PARA 25 NABI
Nama kelompok:
Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris AS hidup di Mesir. Ia berdakwah mengajarkan tauhid
dan beribadah menyembah Allah SWT. Ia wafat dalam usia 82 tahun. Ketika Nabi
Muhammad SAW melakukan isra mi'raj, Nabi Idris AS dijumpai di langit ke-6 dan memberi
salam kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Nuh AS
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh
menyimpang dari kebenaran, Allah SWT menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia
merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam AS.
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima
abad dan meninggal dalam usia 950 tahun.
Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam
menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70
sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.
Setelah itu, azab Allah SWT berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh
kaumnya. Putra Nabi Nuh AS, Kana'an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal,
didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh AS berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya
bertobat, namun Kana'an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah SWT pun berhenti. Kapal Nabi Nuh AS
tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh AS termuat di Al Qur'an dalam 43 ayat, 28 ayat
diantaranya terdapat dalam surat Nuh.
4. Hud AS
Nabi Hud AS turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot
kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat,
dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman.
Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba.
Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar
namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh AS, putra Nabi Nuh. Beliau
diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun
imbauan Nabi Hud AS agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan,
sehingga Allah SWT menurunkan azab dalam 2 tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud AS berusaha meyakinkan mereka
bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada
Allah SWT. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana
angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan
tanaman. Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud AS dan
kaumnya yang selamat dari azab tsb.
5. Saleh AS
Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin
Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas
reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah
kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun
kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri.
Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak
mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS.
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau
selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat
kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa
Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut
murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah
menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar.
Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke
Ramlah, sebuah tempat di Palestina.
Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat,
diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
6. NABI IBRAHIM AS
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya
bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.
Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud,
seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia
menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha
Kuasa.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah
mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun
selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim
AS, namun mereka merasa takut pada penguasa.
Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki
tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS
meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan
penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim
AS. Ibrahim AS yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir.
Di tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat
iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.
Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai
seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi
Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi
nabi.
Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar ia meng-khitan
dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini
segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi
berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka'bah (Baitullah). Saat itu
bangunan Ka'bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya
bersama Ismail AS. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127.
7.