Anda di halaman 1dari 11

Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

MENGUATKAN NILAI TOLERANSI MAHASISWA UNTUK MENEGUHKAN JATIDIRI


SEBAGAI WARGA NEGARA DI ERA GLOBAL

Asep Mahpudz
FKIP Universitas Tadulako,
email: asepmahpudz@gmail.com
Anthonius Palimbong
FKIP Universitas Tadulako
Alri Lande
FKIP Universitas Tadulako

Abstrak
Perguruan Tinggi sebagai tempat tumbuh suburnya perbedaan dari beragamnya warga.
Mahasiswa, dosen, dan warga kampus dari berbagai suku, agama, adat, budaya. Kampus
sebagai tempat komunitas yang bersifat heterogen. Perguruan Tinggi memiliki peran dalam
menumbuhkan budaya demokrasi dan penumbuhan sikap toleransi di kalangan mahasiswa.
Pergaulan di kampus penting dikembangkan menjadi tempat yang dapat menampilkan
budaya demokratis dalam pengelolaan pendidikannya. Salah satu karakter yang penting
dikembangkan untuk meneguhkan jatidiri sebagai warga negara di era kini adalah nilai-nilai
toleransi. Sikap dan tindakan toleran tidak sekedar ditanamkan (knowing) dikalangan
mahasiswa tetapi harus dipraktekan (doing) dan dikembangkan menjadi bagian dari budaya
kampus.

Kata kunci: Karakter, Toleransi, Pendidikan Kewarganegaraan, Warganegara Global

Abstract
Higher education as a place for the diversity of people to flourish. Students, lecturers, and campus
residents from various ethnicities, religions, customs, cultures. Campus is a heterogeneous
community place. Higher education has a role in fostering a culture of democracy and fostering
tolerance among students. It is important to develop interactions on campus to become a place
that can display a democratic culture in the management of education. One of the important
characters to develop to reinforce one's identity as a citizen in the present era is the values of
tolerance. Tolerant attitudes and actions are not just instilled (knowing) among students but must
be practiced (doing) and developed into a part of campus culture.

Keywords: Character, Tolerance, Citizenship Education, Global Citizenship

PENDAHULUAN budaya, agama dalam masyarakat dan pemikiran


Pemerintah Indonesia telah menempatkan terhadap perkembangan hidup kemanusiaan secara
pendidikan sebagai prioritas pembangunan. universal. Sikap tertutup dan saling curiga
Disadari bahwa hasil pembangunan pendidikan antaragama, antarbudaya, antarkelompok sosial,
relatif lama dapat dinikmati. Pendidikan yang antarpribadi menjadi potensi menimbulkan konflik.
menekankan aspek nilai toleransi sesungguhnya Kegiatan yang dijalankan oleh suatu agama,
tersirat di dalam Undang-undang Sistem budaya, kelompok lain dianggap sebagai sebuah
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang ancaman bagi yang lain. Rendahnya penghargaan
Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 UU terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dangkalnya
No.20 Tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan pemahaman keagamaan, dan kurangnya apresiasi
didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat terhadap kearifan budaya lokal juga memicu konflik
manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan dan kekerasan. (Agustian, 2014).
sesama tanpa melihat agama, suku, golongan, Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan
ideologi, atau pandangannya. Dalam perspektif ini, nasional, di dalamnya terdapat komponen institusi
maka sudah saatnya pembangunan pendidikan pendidikan, pendidik, peserta didik, dan pegawai
mengarahkan kepada realitas keragaman etnis, yang mana harus mengutamakan sikap toleransi dan

