Anda di halaman 1dari 100

Prosedur Penggunaan Hewan Laboratorium Bbvet Wates Yogyakarta

Heni Dwi Untari, SPT dan Drh. Basuki Rochmat Suryanto

Desain cover: Muhammad Ali Hadhirin


Desain isi: Mufida Nur Afifah

Hak cipta dilindungi undang-undang


All rights reserved

Cetakan I, Mei 2014

ISBN: 978-602-7768-06-2

MEDIUM Publishing
Bandung
KATA PENGANTAR

P
uji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya-
lah sehingga kami dapat menyelesaikan
diktat sederhana ini yang kami beri judul
Prosedur Penggunaan Hewan Laboratorium
BBVet Wates.
Diktat ini kami susun dengan maksud
dan tujuan untuk referensi bagi pelaksanaan
Standard Operational Procedure (SOP) atau
Prosedur Operasional Baku penggunaan
hewan Laboratorium yang nantinya akan
mempermudah staff Laboratorium peng­
guna hewan Laboratorium dan pengelola
hewan laboratorium dalam melakukan
pekerjaannya serta memberikan pema­
haman dan pengertian mengenai Kode etik
penggunaan Hewan Laboratorium

5
Diktat ini terdiri dari 3 Bab yang saling
berkaitan, yaitu diawali dengan Macam-
macam Hewan Laboratorium dan Syarat-
syaratnya, Manajemen Pemeliharaan He­
wan Laboratorium, dan Penggunaan Hewan
Laboratorium.
Kami menyadari bahwa dalam pe­
nyusunan diktat ini masih terdapat keku­
rangan maupun kekeliruan yang mungkin
luput dari jangkauan kami. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritikan
yang bersifat konstruktif demi tercapainya
kesempurnaan dalam penyusunan diktat
ini.
Terima kasih kepada Bapak Drh. Fadjar
Sumping Tjatur Rasa, Ph.D. sebagai Kepala
BBVet Wates dan Ibu Suprihatin, S.St.
sebagai koordinator IKHP.

Yogyakarta, 10 April 2014

Penulis

6•untari & suryanto


Daftar Isi

KATA PENGANTAR — 5
PENDAHULUAN — 11
TUJUAN — 13

BAB I MaCam-maCam HeWan La­bO­


ratOrium dan SYarat-sYarat­
nYa — 15

Titik Penting yang Harus Diperhatikan


— 17
Kode Etik Pemeliharaan Hewan dan
Kesejahteraan Hewan — 18
Five Freedom of Animals — 19

7
BAB II MANAJEMEN PEMELIHARAAN
HEWAN LABORATORIUM — 21

Manajemen Pemeliharaan Ayam Pete­


lur San (Spesifik Antibodi Negatif)
— 21
Peyiapan Bibit untuk Produksi Telur
Ayam Bertunas — 22
Pengadaan Ayam Jantan — 24
Pemberian Pakan dan Minum — 25
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Telur — 27
Bagaimana Mengontrol Ukuran dan
Berat Telur? — 29
Manajemen Pemeliharaan Ayam SPF
— 31
Housing Manajemen — 32
Personel Manajemen — 32
Manajemen Peralatan — 35
Manajemen Pembibitan Ayam — 35
Gedung SPF Farm — 36
Manajemen Pemeliharaan Mencit —
39
Data Biologik Normal — 39
Cara Handling — 40
Pembiakan dan Pemeliharaan Kelinci
— 41
Data Biologik (lihat hlm berikut) — 41

8•untari & suryanto


Cara handling — 41
Sistem Perkawinan — 43
Kebuntingan dan Kelahiran — 44
Pemberian Pakan dan Minum — 45
Pembiakan dan Pemeliharaan Marmot
— 45
Kebuntingan dan Kelahiran — 45
Pemberian Pakan Dan Minum — 46
Pembiakan dan Pemeliharaan Domba
— 46
Tata Laksana Pemeliharaan — 46
Sistem Perkawinan — 49
Kebuntingan dan Kelahiran — 49
Pemeliharaan Sapiuntuk Hewan
Percobaan — 50
Sistem Perkawinan — 50
Kebuntingan dan Kelahiran — 50
Pemberian Pakan dan Minum — 50
Laboratorium Hewan Percobaan
sebagai Penyedia Telur Ayam
Bertunas — 52
Desinfeksi Telur — 54
Alur Desinfeksi Telur — 54
Standar Mutu Telur — 57
Standar Mutu Hasil Olahan Telur —
59
Prosedur Kerja Pensucihamaan Telur
Ayam Bertunas — 61

prosedur penggunaan hewan•9


BAB III PENGGUNAAN HEWAN LABO­
RATORIUM PENGAMBILAN DARAH
AYAM — 63

Persiapan Pribadi — 63
Peralatan dan Bahan — 63
Metode Pengambilan Darah — 64
Koleksi Serum — 64
Penanganan Serum — 65
Koleksi Darah dengan Antikoagulan —
68
Prosedur Pengambilan Darah — 70
Pentingnya Biosecurity dalam Peme­
liharaan Hewan Laboratorium/He­
wan Per­co­ba­an — 83

PENUTUP — 97
DAFTAR PUSTAKA — 99

10•untari & suryanto


PENDAHULUAN

I
nstalasi Kandang Hewan Percobaan
adalah Instalasi penyedia hewan per­
cobaan dan produknya yang diguna­kan
untuk kebutuhan laboratorium.
Hewan Laboratorium atau Hewan
Percobaan memiliki peranan yang penting
dalam peneguhan diagnosa. Pentingnya
hewan percobaan/hewan laboratorium ini
adalah produk yang dihasilkan (telur) yang
berkualitas mempengaruhi berhasil tidaknya
uji di laboratorium virologi. Begitu juga
dengan hewan percobaan yang digunakan
dalam peneguhan uji laboratorium misal
mencit untuk uji rabies maupun Anthrax.
Juga kualitas pemeliharaan marmut, kelinci
dan juga domba yang pemeliharaannya
dimanfaatkan untuk pengambilan darah
dan digunakan untuk bahan/ media uji di

11
Laboratorium Bakteriologi dan Kesmavet.
Dalam pemeliharaan hewan laboratorium
ini memperhatikan kode etik hewan dan
prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.[]

12•untari & suryanto


TUJUAN

T
ujuan dari disusunnya diktat Prosedur
Pemeliharaan dan penggunaan He­
wan Percobaan ini adalah agar para
staff pada khususnya dan pembaca pada
umumnya memiliki pemahaman dan pe­
ngertian ten­tang beberapa hal, antara lain:
• Macam-macam hewan laboratorium/
percobaan
• Syarat dan hal-hal yang perlu diper­
hatikan dalam pemeliharaan dan peng­
guna­an hewan percobaan.
• Bagaimana Manajemen pemeliharaan
hewan laboratorium/percobaan
• Kode etik/Animal Welfare dan peng­
gunaan hewan laboratorium.
• Teknik pengambilan darah pada hewan
laboratorium/percobaan.[]

13
BAB I

Macam-macam Hewan
Laboratorium
dan Syarat-syaratnya

H
ewan percobaan atau hewan
laboratorium adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakkan
untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga
untuk mempelajari dan mengembangkan
berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pengamatan laboratorik.
Animal model atau hewan model adalah
objek hewan sebagai imitasi (peniruan)
manusia (atau spesies lain), yang digunakan
untuk menyelidiki fenomena biologis
atau patobiologis. Menurut Penjelasan
atas Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2009, yang dimaksud
dengan “hewan laboratorium” adalah
hewan yang dipelihara khusus sebagai
hewan percobaan, penelitian, pengujian,
pengajaran, dan penghasil bahan biomedik

15
ataupun dikembangkan menjadi hewan
model untuk penyakit manusia (Sulaksono.
1987).
Hewan laboratorium pada Instalasi
Kandang Hewan Percobaan Balai Besar
Veteriner Wates dibedakan menjadi 3:
1. Hewan Besar (Large Animal)
Hewan besar diantaranya adalah sapi,
domba, kambing, dan babi
2. Hewan Kecil (Small Animal)
Hewan kecil diantaranya adalah anjing,
kucing, kelinci, marmut, tikus, dan
mencit
3. Unggas
Unggas diantaranya adalah ayam, itik
dan burung

Instalasi Kandang Hewan Percobaan


Balai Besar Veteriner Wates menerapkan
syarat khusus bagi penggunaan hewan yang
akan digunakan sebagai hewan uji atau
hewan coba, untuk mendukung kualitas
pengujian laboratorium, persyaratan ter­
sebut di antaranya:
1. Bebas dari mikroorganisme Patogen
(Konvensional, SPF)
2. Reaksi Imunitas yang baik (vaksin)

16•untari & suryanto


3. Respon terhadap pengobatan yang baik
(antibiotik)
4. Suseptibiltas terhadap sesuatu pe­
nyakit.

TITIK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Lingkungan:
a. Sensitif perubahan suhu dan
kelembaban
b. Ventilasi perkandangan yang baik
c. Mengetahui kebutuhan fisiologis
masing-masing spesies
d. Lingkungan yang tenang

2. Manajemen Populasi
Status Kesehatan (recording), identi­
fikasi, Breeding.
3. Staff: sehat dan memiliki pengetahuan
Hewan Percobaan Laboratorium
Pelatihan Khusus untuk pemeliharaan
dan penanganan hewan percobaan
4. Kontrol makan dan Minum
Setiap spesies memiliki susunan ransum
yang berbeda (tempat bersih, layak dan
tidak terkontaminansi)
5. Kontrol manajemen J
Jumlah yang diproduksi, waktu sistem
perkawinan, persediaan pakan

prosedur penggunaan hewan•17


6. Sanitasi
Penggantian bedding, pembersihan
dan dis­infeksi kandang, validasi proses
sanitasi
7. Kontrol Kualitas Hewan
Bebas dari penyakit patogen.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan


dalam penggunaan hewan sebagai hewan
percoba dengan ngan mempertimbangkan
kesejahteraan hewan laboratorium :
a. Tujuan eksperimen
b. Spesies hewan
c. Durasi discomfort atau distress
d. Jumlah hewan
e. Potensi realistik pencapaian tujuan
f. Durasi eksperimen (lama hidup
hewan)
g. Kualitas perawatan hewan
h. Kemungkinan timbul nyeri
i. Kredibilitas peneliti (Salasia,
2007).

