Anda di halaman 1dari 10

Tingginya Kandungan Patogen Pada Manajemen Air Ballast Standar D-2

Di MV. Port Hedland


Prasetyo, A.N a), Hermanto, A.W b), Miftachussidqi,M.A c)
a
Dosen Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
bDosen Program Studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
cTaruna (NIT. 541711106330 N) Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang .

Air ballast dari kapal adalah air yang bersifat Untuk mencegah serta mengurangi dampak buruk dari air
berbahaya karena mungkin mengandung pathogen yang ballast yang membawa spesies mikroorganisme dan
dapat merusak ekosistem air. Penelitian ini dilakukan patogen yang dapat menjadi parasit di tempat lain, IMO (
untuk mengetahui penyebab, dampak serta upaya dari International Maritime Organization) selaku organisasi
tingginya kandungan patogen yang terjadi guna maritime dunia mengadakan konferensi yaitu “The
menjadikan kandungan patogen sesuai dengan regulasi. International Convention for the Control and Management
Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif of Ships’ Ballast Water and Sediments, 2004” yaitu
yaitu melakukan observasi selama kegiatan manajemen air konferensi yang mengatur manajemen air ballast dan
ballast standar D-2 dan mengumpulkan data dari sedimen pada kapal. Konferensi ini mulai berlaku pada
observasi, dokumentasi, dan interview serta pemahaman tanggal 8 September 2017 di dunia. Kapal yang
konsep mengenai pathogen dan manajemen air ballast menggunakan air ballast guna membantu menstabilkan
standar D-2 di kapal MV.Port Hedland. kapal, mengurangi stress pada badan kapal,
meningkatkan propulsi serta manuver kapal, dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab mempertahankan tingkat keamanan beroperasi selama
dari tingginya kandungan pathogen yang ada dikarenakan berlayar wajib mengelola air ballast sesuai dengan BWM
Standard Operating Procedure serta Plan Maintenance Convention, 2004.
System yang dilakukan tidak sesuai dengan manual book. Dalam melakukan management pengolahan air
Dampak yang ditimbulkan yaitu tercemarnya ekosistem ballast yang sesuai dengan “Ballast Water Management
air laut disekitar pelabuhan serta kerugian perusahaan. Convention, 2004” kapal yang berlayar wajib mengelola
air ballastnya sesuai dengan standar manajemen D2
Upaya yang dilakukan yaitu melakukan Standard
maupun D1 guna menghindari terjadinya invansi spesies
Operating Procedure serta Plan Maintenance System dan polusi akibat air ballast. Dalam Implementasi BWM
dengan benar sebagai upaya preventif serta melakukan Convention, 2004. IMO (International Maritime
pergantian air ballast saat perjalanan menuju pelabuhan Organization) menjadwalkan implementasi yang telah
tiba sebagai tindakan represif. disepakati oleh MEPC (Marine Environment Protection
Commitee) mengenai kepatuhan terhadap pengelolaan air
ballast sesuai standar D2 akan dilakukan secara bertahap
Kata kunci: Patogen, Manajemen Air Ballast D-2 untuk setiap kapal hingga 8 september 2024 dan bagi
kapal-kapal yang belum masuk ke dalam kewajiban untuk
I. PENDAHULUAN menggunakan standar D-2 dapat menggunakan standar D-
Sejak diperkenalkan kapal berbadan besi di dunia, 1 dalam manajemen air ballastnya. Regulasi air ballast
air telah banyak digunakan untuk membantu menstabilkan yang dibentuk oleh IMO (International Maritime
kapal di laut saat berlayar. Air ballast dipompa masuk ke Organization) bertujuan untuk meminimalkan resiko
dalam kapal dan ditampung pada tangki-tangki ballast masuknya spesies baru ke daerah perairan lain.
untuk membantu dalam menstabilkan kapal, mengurangi Standar manajemen air ballast D-1 (Ballast Water
stress pada badan kapal, meningkatkan propulsi serta Exchange) yang masih berlaku sampai saat ini
maneuver kapal, dan dapat mempertahankan tingkat dilaksanakan dengan cara membilas air ballast sebanyak
keamanan beroperasi kapal selama berlayar. tiga kali di laut yang berjarak lebih dari 200 nautical mile
Walaupun air ballast merupakan faktor yang sangat dari bibir pantai terluar dengan ke dalaman lebih dari 200
penting dalam keamanan dan efisiensi selama kapal meter. Sedangkan standar manajemen air ballast D-2
berlayar, namun air ballast ini juga dapat merusak (Ballast Water Treatment). Standar ini mensyaratkan
ekosistem dalam laut karena mengandung berbagai adanya treatment bagi air ballast yang ditemukan adanya
macam spesies mikroorganisme laut yang terbawa oleh kandungan lebih dari 10 mikroorganisme per meter kubik
air ballast dari kapal. Spesies yang terbawa oleh air ballast yang berukuran lebih dari atau sama dengan 50 mikron.
yaitu seperti bakteri, mikroba, telur dan larva serta Dengan adanya pengolahan ini maka diharapkan tidak
patogen dari berbagai macam kehidupan di lautan. akan ada lagi mikroorganisme serta patogen yang lolos ke
Beberapa dari spesies tersebut dapat bertahan hidup dan dalam lingkungan baru, sehingga kerusakan lingkungan
dapat tumbuh berkembang biak menjadi parasit di dapat dicegah.
ekosistem laut tempat lain. Imbasnya dari spesies MV. Port Hedland telah menggunakan Standar
organisme patogen yang menjadi parasit di tempat baru Manajemen Air Ballast D-1 sejak berlayar tahun 2010
dapat merusak ekosistem di tempat baru tersebut. hingga tahun 2019. Pada tahun 2019, kapal masuk ke
Berkaitan Invansi spesies sebagian besar dibawa oleh dalam Dry Docking di Longshan Shipyard, China. Kapal
air ballast dari kapal yang beroperasi di laut khususnya masuk ke dalam Dry Docking untuk melakukan
kapal yang berlayar lintas samudra, ini dikarenakan perawatan rutin serta mengganti system manajemen air
meningkatnya lalulintas pelayaran di dunia seiring dengan ballast dengan system yang terbaru sesuai regulasi BWM
laju perkembangan perekonomian global yang terjadi. Convention, 2004 yang dibentuk oleh IMO (International