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 96


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

menghargai setiap perbedaan. Dalam perspektif ini, belakang agama dan budaya yang berbeda. Tulisan
lingkungan kampus di PT sebagai tempat tumbuh ini memfokuskan pada deskripsi tentang makna
suburnya perbedaan yang diakibatkan adanya dan instrumen untuk melihat sikap toleransi pada
mahasiswa, dosen, dan lainnya yang datang dari mahasiswa.
berbagai suku, agama, adat, budaya, dan
menjadikan kampus sebagai komunitas yang METODE
bersifat heterogen. Metode kajian yang digunakan bersumber dari
Toleransi adalah menghargai perbedaan dan kepustakaan yang bersifat objektif, dan di analisa
kemampuan untuk hidup dan membiarkan orang menggunakan metode deskriptif kualitatif.
lain hidup dengan hidupnya. (Bahari, 2010). (Sugiyono, 2010; Miles dan Huberman, 2007).
Toleransi merupakan kemampuan untuk Penelitian ini termasuk penelitian studi literatur
memberikan sikap yang objektif dan adil pada dengan mencari referensi teori yang relevan
pendapat, perilaku, ras, dan agama yang berbeda. dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.
Bukan hanya sekedar tidak memperdulikan Referensi teori yang diperoleh dengan jalan
perbedaan, toleransi lebih mengarahkan manusia penelitian tudi literatur dijadikan sebagai acuan
untuk menunjukan rasa hormat pada perbedaan tiap untuk mengembangkan konsep ketika
tiap manusia. (Jati, 2014). Toleransi merupakan melaksanakan penelitian. Prosedur penelitian ini
salah satu kunci utama dalam memelihara dengan menganalisis hasil penelitian tentang
perdamaian dan menjauhi konflik dalam kehidupan pendidikan kewarganegaraan global dan warga
bermasyarakat. (Hermawati, 2016). Oleh karena negara global secara konseptual, kemudian
itu, lingkungan pendidikan harus menampilkan direkontruksikan dengan berbagai teori
budaya demokratis dalam pengelolaan pembelajaran pada Pendidikan Kewarganegaraan
pendidikannya. yang ada. Teknik analisis data menggunakan
Dalam konteks ini, maka menjadi penting metode analisis deskriptif dengan
penguatan nilai toleransi di perguruan tinggi, karena menggambarkan, menganalisis hasil-hasil
sampai saat ini masih minim informasi tentang penelitian kemudian diaktualisasikan dalam
sikap toleransi di kalangan mahasiswa. Banyak bentuk pengembangan konsep, implikasi, dan
perguruan tinggi di Indonesia saat ini memiliki saran.
banyak mahasiswa yang beragam latar belakang
sosial, budaya, agama, bahasa asal daerah. Hal ini HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi tantangan besar dalam mengembangkan Memaknai Toleransi Dalam Kehidupan Sosial
sikap toleransi di kalangan mahasiswa serta Kondisi sosiokultural maupun geografis yang
pergaulannya di lingkungan kampus agar beragam dan luas di Indonesia dengan ciri adanya
berkembang dengan baik karakter saling keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat,
menghargai, demokratis dan cinta kedamaian. dan nilai-nilai kearifan lokal masing-masing
Adanya perkelahian antar mahasiswa secara daerah. Keragaman adalah realitas Indonesia yang
kelompok antar program studi yang ada di tidak bisa ditolak. (Fadillah, 2017). Semboyan
lingkungan kampus, adanya perundungan terhadap Bhineka Tunggal Ika secara jelas menyatakan
mahasiswa yang berbeda suku di kampus, bahwa keragaman Indonesia tidak bisa
menunjukan bahwa aspek pembinaan sikap dihomogenisasi. Indonesia adalah satu dalam
toleransi menjadi penting untuk dikembangkan di keragaman. Semboyan Bhineka Tunggal Ika telah
lingkungan perguruan tinggi. mengantarkan Indonesia sebagai salah satu
Penguatan nilai toleransi penting bagi contoh negara yang mampu memelihara realitas
mahasiswa sebagai warganegara muda di keragamannya dan mendapatkan manfaat dari
perguruan tinggi. Sikap dan tindakan toleran tidak keragaman tersebut. Satu sisi, kemajemukan ini
sekedar ditanamkan (knowing) dikalangan menjadi modal sosial pembangunan bangsa, dan
mahasiswa tetapi harus dipraktekan (doing) dan di sisi lain menjadi potensi laten konflik sosial.
dikembangkan menjadi bagian dari budaya (Arifin, 2016).
kampus. Dengan demikian, mahasiswa dapat hidup Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari
berdampingan, saling menghargai, saling beragam jenis budaya dan agama. Oleh karena itu,
menghormati antar sesama yang memiliki latar sikap toleransi harus dimiliki masyarakat
Indonesia untuk menghindari timbulnya potensi