Kode Etik Pemeliharaan Hewan dan


Kesejahteraan Hewan
a. Etika hewan adalah seperangkat
prinsip moral mengenai apa yang

18•untari & suryanto


baik dan tidak baik berkenaan
dengan ukuran sejahtera atau tidak
sejahteranya hewan.
b. Etika pada kesejahteraan hewan
adalah bagaimana seyogyanya ma­
nusia memperlakukann hewan.

Five Freedom of Animals


Salah satu konsep mengenai animal
welfare yang banyak dipakai oleh para
penyayang binatang adalah konsep
dari  World Society for Protection of Animals
(WSPA). Konsep animal welfare dari WSPA
dikenal dengan nama “Five (5) Freedom“.
Ketentuan ini mewajibkan semua hewan
yang dipelihara  atau hidup bebas di alam
memiliki hak-hak/kebebasan berikut :
a. Freedom from hunger and thirst
(bebas dari rasa lapar dan haus).
b. Freedom from discomfort (bebas
dari rasa panas dan tidak nyaman).
c. Freedom from pain, injury, and
disease (bebas dari luka, penyakit
dan sakit).
d. Freedom from fear and distress
(be­bas dari rasa takut dan pen­
deritaan).

prosedur penggunaan hewan•19


e. Freedom to express normal behavior
(bebas mengekspresikan perilaku
normal dan alami) (Abrianto, 2009).
[]

20•untari & suryanto


BAB II

MANAJEMEN PEMELIHARAAN
HEWAN LABORATORIUM

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR


SAN (SPESIFIK ANTIBODI NEGATIF)

1. Ayam SAN (Spesifik Antibodi Negatif)


Adalah ayam yang tidak mengandung
antibody penyakit tertentu, yang disesuaikan
dengan kebutuhan terkait pengujian atau
penelitian yang dikehendaki, sehingga
ayam tidak dilakukan pemberian vaksin
dan dilakukan pemantauan secara periodic
terhadap keberadaan penyakit tersebut.
Pemeliharaan Ayam Petelur SAN dipe­
lihara dengan sistem biosecurity yang
baik sehingga diharapkan ayam tersebut
bebas dari mikrooragnisme tertentu. Ke­
tiadaan penyakit ditunjukkan dengan da­
ta pemeriksaan rutin terhadap penyakit

21
tersebut. Untuk pemeliharaan Ayam Pe­
telur di IKHP BBVet Wates Spesifik Anti
Bodi Negatif khusus AI (Avian Infuenza)
dan ND (New Castle Disease). Perbedaan
Ayam SAN dan Ayam SPF dalam hal
tujuan pemeliharaan, cara,perlatan serta
kandang juga jumlah penyakit yang masih
diperbolehkan ada di kandang tersebut.

2. Ayam SPF (Spesifik Pathogenic Free)


Adalah ayam yang tidak mengandung
sejumlah penyakit tertentu sebagaimana
telah ditetapkan oleh OIE dengan
pemeliharaan dalam kandang, suhu,
kelembaban dan ruangan yang telah
ditentukan berdasar standart kandang SPF.
Balai Besar Veteriner Wates telah
membangun kandang SPF secara bertahap
sehingga ke depan pengujian de­ngan
menggunakan telur dan ayam SPF lebih
dapat diper­tang­gungjawabkan kualitasnya.

Peyiapan Bibit untuk Produksi Telur


Ayam Bertunas
Ayam petelur yang akan dipelihara
haruslah memenuhi syarat sebagai berikut,
antara lain:

22•untari & suryanto


a) Ayam petelur harus sehat dan tidak
cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan
normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang
diketahui keung­gulannya.

Ada beberapa pedoman teknis untuk


memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /
ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari
induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta
baik per­tumbuhannya.
c) Tidak terdapat kecacatan pada
tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu
makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat
badan antara 34-40 gram.

f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.

Day old chick (doc) diadakan dari


Breeding Farm/ Hatchery yang layak/
bonafid.
Day old chick (doc) dari Breeding Farm/
Hatchery sampai di Balai Besar Veteriner

prosedur penggunaan hewan•23


Wates Yogyakarta dipelihara dalam kan­
dang hewan percobaan ayam yang telah
dibersihkan dan didisinfektan.
Selama pemeliharaannya, petugas yang
masuk dan keluar kandang di batasi, hanya
petugas yang berkepentingan yang boleh
diperkenankan masuk ke kandang.
Selama pemeliharaannya ayam tidak
divaksin dan di­usaha­­kan agar selalu
sehat sehingga tidak perlu ada tindakan
pengobatan. Apabila ada yang sakit segera
di keluarkan dari kelompok ayam sehat.

Pengadaan Ayam Jantan


Pengadaan ayam jantan dengan meme­
lihara ayam jantan petelur sejak DOC yang
diadakan dari Breeding Farm / Hatchery
yang layak / bonafid . Penyiapan bibit dan
pemeliharaan sama dengan penyiapan bibit
untuk produksi telur ayam bertunas.
Ayam Jantan digunakan untuk:
• Produksi Telur Ayam Bertunas
Setelah ayam betina dewasa ( umur ±
5 bulan ), ayam dikandangkan dengan
ayan jantan dengan perbandingan 8
betina : 1 pejantan.

24•untari & suryanto


• Digunakan untuk RBC
Sejumlah ayam jantan dikandangkan
secara berkelompok untuk diambil
darahnya setiap pekan atau setiap
dibutuhkan

PEMBERIAN PAKAN DAN MINUM


Pakan dan minum diberikan secara ad
libitum. Jenis pakan yang diberikan sesuai
dengan umur dan keperluan sesuai umur (
starter, grower dan pemeliharaan dewasa
).
1. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur
ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur
0-4 minggu) dan fase Grower (umur 4-6
minggu).
a. Pakan fase starter adalah sebagai
berikut:
Kwan­titas pakan terbagi/digo­
longkan menjadi 4 (empat) go­
longan yaitu minggu pertama
(umur 1-7 hari) 17 gram/hari/
ekor; minggu kedua (umur 8-14
hari) 43 gram/hari/ekor; minggu
ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/
hari/ekor dan minggu ke-4 (umur

prosedur penggunaan hewan•25


22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan
tiap ekor sampai pada umur 4
minggu sebesar 1.520 gram.Pakan
berupa BR/PAR-DOC. Dengan
kwalitas atau kandungan zat gizi
pakan terdiri dari protein minimal
21,5%, lemak maksimal 7%, air
maksimal 12% dan abu maksimal
8% (Comfeed PAR DOC)
b. Pakan fase Grower adalah sebagai
berikut:
Kwantitas pakan terbagi/digo­long­
kan dalam empat golongan umur
yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36
hari) 111 gram/hari/ekor; minggu
ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/
hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-
50 hari) 146 gram/hari/ekor dan
minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161
gram/hari/ekor. Jadi total jumlah
pakan per ekor pada umur 30-57
hari adalah 3.829 gram. Pakan
berupa PAR-S
c. Pakan Fase Finisher adalah sebagai
berikut:
1) Setelah fase grower 8 minggu
pakan yang diberikan berupa

26•untari & suryanto


pakan ayam campur (PAR L)
(jagung giling, katul, konsentrat
dan premiks) Kwalitas atau
kandungan zat gizi pakan
terdiri dari protein minimal
16%, lemak maksimal 7%,
air maksimal 14% dan abu
maksimal 14% (SNI 01-3929-
2006) atau dalam bentuk
cramble.
2) Pemberian minum secara ad
libitum
Pada saat DOC sampai ayam
berumur 5 mg diberi tambahan
vitamin( vitachick) setelah
umur 5 bulan ayam diberi egg
stimulan setiap bulan minimal
1 kali.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi


Kualitas Telur
Ukuran dan berat telur secara garis besar
dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun
demikian, faktor manajemen dapat pula
terlibat dalam menentukan besar kecilnya
telur. Faktor-faktor manajemen tersebut
terdiri dari 3 hal yaitu berat badan, tingkat
kematangan seksual dan nutrisi ransum.

prosedur penggunaan hewan•27


a. Berat badan
Berat badan berkorelasi positif dengan
ukuran telur. Saat pertama kali bertelur,
pullet yang memiliki berat badan di
bawah standar akan memproduksi telur
dengan ukuran lebih kecil. Demikian
sebaliknya, pullet dengan berat badan
di atas standar saat pertama kali bertelur,
akan menghasilkan telur yang lebih
besar ukurannya. Keadaan tersebut
akan berlangsung secara terus-menerus
selama ayam tersebut berproduksi
b.  Tingkat kematangan seksual
Faktor ini juga berhubungan dengan
berat badan, namun secara umum ayam
yang mengalami kematangan seksual
terlalu dini (belum cukup umur) akan
memproduksi telur dengan ukuran
kecil. Demikian juga sebaliknya ketika
kematangan seksual terlambat, maka
ayam akan memproduksi telur dengan
ukuran besar (abnormal)
c.  Nutrisi ransum
Ukuran dan berat telur sangat besar
dipengaruhi oleh nutrisi ransum seperti
protein, asam amino tertentu seperti
methionine dan lysine, energi, lemak
total dan asam lemak esensial seperti

28•untari & suryanto


asam linoleat. Terpenuhinya kebu­
tuhan akan nutrisi tersebut, diha­rapkan
bukan hanya akan menghasilkan
telur berkualitas (sesuai standar),
melainkan juga ikut berperan dalam
meningkatkan jumlah produksi telur.
Tidak terpenuhinya kebutuhan dari
salah satu nutrisi tersebut melalui
asupan ransum, maka akan mengurangi
berat telur, bahkan jika hal tersebut
terjadi pada petelur produksi sebelum
umur 40 minggu, bisa berakibat pada
penurunan jumlah produksi telur.
Hal yang perlu diperhatikan dalam
memanipulasi kebutuhan nutrisi untuk
menghasilkan ukuran dan berat telur
sesuai standar ialah adanya hubungan
negatif antara produksi telur dan ukuran
telur. Dimana biasanya pada kondisi
normal (alami), peningkatan ukuran
dan berat telur akan menyebabkan
penurunan produksi telur.

Bagaimana Mengontrol Ukuran dan


Berat Telur?
Meskipun ukuran dan berat telur
terutama dikendalikan oleh genetik,
namun kita masih bisa untuk mengontrol

prosedur penggunaan hewan•29


kualitas telur tersebut melalui perbaikan
manajemen. Berdasarkan ke-3 faktor di
atas, maka penanganan yang bisa dilakukan
agar ukuran dan berat telur dapat dikontrol,
antara lain:
• Lakukan kontrol berat badan secara
rutin ketika periode starter dan grower
(pullet) serta usahakan agar ayam tidak
terlalu gemuk atau terlalu kurus (± 10%
dari berat badan standar)
• Telur kecil yang disebabkan karena
tingkat kematangan seksual terlalu
dini, biasanya sulit untuk diatasi ka­
rena organ reproduksinya sudah tidak
bisa diperbaiki lagi. Antisipasinya
yaitu dengan memperhatikan masa
pemeliharaan pullet, terutama ter­
kait program pencahayaan. Untuk
memperoleh telur dengan ukuran yang
optimal, jangan memberi tambahan
cahaya pada ayam periode grower
sebelum ayam tersebut mencapai berat
badan antara 1550-1600 gram (siap
berproduksi)
• Berikan ransum dengan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan ayam di tiap
periode pemeliharaannya terutama
untuk kandungan protein, asam amino,

30•untari & suryanto


energi, asam lemak, kalsium, fosfor
dan vitamin D (karena sangat berperan
pada pembentukan telur)
• Berikan terapi supportif terutama dengan
multivitamin yang membantu produksi
telur seperti Top Mix, Aminovit dan Egg
Stimulant. Suplementasi asam amino
(methionine dan lysine), khususnya
yang terkandung dalam Aminovit dan
Top Mix mampu menambah produksi
dan berat telur

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM SPF


SPF (Spesific Pathogen Free): Suatu
spe­­sies yang spesifik yang bebas dari pha­
toghen.
SPF Flock adalah suatu kelompok ung­
gas dalam suatu lingkungan tertentu (dalam
lingkungan udara bertekanan positif) yang
dipelihara oleh personel tersendiri yang
tidak kontak dengan flok selain SPF
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
manajemen pemeliharaan Ayam SPF
• Housing Management (Manajemen
Kan­dang)
• Personel Managemen
• Peralatan/Perlengkapan
• Manajemen Pembibitan Ayam

prosedur penggunaan hewan•31


Housing Manajemen
1. System Housing diminimalisir sede­
mikian rupa terhadap resiko terjadinya
kontaminasi
2. Housing bisa menggunakan system
isolator atau dalam suatu gedung yang
dilengkapi dengan system filtrasi udara
(HEPA Filter)
3. Fasilitas SPF di design sedemikian rupa
sehingga men­cegah masuknya se­
rangga, unggas liar dan personel yang
tdk terkait dengan SPF.
4. Fasilitas SPF Plant harus jauh dari Plant
non SPF lainnya, kecuali plant non
SPF tersebut dalam persiapan untuk
membentuk SPF Plant.

Personel Manajemen
Personel yang bekerja di SPF tidak
boleh kontak dengan unggas diluar SPF atau
dengan agen yang dapat mengkontaminasi
flock ayam SPF
Personel yang bekerja di SPF meng­
gunakan pakaian kerja khusus yang sudah
disterilkan.

32•untari & suryanto


Gambar 1a. Pakaian khusus dalam
pemeliharaan ayam SPF

prosedur penggunaan hewan•33


Gambar 1b. Pakaian khusus dalam
pemeliharaan ayam SPF

34•untari & suryanto


Manajemen Peralatan
1. Peralatan/Perlengkapan
2. Segala Peralatan dan Perlengkapan
yang masuk ke SPF harus disterilkan
terlebih dahulu
3. Pakan didecontaminasi dengan cara
pemanasan /heat pada suhu 86 derajat
Celcius (lohman information Vol. 43
(2) oct. 2008.
4. Air Minum di sterilkan dengan meng­
gunakan ozon

Manajemen Pembibitan Ayam
1. Secara Instan
Bekerja sama dengan SPF breeding
yang ada seperti (Australia, cina, india,
Spafas USA). Cost akan tinggi
2. Membentuk Flok SPF sendiri
Untuk membentuk bibit sendiri
memakan waktu yang relatif agak lama
bisa 3 – 5 tahun. Standar yang digunakan
EP (European Pharmacopoeia) 7.0
5.2.2.SPF Plant berasal dari kelompok
ayam yang terbebas dari penyakit yang
dapat menular secara vertikal dan
Horizontal

prosedur penggunaan hewan•35


Pakan yang diberikan harus bebas dari
microorganisme pathogen dengan jalan
di sterilisasi dengan Cara Pemanasan atau
Heating atau dengan sinar gamma

GEDUNG SPF FARM


1. RUANG HYGINESER
Sebagai tempat proses hygines pakan
ayam SPF
2. RUANG AUTOCLACE
Untuk mensterilkan peralatan yang
digunakan
3. RUANG MIXING
Untuk mencampur pakan steril dengan
mineral tambahan yang di­butuhkan
ayam SPF
4. RUANG WATER SHOWER
Untuk desinfeksi pers­onal

36•untari & suryanto


Gambar. 2. Telur Ayam SPF

prosedur penggunaan hewan•37


Gambar 3. Kandang Layer SPF

38•untari & suryanto


MANAJEMEN PEMELIHARAAN MENCIT

Data Biologik Normal

- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)


- Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20-25%
- Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
- lama hidup 1,5 tahun
- Bobot badan dewasa
Jantan 25-40 g
Betina 20-40 g
- Bobot lahir 1-1,5 g
- Dewasa kelamin (jantan=betina) 28-49 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 4-5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari
- Mulai makan pakan kering 10 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 3 betina
- Jumlah kromosom 40
- Suhu rektal 37,5oC
- Laju respirasi 163 x/mn
- Denyut jantung 310 – 840 x/mn
- Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah
(Erytrocyt) 8,7 – 10,5 X 106 / μl
- Kadar haemoglobin(Hb) 13,4 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 44%
- Jumlah sel darah putih
(Leucocyte) 8,4 X 103 /μl

prosedur penggunaan hewan•39


Cara Handling
Untuk memegang mencit yang akan
diperlakukan (baik pemberian obat maupun
pengambilan darah) maka diperlukan cara-
cara yang khusus sehingga mempermudah
cara perlakuannya. Secara alamiah mencit
denderung menggigit bila mendapat sedikit
perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari
kandang dilakukan dengan mengambil
ekornya kemudian mencit ditaruh pada
kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik.
Cubit kulit bagian belakang kepala dan
jepit ekornya (Lihat gambar 4)

Gambar 4. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat


baik injeksi maupun peroral

Di samping itu secara komersial telah


diproduksi sebuah alat untuk menghandel

40•untari & suryanto


hewan laboratoium (mencit/tikus) dengan
berbagai ukuran, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengambil darah atau per­
lakuan lainnya (gambar 5).

