Anda di halaman 1dari 10

Kajian Pestisida Berbahan Aktif Antibiotika...

(Mariana Raini)

KAJIAN PESTISIDA BERBAHAN AKTIF


ANTIBIOTIKA
REVIEW ARTICLES OF ANTIBIOTICS USED AS PESTICIDE

Mariana Raini*
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negaa No. 23
Jakarta Pusat, Indonesia
*Korespondensi Penulis: mariana_raini@yahoo.com ; 081218954137

Submitted: 12-02-2014, Revised: 07-01-2015, Accepted: 03-03-2015

Abstrak
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri dapat menghambat produksi panen dan sangat
sukar dikendalikan karena selain gejala-gejala penyakit yang nampak, bakteri dapat masuk ke dalam
jaringan tanaman sehingga sulit untuk dibasmi hanya dengan memangkas jaringan yang terinfeksi atau
pemberian pestisida pada permukaan tanaman. Pestisida antibiotika merupakan senyawa kimia yang
sangat baik untuk mengatasi penyakit bakteri dan jamur pada tanaman. Sayangnya, muncul strain
bakteri resisten terhadap antibiotika telah membatasi efektifitas antibiotika tersebut dalam bidang medik.
Resistensi pestisida antibiotika juga telah mengacaukan pengendalian penyakit pada tanaman. Kajian
ini bertujuan untuk menganalisis pestisida antibiotika sehingga dapat dipertimbangkan penggunaannya
di Indonesia. Metoda yang digunakan adalah mengkaji artikel pestisida antibiotika dari berbagai jurnal
nasional dan internasional. Kajian ini akan menguraikan tentang pestisida antibiotika, jenis, cara kerja,
toksisitas, resistensi, dampak yang ditimbulkan, sehingga dapat untuk pertimbangan registrasi di
Indonesia. Dengan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan, perilaku petani, sebaiknya dilakukan
evaluasi terhadap pestisida antibiotika dan tidak diizinkan untuk beredar di Indonesia.

Kata kunci : pestisida, antibiotik, resisten, kontrol

Abstract
Plant diseases that are caused by bacteria are able to inhibit the crop production. These diseases are
very difficult to manage because of the silent symptoms and bacterias can get into the plant tissues that
make it difficult to eradicate by pruning infected tissues or using pesticide on the plant surface. Antibiotic
pesticide is an excellent chemical subtance for the control of several bacterial and fungal diseases in
plants. Unfortunately, the emergence resistant strains of bacteria to antibiotics has limited their medical
efficacy and reducing plants disease control. The aim of this study is to review articles of studies on
antibiotics used as pesticide. The method used is by reviewing and analyzing articles from national
and international journals of pesticidal antibiotics. This study describes lists of antibiotic pesticides,
mechanism, toxicity, resistance and its impacts as a consideration for registration in Indonesia. By
considering the impact and behavior of farmers, antibiotic pesticides have to be evaluated and should
not be allowed to be marketed in Indonesia.

Keywords : pesticide, antibiotics, resistance, control.

Pendahuluan kimia yang digunakan untuk mengendalikan


Indonesia merupakan negara agraris yang atau membasmi hama seperti serangga, tungau,
mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber tumbuhan pengganggu, jamur, bakteria dan virus,
penghasilan dan untuk memenuhi kebutuhan nematoda, siput, tikus, burung dan hewan lain
pangan masyarakat. Salah satu faktor untuk yang dianggap merugikan.
mendukung keberhasilan di bidang pertanian Penggunaan pestisida juga mengandung
adalah upaya pengendalian hama. Pestisida adalah risiko karena pestisida bersifat toksik dan dapat
bahan kimia atau campuran dari beberapa bahan menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan