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 97


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

konflik. Dalam hal keragaman agama, toleransi alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup.
antarumat beragama merupakan modal sosial Dengan makna toleransi yang luas semacam ini,
yang menjadi kunci keberhasilan Indonesia, dan maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam
harus terus dipelihara untuk menjaga keutuhan memperoleh perhatian penting dan serius. Saling
Indonesia. Banyaknya budaya dari suku yang menghargai dalam iman dan keyakinan adalah
berbeda-beda, jika tanpa didasari toleransi yang konsep Islam yang amat komprehensif. (Ghazali,
tinggi dapat menimbulkan konflik antarbudaya. 2016). Konsekuensi dari prinsip ini adalah
Kesenjangan kehidupan sosial seringkali menjadi lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Takwa
pemicu muncunya konflik sosial di masyarakat. kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan
Konflik yang terjadi akan terus berlangsung jika universal di antara umat manusia. Toleransi di sini
masyarakat tidak mendapatkan informasi dan adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi
pencerahan yang komprehensif mengenai budaya sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh
masing-masing serta pentingnya toleransi dan dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di
saling menghormati. mana masing-masing pihak untuk mengendalikan
Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris diri dan menyediakan ruang untuk saling
tolerance atau tolerantia dalam bahasa Latin. menghormati keunikannya masing-masing tanpa
Dalam bahasa Arab istilah ini merujuk kepada merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.
kata tasamuh atau tasahul yaitu; to tolerate, to Kemendiknas (2011) menyebutkan bahwa
overlook, excuse, to be indulgent,, forbearing, toleransi adalah sikap dan perilaku yang
lenient, tolerant, merciful. (Ghazali, 2016; mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan
Fadillah, 2017). Pengertian toleransi di atas, agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa,
sejalan pula dengan makna toleransi yang terdapat ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda
dalam Buku Sumber UNESCO-APNIEVE untuk dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta
pendidikan Guru dan jenjang Pendidikan Tinggi, dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
bahwa “toleransi adalah penghormatan, Konsepsi toleransi dan kerukunan dalam
penerimaan dan penghargaan tentang keragaman kehidupan sosial yang beragam budaya dan
yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk agama merupakan dua bentuk yang tak
ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia”. terpisahkan satu sama lain. Ada hubungan
(Unesco-Apnieve, 2000). Pengertian ini kausalitas diantara keduanya, kerukunan
menunjukan bahwa untuk mewujudkan dan berdampak pada toleransi dan sebaliknya
memelihara toleransi diperlukan pengetahuan, sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan,
keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan keduanya menyangkut hubungan antar sesama
pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Dengan manusia.
demikian, toleransi adalah “harmoni dalam Arifin (2016) mengemukakan bahwa toleransi
perbedaan”, yang tidak hanya menuntut adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk
kewajiban moral semata, tetapi juga persyaratan membiarkan kebebasan kepada orang lain serta
politik dan hukum. (Ghazali, 2016). memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut
Dengan adanya toleransi, kita dapat sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.
menghargai dan menghormati kegiatan yang Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari
dilakukan masyarakat sekitar, khususnya sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan
kehidupan antar umat beragama. Selain itu, kita memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang
hatus tetap mengeratkan tali silaturrahmi baik sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-
antar sesama umat beragama, maupun yang prinsip tersebut. Toleransi terjadi dan berlaku
berbeda agama. Dengan menghayati makna karena terdapat perbedaan prinsip, dan
toleransi, maka kehidupan bermasyarakat dalam menghormati perbedaan atau prinsip orang lain
perbedaan suku, agama dan ras dapat dicapai tanpa mengorbankan prinsip sendiri. (Bahari,
dengan sebaik-baiknya. Bahkan toleransi 2010; Jati, 2014; Hermawati, 2016). Dengan kata
memberi dampak dan manfaat yang luas bagi lain, pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek
umat beragama dan bermasyarakat. yang detail dan teknis bukan dalam persoalan
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja yang prinsipil.
terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap Sikap toleran tidak sama sekali menuntut

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 98


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

seseorang menghilangkan identitas pribadinya komunikasi. Bibit bibit perdamaian dan toleransi
sebagai individu yang berkeyakinan dan beragama ini harus ditanamkan sejak dini didalam
beragama. Identitas dan keyakinan tersebut tetap diri anak anak, agar generasi penerus bangsa yang
ditumpu dan dijadikan prinsip, meski tidak perlu terbentuk adalah generasi cinta damai. Sumber
diberitahukan kepada orang lain. Toleransi, dari daya manusia dengan rasa toleransi yang tinggi
perspektif sikap individu, bermakna kerendahan yang dibentuk dengan pendidikan dan
dan kemurahan hati, keramahan, tatakrama, dan pembentukan karakter yang baik. Karakter yang
kesopanan untuk menghargai orang lain. Sikap harus ditanamkan pada generasi penerus antara
seseorang yang toleran akan selalu melakukan lain hidup dalam damai dan kepedulian,
pemikiran yang matang dan penilaian pribadi kesadaran untuk menolak segala bentuk
secara jeli dalam setiap mengambil keputusan. kekerasan dan pelanggaran HAM, kemampuan
(Sinuraya, 2016; Simarmata, 2017; Santosa, berbagi dan menghormati. keterbukaan dan
2017). Dapat disimpulkan bahwa, sikap toleran komunikasi, serta toleransi akan perbedaan baik
membutuhkan kebesaran jiwa untuk bisa etnis, budaya, dan agama. (Tilaar, 2004;
merangkul semua perbedaan yang terjadi di Supriyanto, 2017; Hutabarat, 2017).
masyarakat plural. Toleransi juga membutuhkan
penegasian sikap pembenaran pada satu ketentuan Paradigma Penyelenggaraan Pembelajaran di
ajaran semata. Toleransi sangat penting untuk Perguruan Tinggi
dijadikan konten pendidikan yang harus dipelajari Perguruan Tinggi (PT) pada dasarnya adalah
segenap anak bangsa. Selain itu, pendidikan lembaga yang memiliki fungsi sebagai agen
toleransi sangat penting bagi pertumbuhan perubahan dalam masyarakat. (Kadarisman,
kepribadian anak sebagai makhluk sosial, 2011). Fungsi tersebut akan berjalan efektif jika
khususnya di negara Indonesia yang berpenduduk PT siap pula menyikapi berbagai perubahan yang
plural. terjadi dalam lingkungan strategisnya dan terus
Nazmudin (2017) mengemukakan bahwa terbuka untuk melakukan berbagai perubahan
dalam membangun toleransi dan kerukunan, ada paradigma internal. Paradigma baru kebijakan
lima prinsip yang bisa dijadikan pedoman semua tentang perguruan tinggi menunjukan adanya
pemeluk agama dalam kehidupan sehari-hari: (1) perubahan pengelolaan perguruan tinggi yang
Tidak satu pun agama yang mengajarkan semula bersifat sentralistik menjadi desentralistik.
penganutnya untuk menjadi jahat; (2) Adanya (Muhammad, 2014). Meskipun semua lembaga
persamaan yang dimiliki agama-agama, misalnya perguruan tinggi di Indonesia mempunyai dasar
ajaran tentang berbuat baik kepada sesama; (3) filosofis, latar belakang sejarah serta visi dan misi,
Adanya perbedaan mendasar ajaran tentang yang pengorganisasian, dan model kepemimpinan yang
diajaran agama-agama. Di antaranya, perbedaan berbeda satu sama lain, namun tetap terikat pada
kitab suci, nabi, dan tata cara ibadah; (4) Adanya satu tujuan yakni menjadi perguruan tinggi yang
bukti kebenaran agaama; (5) Tidak boleh bermutu, unggul dan sehat. (Kadarisman, 2011;
memaksa seseorang menganut suatu agama atau Muhammad, 2014; Supriyono, 2018).
suatu kepercayaan. Terdapat tiga fungsi pendidikan tinggi menurut
Pada dasarnya, manusia diciptakan dengan pasal 4 Undang-undang No.12 tahun 2012 tentang
berbagai macam perbedaan. Lokasi hidup, agama pendidikan tinggi, yaitu: (1). Mengembangkan
yang dianut, pendidikan, keadaan sosial akan kemampuan dan membentuk watak serta
membentuk karakter dan nilai- nilai yang di miliki peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
seseorang. Nilai nilai hidup yang berbeda sangat mencerdaskan kehidupan bangsa; (2).
rentan menimbulkan sebuah kesalahpahaman Mengembangkan Sivitas Akademika yang
dalam komunikasi tanpa adanya toleransi akan inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
perbedaan. Hanya dengan rasa saling percaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
masyarakat dapat membangun perdamaian. Tridharma; dan (3). Mengembangkan Ilmu
(Santiko, 2013; Rahman, 2016). Pengetahuan dan Teknologi dengan
Rasa saling percaya harus dibangun dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
pendidikan karakter yang mendukung rasa Perguruan tinggi harus mampu
pengertian, toleransi, saling hormat, dan menyelenggarakan pembelajaran yang