1
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
Maritime Organization). Dalam proses penggantian
system dari Standar Manajemen Air Ballast D-1 ke 2.1.2. Air Ballast
Standar Manajemen Air Ballast D-2 kapal menambahkan Air Ballast menurut dari [2]BWM
beberapa alat untuk proses Treatment air ballast sesuai Convention, 2004 (Ballast Water Management
regulasi IMO (International Maritime Organisation). Convention) tahun 2004 yang telah diadakan oleh
Treatment yang digunakan dengan maksud dan tujuan IMO (International Maritime Organization), pada
untuk mencegah terjadinya pencemaran air laut yang pasal 1 butir 3, disebutkan bahwa : Ballast water
disebabkan oleh patogen yang terbawa dari lingkungan means water with its suspended mater taken on
laut lain didalam air ballast. Penggunaan sistem board a ship to control trim, list, draught,
manajemen air ballast standar D-2 ini masih baru dalam stability or stresses of the ship. Artinya : Air
dunia pelayaran. Pada perusahaan H-Line tempat penulis ballast adalah air dengan zat atau bahan atau
melakukan penelitian, sistem ini merupakan sistem yang barang yang memiliki ketergantungan terhadap air
pertama diterapkan pada kapalnya. tersebut, yang dibawa oleh kapal untuk
Dalam penggunaan proses manajemen air ballast D-2 mengendalikan trim, list (kemiringan), benaman
(Ballast Treatment) pada MV.Port Hedland terjadi kapal, stabilitas atau tekanan pada kapal.
masalah yang timbul pada proses ballast sehingga Peraturan mengenai air ballast yang
mengakibatkan pinalti atau deficiency dari pihak PSC dari dibentuk oleh IMO (International Maritime
Pelabuhan Newcastle, Australia. Masalah yang terjadi Organisation) bertujuan mencegah terjadinya
dikarenakan masih terdapatnya patogen yang masih polusi yang ditimbulkan karena proses ballast dari
melebihi batas maksimum pada air ballast saat dilakukan kapal. Dalam BWM Convention, 2004
pengecekan oleh PSC setempat. menetapkan dua standar manajemen air ballast
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis yang bisa digunakan oleh kapal saat melakukan
uraikan diatas penulis akan mengangkat penelitian yang proses ballast yaitu dengan standar D-1 dan D2.
berjudulkan “Tingginya Kandungan Patogen Pada
Manajemen Air Ballast Standar D-2 di MV. Port 2.1.3. Manajemen Air Ballast Standar D-1
Hedland”. Manajemen air ballast standar D-1
merupakan standar ballast yang digunakan untuk
Dari beberapa masalah yang timbul pada object meminimalisir terjadinya resiko masuknya spesies
penelitian serta berdasarkan judul dan latar belakang yang baru ke daerah perairan lain dengan metode
telah diuaikan penulis, maka penulis merumuskan Ballast Water Exchange yaitu pertukaran air
masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ballast. Manajemen air ballast ini masih berlaku
adalah: hingga 8 September 2024 menurut hasil BWM
1.1. Apa faktor penyebab tingginya patogen pada tangki Convention tahun 2004. [3]Standar D-1 sesuai
ballast saat penggunaan Manajemen Air Ballast dengan surat edaran nomor: 003/8/6/BKI
Standar D-2 pada MV.Port Hedland? mewajibkan kapal melakukan pertukaran air
1.2. Apa dampak dari tingginya patogen pada tangki ballast dengan jarak 200 nm dari garis pantai
ballast saat penggunaan manajemen air ballast terdekat dan dengan kedalaman paling tidak 200
standar D-2 di MV.Port Hedland? meter, namun untuk kasus-kasus tertentu apabila
1.3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mencegah kapal tidak mendapat jarak 200 nm dari garis
tingginya kandungan patogen pada air ballast dengan pantai terdekat maka pertukaran air ballast dapat
manajemen air ballast standar D-2 di MV.Port dilakukan pada jarak paling tidak 50 nm dari garis
Hedland? pantai terdekat dengan kedalaman paling tidak 200
meter.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka 2.1.4. Manajemen Air Ballast Standar D-2
2.1.1. Patogen. Manajemen air ballast standar D-2
[1]Menurut Schulman (2019) patogen merupakan standar ballast yang digunakan untuk
adalah sebuah organisme yang dapat meminimalisir terjadinya resiko masuknya spesies
menyebabkan penyakit. Patogen banyak baru kedaerah perairan lain dengan metode Ballast
ditemukan pada ekosistem yang tidak terjaga Water Treatment yaitu melakukan treatmen pada
kebersihannya. Pada ekosistem pantai, patogen air ballast. Standar D-2 ini dilakukan dengan
dapat muncul karena berbagai faktor. Salah satu dengan adanya treatment bagi air ballast. Standar
dari faktor terbesar yaitu dikarenakan terbawa oleh D-2 sesuai regulasi harus di gunakan oleh seluruh
air ballast kapal. Kapal-kapal yang melakukan kapal pada saat 8 September 2024. Pada tanggal
ballasting dari lingkungan kurang bersih kemudian tersebut seluruh kapal sudah harus sudah
melakukan de-ballasting pada lingkungan yang menggunakan metode air ballast dengan standar
baru sebagian besar beresiko membawa patogen D-2.
ke lingkungan baru. Kejadian tersebut dapat Pada MV. Port Hedland ballast treatment
menimbulkan rusaknya spesies laut pada yang digunakan berasal dari produsen DSEC CO. ,
lingkungan baru oleh patogen yang terbawa air LTD dan mulai di berlakukan sesuai [3]Final
ballast kapal. Bakteri Patogen yang diregulasikan Ballast Water Management Plan kapal pada 7
oleh IMO serta dilakukan batasan kandunganya di January 2020. Ketentuan-ketentuan standar
dalam air ballast saat melakukan manajemen air manajemen air ballast yang berlaku saat
ballast dengan standar D-2 yaitu Toxicogenic menggunakan standar D-2 yaitu dapat dilihat
V.cholerae , E.coli, dan Intestinal enterococci. dalam tabel sebagai berikut:
Jumlah maksimum kandungan dari patogen
tersebut pada manajemen air ballast dibatasi oleh
IMO untuk mencegah terjadinya pencemaran.