33
Media Litbangkes, Vol. 25 No. 1, Maret 2015, 33 - 42

ekosistem. Beberapa jenis pestisida terutama tentang pestisida antibiotika, jenis, cara kerja,
jenis organoklorin masih terdeteksi meskipun toksisitas, resistensi, dampak yang ditimbulkan,
penggunaannya telah dihentikan sejak tahun sehingga dapat untuk mengevaluasi pertimbangan
1970 an.1 Tingginya keracunan akibat pajanan registrasi di Indonesia.
pestisida di negara berkembang disebabkan
oleh penggunaan pestisida yang sangat intensif, Metode
lemahnya peraturan, kurangnya sistem surveilens, Sumber kajian adalah laporan atau artikel
buruknya penanganan pestisida di lapangan dan penelitian pestisida antibiotika yang telah
penggunaan pakaian pelindung, serta sistem dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah. Artikel
kesehatan dan pendidikan yang belum baik.2 penelitian yang dikaji antara lain mencakup jenis,
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh toksisitas, cara kerja, dampak yang ditimbulkan,
bakteri dapat menghambat produksi panen. resistensi dan residu dan lain lain. Artikel yang
Penyakit ini sangat sukar dikendalikan karena dikaji diperoleh dari laporan maupun artikel dari
selain gejala-gejala penyakit yang nampak, jurnal penelitian atau lembaga resmi terkait baik
bakteri dapat masuk ke dalam jaringan nasional maupun internasional. Pada mulanya
tanaman sehingga sulit untuk dibasmi dengan artikel ada 45 artikel yang dikaji, setelah diseleksi
pemangkasan jaringan yang terinfeksi atau berdasarkan kelayakan materi, tahun penerbitan
pemberian pestisida pada permukaan tanaman. maka 41 artikel yang layak dikaji.
Selain itu, bakteri mengalami pertumbuhan yang
eksponensial, sehingga populasi bakteri dapat Hasil
berlipat beberapa kali dalam sehari, tergantung Dari sejumlah 41 artikel tentang pestisida
dari spesies dan kondisi lingkungan. Oleh karena antibiotika yang dikaji, terdapat 17 artikel
itu, penyakit bakteri dapat menjadi wabah, ketika pestisida antibiotika yang memberikan informasi
terlihat gejala, bakteri patogen akan tertanam tentang karakteristik, jenis, toksisitas, bahaya dan
dengan kuat dan merusak tanaman.3 efek samping.
Meskipun penyakit yang disebabkan
bakteri pada tanaman relatif sedikit, namun dapat Jenis-Jenis Pestisida Antibiotika
mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
Pada sekitar tahun 1950, segera setelah
Sebagai contoh penyakit layu pada tanaman kopi
diperkenalkan antibiotika untuk pengobatan
yang disebabkan Fusarium xylaroides di Afrika
manusia, potensi antibiotika untuk pengobatan
Pusat dan Timur telah menimbulkan kerugian
penyakit pada tanaman dieksplorasi. Dari
sekitar $1milyar.4 Usaha untuk menghilangkan
sekitar 40 jenis antibiotika yang ditapis untuk
penyakit pada tanaman jeruk yang disebabkan
mengatasi penyakit tanaman, 8 jenis digunakan
oleh Xanthomonas campestris pv., telah
secara komersial dan hanya streptomisin yang
menyebabkan pemusnahan tanaman jeruk pada
paling banyak digunakan.6,7 Beberapa pestisida
negara-negara teluk lebih dari 20 juta pohon,5
antibiotika yang banyak digunakan di antaranya
namun masalah belum terselesaikan juga.
streptomisin, oksitetrasiklin, kasugamisin,
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji
validamisin dan blastisidin.
beberapa pestisida antibiotika yang banyak
WHO mengkelompokkan blastisidin dalam
digunakan, mencakup jenis, toksisitas, cara
golongan Ib (sangat toksik) berdasarkan toksisitas
kerja, dampak yang ditimbulkan, resistensi dan
akut 16mg/kgberat badan/hari. Sedangkan
residu, sehingga dapat memberi masukan untuk
streptomisin, oksitetrasiklin, kasugamisin dan
pertimbangan dalam mengevaluasi peredaran
validamisin dikelompokkan dalam golongan 4.
pestisida antibiotika tersebut di Indonesia.
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis
pestisida antibiotika sehingga dapat Streptomisin
dipertimbangkan penggunaannya di Indonesia. Streptomisin adalah antibiotika
Metoda yang digunakan adalah mengkaji artikel aminoglikosida, yang diperoleh dari Streptomyces
pestisida antibiotika dari berbagai jurnal nasional griceus dan spesies streptomyces lainnya.5
dan internasional. Kajian ini akan menguraikan Streptomisin digunakan untuk mengendalikan

34
Kajian Pestisida Berbahan Aktif Antibiotika... (Mariana Raini)

Tabel 1. Jenis, Karakteristik, Toksisitas, Golongan Pestisida Streptomisin, Oksitetrasiklin,


Kasugamisin, Validamisin dan Blastisidin.

Jenis Streptomisin,8-11 Oksitetrasiklin 12-14 Kasugamisin1 19-22 Validamisin 23-25 Blastisidin S 26-28

Karakteristik Bakterisida, Bakteriostatik, Bakteriostatik, Bakterisida, Bakterisida,


fungisida fungisida fungisida fungisida fungisida

BMR 0,25 ppm (USA), 0,35 ppm, 0,15 ppm 0,05 ppm 0,001 ppm -
0,01ppm (Eropa) (anggur)

Waktu paruh 5 jam 9 jam. Tdk tersedia data < 5 jam < 2 hari (pH =6)

Toksisitas akut <15.000mg/kg/hr <5200 mg/kg/hr >5000mg/kg/hr >20.000mg/kg/hr 16mg/kg/hr(oral)


(oral) (oral) (oral) (oral)

5000mg/kg/hr 500mg/kg/hr
(dermal (dermal)

Mutagenisitas Bukan mutagen Bukan mutagen Bukan mutagen Bukan mutagen Bukan mutagen

Karsinogenisitas Tidak menimbulkan Tidak menimbulkan Tidak menimbulkan Tidak tersedia data Tidak menimbulkan
kanker kanker kanker kanker

Bahaya Golongan IV Golongan IV Golongan IV Golongan IV Golongan II (EPA),


Ib (WHO)

Efek samping Hipotensi, Nyeri perut, pusing, Iritasi pada mata Alergi bagi yang Iritasi pada :
pusing, mual, hilang rasa, mual, dan kulit (hewan sensitif, dermatitis, saluran nafas,
kulit kemerahan, muntah, kulit percobaan). asma kulit, membrane
hives,muntah. sensitif thd sinar Alergi bagi yang mukosa, mata, nyeri
Alergi bagi yg matahari, kulit kun- sensitif. kerongkongan,
sensitif ing, alergi bagi yang mual, pusing,
sensitif batuk, luka kornea,
konyungtivis, sesak

Alergi bagi yang Alergi bagi yang Iritasi pada : saluran Tertelan berkumur, Tidak ada antidote Jika tertelan :
sensitif. sensitif, dermatitis, nafas, kulit, mem- basuh kulit dengan spesifik pencucian lambung,
asma brane mukosa, mata, air sabun dan air. berikan karbon aktif,
nyeri kerongkongan, endotreal intubation,
mual, pusing, batuk, pernafasan buatan.
luka kornea, kon-
yungtivis, sesak