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 99


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

mendukung terhadap pengembangan potensi bernegara, yakni sebagai salah satu wahana psiko-
setiap peserta didik dan proses pembelajaran yang pedagogis pendewasaan individu warga Negara
efektif agar dapat menjalankan ketiga fungsi dan wahana sosio-pedagogis pembudayaan warga
tersebut. Kegiatan pembelajaran harus mampu negara dalam lingkungan kehidupannya dalam
menciptakan kesempatan dan peluang bagi para rangka proses pencerdasan kehidupan
peserta didik untuk mengembangkan kompetensi bangsa.(Winataputra, 2016).
global. (Rahadian, 2018). Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003
Implikasi dari globalisasi dan reformasi yang tentang Sisdiknas, dalam Pasal 3 digariskan
terjadi, maka menuntut untuk adanya perubahan dengan tegas bahwa tujuan pendidikan nasional
paradigma pendidikan. (BSNP, 2010). Perubahan untuk ”...berkembangnya potensi peserta didik
tersebut menyangkut empat hal; Pertama, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
paradigma proses pendidikan yang berorientasi kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
pada pengajaran, bergeser pada proses pendidikan sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
yang berorientasi pada pembelajaran dimana menjadi warga negara yang demokratis dan
peserta didik menjadi sumber (student center). bertanggung jawab”. Dengan kata lain sejak tahun
Kedua, paradigma proses pendidikan tradisional 1945 sampai sekarang instrumen perundangan
yang berorientasi pada pendekatan klasikal dan sudang menempatkan pendidikan
format di dalam kelas, bergeser ke model kewarganegaraan sebagai bagian integral dari ide,
pembelajaran yang lebih fleksibel. Ketiga, mutu instrumentasi, dan praksis pendidikan nasional.
pendidikan menjadi prioritas (berarti kualitas (Winataputra, 2016).
menjadi internasional). Keempat, semakin Berdasarkan pasal 2, 3, 37 UU No. 20/2003
populernya pendidikan seumur hidup dan makin dan penjelasan pasal 37 “pendidikan
mencairnya batas antara pendidikan di sekolah kewarganegaraan dimaksudkan untuk
dan di luar sekolah. membentuk peserta didik menjadi manusia yang
Dalam konteks penyelenggaraan pembelajaran memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.
di abad ke-21, Nichols (2013) menjelaskan Mata pelajaran/mata kuliah ini merupakan bagian
tentang empat prinsip pembelajaran abad ke-21. tak terpisahkan dari fungsi dan tujuan pendidikan
Yaitu, instruction should be student centered nasional. Dinyatakan dalam Pasal 3 UU
(pembelajaran berpusat pada siswa); education Sisdiknas: “Pendidikan nasional berfungsi
should be collaborative (pendidikan yang mengembangkan kemampuan dan watak serta
kolaboratif); learning should have context peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
(pembelajaran yang kontekstual); dan schools mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
should be integrated with society (integrasi berkembangnya potensi peserta didik agar
sosial). Peserta didik ditempatkan sebagai subyek menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
minat dan potensi yang dimilikinya. Kampus sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
(termasuk di dalamnya pendidik) diharapkan menjadi warganegara yang demokratis serta
dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan bertanggung jawab”.
lainnya untuk saling berbagi informasi dan Pendidikan kewarganegaraan harus dimaknai
pengalaman tentang praktik dan metode sebagai bagian tak terpisahkan dari fungsi dan
pembelajaran yang telah dikembangkannya. tujuan pendidikan nasional pasal 3 UU Sisdiknas:
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Tinggi kemampuan dan watak serta peradaban bangsa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kedudukan yang sangat strategis dalam bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
menanamkan watak dan kepribadian berdasarkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
kepada nilai – nilai Pancasila dan UUD NRI 1945. dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
Kemenristek Dikti RI, 2016). Pendidikan mandiri, dan menjadi warganegara yang
kewarganegaraan merupakan salah satu unsur demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan
substantif dari kehidupan berbangsa dan menitikberatkan pada perspektif nilai-nilai