2
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
yang dikeluarkan kapal dalam keadaan bersih
Tabel 1 Requirement for Ballast Water dan tidak mencemari lingkungan sekitar.
Management D-2

Gambar 2 Alur De-Ballasting


*cfu = colony forming unit
2.2. Kerangka Pikir
2.1.5.Alur Ballasting

Alur proses Ballasting sesuai dengan


manual book dan Final Ballast Water
Management Plan kapal MV. Port Hedland, air
ballast dipompa masuk dengan pompa ballast
melalui sea chests kapal. Kemudian air ballast
melalui sensor FMU (Flow Meter Unit) untuk
mendeteksi kecepatan air ballast pada pipa
ballast serta pemberian zat kimia Sodium
Thiosulfate untuk membantu proses disinfeksi air
ballast. Air ballast selanjutnya melalui Strainer
untuk disaring dan air ballast melewati ECU (
Electro-Chamber Unit) untuk proses Elecrolysis
serta akan melewati TRO Sensor Unit untuk
diberi cairan kimia sebelum masuk kedalam
tangki ballast.

Gambar 1 Alur Ballasting

2.1.6.Alur De-Ballasting
Gambar 3 Kerangka Pikir
Alur proses De-Ballasting sesuai dengan III. METODOLOGI
manual book dan Final Ballast Water
Management Plan (2020) kapal MV. Port 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Hedland yaitu air ballast yang telah di tampung 3.1.1. Waktu penelitian
dalam tangki air ballast dipompa menggunakan Penelitian dilakukan selama dua belas bulan
pompa ballast menuju ke sea chests kapal untuk ketika masa praktek laut berlangsung, yaitu
di buang ke laut. Namun sebelum air ballast mulai pada tanggal 17 Agustus 2019 sampai
dibuang kelaut melalui sea chest air ballast dengan tanggal 24 Agustus 2020.
melewati FMU (Flow Meter Unit) untuk 3.1.2. Tempat penelitian
mengetahui kecepatan dari air ballast di dalam Adapun tempat penelitian dilaksanakan sebagai
pipa. Air ballast kemudian melewati ANU (Auto berikut:
Neutralization Unit) untuk menetralkan air Nama kapal : MV. Port Hedland
ballast yang akan dibuang dan TSU (Tro Sensor Call sign : 3FEM3
Unit) untuk mengetahui Total Residual Oxidant Pemilik : H-Line Shipping
yang masih terdapat di dalam air ballast. Jika air Bendera : Panama
ballast masih mengandung residual melebihi Classification : KR CLASS
batas yang telah ditentukan maka sensor akan IMO Number : 9454527
memberi sinyal dan sistem dari TSU akan Builder : HYUNDAI SAMHO HEAVY
otomatis mengalirkan cairan kimia Total INDUSTRIES CO.,LTD
Chlorine untuk menetralisir kandungan residu Tahun : 2010
yang masih tinggi. Maka diharapkan air ballast 3.2. Jenis Data
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
3
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
kegunaan tertentu. Data adalah depenelitian dasar dari D-2 yang dilakukan di atas kapal MV. Port
benda, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang Hedland saat kapal melakukan pengoperasian
merupakan keterangan yang benar dan nyata atau selama 5 kali proses ballasting dan 5 kali
bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian dalam proses de-ballasting dengan standar D-2.
suatu analisis atau kesimpulan tetapi belum diolah 3.3.2. Wawancara
sehingga belum menyampaikan arti tertentu. Data Wawancara merupakan suatu kegiatan
dilihat dari cara memperolehnya dibagi menjadi dua, untuk memperoleh suatu informasi secara
yaitu: mendalam tentang sebuah tema atau isu yang
3.2.1. Data primer diangkat di dalam penelitian, atau merupakan
[4]Menurut Sugiono (2009:245) Data proses pembuktian terhadap informasi ataupun
primer merupakan sumber-sumber dasar yang keterangan yang telah diperoleh melalui teknik
merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lain sebelumnya. Tujuan pokok dari
yang lalu, dimana sumber primer adalah gudang wawancara yaitu untuk memperoleh data yang
atau tempat penyimpanan yang original dari aktual dan sesuai pengalaman, dalam hal ini
data sejarah. Penulis dalam hal ini memperoleh mengenai tingginya kandungan patogen yang
data primer dari observasi di lapangan dan terjadi dalam manajemen air ballast standar D-2
wawancara dengan perwira kapal yang terkait akan disusun agar saling berhubungan dan
serta dengan superintendent dan Port State mendukung dalam menjawab pertanyaan
Control terkait permasalahan yang akan penulis penelitian yang diangkat dalam skripsi ini.
angkat. Penulis melakukan wawancara terhadap
3.2.2. Data sekunder chief officer MV. Port Hedland, Superintendent,
Data sekunder adalah sebuah data yang Australian Maritime Safety Authority, dan
memiliki suatu bentuk nyata, dari suatu ordinary seaman di dalam mengumpulkan
penelitian yang dapat dijadikan acuan informasi mengenai tingginya kandungan
penelitian, dan data sekunder diperoleh dari patogen yang terjadi. Dalam melakukan
kajian-kajian pustaka yang diambil dari buku. wawancara (Interview), pewawancara harus
Data ini didapat dari refrensi-refrensi maupun menciptakan hubungan yang baik dengan
buku yang berkaitan dengan object penelitian informan sehingga dapat memberikan informasi
skripsi ataupun dengan masalah yang akan yang mendalam dan yang sebenarnya.
dibahas. Data ini diperlukan sebagai pedoman Wawancara yang dilakukan penulis secara
teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata terstruktur (tertulis) dimana penulis menyusun
dalam observasi langsung. terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan dalam wawancara. Hal ini ditujukan
3.3. Metode Pengumpulan Data agar pembicaraan dalam wawancara lebih
Metode pengumpulan data merupakan tahapan terarah dan fokus pada tujuan. Selain itu hal ini
yang paling strategis dalam melakukan penelitian juga digunakan sebagai patokan umum dan
karena diperlukan untuk mendapatkan informasi yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh penulis
dibutuhkan dalam penelitian. Penulisan penelitian ini melalui pertanyaan langsung saat wawancara
dalam pengumpulan datanya menggunakan beberapa berlangsung.
metode pengumpulan data sebagai berikut:
3.3.1. Observasi 3.3.3. Dokumentasi