Toksisitas pada Tidak bersifat tok- Bersifat toksik pada Tidak bersifat Tidak bersifat toksik Bersifat toksik :
lingkungan sik pada : burung, ikan. toksik pada : pada ikan, lebah pada ikan, moluska,
invertebrate, lebah, mamalia, burung, zooplankton.
sedikit toksik pada cacing, lebah dan
ikan. ikan.

penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur sayur-sayuran.8


pada buah-buahan tertentu, sayur-sayuran, biji- Streptomisin bersifat bakterisid, bekerja
bijian, dan tanaman hias.5 Pestisida streptomisin dengan mengikat secara irreversibel ribosom
terutama ditujukan untuk mengendalikan hama bakteri dan menghambat sintesa protein.8,9 Pada
fire blight. Fire blight adalah suatu penyakit kadar tinggi, streptomisin dapat bersifat fitotoksik
manular yang disebabkan oleh Erwinia pada tanaman, oleh karena itu penggunaannya
amylovora pada tanaman apel, pir dan beberapa cukup pada permukaan tanaman dan tidak
famili Rosaceae, pada kondisi optimal hama diinjeksikan.10
ini dapat memusnahkan seluruh tanaman dalam Penelitian toksisitas sub kronis
suatu kebun pada satu kali musim tanam. menunjukkan pemberian secara injeksi intra
Penggunaan dalam kadar rendah dilakukan untuk muskular pada hewan percobaan kucing akan
mengendalikan penyakit bakteri pada budi daya mengalami lost the righting reflex dalam
bunga dan kentang, pembibitan tembakau dan 3 minggu, sedangkan hewan yang sama,

35
Media Litbangkes, Vol. 25 No. 1, Maret 2015, 33 - 42

mendapatkan streptomisin secara oral tidak.9 ini bekerja dengan menghambat perkembang
Secara kronis, pemberian secara oral streptomisin biakan sel-sel bakteri dengan mengikat secara
tidak mengindikasikan penyebab kanker.9 Pada reversible ribosom bakteri dan menghambat
hewan percobaan anjing, pemberian streptomisin sintesa protein.8,15
mengakibatkan resistensi terhadap bakteri Oksitetrasiklin juga didaftarkan pada EPA
coliform pada tinja. Potensi yang sama terjadi untuk pengendalian penyakit infeksi pada hewan
pada flora saluran pernafasan.9,10 dan manusia dan juga sebagai tambahan makanan
Toleransi atau Batas Maksimum Residu (growth promoted) untuk meningkatkan berat
(BMR) untuk streptomisin adalah 0,25 ppm badan hewan. Oksitetrasiklin biasanya digunakan
ditetapkan untuk residu dalam seledri, lada, setiap 4 hingga 6 hari dan sampai 10 kali tiap
tomat, kentang dan pome fruits (apel, pir).10,11 musim tanam tergantung dari jenis tanaman dan
Toleransi lain telah ditetapkan oleh cara penggunaan. Pestisida ini digunakan dengan
Food and Drug Administration (FDA) dan menyemprotkan pada daun atau melalui semprotan
US Departement of Agriculture untuk residu dari udara, atau juga dengan menginjeksikan
streptomisin yang digunakan sebagai obat tetrasiklin pada pohon. Hanya derivat tetrasiklin
hewan. Codex Internasional dan Kanada tidak yang digunakan secara sistemik pada tanaman,
memberikan toleransi untuk penggunaan namun injeksi tetrasiklin ini memerlukan biaya
streptomisin. Sedangkan Meksiko memberikan dan tenaga kerja yang mahal dan sering diulang
BMR sama dengan yang ditetapkan oleh Amerika karena gejala yang tertunda (delay of symptoms).
Serikat.9 Oleh karena itu, sediaan injeksi antibiotika ini
hanya untuk tanaman-tanaman hias yang bernilai
Oksitetrasiklin tinggi dan tidak untuk tanaman pertanian atau
Dalam kelompok oksitetrasiklin tanaman kehutanan.16
mencakup oksitetrasiklin, hidroksitetrasiklin Tidak ada informasi penyemprotan
monoklorida dan kalsium oksitetrasiklin. oksitetrasiklin yang menimbulkan efek
Oksitetrasiklin adalah pestisida antibiotika yang merugikan pada organisme tanah, pertanian dan
digunakan untuk mengendalikan bakteri, jamur binatang ternak. Akumulasi tetrasiklin sebagai
dan mikroplasma. Antibiotika ini dihasilkan obat hewan pada sedimen dapat bersifat toksik
secara alamiah dari Streptomyces rimosus dengan terhadap ikan16. Meskipun kalsium oksitetrasiklin
aktivitas spektrum seperti klortetrasiklin dan berpotensi toksik bagi mikroorganisme dalam
tetrasiklin dan bersifat termostabil.8,11 Pestisida tanah, oksitetrasiklin juga dihasilkan secara
ini terutama digunakan untuk mengendalikan alamiah oleh bakteri tanah.16 Oleh karena itu
fire blight pada apel dan pir yang sudah resisten EPA mengklasifikasikan kalsium oksitetrasiklin
terhadap streptomisin, juga stone fruits pada termasuk dalam kategori IV yang menunjukkan
pir dan nektarin yang disebut bacterial spot toksisitas akut dengan tingkat paling rendah.17
disebabkan Xanthomonas arboricola pv. Pruni Pemberian oksitetrasiklin HCl dalam makanan
serta penyakit kuning yang mematikan.12,13 mencit dan tikus selama 14 hari tidak memberikan
Oksitetrasiklin juga didaftarkan untuk digunakan efek samping bagi kesehatan.18 Suatu penelitian
pada tanaman hutan dan tanaman hias, semak- toksisitas oksitetrasiklin HCl yang diberikan
semak dan anggur. Di Amerika, penggunaan dengan dosis tinggi pada tikus menunjukkan
oksitetrasiklin pada apel telah disetujui oleh tingginya kematian induk tikus dan menimbulkan
Environmental Protection Agency (EPA) sebagai efek samping bagi kesehatan bayi tikus19.
pengecualian untuk keadaan darurat yang Penelitian yang sama menggunakan mencit tapi
merupakan alternatif pengganti pada streptomisin tidak menimbulkan efek.19 Oksitetrasiklin HCl
resisten.14 menunjukkan hasil yang negatif pada rangkaian
Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik, pengujian yang didisain untuk menunjukkan
tidak membunuh bakteri patogen yang ada interaksi kimia dengan DNA atau kerusakan
dalam populasi sehingga kurang efektif jika kromosom, ini mengindikasikan tidak mungkin
dibandingkan dengan streptomisin.10 Antibiotika menimbulkan kanker.19

