Anda di halaman 1dari 2

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Serta asas kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian

b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya

d. Menentukan bentuk perjanjian, baik secara tertulis atau secara lisan

cara mengaplikasikasi asas tersebut dalam sebuah kasus.

Implementasi kontrak standar biasa digunakan dimana banyak diterapkan dalam dunia
bisnis dan perdagangan dimaksudkan untuk mempermudah operasi bisnis dan
mengurangi ongkos-ongkos bisnis. Adapun yang merupakan contoh-contoh dari kontrak
baku yang sering dilakukan dalam praktek adalah sebagai berikut :[2]
1. Kontrak (polis) asuransi
2. Kontrak di bidang perbankan
3. Kontrak sewa guna usaha
4. Kontrak jual beli rumah atau apartemen dari perusahaan Real Estate
5. Kontrak sewa-menyewa gedung perkantoran
6. Kontrak pembuatan credit card
7. Kontrak pengiriman barang (darat, laut dan udara)
 

2. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau yang lebih dikenal dengan asas pacta sunt sevanda yang memiliki
arti janji harus ditepati. Pada dasarnya asas ini berkaitan dengan perjanjian atau kontrak yang
dilakukan diantara individu. Dapat dikatakan juga bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang.

Contoh asas kepastian hukum yaitu pemungutan pajak harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam undang-undang yang berlaku sehingga ada kejelasan dari
subjek, objek dan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.

 
3. Asas Konsensualisme

Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak yang membuat
perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu paham bahwa sumber kewajiban
kontraktual adalah bertemunya kehendak dengan konsensus para pihak yang membuat kontrak
(convergence of wills). Asas konsensualisme terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Hukum
perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata berasas konsensualisme.

artian perjanjian dianggap sah dan mengikat apabila tercapainya kesepakatan mengenai
hal-hal pokok dari perjanjian yang diperjanjikan. Contoh perjanjian konsensuil ini
misalnya: jual beli, tukar menukar dan sewa menyewa

4. Asas Itikad Baik (goede trouw)

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, perjanjian haruslah dilaksanakan dengan itikad baik.
Itikad baik disyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu perjanjian, bukan pada “pembuatan”,
sebab unsur itikad baik dalam hal proses pembuatan suatu perjanjian sudah terdapat di dalam
unsur kausa yang halal pada Pasal 1320 KUH Perdata.

1. Itikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang dibuat haruslah dilaksanakan
dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan yang berarti bahwa perjanjian
itu harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan salah satu pihak.
2. Itikad baik dalam arti subyektif, yaitu pengertian itikad baik yang terletak dalam sikap batin
seseorang. Didalam hukum benda, itikad baik ini bisa diartikan dengan kejujuran

5. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian menjelaskan bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian hanyalah pada pihak-
pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak di luar perjanjian tidak dapat menuntut suatu hak
apapun berdasarkan perjanjian itu.

Anda mungkin juga menyukai