapi Modalitas atau komplementer Yang Dapat digunakan
Penanganan gangguan alergi berdasarkan pada empat dasar :
1. Menghindari allergen
2. Terapi farmakologis
a. Adrenergic
Yang termasuk obat-obat adalah katelokamin (epinefrin,
isoetarin, isoproterenol, bitolterol) dan nonkatelomin (efedrin,
albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutalin, pributerol,
prokaterol, dan fenoterol). Inhalasi dosis tunggal salmeterol dapat
menimbulkan bronkodilatasi sedikitnya selama 12 jam,
menghambat reaksi fase cepat maupun lambat terhadap allergen
inhalen, dan menghambat hiperesponsivitas bronkial akibat
allergen selama 34 jam.
b. Antihistamin
Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing dengan
histamine pada reseptor di berbagai jaringan. Karena antihistamin
berperan sebagai antagonis kompetitif mereka lebih efektif dalam
mencegah daripada melawan kerja histamine.
c. Kromolin sodium
Kromolon sodium adalah garam sodium 1,3-bis-2-
hidroksipropan. Zat ini merupakan analog kimia obat khellin yang
mempunyai sifat merelaksasikan otot polos. Obat ini tidak
mempunyai sifat bronkodilator karenanya obat ini tidak efektif
untuk pengobatan asma akut. Kromolin paling bermanfaat pada
asma alergika atau ekstrinsik.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat paling kuat yang tersedia untuk
pengobatan alergi. Beberapa pengaruh prednisone nyata dalam 2
jam sesudah pemberian peroral atau interavena yaitu penurunan
eosinophil serta limfosit primer. Steroid topical mempunyai
pengaruh local langsung yang meliputi pengurangan radan,
edema, produksi mucus, permeabilitas vaskuler, dan kadar Ig E
mukosa.
3. Imunoterapi
Imunoterapi diindikasikan pada penderita rhinitis alergi asma
yang diperantarai Ig E atau alergi terhadap serangga. Imunoterapi
dapat menghambat pelepasan histamine dari basophil pada tantangan
dengan antigen E ragweed in vitro. Leukosit individu yang diobati
memerlukan pemaparan terhadap jumlah antigen E yang lebih banyak
dalam upaya melepaskan histamine dalam jumlah yang sama seperti
yang mereka lepaskan sebelum terapi. Preparat leukosit dari beberapa
penderita yang diobati bereaksi seolah-olah mereka telah
terdesentisasi secara sempurna dan tidak melepaskan histamine pada
tantangan dengan antigen E pada kadar berapapun.
4. Profilaksis
Profilaksis dengan anabolic atau plasmin inhibitor seperti
traneksamat, sering kali sangat efektif untuk urtikaria atau
angioderma.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif terhadap bahan-bahan yang umunya
non imunogenik.
Reaksi tipe 1 disebut juga reaksi cepat, atau reaksi alergi, yang timbul
kurang dari 1 jam sesudah tubuh terpajan oleh allergen yang sama untuk
kedua kalinya. Pada reaksi tipe ini, yang berperan adalah antibody Ig E, sel
mast ataupun basifil, dan sifat genetic seseorang yang cenderung terkena
alergi ( atopi ).
Reaksi tipe 1 dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi
local. Pemberian antigen protein atau obat (misalnya, penisilin) secara
sistemik (parental) menimbulkan anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit
setelah pajanan, pada pejamu tersentisasi akan muncul rasa gatal, urtikaria
(bintik merah dan bengkak), dan eritems kulit, diikuti oleh kesulitan bernafas
berat yang disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan
hipersekresi mucus.
B. Saran
Memilih jenis pemeriksaan yang tepat terkait dengan penegakkan
diagnosis agar dapat menentukan tipe hipersensitivitas yang nantinya akan
sangat membantu dalam usaha pemberian terapi. Informasi yang lengkap dan
akurat sangat dibutuhkan tentang suatu penyakit mulai dari manifestasi klinis.
DAFTAR PUSTAKA

Nuzulul hikmah, I Dewa Ayu Ratna Dewanti. 2020. Seputar Reaksi Hipersensitivitas
( alergi ). Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. No. 2 2010: 108-12.
Riswayati. 2015. Reaksi Hipersensitivitas Atau Alergi. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 13 (26 ) Des. 2015. ISSN : 1693 – 1157.
Siverthorn et al. 2013. Fisiologi Manusia: Sebuah Pendekatan Terintegrasi, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.5 jilid 2. Jakarta:
Internal Publishing.
https://id. Sribd.com/doc/119450780/Hipersensitifitas-tipe-1
https://www.alodokter.com/antihistamin
https://www.alodokter.com/ini-yang-terjadi--saat-kadar-eosinofil-tidak-normal
https://www.academia.edu/9045789/Hipersensitivitas
https://www.alodokter.com/memahami-jenis.dan-fungsi-tes-antibiodi
https://www.sehatq.com/artikel/histamin-adalah-senyawa-dalam-sistem-imun-yang-
picu-reaksi-alergi.

Anda mungkin juga menyukai