36
Kajian Pestisida Berbahan Aktif Antibiotika... (Mariana Raini)

Kasugamisin 40,4 mg/kg/hari pada makanan tikus, selama 2


Kasugamisin termasuk antibiotika tahun tidak menimbulkan efek pada kesehatan.25
golongan aminoglikosida dari Streptomyces
kasugaensis, termasuk dalam strain Streptomyces Blastisidin
dan digunakan untuk mencegah pertumbuhan Blastisidin merupakan antibiotik yang
jamur Pyricularia oryzae Cavara yang dihasilkan dari fermentasi Streptomyces
menimbulkan bercak (blast) pada tanaman padi griseochromogens. Pestisida ini dengan dosis 10-
dan tomat juga dapat mencegah pertumbuhan 40g/ha, sangat baik untuk pengendalian penyakit
bakteri pada bit, seledri, lada, kentang20 dan scab bercak pada tanaman padi, namun bersifat
pada apel dan pir.21 fitotoksik terhadap tanaman lain seperti tomat,
Berbeda dengan golongan aminoglikosida kentang, kedelai, tembakau.26 Oleh karena itu,
lainnya seperti streptomisin, kasugamisin bekerja blastisidin diberikan dalam bentuk garam benzene
pada fitopatogenik jamur dan bakteri, oleh amino benzene sulfonat untuk mengurangi sifat
karena itu kasugamisin tidak digunakan sebagai fitotoksiknya.
antibiotika, pada manusia maupun hewan.22 Blastisidin jika tertelan sangat beracun dan
Sampai September tahun 2005, pestisida ini terkena mata dapat menyebabkan iritasi. Penelitian
tidak terdaftar di Amerika Serikat, namun pada
pada hewan coba menunjukkan pemberian
tahun 2010 pestisida ini boleh digunakan hanya
blastisidin secara oral dengan dosis di bawah 5 mg
pada tanaman apel untuk keadaan darurat ketika
berakibat fatal.26 Secara kronis, paparan dermal
streptomisin dan oksitetrasiklin resisten.20
dapat menimbulkan kerusakan kulit dan jika
Toleransi ditetapkan terhadap tomat dan lada yang
terabsorbsi dapat berefek sistemik.27 Sedangkan,
berasal dari Meksiko. EPA menetapkan residu
paparan inhalasi blastisidin dengan kadar rendah
kasugamisin pada apel adalah 0,05 ppm,20,22
dapat menimbulkan gangguan pernafasan dan
sedangkan pada buah-buahan dan sayuran
pada kadar tinggi akan menimbulkan perubahan
0,04 ppm.23 Pada manusia, kasugamisin tidak
fungsi paru di antaranya pneumoconiosis dengan
berbahaya bagi kesehatan jika penggunaannya
gejala sukar bernafas dan bila diperiksa dengan
sesuai label.23 Kasugamisin terurai oleh mikroba
sinar x akan terdapat bayangan pada paru. Hal ini
pada tanah dan air, oleh karena itu antibiotik ini
disebabkan partikel yang berukuran lebih kecil
diharapkan tidak berbahaya bagi lingkungan.21
dari 0,5 mikron berpenetrasi dan tinggal dalam
paru-paru.27
Validamisin
Hasil penelitian terhadap 30 subyek
Validamisin adalah antibiotika non
yang melakukan penyemprotan blastisidin pada
sistemik untuk mencegah pertumbuhan bakteri
tanaman padi, menunjukkan bahwa semua subyek
dan jamur yang dihasilkan dari Streptomyces
ketika diperiksa dengan sinar x mempunyai
hygroscopicus. Antibiotika ini digunakan untuk
bayangan pada paru.28
mengatasi bercak pada daun padi dan mentimun.
Validamisin tidak terdaftar di Amerika Serikat.
Antibiotika ini sangat efektif melawan Resistensi
penyakit-penyakit bakteri pada tanah dan juga Penggunaan antibiotika dalam pengobatan
untuk mengendalikan Rhizoctonia solani pada dan pertanian yang tidak diatur dengan baik akan
tanaman padi, kentang, sayuran, tembakau dan menimbulkan terbentuknya reservoir bakteri yang
lain-lain, juga untuk mengatasi penyakit rebah resisten terhadap antibiotika. Masalah resistensi
kecambah pada saat persemaian sayuran, kapas, mikroba terhadap antimikroba tidak lagi terfokus
kentang, bit, padi dan tanaman lain.23,24 pada penggunaan seluruh antibiotika secara medik
Validamisin tidak bersifat fitotoksik jika tetapi juga termasuk antibiotika yang digunakan
digunakan sesuai label.25 Pemberian makanan di bidang pertanian dan peternakan. Suatu studi
pada tikus dengan dosis 1000mg/kg/hari dan literatur menunjukkan perkiraan antibiotika yang
mencit yang menerima 2000mg/kg/hari, selama digunakan pada tanaman dibandingkan dengan
90 hari tidak menimbulkan efek yang merugikan penggunaan antibiotika secara keseluruhan
kesehatan. Sedangkan pemberian validamisin kurang dari 0,5%.15 Meskipun demikian, resistensi