[5]menurut Sujarweni (2014:32)Observasi Dokumentasi merupakan salah satu teknik
merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan pengumpulan data yang digunakan oleh penulis
informasi yang diperlukan untuk menyajikan dengan mencatat serta mengambil gambar
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian guna bagian-bagian dari sistem manajemen air
menjawab pertanyaan penelitian, untuk ballast standar D-2 serta saat melakukan
membantu mengerti perilaku manusia, dan perbaikan maupun perawatan terhadap alat-alat
untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran yang berkaitan dengan manajemen air ballast
terhadapaspek tertentu dan melakukan umpan standar D-2 dan sistemnya. Pada teknik
balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil pengumpulan data ini penulis juga memperoleh
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, data penunjang dengan cara membaca
objek, kondisi atau suasana tertentu. dokumen-dokumen seperti Ballast Water
Observasi juga merupakan suatu usaha Management Plan MV. Port Hedland, ballast
ilmiah untuk mengumpulkan data yang record book, ballast manual book, ballast
dilakukan secara sistematis terhadap subjek handling log dan dokumen lain tentang
pengamatan. Berdasarkan penelitian yang manajemen air ballast standar D-2 yang
dilakukan di kapal, dengan metode ini penulis terdapat di atas kapal MV. Port Hedland. Data
mendapatkan data mengenai tingginya tersebut merupakan data yang konkrit dan dapat
kandungan patogan pada manajemen air ballast memberikan keterangan nyata yang benar-benar
standar D-2. Tujuan dari penulis melakukan terjadi di atas kapal, data yang didapat tersebut
observasi adalah untuk mengerti keadaan objek juga telah didokumentasikan serta dilaporkan
yang dijadikan topik, yaitu mengenai penyebab kepada owner kapal MV. Port Hedland.
dan dampak dari tingginya kandungan patogan
pada manajemen air ballast standar D-2 serta 3.4. Teknik Analisa Data
upaya yang dilakukan untuk mengurangi Analisis data yang digunakan penulis pada skripsi ini
tingginya kandungan patogen pada manajemen adalah dengan munggakan metode deskriptif kualitatif,
air ballast standar D-2. Dalam melakukan yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang
observasi, penulis melakukan pengamatan dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
langsung kepada manajemen air ballast standar angka. Data yang diperoleh berasal dari naskah,
4
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan penelitian dilakukan. Setelah melakukan verifikasi kita
sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga dapat dapat melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan
memberikan kejelasan terhadap realitas masalah yang hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi.
terjadi serta dapat mengambil tindakan yang akan
dilakukan.
Analisa data menurut V.Wiratna Sujarweni (2014) IV. DISKUSI
“analisis data” adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode 4.1. Gambaran Umum Objek yang Diteliti
atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga Kapal MV. Port Hedland dimana penulis melakukan
memperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau penelitian merupakan kapal curah dan memiliki 9 palka
masalah yang ingin dijawab. Melalui aktivitas-aktivitas untuk mengangkut muatan. Kapal ini memiliki panjang
tersebut, data kualitatif yang biasanya bertumpuk- keseluruhan badan kapal 291.97 meter dan lebar kapal
tumpuk dan berserakan bisa disederhanakan guna 45 meter. Kapal ini memiliki total 16 tangki ballast
dipahami dengan mudah. dengan susunan 6 tangki ballast di samping kanan dan
Analisa data dilakukan selama pengumpulan data kiri muatan, 1 tangtki ballast depan (FPK), 1 tangki
dilapangan dan setelah semua data terkumpul. Dalam ballast belakang (APK), dan 2 tangki ballast kamar
melakukan proses analisis data terdapat tiga komponen mesin yang dapat digunakan untuk menampung air
utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap ballast dengan kapasitas total tangki ballast sebanyak
peneliti. Menurut H.B Sutopo (2012) tiga komponen 53, 785.5 M3 untuk dapat menampung air ballast di
utama tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan atas kapal sesuai yang telah terlampir pada lampiran
penarikan simpulan serta verifikasinya. perihal ship particullar.
Kondisi awal kapal saat penulis melakukan onboard
3.5. Reduksi Data pertama kali padatanggal 17 Augustus 2019, sistem
[6]menurut Sugiyono (2015)Reduksi data merupakan manajemen air ballast yang digunakan masih
proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan menggunakan standar D-1. Metode pada manajemen
serta keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. air ballast standar D-1 yang di lakukan oleh chief
Reduksi data juga dapat diartikan sebagai proses officer dalam hal ini sebagai perwira yang bertanggung
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, jawab terhadap manajemen air ballast di atas kapal
pengabstrakkan, dan transformasi data “kasar” yang susuai perintah dari kapten yaitu dengan sequential
muncul berdasarkan catatan lapangan. Reduksi data method maupun flow-through method. Namun dalam
dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan data yang didapat pada ballast record book yang
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, terdapat di atas kapal tercatat mulai dari tanggal 17
menulis memo, dan lain sebagainya. Hal tersebut agustus 2019 sampai kapal memasuki dry-dok, metode
dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk sequential method hanya dilakukan 1 (satu) kali oleh
menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan dan chief officer, sedangkan yang lainnya menggunakan
kemudian data tersebut diverifikasi. metode flow-through method. Hal ini dikarenakan
menurut chief officer dengan menggunakan metode