Gambar 5. Alat untuk penghandel hewan laboratorium


khusus hewan pengerat (rodensia)

PEMBIAKAN DAN PEMELIHARAAN KELINCI

Data Biologik (lihat hlm berikut)

Cara handling
Kadang kelinci mepunyai ke­
biasaan untuk mencakar atau menggigit.
Bila penanganan kurang baik, kelinci
sering berontak dan mencakarkan
kuku dari kaki belakang dengan sangat
kuat yang kadang dapat menyakiti
dirinya sendiri. Kadang kondisi tersebut

prosedur penggunaan hewan•41


- Konsumsi pakan per hari 100-200 g
- Konsumsi air minum per hari 200-500ml
- Diet protein 14%
- Ekskresi urine per hari 30- 35 ml
- lama hidup 5-7 tahun
- Bobot badan dewasa:
- Jantan 4-5,5 Kg
- Betina 4,5-6,5 Kg (NZ)
- Bobot lahir 30-100 g
- Dewasa kelamin:
- Jantan 5-6 bulan (4,5Kg)
- Betina 6-7 bulan 4Kg
- Siklus estrus (menstruasi) polyestrus (diinduce)
- Umur sapih 8 minggu. 1,8 Kg
- Mulai makan pakan kering 16-18 hari
- waktu untuk kawin kembali
setelah 35-42 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 6-10 betina
- Jumlah kromosom 44
- Suhu rektal 39,5oC
- Laju respirasi 51 x/mn
- Denyut jantung 200 – 300 x/mn
- Volume darah 55-65 ml/Kg
- Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah
(Erytrocyt) 4-7 X 106 / μl
- Kadar haemoglobin(Hb) 10-15 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 33-48 %
- Jumlah sel darah putih
(Leucocyte) 5-12 X 103 /μl

dapat menyebabkan patahnya tulang


belakang kelinci yang bersangkutan.
Cara menghandel adalah dengan
menggenggam bagian belakang kelinci

42•untari & suryanto


sedikit kedepan dari bagian tubuh,
dimana bagian tersebut kulitnya agak
longgar. Kemudian angkat kelinci dan
bagian bawahnya disangga.

Gambar 6. Cara menghadel kelinci

Sedangkan cara menangani kelinci


perlakuan baik untuk diijeksi ataupun untuk
pengambilan darah diperlukan peralatan
khusus di mana kelinci tidak dapat benyak
bergerak (lihat gambar 7 halaman berikut).

Sistem Perkawinan:
1. Perkawinan dilakukan di kandang ke­
linci betina, kelinci jantan dimasukkan
dalam kandang kelinci betina
2. Setelah diamati terjadinya perkawinan
setelah satu minggu, kelinci jantan
dikembalikan ke kandangnya.

prosedur penggunaan hewan•43


Gambar 7. cara menangani kelinci untuk perlakuan
pengambilan darah ataupun untuk pemberian obat.

Kebuntingan dan Kelahiran:


• Pemeriksaan kebuntingan dengan cara
palpasi daerah abdomen
• Periode kebuntingan 28 sd 32 hari
• Litter size 6 sd 10
• Induk menyusui anaknya selama 30
hari

44•untari & suryanto


Pemberian Pakan dan Minum
• Pakan dan minum diberikan secara ad
libitum. Jenis pakan yang diberikan
berupa hijauan dan konsentrat.
• Hijauan berupa: rumput, pohon jagung
(tebon), kangkung, wortel, kecambah
(selang seling)
• Kebutuhan 75 sd 100 gr/ekor
• Konsentrat: campuran jagung giling,
katul, konsentrat.

Pembiakan dan Pemeliharaan Marmot

Sistem Perkawinan:
Perkawinan dilakukan di kandang
mar­mot betina, marmot jantan dimasuk­
kan dalam kandang marmot betina sampai
afkir

Kebuntingan dan Kelahiran:


• Pemeriksaan kebuntingan dengan cara
palpasi daerah abdomen
• Periode kebuntingan selama 62-70
hari
• Litter size 2 sd 3 rata-rata 2.

prosedur penggunaan hewan•45


Pemberian Pakan dan Minum:
• Pakan dan minum diberikan secara ad
libitum. Jenis pakan yang diberikan
berupa hijauan dan konsentrat.
• Hijauan berupa: rumput, pohon jagung
(tebon), kangkung, wortel, kecambah
(selang seling)
• Kebutuhan 20 sd 35 gr/ekor
• Konsentrat: campuran jagung giling,
katul, konsentrat atau juga ADII ,
jagung dan pellet.

PEMBIAKAN DAN PEMELIHARAAN DOMBA

Tata Laksana Pemeliharaan


1. Perkandangan. Pada umumnya tipe
kandang pada ternak kambing dan domba
adalah berbentuk panggung. Konstruksi
kandang dibuat panggung di mana di
bawah lantai kandang terdapat kolong
untuk menampung kotoran. Dengan ada­
nya kolong berfungsi untuk menghindari
kebecekan dan kontak langsung dengan
tanah yang bisa jadi tercemar penyakit.
Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m.
Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding.
Ketinggian bak pakan untuk kambing dan

46•untari & suryanto


domba berbeda. Bak pakan untuk kambing
dibuat agak tinggi, kira-kira sebahunya
karena kebiasaan kambing memakan daun-
daun perdu.
Untuk Domba, dasar bak pakan
horizontal dengan lantai kandang karena
kebiasaan domba merumput. Lantai kandang
dibuat dari kayu papan atau belahan bambu
yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dengan
demikian, kotoran dan air kencing mudah
jatuh pada kolong, sementara tracak/
kaki kambing dan domba tidak mudah
terperosok dan terjepit terjepit.
Ukuran Kandang:
• Anak : 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas
sapih),
• Jantan dewasa : 1,2 X 1,2 m/ ekor
• Dara/ Betina dewasa :1 X 1,2 m /
ekor
• Induk dan anak 1,5 X 1,5 m/induk
+ 2 anak

Dasar kolong kandang digali sedalam


±20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50
cm pada bagian tengah serta dibuatkan
saluran yang menuju bak penampung
kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses
untuk menjadi pupuk kandang. Dan

prosedur penggunaan hewan•47


sudah semestinya kandang harus terjaga
kebersihannya sehingga ternak kambing
dan domba lebih sehat karena tidak mudah
terserang penyakit.
2. Pakan. Pakan utama yang umum
diberikan berupa hijauan segar, seperti
rumput, legum(daun lamtoro dan turi, dll)
atau aneka hijauan (daun singkong yang
mempunyai protein cukup tinggi), daun
nangka dan daun pepaya). Khusus legume
dan aneka hijauan sebelum diberikan pada
ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu
2-3 jam dibawah terik matahari untuk
menghilangkan racun yang ada dalam
hijauan tersebut.
Selain pakan hijauan, dapat juga
ditambah dengan pakan padat atau
konsentrat. Jenis yang dapat digunakan
adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon
(dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut
relatif murah dan mudah dibeli di mana
saja. Pakan konsentrat ini akan memberikan
sumbangan cukup besar untuk kebutuhan
nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-
kira 3 kg per hari dengan komposisi 40%
berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela
pohon.

48•untari & suryanto


Teknik pemberian konsentrat disarankan
jangan bersamaan dengan hijauan, karena
pakan ini mempunyai daya cerna dan
kandungan nutrisi yang berbeda dengan
hijauan. Jumlah pemberian konsentrat se­
kitar 3 kg/ekor/hari.