37
Media Litbangkes, Vol. 25 No. 1, Maret 2015, 33 - 42

bakteri terhadap streptomisin pada tanaman bekerja cepat, sangat spesifik, hanya pada target
yang patogen telah muncul sekitar 5 sampai 10 organisme, cepat terdegradasi dan tidak merusak
tahun8 setelah streptomisin digunakan.29 Pada lingkungan.31,32
tahun 2010, di Amerika Serikat, telah terdeteksi
bakteri fire blight resisten terhadap streptomisin Residu Antibiotika
di 4 Perkebunan (farm) dan tahun 2012, di Keamanan pangan dan kesehatan
7 Perkebunan juga terjadi hal yang sama.30 masyarakat harus menjadi pertimbangan utama
Sedangkan resistensi Pyricularia oryzae Cavara dalam penggunaan antibiotika sebagai bahan
terhadap kasugamisin muncul hanya 3 tahun aktif pestisida. Banyak produk pangan dan ternak
setelah kasugamisin diperkenalkan.21 Resistensi yang teridentifikasi residu antibiotika. Penelitian
hanya muncul karena pemberian antibiotika pada yang dilakukan oleh Yuningsih, menunjukkan
bakteri tanaman patogen tidak berhasil.5 adanya residu antibiotika (penisilin, tetrasiklin,
Muncul dugaan bahwa penyemprotan oksitetrasiklin, klortetrasiklin) dalam produk
antibiotika pada tanaman di lingkungan terbuka peternakan (susu dan daging).33
dan lahan yang luas mungkin meningkatkan Residu antibiotika juga dapat terjadi pada
frekuensi gen antibiotika resisten, tidak hanya tanaman sayuran ataupun buah-buahan akibat
gen bakteri yang resisten terhadap streptomisin penggunaan pestisida antibiotika pada pertanian.
dan tetrasiklin tetapi resisten terhadap antibiotika Dampak kesehatan pada manusia mungkin timbul
lain yang mungkin dibawa oleh plasmid yang akibat konsumsi produk secara langsung melalui
sama, dengan cara demikian meningkatkan konsumsi hewan dan pencemaran lingkungan
risiko gen ini masuk pada bakteri pada manusia. seperti air, tanah dan udara.
Diasumsikan terjadi perpindahan plasmid dari
matra lingkungan dalam hal ini tanaman atau
Penggunaan Antibiotika di Amerika
kebun ke matra lain yakni usus manusia jika
Semua pestisida antibiotika yang
kondisi lingkungan mendukung.9
digunakan pada kebun buah dan tanaman hias di
Adanya strain bakteri resisten terhadap
Amerika Serikat, telah diatur oleh Environmental
antibiotika telah menurunkan efektifitas antibiotika
Protection Agency (EPA). Regulasi ini tidak hanya
tersebut dalam bidang medik. Resistensi bakteri
didasarkan pada efikasi zat tersebut terhadap
fire blight terhadap streptomisin dan bercak
kemampuan pengendalian penyakit. Proses
terhadap kasugamisin juga telah mengacaukan
registrasi tidak hanya sebatas evaluasi toksisitas
pengendalian penyakit pada tanaman tersebut.
dan karsinogenisitas dari produk atau derivatnya,
Resistensi antibiotika telah dipublikasi secara
tapi juga dampaknya terhadap lingkungan sekitar
luas dan merupakan ancaman besar untuk
termasuk tanaman, insektisida, organisme air,
pengendalian penyakit infeksi mikroba.5 Usaha
dan kehidupan alam lainnya.6,9
untuk menjaga efektifitas antibiotika dalam
Di Amerika Serikat, penggunaan pestisida
bidang medik telah mengakibatkan pengawasan
streptomisin dan oksitetrasiklin dilakukan
ketat untuk semua antibiotika yang digunakan
dengan persyaratan ketat. Label produk ditulis
di dalam dan di luar bidang medik, termasuk
secara rinci termasuk peraturan negara tambahan
penggunaan sebagai pestisida
seperti jenis Alat Pelindung Diri (APD), sarung
tangan, penutup wajah, harus digunakan oleh
Dampak Terhadap Lingkungan penyemprot dan orang-orang yang berkepentingan
Pestisida antibiotika bekerja dengan ketika mencampur pestisida. Pengaturan juga
mengganggu mekanisme biologi yang penting mencakup larangan memasuki wilayah yang
pada bakteri atau jamur namun tidak hanya pada disemprot antibiotika selama 12 jam setelah
satu spesies. Residu antibiotika yang masuk penyemprotan streptomisin atau oksitetrasiklin,
melalui makanan, mungkin dapat membahayakan tidak diperkenankan menggunakan pestisida
manusia dan lingkungan seperti bakteri di antibiotika yang tidak sesuai dengan label.6,9
tanah, air, hewan air, serangga dan lain-lain. Label produk juga harus memuat
Pestisida antibiotika yang ideal adalah yang secara Spesifik Preharvest Interval (PHI) yang