3.6. Penyajian Data flow through di atas kapal MV. Port Hedland prosesnya
Setelah mereduksi data langkah selanjutnya yang akan lebih cepat dibandingkan dengan saat
dilakukan adalah penyajian data. Penyajian data menggunakan sequential method.
menurut Rasyad (2002) dilakukan untuk menganalisis Metode manajemen air ballast dengan menggunakan
masalah agar mudah dicari pemecahannya. Penyajian standar D-1 yang digunakan di atas kapal bertujuan
data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, untuk pencegahan pencemaran maupun terjadinya
dengan tujuan disusun sebagai penggabungan informasi invasi spesies dan masuknya bakteri patogen di
dalam bentuk yang padu dan mudah untuk dipahami. perairan sekitar. Namun dikarenakan regulasi serta
Pada langkah ini peneliti berusaha untuk menyusun edaran dari IMO mengharuskan kapal MV. Port
data yang relevan sehingga informasi dapat Hedland mengganti manajemen air ballast yang ada di
disimpulkan dan memiliki makna yang digunakan atas kapal dengan manajemen air ballast standar D-2
dalam menjawab pertanyaan penelitian. Langkah yang biasa disebut dengan ballast
selanjutnya yang dilakukan dalam proses penelitian treatment.Manajemen air ballast standar D-2 juga lebih
kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan aman untuk lingkungan dalam menghindari terjadinya
temuan dan melakukan verifikasi data. pencemaran di ekosistem sekitar.
4.2. Analisis Masalah
3.7. Penarikan Sipulan dan Verivikasi 4.2.1. Faktor Penyebab Tingginya Patogen Pada Tangki
[7]Penarikan simpulan menurut Miles dan Huberman Ballast Pada Manajemen Air Ballast Standar D-2
(2012) merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis Di MV. Port Hedland
data. Penarikan kesimpulan ini merupakan tindakan 4.2.1.1. Faktor Manusia / Human Error
akhir dari pengolahan data. Tahap ini merupakan tahap Faktor yang menjadi penyebab dari
penarikan kesimpulan dari seluruh data yang telah tingginya kandungan patogen yang masih
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. terjadi di atas kapal MV. Port Hedland
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah suatu saat menggunakan manajemen air ballast
usaha yang dilakukan untuk memahami makna atau standar D-2 salah satunya yaitu dari
arti, pola-pola, keteraturan, penjelasan, serta alur sebab faktor manusia atau human error.
akibat. Sebelum masuk pada proses penarikan Manusia yang dalam hal ini adalah crew
simpulan serta verifikasi dalam penelitian terlebih dari kapal MV. Port Hedland menjadi
dahulu dilakukan reduksi data serta penyajian data. faktor penting dari penyebab tingginya
Proses analisis tidak sekali jadi melainkan interaktif, kandungan patogen saat menggunakan
secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian manajemen air ballast standar D-2.
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu Selain itu chief officer di kapal MV. Port
5
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
Hedland berperan penting dalam ballasting pada perairan yang tidak
pengoperasian serta perawatan yang bersih di dekat perairan cina zat kimia
dilakukan terhadap komponen-komponen yang tergunakan pada TSU sangat
ballast treatment di atas kapal guna banyak.
menunjang berjalannya manajemen air Hal ini memperlambat proses
ballast standar D-2 di atas kapal ballasting karena crew kapal harus sering
berjalandengan baik. mengganti zat kimia yang berada pada
TSU secara terus menerus dan juga
Perawatan serta pengoperasian yang dapat mengakibatkan tingginya
tidak sesuai dengan Plan Maintenance kandungan patogen jika tejadi lalai dalam
System (PMS) Dan Standard melakukan refill dalam pengoperasian
Operasional Procedure (SOP), ballast treatment.
kurangnya pengetahuan crew kapal 4.2.1.3. Faktor Mesin
dalam pengoperasian ballast treatment, Mesin maupun komponen-
serta kurangnya koordinasi dalam komponen yang terdapat di dalam ballast
melakukan suatu pekerjaan menjadi water treatment system di atas kapal MV.
faktor penyebab human error yang Port Hedland, menjadi penyebab yang
terjadi. dapat mengakibatkan tingginya
kandungan patogen pada air ballast di
4.2.1.2. Kondisi Lingkungan Air Laut atas kapal. Di dalam menggunakan
Patogen yang terdapat pada manajemen air ballast standar D-2 atau
lingkungan laut merupakan suatu ballast treatment banyak komponen-
organisme yang dapat menyebabkan komponen mesin yang berfungsi untuk
penyakit. Patogen banyak ditemukan menjadikan air ballast terbebas dari
pada lingkungan maupun ekosistem laut patogen dari tempat asal. Komponen-
yang tidak terjaga kebersihannya. Pada komponen tersebut yaitu Electro
lingkungan yang cenderung tidak terjaga Chamber Unit (ECU)serta Tro Sensor
kebersihannya biasanya ditemukan Unit(TSU). Komponen ini sangat penting
kandungan patogen dengan jumlah yang dalam melakukan tugasnya
cukup banyak. mengelectrolisis sertamelakukan
Berdasarkan pengalaman saat treatment pada air ballast. Jika terjadi
peneliti melakukan praktik laut di atas masalah ataupun kerusakan pada
kapal MV. Port Hedland menemukan komponen – komponen ini maka proses
bahwa pada negara-negara tertentu manajemen air ballast juga dapat
seperti Canada dan Australia, mereka terganggu.
sangat ketat terhadap hal-hal mengenai Berdasarkan pengalaman penulis
pencemaran serta limbah atau hal-hal lain saat melakukan praktik laut di atas kapal
yang dapat menjadikan ekosistem MV. Port Hedland, dalam pengoperasian
maupun lingkungan di sekitarnya manajemen air ballast standar D-2 di atas
menjadi rusak dan tercemar. Oleh karena kapal dapat terganggu jika terjadi
hal itu, berkaitan dengan air ballast yang kerusakan dalam salah satu komponen-
dibawa oleh kapal-kapal niaga yang akan komponen di dalam ballast teratment.
sandar pada pelabuhan-pelabuhan Hal ini dapat berdampak pada tingginya
mereka selalu di check mengenai kandungan pathogen yang ada di dalam
kandungan harmful substance yang air ballast. Jika kerusakan tidak segera