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 100


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan Warga negara global merupakan warga negara
kewarganegaraan tidak hanya dimaksudkan untuk dengan lintas ekonomi, lintas pendidikan, lintas
membentuk peserta didik menjadi manusia yang kebudayaan antarnegara, lintas sosial politik, atau
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, bahkan warga negara dengan lintas kepentingan
melainkan juga untuk mengembangkan semua secara lebih luas diluar kepentingan individu dan
potensi peserta didik yang menunjukkan karakter kepentingan institusional, kultural bahkan
yang memancarkan nilai-nilai Pancasila. kepentingan nasional.
Sebagai salah satu wahana pendidikan karakter Salah satu aspek yang paling penting diamati
yang bersifat multidimensional "citizenship dalam pergaulan diantara mahasiswa di perguruan
education" mengemban visi dan missi utuh tinggi saat sekarang antara lain terkait dengan
pengembangan "civic competencies" yang sikap toleransi terhadap mahasiswa lainnya,
mencakup "civic knowledge, civic dispositions, termasuk terhadap Dosen dan masyarakat lainnya.
civic skills, civic competence, civic confidence, Di FKIP Universitas Tadulako, banyak sekali
civic committment". Pendidikan kewarganegaraan jumlah mahasiswa yang berasal dari beragam
merupakan wahana psiko-pedagogis, sosio- suku, agama, daerah dan berlatar bahasa yang
kultural, dan universal humanis yang diterima berbeda pula. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagai unsur pembentuk, pemelihara, dan mahasiswa FKIP Universitas Tadulako memiliki
peningkatan kualitas peradaban kemanusiaan karakteristik heterogen dan multikultural.
(Winataputra, 2016). Pendidikan Kewarganegaraan yang selama ini
Cogan (1998) memberikan beberapa diberikan di perguruan tinggi, terutama di FKIP
karakteristik warga negara yang dikaitkan dengan Universitas Tadulako, cukup memberikan dampak
kecederungan global yang terjadi saat ini. positif yang baik dan berkembangnya sikap dan
Karakteristik yang harus terlihat dan dimiliki oleh karakter toleransi di kalangan mahasiswa FKIP
seorang warga negara global tersebut adalah: (1). Universitas Tadulako.
Mendekati masalah dari sudut pandang warga Nilai-nilai karakter yang baik, seperti
negara global. (2). Bekerja bersama dengan orang kejujuran, keadilan, rasa hormat, empati, simpati
lain. (3). Bertanggung jawab terhadap peran dan dan menolong kaum lemah cenderung
tanggung jawab warga negara. (4). Berpikir secara berkembang dengan baik di kalangan mahasiswa
kritis dan sistematis. (5). Menyelesaikan konflik FKIP Universitas Tadulako. Eksplorasi nilai-nilai
dengan tanpa kekerasan. (6). Mengadopsi cara toleransi yang telah berkembang pada mahasiswa
hidup yang melindungi lingkungan. (7). FKIP Universitas Tadulako dapat dikembangkan
Menghormati dan mempertahankan hak asasi. (8). menjadi model desain pembelajaran yang
Berpartisipasi dalam masalah publik pada semua terintegrasi pada beberapa mata kuliah yang
tingkat pembelajaran civics; dan memanfaatkan relevan, dan mata kuliah bidang keilmuan di
teknologi berbasis informasi. masing-masing program studi yang ada di FKIP
Kerangka utuh Epistemologis-Pedagogis/Andragogis Universitas Tadulako.
Pendidikan Kewarganegaraan (Udin Winataputra, 2015)
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka model
SASARAN AKHIR
PENDIDIKAN pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
KEWARGANEGARAAN
CIVIC DISPOSITION, meneguhkan pembelajaran toleransi di FKIP
CIVIC CONFIDENCE
(Sikap dan kepribadian Universitas Tadulako adalah dengan konsep dan
demokratis)
CIVIC prosedur sistematis serta pengalaman belajar yang
VIRTUE
(Kebajikan/Keadaban) terencana. Desain Model pembelajaran yang
CIVIC SKILLS,
CIVIC PARTICIPATION, CIVIC COMMITMENT
dimaksud merupakan prosedur dan tata cara untuk
CICIC RESPONSIBILITY
(Partisipasi politik yang
(Kesediaan dan kemauan
berdemokrasi)
melaksanakan proses pembelajaran yang
cerdas dan bertanggungjawab
mendukung pengembangan nilai-nilai karakter
CIVIC CULTURE (Budaya kewarganegaraan) toleransi. Proses mendesain model pembelajaran
PERADABAN PANCASILA 5
ini penting pula mendasarkan sistem nilai yang
Gambar1: berlaku di Universitas Tadulako sebagai institusi
Kerangka utuh epistemologi pedagogis/ pendidikan tinggi. Keragaman latar belakang
Pendidikan kewarganegaraan mahasiswa di FKIP Universitas Tadulako menjadi
(diadaptasi dari Winataputra, 2015) pertimbangan pula didalam mengembangkan