38
Kajian Pestisida Berbahan Aktif Antibiotika... (Mariana Raini)

dikeluarkan oleh EPA. PHI adalah suatu periode Penggunaan Pestisida Antibiotika Kanada,
waktu antara waktu terakhir menyemprot Jepang.
dan waktu panen. PHI dimaksudkan untuk Canadian General Standards Board,
menghilangkan atau membatasi residu pestisida. CODEX Alimentarius Commision dan
PHI beragam tergantung jenis pestisida dan Japan Agricultural Standard for Organic
tananamnnya misalnya untuk oksitetrasiklin dan Production tidak memasukkan streptomisin dan
streptomisin antara 21- 60 hari. Antibiotika hanya oksitetrasiklin dalam penggunaan lain selain
digunakan pada tanaman yang mempunyai risiko obat.8 Kanada tidak mencantumkan pestisida
tinggi terkena penyakit, oleh karena itu pada berbahan aktif antibiotik dalam daftar pestisida
umumnya tanaman tidak disemprot antibiotika yang diijinkan.
secara berkala. Penggunaan antibiotika efektif
umumnya kurang dari 1 minggu dan dengan cara Penggunaan Pestisida Antibiotika di Indonesia
ini residu antibiotika tidak ditemukan pada saat
Pestisida antibiotika telah digunakan di
panen.6,9
Indonesia untuk mengatasi hama pada tanaman,
Selain itu, streptomisin maupun
baik yang disebabkan oleh bakteri maupun
oksitetrasiklin berpotensi menyebabkan
jamur. Ada beberapa senyawa antibiotika yang
alergi bagi orang yang sensitif. Oleh karena
digunakan sebagai fungisida dan bakterisida
itu, EPA menetapkan bahwa label harus juga
dalam bidang perlindungan tanaman, seperti
mencantumkan: disemprotkan pada daun, streptomisin, kasugamisin, validamisin, dan
berpotensi menyebabkan alergi pada orang lain sebagainya. Oksitetrasiklin didaftarkan
yang sensitif, mandilah setelah melakukan dengan nama dagang Bactocyn 150 AL untuk
penyemprotan.6,9 mengendalikan penyakit layu bacteria (Ralstonia
Sampai tahun 2005, Amerika Serikat solanacearum) pada tanaman cabai. Streptomisin
hanya mengizinkan dua antibiotika sebagai sulfat didaftarkan dengan nama dagang Agrept 20
pestisida yaitu streptomisin dan oksitetrasiklin WP untuk mengendalikan penyakit layu bakteri
dengan persyaratan yang ketat dilakukan (Pseudomonas solanacearum) pada tomat dan
diantaranya dengan mempertimbangkan kerugian penyakit busuk basah (Erwinia carotovora)
yang ditimbulkan karena hama dan kepatuhan pada tanaman kubis.11 Kasugamisin terdaftar
pengguna pestisida tersebut terhadap persyaratan dengan nama dagang Kasumin 20 AS untuk
pada label. Meskipun demikian, masih terjadi mengendalikan penyakit bercak belah ketupat
resistensi bakteri E amylovora terhadap kedua (Pyricularia oryzae) pada tanaman padi dan
antibiotika tersebut sehingga kasugamisin antraknosa (Colletotrichum capsici) pada tanaman
digunakan untuk mengendalikan hama fire blight. cabai. Validamisin terdaftar dengan nama dagang
Validacin 3 AS untuk mengendalikan penyakit
Penggunaan Pestisida Antibiotika di Uni hawar pelepah daun oleh Rhizoctonia solani pada
Eropa. tanaman padi dan busuk hitam Xanthomonas
Europe Commision, Health and Consumer campestris pada kubis.34 Semua pestisida di atas
Protection telah mengumpulkan data resistensi terdaftar dan digunakan di Indonesia. Pestisida
mikroba terhadap streptomisin sejak tahun ini dijual di kios-kios pertanian. Petani sering
1999. Streptomisin telah ditarik dari peredaran menggunakan kasumin untuk menghilangkan
berdasarkan keputusan komisi 2004/129E. bercak blast pada tanaman padi.34
Sedangkan untuk kasugamisin, telah ditarik dari
peredarannya berdasarkan keputusan komisi Pembahasan
2005/303/EC. Berdasarkan keputusan ini maka Di Indonesia, tingkat keracunan pestisida
kedua pestisida antibiotika tersebut tidak boleh organofosfat dan karbamat yang banyak
beredar di seluruh negara Eropa.8 The European digunakan masyarakat masih tinggi. Penelitian
Economic Community (EEC) juga telah melarang yang dilakukan oleh Maria Goreti menunjukkan
semua penggunaan pestisida antibiotika pada disiplin petani penyemprot masih rendah, seperti
tanaman organik. 88% petani menggunakan dosis yang lebih