Sistem Perkawinan:
1. Perkawinan dilakukan di kandang
domba betina, domba jantan dimasuk­
kan dalam kandang domba betina
sampai terlihat bunting
2. Setelah domba betina bunting, domba
jantan dikeluarkan dari kangdang
betina

Kebuntingan dan Kelahiran:


• Pemeriksaan kebuntingan dengan cara
palpasi daerah abdomen
• Periode kebuntingan selama 145 hari
• Litter size 2 sd 3

prosedur penggunaan hewan•49


PEMELIHARAAN SAPI UNTUK HEWAN
PERCOBAAN

Sistem Perkawinan:
Perkawinan dilakukan dengan memberi
suntikan IB pada betina yang sudah siap
kawin (mengalami tanda –tanda estrus)

Kebuntingan dan Kelahiran:


• Pemeriksaan kebuntingan dengan cara
PKB
• Periode kebuntingan selama 283 hari
• Litter size 1

Pemberian Pakan dan Minum


Pakan yang baik untuk sapi adalah
yang dapat memenuhi kebutuhan protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Protein berfungsi untuk mengganti sel-
sel yang telah rusak, membentuk sel-sel
tubuh baru dan sumber energi. Karbohidrat
berfungsi sebagai sumber energi dan
pembentukan lemak tubuh. Lemak ber­
fungsi untuk pembawa vitamin A,D,E,K
dan juga sebagai sumber energi. Pada sapi
yang digemukkan secara setengah intensif (
kereman ) dan full intensif (dry lot fattening)

50•untari & suryanto


lapisan lemak dapat menyelimuti serabut
otot sehingga tekstur daging otot menjadi
lembut ( kualitas terbaik ).Mineral diperlukan
untuk pembentukan jaringan tulang dan urat
serta mempermudah proses pencernaan
dan penyerapan zat-zat makanan.. Vitamin
berfungsi untuk mempertahankan kekuatan
tubuh dan kondisi kesehatan.
Dalam hal ketersediaan pakan di
pedesaan, jerami adalah sumber pakan
yang paling banyak di jumpai, sehingga
fokus kita adalah pada jerami tersebut.
Akan tetapi jerami adalah sumber pakan
yang berkualitas rendah, ini dapat dilihat
kandungan yang terdapat didalamnya yaitu
protein 4,5 – 5,5 % – lemak 1,4 – 1,7% –
serat kasar 31,5 – 46,5 % – Daya cerna 30
% ( seandainya makan 10 kg jerami maka
yang diserap hanya 3 kg lainnya menjadi
kotoran ), bandingkan dengan rumput gajah
dimana protein 8,4 –11,4 % – lemak 1,7 –
1,9 % – serat kasar 29,5 – 33 % – daya cerna
52 %, dari perbandingan tersebut terlihat
bahwa jerami terlalu kasar dan sangat sulit
dicerna disamping kandungan protein dan
lemak yang sedikit.
Pakan dan minum diberikan secara
ad libitum. Jenis pakan yang diberikan Di

prosedur penggunaan hewan•51


IKHP BBVet Wates berupa hijauan dan
konsentrat.
Hijauan berupa: rumput, pohon
jagung(tebon),rambanan
Kebutuhan 7,5 sd 12,5 kg/ekor/hari
Konsentrat: katul dan polard
Penyediaan Sapi digunakan untuk:
1). Latihan pengambilan sampel darah
bagi petugas yang akan mengambil
sampel darah di lapangan.
2). Untuk penyidikan/penelitian

LABORATORIUM HEWAN PERCOBAAN


SEBAGAI PENYEDIA TELUR AYAM BERTUNAS
Sebagai pengganti hewan percobaan
dan perbenihan jaringan dapat digunakan
telur berembrio untuk isolasi dan identifikasi
dari berbagai jenis virus serta produksi
vaksin seperti halnya pada New Castle
Disease (ND). Telur berembrio yang biasa
digunakan adalah telur ayam negeri, telur
ayam kampung, atau telur bebek. Umur
telur, cara penyuntikan, suhu pengeraman,
dan lamanya pengeraman tergantung dari
jenis virus yang akan disuntikkan.
Di dalam TAB, virus dapat hidup pada
beberapa bagian dari telur, tergantung
dari sifat virus. Umur TAB yang digunakan

52•untari & suryanto


tregantung pada tempat inokulasi dan sifat
virus. Perlu diperhatikan, bahwa TAB harus
berasal dari induk yang sehat, yang titer
Anti bodi AI dan ND negatif (SAN= Spesifik
Antibodi Negatif) atau yang tidak pernah
di vaksin dan tidak pernah tertular penyakit
atau specific pathogen free (SPF)
Embrio berada dalam kantung amnion
yang berisi cairan amnion yang berwarna
putih jernih. Jika akan digunakan telur
untuk percobaan, maka telur tersebut tidak
boleh dicuci, karena pada bagian luar telur
ada semacam zat seperti lilin yang berfungsi
melindungi telur agar kuman tidak dapat
masuk ke dalam telur.
Sebelum TAB dinokulasi, harus dilaku­
kan pemeriksaan terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah embrio dalam TAB
masih hidup. Hal ini dilakukan dengan
cara meneropong telur di depan lampu
(candling). Pada embrio yang masih hidup,
tampak embrio bergerak dan pembuluh
darah terlihat jelas. Sedangkan pada embrio
yang mati, pembuluh darah tidak tampak
dengan jelas.

prosedur penggunaan hewan•53


Desinfeksi Telur
Desinfeksi adalah suatu proses atau
tindakan yang dilakukan untuk membunuh
mikroorganisme pathogen dengan bahan
kimia ataupun secara Fisik
Desinfeksi Telur adalah suatu proses
un­tuk membunuh mikroorganisme yang
me­nempel pada kerabang telur dengan
menggunakan desinfektan, shg mikro­
organisme mati sebelum masuk kedalam
telur
Desinfektan yang digunakan
1. Fenol 5%
2. Glutanol
3. Destan

Alur Desinfeksi Telur

1. Sebelum masuk kandang untuk meng­


ambil telur, petugas sudah dalam
keadaan steril
2. Petugas Mengambil telur, memberi
kode, mendata jumlah produksi masing
masing kandang
2. Melakukan seleksi dengan memilih
telur bertunas yang standar

54•untari & suryanto


3. Membersihkan telur bertunas yang
sudah dipilih dengan spons dan dengan
larutan fenol 5%
4. Mencatat produksi telur dan yang
dikirim ke lab pada buku recording
yang sudah disediakan
5. Mengirim telur ke laboratorium
VIROLOGI

Pemilihan telur ayam bertunas yang


standar:
1. Bentuk telur bulat dengan berat minimal
60 gram
2. Kerabang tidak tipis juga tidak tebal
3. Telur tidak retak dan tidak benjol
4. Secara ringkas, struktur telur adalah
sebagai berikut:
1. Kerabang +10%
2. Putih Telur (Albumen) + 60%
3. Kuning Telur (Yolk) + 30%.

Perbandingan kerabang, albumen,


yolk:
Pada telur ayam = 12,3% : 55,8% :
31,9%
Menurut Abbas (1989), komposisi telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:

prosedur penggunaan hewan•55


1. Bangsa
2. Umur ayam
3. Posisi telur dalam sebuah rangkaian
peneluran,
4. Laju produksi telur
5. Suhu lingkungan
6. Kualitas dan kuantitas makanan serta
adanya penyakit.

Buckle, Edwards, Fleet, dan Waton


(1987) menyataka bahwa seara terperinci
telur dapat dibagi 9 bagian :
1. Kulit telur dengan permukaan yang
agak berbintik-bintik.
2. Memebran kulit luar dan dalam yang
tipis.
3. Putih telur bagian luar yang tipis dan
berupa cairan.
4. Putih telur yang kental dan kokoh
berbentuk kantung albumen.
5. Putih telur bagian dalam yang tipis dan
berupa cairan.
6. Struktur keruh berserat yang terlihat
pada kedua ujung kuning telur, yang
dikenal dengan khalaza dan berfungsi
memantapkan posisi kuning telur.
7. Lapisan tipis yang mengelilingi kuning
telur yang disebut membran vitelin.

56•untari & suryanto


8. Benih atau blastodic yang terlihat
sebagai bintik kecil pada permukaan
kuning telur.
9. Kuning telur yang terbagi menjadi
kuning telur yang berlapis putih
berbentuk vas, bermula dari benih ke
pusat kuning telur kuning dan kuning
telur yang berlapis yang merupakan
bagian terbesar.

Standar Mutu Telur


Menurut U.S. Egg Grading Manual,
penilaian kualitas telur terbagi menjadi
dua bagian yakni, penilaian eksterior
(bagian luar) dan interior (bagian dalam)
telur. Penilaian eksterior telur meliputi
ukuran, bentuk, dan kebersihan cangkang
sedangkan penilaian interior telur dilihat
dari kondisi kantong udara, putih (albumen)
dan kuning telur (egg yolk). Di Indonesia,
kualitas telur konsumsi diatur dalam
Standar Nasiional Indonesia (SNI) 01-
3926-1995 dengan parameter yang sama
seperti U.S Egg Grading Manual. Penilaian
eksterior dilakukan dengan cara melihat
langsung kondisi penampakan telur secara
kasat mata, sedangkan penilaian interior

prosedur penggunaan hewan•57


dilakukan dengan cara meneropong atau
candling, di sortir manual satu per satu.
Penentuan mutu telur menurut U.S.
Egg Grading Manual dan Standar Nasional
Indonesia
1. KualitasAA (Mutu 1)
Kondisi telur bersih, halus, licin,
tidak retak, dan bentuknya normal.
Kedalaman kantung udara tidak
boleh lebih dari 3,2 mm (SNI : < 0,5
cm). Putih telur harus bersih, kental
dan stabil, dengan konsistensi seperti
gelatin, Ketika diteropong, kuning telur
tidak bergerak-gerak, berbentuk bulat,
terletak deitengah telur, kuning telur
dan bersih dari bercak darah atau noda
apapun. Bayangan batas-batas kuning
dan putih telur ketika di teropong tidak
terlihat jelas.