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 101


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

desain model pembelajaran toleransi ini. Peduli  Saya membantu teman saya dari luar
daerah jika terkena musibah
 Menolong teman yang kesulitan masuk
Indikator Nilai Toleransi Sebagai Fokus ruang kelas saat memakai kursi roda
 Memahami cara berbicara teman lain
Kajian yang berbeda tutur bahasa
Beberapa indikator pengukuran dan pedoman  Mendengarkan teman lain yang sedang
berbicara di depan kelas
aspek sikap toleransi diadopsi dari Tillman ketidaktaku  Bersedia memberikan alamat dan
(2004); Supriyanto, dan Wahyudi, (2017) tentang tan nomor telepon kepada teman dari luar
butir-butir refleksi dari karakter toleransi tersebut daerah
 Membantu teman yang tidak disukai
adalah (a) kedamaian adalah tujuan; (b) toleransi oleh teman-teman lain
adalah terbuka dan reseptif pada indahnya cinta  Mengunjungi teman yang sakit
walaupun berbeda agama
perbedaan; (c) toleransi menghargai individu dan
 Menyukai perbedaan antara laki-laki
perbedaan; (d) toleransi adalah saling menghargai dan perempuan
satu sama lain; (e) benih dari intoleransi adalah  Saya tidak menyukai cara beribadah
teman lain yang berbeda agama
ketakutan dan ketidakpedulian; (f) benih dari  Saya bersedia berdiskusi untuk
toleransi adalah cinta; (g) jika tidak cinta, tidak menemukan solusi jika ada perdebatan
ada toleransi; (h) yang tahu menghargai kebaikan  Saya menerima teman lain yang tidak
sependapat
dalam diri orang lain dan situasi memiliki  Saya menerima usul dari teman lain
toleransi; (i) toleransi berarti menghadapi situasi yang berbeda agama
sulit; dan (j) toleransi terhadap ketidaknyamanan Sumber : Supriyanto, dan Wahyudi, (2017)
hidup dengan membiarkan berlalu, ringan, dan
membiarkan orang lain. Tabel 3. Pernyataan Aspek Menghargai Perbedaan
Butir-butir refleksi nilai-nilai toleransi tersebut dan Individu
Indikator toleransi Item pernyataan
akan mengantarkan kedamaian antar individu di a. Saling  Saya bersahabat dengan teman
dunia. Temuan dari studi literatur mengungkap menghargai satu dari berbagai daerah
aspek dan indikator nilai-nilai toleransi yaitu sama lain  Saya tidak keberatan pendirian
tempat ibadah agama lain di
kedamaian, menghargai perbedaan dan individu, lingkungan sekolah
serta kesadaran. Skala nilai-nilai toleransi  Saya memberikan salam kepada
teman dari daerah lain
memiliki 39 butir pernyataan. Aspek nilai-nilai
 Saya tidak menyukai budaya dari
toleransi akan menjadi indikator dalam daerah lain
wawancara maupun observasi, serta instrumen b. Menghargai  Saya berteman tanpa
perbedaan membedakan warna kulit teman
angket. orang lain lain
Tabel 1: Aspek Karakter Toleransi  Saya bersedia satu bangku
No Aspek toleransi Indikator toleransi dengan teman kaya atau miskin
1 Kedamaian a. Peduli  Saya enggan memberikan salam
b. Ketidaktakutan kepada teman yang tidak saya
c. Cinta sukai dan berbeda dengan saya
2 Mengahargai a. Saling menghargai  Saya tidak menyukai tutur
Pebedaan dan satu sama lain bahasa teman yang berasal dari
Individu b. Menghargai perbedaan luar jawa
orang lain  Saya menolong teman yang
c. Menghargai diri sedang dalam musibah
sendiri c. Menghargai  Saya menganggap bahwa diri
diri sendiri saya yang paling benar dibanding
3 Kesadaran a. Menghargai kebaikan teman lain
orang lain  Saya suka melihat perbedaan
b. Terbuka yang ada di luar daerah saya
c. Reseptif  Saya senang saat ada diskusi
d. Kenyamanan dalam dengan teman lain
kehidupan Sumber : Supriyanto, dan Wahyudi, (2017)
e. Kenyamanan dengan
orang lain Tabel 4. Pernyataan Aspek Kesadaran
Indikator toleransi Item pernyataan
Sumber : Supriyanto, dan Wahyudi, (2017) a.Menghargai  Saya senang jika orang lain
kebaikan orang lain memberikan saran kepada saya
Tabel 2. Pernyataan Aspek Kedamaian  Bersatu dengan kampus untuk
Indikator Item pernyataan memajukan kampus
toleransi