terdapat dalam air ballast kapal terlebih ditangani ataupun diketahui sejak dini,
pada kapal-kapal yang dalam record dapat mengakibatkan proses treatment
melakukan proses ballasting pada tidak berfungsi dengan optimal dan dapat
wilayah-wilayah dengan kondisi mengakibatkan tingginya kandungan
lingkungan kurang baik. patogen pada air ballast di atas kapal
Saat kapal melakukan proses sehingga menyebabkan pencemaran.
ballasting di lingkungan yang tidak
terjaga kebesersihannya, kandungan 4.2.2. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Tingginya
patogennya cenderung lebih banyak. Hal Kandungan Patogen Pada Manajemen Air
ini menyebabkan kinerja dari TSU (Tro Ballast Standar D-2
Sensor Unit) lebih berat. TSU akan Berdasarkan hasil observasi di atas kapal,
bekerja dengan mengendalikan wawancara dengan mualim 1, ordinary seaman,
pengeluaran zat kimia kepada air ballast Australian Maritime Safety Authority, serta
yang masuk. Dengan banyaknya superintendemt yang telah dilakukan, terdapat
kandungan patogen yang ada di dalam air poin-poin mengenai beberapa dampak yang
ballast, maka TSU akan memproses ditimbulkan dari tingginya kandungan patogen
pengeluaran zat kimia dengan jumlah pada manajemen air ballast standar D-2 di MV.
yang banyak pula. Port Hedland, yaitu:
Dengan demikian zat kimia yang
keluar dari TSU akan lebih banyak dan 4.2.2.1. Terjadi Keterlambatan Saat Proses Akan
lebih cepat habis yang harus di refill Sandar Di Dermaga.
kembali. Berdasarkan pengamatan yang Sebuah kapal memiliki berbagai
telah penulis lakukan saat melakukan macam peralatan yang berperan penting
praktik laut, saat kapal melakukan dalam penunjang oprasional di atas
6
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
kapal. Peralatan tersebut memiliki fungsi Waktu yang diperlukan untuk
masing-masing sebagai alat bantu kerja menempuh target lokasi untuk
untuk mempermudah pekerjaan di atas melakukan de-ballasting dan ballasting
kapal. Dalam pengelolaan air ballast yaitu 6 jam dengan kecepatan rata-rata
berdasarkan manajemen air ballast kapal 10 knot serta waktu yang
standar D-2 yang telah ditetapkan oleh diperlukan untuk melakukan de-
IMO di atas kapal, kapal dengan ballasting dan ballasting kembali oleh
manajemen air ballast standar D-2 kapal selama 44 jam 12 menit.
memiliki peralatan yang diguanakan Dengan demikian total delay
untuk melakukan treatment terhadap air selama sekitar 2 hari, hal ini
ballast agar tidak mencemari lingkungan. mengakibatkan keterlambatan proses
Peralatan tersebut tentu memiliki sandar di dermaga sesuai jadwal yang
Standard Operasional Procedure (SOP) telah ditetapkan oleh port authority.
saat pengoperasian ballast treatment Keterlambatan yang terjadi
serta Plan Maintenance System (PMS) sangat merugikan perusahaan, dengan
dalam melakukan perawatan guna terjadinya keterlambatan yang dialami
menunjang kelancaran operasional kapal. kapal MV. Port Hedland maka terjadi
Kerusakan pada suatu peralatan perubahan pula discharging plan dan
treatment yang terjadi dalam manajemen voyage planning kapal MV. Port
ait ballast standar D-2 di atas kapal dapat Hedland.
mengganggu serta memperlambat operasi
kapal. Jika kerusakan yang terjadi tidak 4.2.2.2. Terjadi Pemborosan Bahan Bakar
segera ditangani maka proses Bahan bakar merupakan suatu
pengelolaan ait ballast akan terhambat materi atau apapun yang dapat diubah
dan jika dipaksakan untuk melakukan menjadi energi. Dalam pengelolaan
ballasting maupun de-ballasting maka bahan bakar di atas kapal MV. Port
dapat menyebabkan masih tingginya Hedland yang peneliti amati pada saat
kandungan patogen serta harmful melakukan praktik layar, terdapat dua
substance yang terbawa pada air ballast. bahan bakar yang berfungsi sebagai
Pada saat penulis melakukan penggerak mesin utama atau main engine
praktek laut, kerusakan terhadap salah dan yang digunakan untuk auxiliary
satu peralatan ballast treatment terjadi engine. Bahan bakar yang digunakan
saat akan sandar pada pelabuhan untuk main engine adalah MFO atau
Newcastle, Australia. Saat kapal berada marine fuel oil sedangkan yang
pada Anchor station untuk menunggu digunakan pada masin bantu atau
waktu sandar, pihak dari Australian generator adalah MDO atau Marine
Maritime Safety Authority (AMSA) Diesel Oil. MDO atau Marine Diesel Oil
melakukan inspection dan melakukan yang digunakan di atas kapal sebagai
pengecekkan terhadap air ballast yang bahan bakar generator dan generator
sudah di treatment dengan menggunakan yang berjalan akan digunakan sebagai
ballast treatmentdi MV. Port Hedland. daya menggerakan pompa ballast di atas
AMSA melakukan test terhadap air kapal MV. Port Hedland.
ballast yang ada di atas kapal untuk Hal ini dikarenakan di atas kapal
mengetahui apakah sudah sesuai dengan MV. Port Hedland umumnya saat kondisi
regulasi yang berlaku atau belum tidak sedang melakukan ballast atau
termasuk kandungan patogen yang dalam kondisi normal hanya
masih terdapat pada air ballast. Test menggunakan satu generator. Sedangkan
dilakukan dengan cara mengambil air untuk menggerakan mesin pompa ballast
ballast dari drain valve sebanyak 2 botol harus menggunakan daya tambahan
kemudian air tersebut di test dengan untuk tenaga pompa, maka harus
ballast treatment test kit. dijalankan dua generator.
Hasil dari test yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang
ternyata air ballast yang terdapat di atas dilakukan saat peneliti berada di atas
kapal MV. Port Hedland masih kapal MV. Port Hedland, peneliti
mengandung 450cfu/100ml Eschericia menemukan terjadinya penggunaan yang
coli , 150cfu/100ml Intestinal sangat tinggi pada MDO dan MFO saat
entericocciserta 2cfu/100mlToxicogenic kapal mengalami masalah tingginya
Vibro Cholerayang masih terindikasi kandungan patogen di dalam air ballast
terdapat di dalam air ballast kapal MV. di Australia dan mengharuskan untuk
Port Hedland. Dikarenakan hal tersebut kapal mengganti air ballastnya dan kapal