2. KualitasA( Mutu 2)
Cangkang telur bersih, halus, licin,
tidak retak, dan bentuknya normal.
Kedalaman rongga udara tidak boleh
lebih dari 4,8 mm (SNI : 0,5-0,9 cm).
Putih telur harus bersih, dan kental.
Bayangan batas-batas kuning dan putih
telur ketika diteropong mulai terlihat

58•untari & suryanto


agak jelas. Kuning telur berbentuk
bulat, posisinya di tengah, harus bersih,
dan tidak ada bercak atau noda.

3. KualitasB (Mutu 3)
Cangkang bersih, tidak boleh retak,
agak kasar, dan mungkin bentuknya
abnormal. Kantung udara lebih dari
1,6 mm (SNI : > 1 cm). Putih telur
encer, sehingga kuning telur bebas
bergerak saat diteropong. Ada noda
sedikit, tetapi tidak boleh ada benda
asing lainnya dan bagian kuning belum
tercampur dengan putih. Kuning telur
terlihat gepeng (pipih) bentuknya,
agak melebar, bintik atau noda darah
mungkin ada, tetapi diameternya tidak
boleh lebih dari 3,2 mm.

Standar Mutu Hasil Olahan Telur


Standar Mutu SNI Telur (lihat halaman
berikut):

prosedur penggunaan hewan•59


Tingkatan Mutu
Faktor Mutu I II III IV
Kerabang
a. Keutuhan Utuh Utuh Utuh
b. Bentuk Normal Normal Abnormal
boleh ada bag.
c. Kelicinan Licin (halus) yang kasar boleh kasar
bersih bebas bersih bebas
bersih bebas dr. kotoran yg dr. kotoran yg
dr. kotoran yg menempel, menempel,
menempel boleh ada boleh ada
d. Kebersihan maupun noda sedikit noda noda
Kantong udara
kurang dari 0,5 1 cm atau
a. Kedalaman cm 0,5-0,9 cm lebih
bebas
bergerak &
b. Kebebasan mungkin spt
bergerak tetap ditempat bebas bergerak busa
Keadaan putih telur
boleh ada
sedikit noda
ttp tdk boleh
ada benda
a. kebersihan bebas dr noda bebas dr noda asing lain.
encer tetapi
kuning telur
belum
tercampur
dgn putih
b. kekentalan Kental sedikit encer telur

60•untari & suryanto


Keadaan kuning telur
a. bentuk Bulat agak gepeng gepeng
agak
b. posisi ditengah ditengah kepinggir
c. bayangan batas-
batas tidak jelas agak jelas jelas
boleh ada
d. kebersihan Bersih bersih sedikit noda
Bau Khas khas khas

Prosedur Kerja Pensucihamaan Telur


Ayam Bertunas

1. Pembuatan larutan fenol 5%


2. Ambil fenol kemudian ditimbang se­
banyak 50 gram
3. Fenol 50 gram diencerkan ke dalam air/
aqua 1l
4. Diaduk sampai tercampur rata
5. Dimasukkan ke dalam wadah tertutup
6. Siap digunakan untuk mensucihamakan
telur.[]

PROSEDUR KERJA PENSUCIHAMAAN TELUR AYAM BERTUNAS:

1. Pembuatan larutan fenol 5%

prosedur penggunaan hewan•61


BAB III

PENGGUNAAN HEWAN
LABORATORIUM

PENGAMBILAN DARAH AYAM

Persiapan Pribadi
Sebelum melakukan pengambilan darah
hendaknya mempersiapkan diri dengan
memastikan semua peralatan lengkap.
Pakailah jas lab atau baju kandang,sarung
tangan dan sepatu boot.

Peralatan dan Bahan


Siapkan spuit (1 ml, 3 ml atau 5 ml),
termos es, kapas, kertas label, larutan
antikoagulan (larutan Alsever’s (pH 7.0-7.2)
atau Natrium Sitrat 4 %), alkohol 70 % dan
tabung untuk menyimpan darah.

63
Metode Pengambilan Darah
Ada 2 macam metode pengambilan
darah, yaitu de­ngan antikoagulan dan tanpa
antikoagulan. Darah dengan antikoagulan
atau darah dengan sitrat digunakan untuk
pembuatan suspensi sel darah merah atau
red blood cell (RBC), yang akan digunakan
untuk titrasi HA atau HI. Sedangkan darah
tanpa antikoagulan biasanya juga disebut
darah beku atau darah utuh (whole blood)
digunakan untuk koleksi sampel serum guna
isolasi virus dan pemeriksaan serologis atau
antibodi.

Koleksi Serum
Teknik dan waktu pengambilan serum
adalah dua faktor penting dalam penanganan
serum. Waktu pengambilan yang tepat akan
memperlihatkan kondisi imunitas ayam
yang sebenarnya dan terhindar dari salah
penafsiran. Waktu pengambilan sampel
serum dapat dibedakan menjadi:
• Saat maternal antibody masih sangat
tinggi (pre vaksinasi), biasa dilakukan
pada DOC untuk menentukan umur
atau jadwal vaksinasi Gumboro yang
pertama.

64•untari & suryanto


• Dua hingga tiga minggu post vaksinasi
aktif dengan vaksin live atau tiga
hingga empat minggu post vaksinasi
inaktif dengan vaksin killed. Hal ini
dikarenakan
• Vaksinasi aktif lebih cepat mencapai
level protektif namun lebih cepat pula
turunnya sedangkan vaksin inaktif
bekerja secara perlahan mencapai level
titer protektif.
• Setiap satu bulan sebagai monitoring
titer antibodi.

Penanganan Serum
Kondisi serum yang baik akan me­
nentukan keakuratan suatu uji serologi.
Beberapa faktor penyebab kerusakan
serum ialah sinar matahari, suhu tinggi, pH
dan kontaminasi logam.
Teknik pengambilan sampel serum yang
baik dan benar akan diuraikan dibawah
ini:
• Pengambilan sampel darah dilakukan
secara acak. Jumlah sampel minimal
0,5% dari total populasi atau 15-
20 sampel per kandang. Sedangkan
jumlah sampel untuk uji maternal

prosedur penggunaan hewan•65


antibody IBD disarankan 18 sampel
per flok dari anak ayam sehat berumur
1-4 hari (pre vaksinasi). Pada kandang
baterai, sampel diambil dari ayam di
bagian bawah, tengah, atas dan ke arah
diagonal. Sampel dari kandang postal
diambil di masing-masing pojok dan
tengah kandang. Rute pengambilan
darah disesuaikan dengan ukuran
ayam. Untuk ayam besar
• Darah diambil melalui vena brachialis
yang terletak di sayap (Gambar 1).
• Darah untuk DOC darah diambil dari
jantung (intrakardial). Sebelumnya
cabuti bulu-bulu halus yang ada disekitar
vena brachialis. Kemudian bersihkan
daerah tersebut menggunakan kapas
beralkohol. Volume sampel darah
yang diambil untuk serum hendaknya
mencapai minimal 0,5 ml untuk DOC
dan 1 ml untuk ayam dewasa sehingga
diharapkan akan diperoleh jumlah
serum yang dibutuhkan untuk titrasi
HA atau HI.
• Sampel darah harus secepat mungkin
dibawa ke laboratorium untuk resiko
lisis.

66•untari & suryanto


• Hindari penggunaan serum yang telah
bercampur dengan darah karena lisis.
• Setelah darah ayam diperoleh. Letakkan
spuit pada posisi miring dengan bagian
jarum menghadap ke atas. Diamkan
terlebih dahulu pada suhu kamar 22-25
0
C minimal 2 jam. Hindarkan dari suhu
panas dan sinar matahari langsung.
• Kemudian simpan pada suhu 4 0C untuk
memisahkan serum.
• Spuit masih tetap pada posisi miring
dengan bagian jarum menghadap ke
atas. Tiap 2 ml darah akan keluar serum
sebanyak + 0,75 s.d 1 ml.
• Setelah terbentuk serum, maka serum
dipisahkan dari darah dan disimpan
dalam tabung Ependorf. Serum yang
bagus akan berwarna kuning bening.
• Masukkan tabung Ependorf ke dalam
heating block.
• Panaskan serum pada suhu 57-58 OC
selama 30 menit.
• Sentrifugasi tabung Ependorf yang
berisi serum untuk menghilangkan sisa
RBC nya.
• Ambil supernatannya dan beri label
lalu disimpan dalam freezer suhu – 20
OC.

prosedur penggunaan hewan•67


• Penyimpanan serum pada suhu 2-8 OC
hanya bertahan 3-5 hari.
• Penyimpanan serum pada suhu – 20
OC dapat bertahan 2-5 tahun.

Koleksi Darah dengan Antikoagulan


Berikut ini adalah prosedur pengambilan
darah dengan antikoagulan:
• Isi spuit dengan larutan Alsever`s
dengan perbandingan antara larutan
Alsever`s dengan darah ayam yang
akan diambil sebanyak 1:1.
• Darah ayam diambil melalui vena
brachialis yang terletak di sayap.
Sebelumnya cabuti bulu-bulu halus
yang ada disekitar vena brachialis.
Kemudian bersihkan daerah tersebut
menggunakan kapas beralkohol.
• Volume darah yang diambil dengan
antikoagulan hendaknya mencapai
minimal 5 ml sehingga diharapkan
akan diperoleh jumlah suspensi RBC
yang dibutuhkan untuk titrasi HA atau
HI.
• Sampel darah harus secepat mungkin
dibawa ke laboratorium untuk mengu­
rangi resiko lisis.