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 102


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

b. Terbuka  Bermusyawarah untuk sistemik dan menyeluruh yang dikaitkan dengan


menyelesaikan pertentangan
dengan teman di kampus
tuntutan kehidupan sosial yang terjadi. Pendidikan
 Saya bermusyawarah dengan kewarganegaraan perlu diarahkan pula untuk
semua teman apapun menyiapkan jati diri sebagai warga negara dalam
perbedaannya
 Saya mendukung jika teman wawasan warga global. Adanya beragam
yang berbeda agama menjadi perbedaan di masyarakat menuntut kita agar
pemimpin
 Menerima saran dari seluruh
senantiasa berpikir inklusif.
teman maupun pendidik
PENUTUP
c. Reseptif  Saya menghargai teman yang
mengutarakan pendapatnya pada Penguatan nilai-nilai toleransi di era global
saat diskusi seperti saat ini, penting dimiliki oleh setiap
 Saya menghargai perbedaan
pendapat dengan teman lain individu sebagai warga negara, terutama bagi
d. Kenyamanan  Kebersamaan di tempat belajar mahasiswa selaku warga negara muda.
dalam kehidupan menjadi bagian penting
kehidupan
Mahasiswa yang menjalani kehidupan dengan
 Berbeda agama dengan teman pergaulan sehari-hari di perguruan tinggi akan
lain dapat menimbulkan masalah menghadapi beragam perbedaan dan perspektif
 Perbedaan pendapat
menimbulkan solusi saat diskusi dari aspek latar belakang, etnisitas, bahasa,
 Perbedaan asal daerah tidak agama, bahasa. Perguruan tinggi sebagai tempat
menyebabkan masalah dalam
memilih teman
dimana mahasiswa bergaul sehari-hari merupakan
e. Kenyamanan  Saya senang jika muncul tempat yang memiliki karakteristik plural dan
dengan orang lain perbedaan cara berbicara dengan multikultur. Perbedaan yang ada di kampus
teman
 Saya bermain dengan teman menjadi satu kajian yang layak dikembangkan.
tanpa membedakan derajat Pemahaman toleransi mahasiswa penting untuk
 Saya ingin belajar satu kelompok
dengan semua teman tanpa
manjadi fokus kajian sebagai modal dasar dalam
membedakan ganteng atau cantik menyiapkan sebagai warga negara yang memiliki
Sumber: Supriyanto dan Wahyudi, (2017) jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia
Mahasiswa sebagai warga negara muda akan dalam konteks wawasan warga global.
menjalani kehidupannya sendiri di masa nya dan UCAPAN TERIMA KASIH
akan menghadapi tantangan yang belum tentu Penulis berterima kasih kepada Rektor
sama dengan generasi sebelumnya. Pada tatanan Universitas Tadulako, Ketua LPPM dan Dekan
dunia baru, akan mudah terjadi kontak sehari-hari FKIP Universitas Tadulako yang telah mendukung
tanpa melalui tatap muka dan bertemu. Pergaulan dan membiayai kajian dan penelitian ini.
di masa kini dan masa depan akan banyak terjadi
secara virtual dengan individu dari beragam etnis, DAFTAR PUSTAKA
jenis kelamin, bahasa, ras, dan latar belakang
Agustian, M., 2014, Pengembangan Model
sosial ekonomi.
Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan
Dalam kaitan ini, maka penguatan nilai-nilai Multikultural Untuk Mahasiswa Pendidikan
toleransi menjadi penting dikembangkan sebagai Guru Sekolah Dasar, Jurnal Teknologi
upaya meneguhkan jatidiri sebagai warga negara Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014
di era global saat ini. Dalam konteks ini, toleransi Arifin, B. 2016, Implikasi Prinsip Tasamuh
dapat dimaknai sebagai sikap dan tindakan yang (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, Beragama , Fikri, Vol. 1, No. 2, Desember
2016
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010,
berbeda dari dirinya. Oleh karena itu, budaya Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI,
toleransi dan demokratis penting terus Versi 1.0 - Tahun 2010
dikembangkan di perguruan tinggi. Bahari, (ed), 2010, Toleransi Beragama
Proses pendidikan Kewarganegaraan bagi Mahasiswa (Studi Tentang Pengaruh
mahasiswa di saat kini dan ke depan, penting Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil
untuk diorientasikan pada upaya menguatkan Belajar Pendidikan Agama, Dan Lingkungan
Pendidikan Terhadap Toleransi Mahasiswa
kegiatan pembudayaan dan pemberdayaan warga
Berbeda Agama Pada 7 Perguruan Tinggi
negara dalam perspektif wawasan sebagai warga Umum Negeri), Badan Litbang dan Diklat
global, dengan pendekatan yang komprehensif, Kementerian Agama Puslitbang Kehidupan

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 103


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat http://www.teachthought.com/learning/4-