maka kapal MV. Port Hedland melakukan manuver menuju titik posisi
diharuskan untuk mengolah kembali air pertukaran air ballast.
ballast yang ada, dengan melakukan de- Berdasarkan perhitungan
ballasting dan ballasting air ballast pada penggunaan bahan bakar yang dilakukan
posisi kapal lebih dari 50nm dari garis saat peneliti melakukan praktek laut di
pantai terdekat. Kapal MV. Port Hedland atas kapal MV. Port Hedland, diketahui
harus berlayar untuk menuju ketempat - bahwa kapal mengeluarkan bahan bakar
de-ballasting dan ballasting yang telah lebih boros sebanyak 5 ton untuk bahan
ditetapkan. bakar generator di atas kapal. Hal ini
7
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
dikarenakan generator di atas kapal harus upaya-upaya dapat dilakukan di atas kapal.
bekerja 2 generator saat melakukan Upaya-upaya tersebut yaitu:
proses ballasting dan de-ballasting agar
daya untuk menjalankan komponen
ballast treatment serta ballast pump
cukup dan tidak terjadi blackout di atas 4.2.3.1. Melaksanakan Standard Operating
kapal. Procedure Dan Plan Maintenance System
Selain itu berdasarkan Dengan Benar
perhitungan yang dilakukan, kapal juga Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan
mengalamu pemborosan dikarenakan sebagai tindakan preventif yaitu menaati SOP
memerlukan bahan bakar untuk saat mengoperasikan mesin ballast treatment
manouver kembali ke daerah yang aman serta menjalankan PMS secara baik dan
untuk melakukanballastingserta de- teratur sesuai yang ada di dalam manual
ballasting ulang. Dari hasil perhitungan book. Tindakan menaati SOP saat
kapal mengalami pemborosan kurang mengoperasikan mesinballast treatment serta
lebih 7 tonkarena hal tersebut. PMS yang ada selain sebagai tindakan
pencegahan terhadap kerusakan mesin yang
4.2.2.3. Pencemaran Lingkungan mengakibatkan tingginya kandungan patogen
Pencemaran lingkungan yang masih terjadi juga dapat
khususnya pencemaran laut, disebabkan memperpanjang umur dari komponen-
oleh banyak faktor. Salah satu faktor komponenballast treatment. Sesuai dengan
penyebabnya adalah pencemaran person in charge dari manajemen air ballast
bersumber dari air ballast yang yang dipegang oleh chief officer, maka chief
dikeluarkan dari kapal-kapal niaga. Hal officer harus mengerti serta memahami SOP
ini dapat terjadi karena air ballast yang dari ballast treatment serta PMS yang harus
dibawa oleh kapal-kapal tersebut dapat dilakukan tiap-tiap waktunya dengan baik
mencemari lingkungan baru saat de- dan benar.
ballasting dilakukan. Pengetahuan serta pemahaman tentang
Berdasarkan keterangan dari SOP dan PMS juga ditujukan untuk
Mrs.Frank de Lamana selaku Australian mengurangi human error saat
Maritime Safety Authority (AMSA) saat mengoperasikan ballast treatment.
dilakukan wawancara, beliau Pengoperasian yang baik dan benar sesuai
menerangkan bahwa kandungan SOP serta ditunjang dengan PMS yang
pathogen pada air ballast pada dilakukan dengan baik dan benar dapat
manajemen air ballast standar D-2 harus mengurangi serta mencegah tingginya
sesuai dengan aturan yang telah kandungan patogen yang masih ada di dalam
ditetapkan oleh International Maritime air ballast.
Organization (IMO). Hal ini dikarenakan
jika kandungan pathogen yang tinggi 4.2.3.2. Melakukan Safety Meeting dan Familiarisasi
akan dapat membahayakan lingkungan serta Evaluasi Mengenai Manajemen
disekitar pelabuhan saat kapal melakukan Air Ballast Standar D-2.
de-ballasting.Australia menerapkan Dalam pelaksanaan pekerjaan di atas
peraturan yang sangat ketat dalam upaya kapal, koordinasi merupakan hal yang
menjaga ekosistem lingkungan laut yang mutlak dilakukan oleh crew kapal agar suatu
ada pada wilayah mereka. pekerjaan dapat dilakukan secara optimal.
Air ballast yang dikeluarkan dan Koordinasi sebelum melakukan suatu
mengandung patogen dapat pekerjaan di atas kapal dapat dilakukan
mengakibatkan hewan maupun dengan cara safety meeting sebelum
organisme-organisme laut di dalamnya melakukan suatu pekerjaan. Safety meeting
mati maupun dapat mengakibatkan yang dilakukan harus dapat dipahami oleh
penyakit pada manusia yang terkena crew kapal guna mencegah terjadinya
bakteri patogen tersebut. Hal ini sangat kecelakaan ataupun kejadian yang tidak
berbahaya bagi masyarakat sekitar yang diinginkan saat melakukan suatu pekerjaan.
tinggal di pesisir pantai dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menggunakan air yang terkontaminasi. penulis saat penulis melakukan praktik laut
Maka dari itu diharuskan kapal-kapal di atas kapal MV. Port Hedland, safety
melakukan proses manajemen air ballast meeting selalu dilakukan oleh chief officer
standar D-2 dengan maksimal guna setiap sebelum memulai suatu pekerjaan.
mencegah pencemaran lingkungan Namun terkadang dikarenakan waktu yang
sekitar. sangat padat serta kesibukan di atas kapal,
safety meeting dilakukan dengan cepat dan
4.2.3. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi tidak terlalu mendalam.
Tingginya Kandungan Patogen Pada Air Selain itu familiarisasi serta evaluasi juga
Ballast. penting dilakukan di atas kapal kepada crew
Di dalam mengatasi tingginya kandungan kapal. Hal ini dikarenakan dengan
patogen yang terjadi saat menggunakan melakukan Familiarisasi, crew kapal dapat
manajemen air ballast standar D-2 di atas mengetahui serta memahami tentang hal-hal
kapal MV. Port Hedland, ada beberapa yang dilakukan saat pengoperasian serta
perawatan yang harus dilakukan sesuai SOP
8
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
dan PMS yang ada. Setelah dilakukan sekitar lingkungan pelabuhan jika
familiarisasi penting juga dilakukan evaluasi memaksakan melakukan de-ballasting pada
secara berkala kepada crew kapal guna air ballast dengan kandungan patogen tinggi
menghindari kelalaian terhadap di dekat lingkungan pelabuhan atau daratan
pengoperasian serta perawatan yang benar Selainitu dengan tingginya kandungan