68•untari & suryanto


Gambar 1. Vena Brachialis

• Setelah darah ayam diperoleh. Cam­


pur­kan secara merata antara darah
dengan larutan Alsever`s dengan cara
membolak-balikkan spuit ke atas dan
ke bawah.

prosedur penggunaan hewan•69


• Pindahkan campuran Alsever`s dan
darah ke dalam tabung dengan cara
melepaskan gagang spuit atau dengan
melepaskan jarum dari spuit, kemudian
tuangkan darah melalui dinding tabung
dalam posisi dimiringkan.

PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH


a. Hewan harus cukup anestesi atau
dibius, sehingga dapat dikendalikan,
dengan teknik yang tepat untuk proses
mengeluarkan darah yang sering bersifat
spesifik untuk spesies. Informasi dan
pengetahuan tentang anestesi yang
tepat ( dosis, jenis ) dari literature yang
tepat.
b. Hewan Pengerat dengan handling yang
tepat untuk pengambilan volume kecil,
anestesi general untuk volume yang
lebih besar
c. Kelinci dengan menggunakan Acepro­
mazine dengan atau tanpa topikal
untuk volume besar
d. Primata dengan menggunakan anestesi
umum kecuali disetujui oleh Komisi
Penggunaan dan Pengawas Hewan
Coba

70•untari & suryanto


e. Anjing / Kucing dengan handling dan
restrain yang tepat atau anestesi umum
(volume besar)
f. Ruminansia dengan menggunakan
handling dan restrain yang tepat atau
anestesi umum untuk sampel dengan
volume besar
g. Hewan harus dipantau hingga
perdarahan berhenti
h. Darah dan volume sampel sesuai
dengan kebutuhan dan memperhatikan
kondisi alami hewan coba.

Sa mple Sa mple
Tota l Volume
M a x .periode M a x .periode
Spesies da ra h
penga mbila n tia p penga mbila n tia p
( ml/k g*)
2Mg 4Mg
Tikus 55 5 (0,05 ml/10 gr) 7 (0,07 ml/10 gr)
Rat 50 5 7,5
Kelinci 60 6 9
Marmut 75 7 11
Kera/Monyet 65 6 9,75
Anjing 90 9 13,5
Kucing 75 7 11
Kambing 70 7 11
Domba 60 6 9
Babi 65 6 9

Sumber: University of Western Ontario Animal Care and


Veterinary Services

Pengambilan darah (venesectio), berikut


adalah beberapa tempat pengambilan darah
pada beberapa hewan.

prosedur penggunaan hewan•71


1. Domba
Pengambilan darah dilakukan pada
Vena jugularis.

Gambar 2. Pengambilan darah domba

Pembuluh darah ini terletak pada bagian


ventrolateral leher. Prosedur pengambilan
darah adalah sebagai berikut:
• Rambut di sekitar ventral leher
dicukur bila perlu.
• Pembuluh darah dibendung pada
1/3 distal leher.
• Setelah darah terbendung, daerah
tersebut diusap dengan kapas yang

72•untari & suryanto


dibasahi alkohol. Tujuannya adalah
untuk desinfeksi.
• Jarum suntik steril ditusukkan
dengan sudut 30o ke arah atas pada
pembuluh darah dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
• Setelah jarum masuk, dilakukan
aspirasi untuk mengambil darah
yang dibutuhkan. Jika darah tidak
terhisap, artinya jarum belum
masuk ke dalam pembuluh darah.

2. Sapi

Gambar 3. Pengambilan darah sapi

prosedur penggunaan hewan•73


• Pembuluh darah dibendung pada
1/3 distal leher.
• Setelah darah terbendung, daerah
tersebut diusap dengan kapas yang
dibasahi alkohol. Tujuannya adalah
untuk desinfeksi.
• Jarum suntik steril ditusukkan
dengan sudut 30o ke arah atas pada
pembuluh darah dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
• Setelah jarum masuk, dilakukan
aspirasi untuk mengambil darah
yang dibutuhkan. Jika darah tidak
terhisap, artinya jarum belum
masuk ke dalam pembuluh darah.
• Pengambilan juga dapat dilakukan
melalui vena cocxigea pada ekor,
dengan memperhatikan kebiasaan
dan sifat sapi.

3. Marmut
Jantung

Gambar 4. Pengambian Darah Marmut

74•untari & suryanto


4. Kelinci
Pengambilan Darah
Terlalu banyak mengambil darah dalam
waktu satu kali akan dapat menyebabkan
shock hypovolemik, stress fisiologik dan
kematian. Sedangkan pengambilan darah
yang sedikit dan dalam frekwensi waktu
yang sering dapat menyebabkan anemia.
Pada umumnya pengambilan darah
10% dari total volume darah dalam selang
waktu 2-4 minggu cukup baik dilakukan,
atau 1% dalam interval 24 jam. Total
volume darah dapat dihitung sekitar 7,5%
dari bobot tubuh.
Perkiraan volume exsanguinasion
(pemberian volume cairan/darah) sekitar
setengah dari total volume darah.. mIsalnya
bobot kelinci 3 Kg, maka total volume
darah 225 ml, sampel pengambilan darah
meksimum 22,5 ml dalam interval 2-4
minggu, jadi volume exsanguinasion 112,5
ml.
Pengambilan darah dilakukan dari
beberapa lokasi tubuh taitu:
• Arteri sentral di telinga
• Bagian lateral vena saphena
• Vena jugularis
• Vena cava anterior

prosedur penggunaan hewan•75


• Jantung
• Sedangan tempat atau lokasi untuk
injeksi, volume sediaan dan ukuran
jarum adalah sebagai berikut:

IV IP IM SC Oral
Otot
Vena quadricep,
Belakang
Lokasi marginal bag. Belakang
leher
telinga paha, otot
lumbal

50-100 5-10 ml/


Volume 1-5 ml 0,5-1 ml 50-100 ml
ml Kg

Jarum
Ukuran <21 <20 tumpul
<2gauge <20gauge
jarum guage gauge 18-20
guage

• Vena Telinga
Pengambilan darah pada kelinci
dilakukan pada vena auricularis. Jarum
ditusukkan pada vena yang besar
pada daun telinga setelah sebelumnya
daerah tersebut diusap dengan kapas
yang dibasahi dengan alkohol. Vena
pada daerah ini sangat tipis sehingga
mudah terjadi hemato.

76•untari & suryanto


• Jantung

Gambar 5a. Pengambilan darah kelinci

Gambar 5b. Pengambilan darah kelinci

prosedur penggunaan hewan•77


5. Mencit dan Tikus
Pengambilan Darah
Pada umumnya pengambilan darah
terlalu banyak pada hewan kecil dapat
menyebabkan shok hipovolemik, stress
dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit
darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan
anemia. Pada umumnya pengambilan
darah dilakukan sekitar 10% dari total
volume darah dalam tubuh dan dalam
selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1%
dengan interval 24 jam. Total darah yang
diambil sekitar 7,5% dari bobot badan.
Diperkirakan pemberian darah tambahan
(exsanguination) sekitar setengah dari total
volume darah. Contohnya: Bobot 25g,
total volume darah 1,875 ml, maksimum
pengambilan darah 0,1875 ml, maka
pemberian exsanguination 0,9375 ml.
Pengambilan darah dapat dilakukan
pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
- vena lateral dari ekor
- sinus orbitalis mata
- vena saphena (kaki)
- langsung dari jantung.

78•untari & suryanto


Sedangan tempat atau lokasi untuk
injeksi, volume se­diaan dan ukuran jarum
adalah sebagai berikut:

IV IP IM SC Oral
Lateral Tidak Belakang
Lokasi
ekor direkomendasi leher

5-10 ml/
Volume 0,2 ml 2-3 ml 2-3 ml
Kg

Jarum
Ukuran <25 <20 tumpul
<21guage
jarum guage guage 22-24
guage

Euthanasia:
Dengan beberapa cara yaitu euthanasia
dengan CO2, injeksi barbiturat over dosis
(200mg/Kg) IP atau dengan dislokasi
maupun dekapitasi. Yang terakhir perlu
keahlian khusus dan bergantung pada
tujuan dilakukan euthanasia.

prosedur penggunaan hewan•79


Vena ekor

Mata: dengan menggunakan microhe­


matocrit pada lokasi ujung mata.