39
Media Litbangkes, Vol. 25 No. 1, Maret 2015, 33 - 42

tinggi dari label pada kemasan, 81% petani pengendalian resistensi melalui rantai makanan,
tidak menggunakan APD lengkap, 72% petani bekerja sama dengan The United States of Food
berperilaku buruk seperti menyemprot tidak sesuai and Drug Administration (FDA), The United
dengan arah angin, tidak menggunakan pengaduk State of Departement Agricultural (USDA), dan
sewaktu mencampur pestisida dalam air, 66% State and Local Health Departement.40 Belum
petani hanya tamat SD.35 Pada umumnya petani adanya publikasi tentang resistensi bakteri
berpendidikan rendah, sehingga sukar diharapkan terhadap antibiotika untuk mengatasi penyakit
untuk mematuhi ketentuan-ketentuan label pada tanaman bukan berarti tidak atau belum
produk. Adanya penyuluhan yang disampaikan terjadi resistensi mikroba terhadap antibiotika
oleh penyuluh pertanian ataupun yang diberikan pada tanaman di Indonesia. Dibutuhkan data
oleh Dinas Kesehatan setempat, tidak banyak penelitian tentang uji resistensi mikroba
mengubah perilaku petani penyemprot. Selain terhadap antibiotika pada tanaman khususnya di
itu, petani lebih kerap terpapar iklan pestisida Indonesia, mengingat pestisida yang berbahan
dari produsen. aktif antibiotika telah digunakan di Indonesia.
Resistensi antimikroba merupakan salah Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan evaluasi
satu masalah kesehatan dunia saat ini yang terhadap penggunaan pestisida antibiotika untuk
mengancam kesehatan masyarakat.8,36,37 WHO tidak diizinkan beredar, mengingat dampak
telah menunjuk Kementerian Kesehatan sebagai yang ditimbulkan, perilaku petani penyemprot
national focal point dalam mengendalikan dan masih ada alternatif pengganti. Alternatif
resistensi antimikroba. Penggunaan antimikroba pengganti pestisida antibiotika di antaranya
khususnya antibiotika pada tanaman dapat adalah penyemprotan dengan larutan tembaga,
berkontribusi bagi resistensi bakteri patogen atau dengan produk biocontrol.30,41
pada manusia. Organisme patogen mempunyai
pergerakan gen dalam bakteri tidak semata-mata Kesimpulan
vertikal dari orang tua ke anak/keturunan tetapi Resistensi antimikroba merupakan
dapat juga horizontal dari satu spesies bakteri ke masalah global dan penanggulangannya harus
spesies lainnya. Oleh karena itu koloni bakteri dilakukan multi sektor. Adanya resistensi
dalam tanah yang resisten dapat menyediakan pestisida antibiotika terhadap mikroba di
material genetik pada resistensi bakteri patogen Amerika Serikat dan negara-negara lain harus
pada manusia.38 Penemuan antibiotika baru menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan
sangat sukar37 dan jauh lebih lambat dibandingkan pestisida antibiotika di Indonesia. Di samping
dengan perkembangan resistensi bakteri terhadap itu, perilaku petani penyemprot di Indonesia
antibiotika sehingga diperlukan pengendalian yang kurang baik, masih tingginya prevalensi
resistensi antibiotika. Pengendalian resistensi penyakit-penyakit infeksi dan adanya alternatif
antibiotika seharusnya dilakukan secara terpadu pengendalian lain selain pemberian pestisida
(multi sektor) antara Kementerian Kesehatan antibiotika, maka sebaiknya dilakukan evaluasi
dan Kementerian Pertanian karena antibiotika penggunaan pestisida antibiotika agar tidak
digunakan dalam bidang peternakan, pertanian diizinkan untuk digunakan di Indonesia. Begitu
dan kesehatan. Sampai saat ini, Kementerian juga terhadap pestisida antibiotika yang sedang
Kesehatan telah membentuk Program beredar, sebaiknya tidak diperpanjang izin
Pengendalian Antimikroba Resisten (PPRA) edarnya.
yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan (BUK), melibatkan 20 Rumah Daftar pustaka
Sakit, beberapa Fakultas Kedokteran, Badan 1. Pestice Action Network North America. Organ-
POM, Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, ochlorine Pesticide. diperoleh dari http://www.
Badan Litbang Kesehatan, Dirjen Pemberantasan panna.org, 20 agustus 2013
Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi, namun 2. Thundiyil YG, Stober J, Besbelli N, Pronczuk J.
belum melibatkan Kementerian Pertanian secara Acute pesticide poisoning : a proposed classifica-
aktif.39 Di Amerika Serikat, Centers for Disease tion tool. Bulletin of World Health Organization,
Control and Prevention (CDC) dalam melakukan March 2008;86(3): 161-240.