sesuai SOP dan PMS yang ada. patogen pada manajemen air ballast standar
D-2 yang masih terjadi di atas kapal
4.2.3.3. Melakukan Pergantian Air Ballast Sebelum menyebabkan kerugian pada perusahaan
Memasuki Pelabuhan. dikerenakan mundurnya waktu sandar dan
Tingginya kandungan patogen di dalam air penggunaan bahan bakar yang lebih untuk
ballast dapat menjadikan masalah serta melakukan pertukaran ballast ulang pada
merugikan perusahaan jika sampai terjadi perairan aman.
keterlambatan waktu sandar dari kejadian 5.1.3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tersebut. Upaya yang dapat dilakukan dari tingginya kandungan patogen pada
hasil pengamatan peneliti pada saat manajemen air ballast standar D-2 di
melakukan praktik layar di kapal MV. Port MV.Port Hedland terbagi menjadi dua yaitu
Hedland yaitu dengan melakukan antisipasi upaya preventiv dan represif. Upaya preventif
secara dini jika sering terjadi error pada yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
sistem ballast treatment saat proses melakukan pengoperasian serta perawatan
ballasting. komponen-komponenballast treatment
Antisipasi yang dilakukan dengan system secara baik dan benar sesuai ketentuan
melakukan pergantian air ballast saat Standar Operasional Procedure (SOP) dan
berlayar menuju ke pelabuhan tiba untuk Plan Maintenance System (PMS) yang ada di
mengurangi kandungan patogen yang ada di atas kapal. Serta melakukan safety meeting
dalam air ballast. Cara ini dilakukan jika dengan baik dan dipahami oleh seluruh crew
terindikasi terjadi erorr pada alat-alat yang akan bekerja. Selain itu upaya represif
treatment saat kapal melakukan ballasting yang dapat dilakukanjika terjadi tingginya
dari pelabuhan tolak. Dalam hal ini chief kandungan patogen pada manajemen air
officer selaku person in charge dari ballast standar D-2 yaitu dengan cara
manajemen air ballast di atas kapal dapat melakukan pertukaran air ballast disaat
melakukan de-ballasting lalu ballasting ulang pelayaran menuju ke pelabuhan tiba.
dengan sesuai volume de-ballasting di laut
lepas dengan kondisi cuaca yang 5.2. Saran
memungkinkan. 5.2.1. Penulis menyarankan kepada crew di atas
Cara ini efektive dilakukan jika terjadi kapal, sebaiknya dalam melakukan
error pada sistem ballast treatment. Dengan pengoperasian serta perawatan yang
demikian kandungan patogen di dalam tangki dilakukan terhadap sistem manajemen air
ballast akan berkurang dan memenuhi ballast standar D-2 di atas kapal dilakukan
standar untuk muat di pelabuhan. Hal ini sesuai dengan Standard Operasioanl
dapat dilakukan untuk menghindari Procedure(SOP) dan Plan Maintennce
terjadinya keterlambatan waktu sandar System (PMS) yang tercantun dalam
dipelabuhan maupun mengantisipasi jika ada dokumen kapal maupun manual book di atas
inspeksi dari otoritas terkait. kapal. Hal ini dilakukan guna menjaga
komponen-komponen ballast treatment dapat
V. PENUTUP berfungsi dengan optimal serta menjaga umur
dari komponen-komponen ballast treatment.
5.1. Kesimpulan 5.2.2. Penulis menyarankan kepada crew kapal,
5.1.1. Faktor-faktor penyebab yang menyebabkan sebaiknya dilakukan safety meeting dengan
tingginya kandungan patogen pada sebaik mungkin sehingga seluruh crew dapat
manajemen air ballast standar D-2 di memahami sepenuhnya mengenai suatu
MV.Port Hedland adalah perawatan serta sistem maupun alat atau mesin bekerja. Hal
pengoperasian manajemen air ballast standar ini dapat menjadikan pekerjaan yang akan
D-2 atau ballast treatment yang tidak sesuai dilakukan oleh crew kapal berjalan dengan
dengan Standar Operasional Procedure serta optimal dan yang terpenting menerapkan dan
Plan Maintenance System yang telah memberitahukan pokok terpenting bagi
ditetapkan. Hal ini menyebabkan komponen- seluruh crew yaitu safety first.
komponen pada ballast treatment tidak 5.2.3. Penulis menyarankan kepada pihal
berfungsi dengan baik, dengan komponen perusahaan, sebaiknya diadakan sosialisasi
yang tidak berfungsi dengan baik yang mendalam terlebih dahulu terhadap
mengakibatkan proses treatment pada air komponen-komponen maupun manajemen
ballast yang diambil dari lingkungan yang baru kepada crew kapal terkhusus
tercemar masih mengandung kandungan kepada person incharge dari hal tersebut di
patogen yang tinggi setelah proses treatment atas kapal. Dalam hal ini mengenai
dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan manajemen air ballast di atas kapal dipegang
oleh IMO. oleh chief officer. Selain itu evaluasi terhadap
5.1.2. Dampak yang ditimbulkan dari tingginya crew kapal yang mengoperasikan ballast
kandungan patogen pada manajemen air treatment juga penting dilakukan guna
ballast standar D-2 di MV.Port Hedland meningkatkan pengetahuan crew dan juga
adalah terjadinya pencemaran air laut di sebagai pengingat jika terjadi kelalaian
9
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021
terhadap pengoperasian dan perawatan agar
kesalahan tidak terulang pada perawatan serta
pengoperasian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jill Seladi-Schulman,Ph,D, 2019, Pathogen and The


Spread of Disease, Jurnal Heathline

[2] International Maritime Organisation Convention, 2017,


Marine Polution and Ballast Water Management, IMO

[3] Manual Book, 2018, Techross Ballast Water


Management System, Busan

[4] Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif, Bandung, Alfabeta

[5] V Wiratna Sujarweni, 2014, Metodologi Penelitian


Kualitatif Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,
Yogyakarta, Pustaka Baru Press.

[6] Sugiyono, 2012, Metode Penelitian


Kuantitatif,Kualitatif dan R & D, Bandung, CV
Alfabeta

[7] Miles and Huberman, 2012, Analisis Data Kualitatif,


diterjemahkan oleh Tjetjep Rohedi Rosidi, Jakarta,
Universitas Indonesia

10
Prosiding Seminar Bidang Studi Nautika Pelayaran, Volume 15 - 2021

Anda mungkin juga menyukai