6. Babi Ris
Dari vena jugularis dan dan vena
auricularis.

80•untari & suryanto


prosedur penggunaan hewan•81
82•untari & suryanto
PENTINGNYA BIOSECURITY DALAM
PEMELIHARAAN HEWAN LABORATORIUM/
HEWAN PERCOBAAN
Biosecurity adalah sejenis program yang
dirancang untuk melindungi kehidupan.
Dalam arti yang sederhana kalau untuk
peternakan ayam adalah membuat kuman
atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam
dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Menurut Winkel (1997) biosekuritas
merupakan suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun subklinis,
yang berarti sistem untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan, dan
merupakanbagian untuk mensejahterakan
hewan (animal welfare). Pada awalnya
konsep biosekuritas diterapkan untuk
menghasilkan unggas yang bebas penyakit
tertentu (spesific patogen free) untuk
keperluan penelitian secara eksperimental.
Aspek-aspek yang menjadi ruang
lingkup program biosekuritas adalah upaya
membebaskan adanya penyakit-penyakit
tertentu, memberantas dan mengendalikan
pengakit-penyakit tertentu, memberikan
kondisi lingkungan yang
layak bagi kehidupan ayam, mengaman­
kan keadaan produk yang dihasilkan,

prosedur penggunaan hewan•83


mengamankan resiko bagi konsumen, dan
resiko bagi karyawan yang terlibat dalam
tatalaksana usaha peternakan ayam.
Agen penyakit bisa masuk ke dalam
lingkungan peternakan ayam melalui ber­
bagai macam cara seperti berikut ini:
1. Terbawa masuk ketika anak ayam
(DOC) datang (transmisi vertikal)
2. Masuknya ayam sehat yang baru
sembuh dari penyakit tetapi sekarang
berperan sebagai pembawa (carrier),
3. Masuknya ayam dari luar flok (transmisi
horizontalTertular melalui telur-telur
dari flok-flok pembibit yang terinfeksi.
Contoh agen penyakit yang ditularkan
dari induk ke anak ayam adalah
virus Egg Drop Syndrome dan virus
Leukosis, bakteri Samonella pullorum,
S. enteritidis, dan Mycoplasma serta
Aspergillus.
5. Terbawa masuk melalui kaki (sepatu),
tangan dan pakaian pengunjung atau
karyawan yang bergerak dari flok ke flok,
misalnya berbagai penyakit virus dan
bakteri (Salmonella, Campylobacter)
6. Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau
sayap, dan kotoran (manure) pada

84•untari & suryanto


peralatan dan sarana lain seperti truk,
kandang ayam, tempat telur dll.
7.Terbawa oleh burung-burung liar,
predator (kumbang), rodensia (tikus),
lalat, caplak, tungau dan serangga lain.
Burung liar merupakan reservoar bagi
penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa
unggas dan Pasteurella spp. Kumbang
merupakan reservoar sejumlah besar
infeksi termasuk penyakit Marek,
Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis
dan koksidiosis. Rodensia dapat
menyebarkan berbagai ragam penya­
kit termasuk pasteurellosis dan salmo­
nellosis. Lalat dapat menularkan ber­
bagai bakteri penyebab penyakit pen­
cernaan ayam dan virus cacar ayam
(fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi
vektor pembawa spirokhetosis. Tungau
Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan
gangguan produksi ayam dan kegatalan
bagi karyawan, sedangkan Culicoides
(agas atau mrutu) dapat menjadi
vektor leucocytozoonosis yang cukup
merugikan.
8. Terbawa melalui makanan yang
tercemar mikroorganisme di pabriknya.
Kontaminasi bahan bakupakan atau

prosedur penggunaan hewan•85


pakan jadi dengan beberapa jenis
patogen seperti Salmonella spp atau
IBD/Gumboro dan paramyxovirus,
Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat
menginfeksi kawanan unggas yang
peka terhadap penyakit ini.
9. Menular lewat air seperti berbagai jenis
bakteri (Salmonella, Escherichia coli)
dan fungi (Aspergillus)
10. Menular lewat udara seperti virus
velogenik ND dan ILT.

• Langkah-langkah yang harus diambil
untuk menjaga segala macam
penyakit masuk ke peternakan.
• Mengurangi , mencegah penularan
dan penyebaran penyakit ke
peternakan sekitarnya.
• Mengenal pola penyebaran
penyakit
• Terbawa masuk bersama DOC.
• Tertular melaui telur- telur dari
flock- flock pembibit yang terinfeksi
misalnya : CAV, Marek`s, Pullorum,
dll.
• Ayam baru sembuh dari suatu
penyakit dan berperan sebagai
carrier.

86•untari & suryanto


• Terbawa masuk oleh hewan lain
dari luar areal peternakan, misalnya
melalui yama kampung,itik,angsa,
anjing,kucing.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


Biosecurity:
• Mengurangi kesempatan untuk lalu
lintas masuk orang, pakan dan truk.
• Pagar tinggi mencegah hewan penyu­
sup dan orang-orang yang dapat me­
nularkan penyakit.
• Memakai sepatu boot.
• Terdapat bak/kolam, shower desinfek­
tan
• Sanitasi Peralatan dan Perlengkapan.
• Karyawan dan pengunjung harus ber­
sih, mandi dan mengenakan pakai­an
bersih, boot.
• Umpan mengurangi risiko hewan
pengerat.
• Urutan masuk hatchery pertama ayam
yang termuda, kemudian grower,
layer.
• Menciptakan lingkungan yang baik
akan mengurangi risiko satwa liar.
• Tidak ada kontak dengan unggas luar

prosedur penggunaan hewan•87


Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan harus dilakukan dalam menerapkan
program biosecurity:

Lokasi dan bangunan kandang


• Lokasi sebaiknya terisolir dan dikeli­
lingi pagar, jauh dari pemukiman pen­
duduk dan cukup berjauhan dengan
peternakan sejenis lainnya.

Pola pemeliharaan
• Untuk meminimalkan munculnya pe­
nya­kit, sebaiknya dilakukan pem­batasan
variasi umur ayam yang dipelihara.
• Pembersihan dan pencucian kandang
• Mengontrol sanitasi kandang

Mendekontaminasi karyawan
• Lalu lintas orang, hewan, dan ken­
daraan
Mengontrol pakan
Upaya yang harus dilakukan untuk
mengamankan pakan ayam adalah :
• Menghilangkan atau mengurangi
dampak resiko terjadinya kesalahan
formulasi pakan.
• Melakukan pengawasan atas
kualitas bahan baku secara teratur

88•untari & suryanto


se­perti kadar air, kadar aflatoksin,
uji ketengikan, sampling terhadap
kan­dungan mikroorganisme dan
analisis proksimat untuk mengetahui
kualitas kandungan pakan.
• Melakukan upaya pencegahan ber­
kembangnya toksin jamur dengan
menambahkan “ toxin binder “.
• Melakukan sanitasi truk pengangkut
pakan.
• Memperhatikan lama penyimpanan
bahan baku pakan ataupun pakan
jadi.

prosedur penggunaan hewan•89


Gambar 6. Sarana Prasarana Pendukung Biosecurity:

90•untari & suryanto


prosedur penggunaan hewan•91
92•untari & suryanto
prosedur penggunaan hewan•93
94•untari & suryanto
prosedur penggunaan hewan•95
PENUTUP

H
ewan Laboratorium atau hewan
percobaan adalah salah satu
penyedia ataupun pendukung
dalam ketepatan peneguhan diagnosa
di laboratorium, yaitu sebagai media uji
di laboratorium. Akurasi hasil diagnosa
laboratorium terdapat pada ada atau tidaknya
Standard Operational Procedure (SOP)
atau Standar Operasional Baku. Namun
perlu disadari bahwa peneguhan diagnosa
melalui laboratorium tidak dapat berdiri
sendiri, keberadaan hewan laboratorium
atau hewan percobaan sangat diperlukan.
Demikianlah sedikit informasi yang dapat
kami sajikan melalui diktat Prosedur
Penggunaan Hewan Laboratorium yang
sederhana ini. Semoga bermanfaat untuk
menambah pengetahuan maupun keahlian

97
bagi para pembaca yang berkecimpung
dalam dunia peternakan dan kesehatan
hewan khususnya Pengelola, praktisi dan
pengguna hewan laboratorium.[]

98•untari & suryanto


DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D.J dan Jones, R.C. 2001. Poultry


Diseases, 5th Edition. WB Sanders,
USA.
Alexander, D.J dan Jones, R.C. 2003.
Diseases of Poultry, 11th Edition. Iowa
State Press, USA.
Anonim. 2006. Info Medion Online. http://
info.medion.co.id. [8 Maret 2014].
Anonim. Pengenalan Hewan Coba. WWW.
Geocities ws.(15 Maret 2014)
Anonim. 2012. Instruksi Kerja (IK) IKHP
BBVet Wates
Anonim. Budi Daya Ayam Petelur. http://
www.ristek.go.id WWW. (12 Januari
2012)
Kesumawati, Upik. Pelaksanaan Biosekuritas
pada Peternakan Ayam. upikke.staff.

99
ipb.ac.id/.../Pelaksanaan-Biosecurity-
pada-Peternakan-Ayam... (19 Mei
2014)
Sudaryani, T., 2006. Kualitas Telur. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tursino, Teddy. 2010. Prosedur Diagnosa
Laboratorium Serologis.Laboratory
Development Project. PT Swadhesi
Candra Sentosa. (6 Maret 2014)

100•untari & suryanto

Anda mungkin juga menyukai