Kementerian Agama RI Kementerian Agama essential-rules-of21st-century-learning/
RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Rahadian, D., 2018, Pergeseran Paradigma
Kehidupan Keagamaan Jakarta, 2010 Pembelajaran Pada Pendidikan Tinggi
Cogan, J.J. 1998. Citizenship Education for the https://www.researchgate.net/publication/326
21st Century: Setting the Context. In J.J. 821924 DOI: 10.31980/jpetik.v2i1.60 (diakses
Cogan & R. Derricott (Eds.), Citizenship for 11 Maret 2020)
the 21st Century: An International Perspective Rahman, K. 2016, Strategi Pengembangan Nilai
on Education (hal. 1–20). London: Kogan Page Toleransi Dan Pluralisme Dalam Pendidikan
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pesantren, jurnal HIKMAH, Vol. XII, No. 1,
Kemenristek Dikti. 2016. Pendidikan 2016
Kewarganegaran Untuk Perguruan Tinggi Santiko, H. 2013. Toleransi Beragama dan
Cetakan 1. Karakter Bangsa: Perspektif Arkeologi,
Fadillah, I, 2017, “Indonesia Negara Paling SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh,
Menjunjung Tinggi Toleransi”, dalam Nomor 1, Juni 2013
http://jurnalintelijen.net/2017/06/09/indonesia Santosa, Bend A. 2017 “Peran Media Massa
-negara-paling-menjunjung-tinggi-toleransi/ Dalam Mencegah Konflik” , Jurnal
(diakses 1 april 2018) ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017,
Ghazali, A. M. 2016, Toleransi Beragama Dan hlm 199-214
Kerukunan Dalam Perspektif Islam, Simarmata, Thomas. H., dkk 2017, Indonesia
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Zamrud Toleransi Penerbit: Pusat Studi Islam
Vol. 1 No. 1 (September 2016): 25-40 dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia)
Hermawati, R. Paskarina, C. dan Runiawati, N. Cetakan I, Januari 2017
2016. Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Sinuraya, A.A, 2016, “Toleransi sebagai Kunci
Bandung, UMBARA : Indonesian Journal of Perdamaian Dunia”, dalam
Anthropology Volume 1 (2) Desember 2016 https://www.qureta.com/post/toleransi-
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenga sebagai-kunci-perdamaian-dunia (diakses 1
h#Pemerintah_Provinsi (diakses 1 april 2018) april 2018.
Hutabarat, Binsar A. dan H. Hans Panjaitan, 2017, Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.
Tingkat Toleransi Antaragama Di Masyarakat Bandung: Alfabeta
Indonesia, tersedia di https://www.reformed- Supriyanto, A dan Wahyudi, A. 2017, Skala
crs.org/ind/research/30.html (diakses 1 april Karakter Toleransi: Konsep Dan Operasional
2018). Aspek Kedamaian, Menghargai Perbedaan
Jati, W. R. 2014, Toleransi Beragama Dalam Dan Kesadaran Individu, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Multikulturalisme Siswa Sma Counsellia, Volume 7 No. 2, Nopember 2017 :
Katolik Sang Timur Yogyakarta, Cakrawala 61 – 70
Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1 Supriyono, 2018, Analisa Sistem Penjaminan
Kadarisman, M. 2011, Tantangan Perguruan Mutu Internal Pembiayaan Perguruan Tinggi
Tinggi Dalam Era Persaingan Global, Sociae Dengan Pendekatan Gap Analysis (Studi
Polites, Edisi Khusus, November 2011 Kasus : Perguruan Tinggi X) , JITMI Vol.1
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Nomor 1 Maret 2018
Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Tillman, D., 2004. Pendidikan Nilai Untuk Kaum
Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Muda Dewasa (Terjemahan Risa Pratono).
kurikulum dan Perbukuan Jakarta: Grasindo
Milles, Mattew B., dan A. Michael Huberman. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
2007. Analisis Data Kualitatif. Universitas Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Press. Pendidikan Tinggi
Muhammad, S., 2014, Kepemimpinan Dalam UNESCO-APNIEVE, (2000), Belajar Untuk
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Hidup Bersama Dalam Damai Dan Harmoni,
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 3 (Bangkok: Kantor Prinsipal Unesco untuk
Agustus-Desember 2014 Kawasan Asia-Pasifik, dan Universitas
Nazmudin. 2017. “Kerukunan dan Toleransi Antar Pendidikan Indonesia, 2000
Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Winataputra, U.S. 2015, Rekonstruksi Pendidikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia Kewarganegaraan: Analisis Historis-
(NKRI)”. Journal of Government and Civil Epistemologis, Jakarta: Pusat Penerbitan
Society, Vol. 1, No. 1, 23-39. Universitas Terbuka.
Nichols, Jennifer R. 2013. 4 Essential of 21st Winataputra, U.S. 2016. Posisi Akademik
Century Learning. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dan

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 104


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

Muatan/Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila


Dan Kewarganegaraan (PPKn) Dalam Konteks
Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Moral
Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, Juni 2016

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 105


Nilai Toleransi Untuk Meneguhkan Jatidiri Sebagai Warga Negara

JCMS Vol. 5 No. 2 Tahun 2020, Halaman 96-105 Page 106

Anda mungkin juga menyukai