40
Kajian Pestisida Berbahan Aktif Antibiotika... (Mariana Raini)

3. Levy SB. The Antibiotic Paradox: How Miracle 17. EPA. R.E.D. FACTS: Hydroxytetracycline
Drugs are Destroying the Miracle. New York: Monohydrochloride and Oxytetracycline Calci-
Plenum Press. 1992. diperoleh dari http://www. um. EPA-738-F-93-001. Office of Prevention,
apua.org., 15 Maret 2013. Pesticides And Toxic Substances. http://www.
4. Flood J. Coffe Wilt Disease. UK: CABI. 2009. p. epa.gov/oppsrrd1/REDs/factsheets/0655fact.pdf.
28-49. ISBN: 978-1-84593-64-9. 18. Technical Evaluation Report, Tetracycline (Ox-
5. Mc Manus PS. Antibiotics for Plant Diseases ytetracycline Calcium Complex), 2006 diakses
Control: Silver Bullets or Rusty Sabers?, 2000, dari www.ams.usda.gov/AMSv1.0/getfile?dDoc-
diperoleh dari http://www.apsnet.org/publica- Name=STELPRDC5067963
tions/apsnetfeatures/Pages/AntibioticsForPlants. 19. EPA, Pesticide Fact Sheet for Kasugamycin,
aspx, 15 Maret 2013. 2005 diakses dari http://www.epa.gov/pesticides/
6. Mc Manus PS, Stockwell VO. Antibiotics Use chem_search/reg_actions/registration/fs_PC-
for Plant Disease Management in United of 230001_01-sep-05.pdf, 20 Maret 2013
States. March 2001.Online. Plant Health Pro- 20. EPA, Kasugamycin, Federal Register April
gress doi:10.1094/PHP-2001-0327-01-RV. 2010; 75: 71
7. Vidaver AK. Uses of Antimicrobials in Plant Ag- 21. Crop Protection Compendium, Kasugamycin di-
riculture. Clin. Infec. Dis. 2002;34: 107-10. akses dari http://www.cabi.org/CPC 2 Septem-
8. Stockwell VO, Duffy B. Use Antibiotics in Plant ber 2013
Agricultural. Reff. Sci. Tsch. Off. Int. Epiz. 22. Health Canada, 2013, Kasugamycin, diakses dari
2012;31(1):199-210. http://www.hc-sc.gc.ca/cps-spc/pubs/pest/_deci-
9. EPA Office of Pesticide Programs. Pesticide sions/rd2013-07/index-eng.php, 7 Juli 2013
reregistration eligibility decisions (REDs) fact 23. Thomson WT. Agricultural Chemicals Book IV
sheets. 2009. Fungicides. Thomson Publications. Fresno, CA
10. Mc Manus PS, Jones AL. Epidemiology and ge- 1982.
netic analysis of streptomycin-resistant Erwinia 24. The Agrochemicals Handbook, Validamycin,
amylovora from Michigan and evaluation of ox-
Royal Society of Chemistry Information Sys-
ytetracycline for control. Phytopathology, 1994;
tems, Unwin Brothers Ltd.1995; 3th ed.
84:627-33.
25. Krieger S. Diseases Control Agent : Validamycin,
11. Environmental Protection Agencies (EPA).
dalam Hayes’ Handbook of Pesticide Toxicology
Streptomycin and Streptomycin Sulfate, last up-
2001; 3th, Elsevier Inc., 2001;3(1): 178-80.
dated 2013 January,diperoleh dari www.epa.gov/
26. Krieger S, Diseases Control Agent : Blasticidin
oppsrrd1/REDs/ 15 Maret 2013.
S, dalam Hayes’ Handbook of Pesticide Toxicol-
12. US Departement of Agriculture Government.
ogy 2001; 3th, Elsevier Inc., 2001; 3 (1): 173-5.
Tetracycline (Oxytetracycline Calcium Com-
27. Tomlin CDS, ed, 2002, Blasticidin-S (2079-00-
plex) Crops, Technical Evaluation Report. Jan-
7). in: The e-Pesticide Manual 2002; 2(2).
uary 2007: 7-9.
28. Hirono K; Zasshi NI, Blasticidin S (Niigata Med
13. Christiano RSC, Reilly CC, Miller WP, Scherm
J). 1974;88(2): 64-9.
H. Oxytetracycline dynamics on peach leaves in
29. Technical Evaluation Report, Streptomycin
relation to temperature, sunlight, and simulated
Crops, 2006 (6b/v) diakses dari www.ams.usda.
rain. Plant Dis. 2010; 94:1213–8.
14. Sundin GW, Werner NA, Yoder KS, Aldwinckle gov/AMSv1.0/, 23 Maret 2013.
HS. Field evaluation of biological control of fire 30. Sundin GW, Oxytetracycline for fire blight con-
blight in the easter United States. Plant Disease. trol : Use restriction on the Mycoshield Label,
2009; 93:386-94. Michigan State University Extension, Depar-
15. Manus PS. Antibiotic Use and Microbial Resist- tement of Plant Pathology 2012, diperoleh dari
ance in Plant Agriculture, diperoleh dari http: // http://msue.anr.msu.edu/news/Oxytetracycline,
newsarchive.asm.org/aug00/forum.asp, 17 Maret 28 Desemer 2014
2013. 31. Lah K, Pesticides 2011, diakses dari http://toxi-
16. Danish Environmental Protection Agency pedia.org/display/toxipedia/Pesticides, 20 Agus-
(DEPA). Environmental Assessment of Veterinary tus 2013
Medicinal Products in Denmark. Environmental 32. Gerbang Pertanian, Antibiotika diakses dari
Project 2003; 659. diperoleh dari http://www. www.gerbangpertanian.com, 23 Maret 2013
mst.dk/udgiv/publications/2002/87-7944-971-9/ 33. Yuningsih, Keberadaan residu antibiotika dalam
pdf/87-7944-972-7.pdf.Ophardt, C.E, 17 Maret produk peternakan, diperoleh dari balitnak.lit-
2013. bang.deptan.go.id/index.php, 15 Maret 2013

41
Media Litbangkes, Vol. 25 No. 1, Maret 2015, 33 - 42

34. Yuantari MGC, Studi Ekonomi Lingkungan of Antibiotic Resistance, Microbiol. Mol. Biol.
Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Pada Rev. Sep. 2010; (74): 417-433
Kesehatan Petani di Area Pertanian Hortikultura 38. Shistar T, Antibiotics in Fruit Production, Pesti-
Desa Sumber Rejo, Kecamatan Ngablak, Kabu- cides and You 2011: 31 (2)
paten Magelang Jawa Tengah, Tesis, Universitas 39. Kementerian Kesehatan, Menkes Lantik Ang-
Diponegoro 2009, Semarang gota BPRS, Komite PRA, Serta Serahkan Serti-
35. Strong G, Memecah Kebisuan, Pestisida dan fikat JCI, Oktober 2014.
Perkebunan, Pesticide Action Network Asia and 40. Centers for Disease Control and Prevention,
the Pacific (PAN AP) 2002, diakses dari http:// National Strategy to Combat Antibiotic Resist-
p7953.typo3server.info/uploads/media/Planta- ant-Bacteria diperoleh dari www.cdc.gov/dru-
tion_module_BIndonesia_01.pdf, 2 September gresistance/national-strategy, 28 Desember 2014
2013 41. University of California Agricultural and Na-
36. Jaipur Declaration on Antimicrobial Resistance, tional Resources, Pear, Fire Blight Pathogen :
2011, diperoleh dari www.who-11_amr_jaipur_ Erwinia amylovora, 2012 November, diperoleh
declaration dari http://www.ipm.ucdavis.edu/PMG/, 28 De-
37. Davies J., Davies D., Origins and Evoluation sember 2014.

42

Anda mungkin juga menyukai