Anda di halaman 1dari 19

MODUL 9

PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Materi ini membahas tentang proses perlakuan panas pada baja. Tujuan
instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan defenisi dari
proses perlakuan panas, (2) Menyebutkan perubahan struktur baja yang
mengalami pemanasan dan pendingin, (3) Menjelaskan diagram fasa / diagram
paduan besi dan baja, (4) Menjelaskan diagram waktu-suhu dan alih wujud, (5)
Menjelaskan jenis-jenis perlakuan panas dan tujuannya.

9.1. Pendahuluan
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam
dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja dapat
dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat, atau baja
dapat dilunakkan untuk memudahkan permesinan lebih lanjut. Melalui perlakuan
panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau
diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang
keras di sekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang
tepat, susunan kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia,
khusunya karbon dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis.
Di samping karbon, baja paduan umumnya mengandung nikel,
chromium, mangan, molibden, tungsten, silicon, vanadium dan tembaga. Karena
sifat-sifatnya lebih unggul, baja paduan memiliki kegunaan yang lebih luas
dibandingkan dengan baja karbon biasa.
Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar perlakuan panas baja karbon.
Laju pendinginan merupakan faktor pengendali; pendinginan yang cepat, lebih
cepat dari pada pendinginan kritis akan menghasilkan struktur yang keras,
pendinginan yang lambat akan mengghasilkan struktur yang lebih lunak.

9-1
9.2. Struktur Besi Murni
Struktur semua logam terdiri atas kristal-kristal butiran yang bergandengan
kuat satu sama lain dalam wujud dan ukuran yang berlainan. Kristal-kristal itu
terdiri atas bagian-bagian terkecil suatu unsur atom-atom. Atom besi tersusun di
dalam sebuah “kisi ruang” yaitu sebuah wujud garis ruang yang titik-titik
potongnya diduduki atom-atom besi ( gambar 1a).
Kisi ruang ini terdiri atas mata jaringan berbentuk dadu. Dalam hubungan
ini ditemukan perletakan atom menurut tiga jenis ;
1. Besi alfa (besi ).
Delapan atom berada pada pojok dadu dan sebuah atom ke-9 di tengah-tengah
dadu (pusat ruang). Susunan atom ini disebut juga kisi terpusat ruang (gambar
1b). Sampai suhu ruangan 708O C, besi  bersifat magnetis. Dari 768O C
sampai 911O C, besi terpusat ruang menjadi tidak magnetis dan biasa disebut
besi .

Gambar 9.1. Struktur halus kristal besi.


a) Kisi kristal kubus sederhana (bagan), b) kisi atom terpusat ruang…besi alfa
dan besi beta. C) kisi atom terpusat bidang …besi gamma, d) kisi atom
terpusat ruang…besi delta (1A = 1 Angstrom = 10-8 cm).
2. Besi gamma (besi ).
Pada 911OC, ikatan kisi terpusat ruang menjelma menjadi besi  terpusat
bidang; Pada setiap pojok dadu berada sebuah atom dan 6 atom lainnya berada
di pertengahan ke-6 bidang bujur sangkar permukaan dadu. Karena sebuah
dadu  menampung 14 atom, sedangkan jumlah keseluruhan atom besi

9-2
tentunya tidak akan bertambah akibat pemanasan, maka dadu  lebih besar dari
dadu  (gambar 1c).
3. Besi delta (besi ).
Pada 1392OC, besi  yang terpusat bidang berubah wujud kembali menjadi
besi terpusat ruang yang disebut besi  (gambar 1d). Besi  berbeda dari besi 
dalam jarak atomnya yang lebih besar.

9.3. Pemanasan Besi Murni.


Jika besi diberi panas, maka suhu akan naik. Pada penyaluran panas yang
sama per satuan waktu, tinggi suhu akan bergantung pada lama penyaluran panas.
Kebergantungan ini dapat ditampilkan secara lukisan dalam bentuk diagram
(gambar 2).
Titik penghentian Ac2 pada 768
O
C; Titik magnet, besi 
menjadi tidak megnetis (besi ).
Titik penghentian Ac3 pada 911
O
C; Besi  menjadi besi .

Gambar 9.2 Titik perhentian pada pemanasan Titik penghentian Ac4 pada
dan pendinginan besi murni. 1392 OC; Besi  menjadi besi .
O
Titik penghentian 1536 C ;
Besi padat menjadi cair (panas
peleburan).
Di dalam garis liku suhu dapat diamati jenjang pada suhu tertentu yang
dinamakan titik hentian, yaitu tempat berdaulatnya suhu yang tetap sama
walaupun berlangsung penyaluran panas.
Pada pendinginan besi, garis liku temperatur membentuk lintasan yang
hampir sama; walaupun berlangsung pengeluaran panas pada titik penghentian,
tetapi suhu tetap sama sesaat, karena pada peralihan wujud dibebaskan panas.
Karena besi yang kimiawi murni baru meleleh pada 1536 OC, peralihan wujud
berlangsung di bawah suhu ini dalam keadaan padat.

9-3
9.4. Struktur Baja yang tidak dipadu.
Baja yang memperoleh sifatnya seperti kekerasan, kekuatan, dan kesudian
regang terutama berkat zat arang, disebut tidak dipadu (bukan paduan). Tidak
hanya intensitas zat arang, melainkan juga cara mengadakan ikatan dengan besi
mempengaruhi sifat baja.
Di dalam baja yang didinginkan sangat lambat menuju suhu ruangan
(keadaan baja pada waktu pengiriman dari pabrik baja) dibedakan 3 bentuk utama
kristal ;
a) Ferrit, kristal besi murni (ferrum = Fe). Mereka terletak rapat saling
mendekap. Tidak teratur, baik bentuk maupun besarnya. Ferrit merupakan
bagian baja yang paling lunak. Ferrit murni tidak akan cocok andaikata
digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang menampung beban karena
kekuatannya kecil (gambar 3a).
b) Karbida besi (Fe3C). suatu senyawa kimia antara besi (fe) dengan zat arang
(C). Sebagai unsur struktur tersendiri, ia dinamakan sementit dan mengandung
7,6% zat arang (C). Rumus kimia Fe3C menyatakan bahwa senantiasa ada 3
atom besi yang menyelenggarakan ikatan dengan sebuah atom zat arang (C)
menjadi sebuah melekul karbida besi. Dengan meningkatnya kandungan C,
maka memperbesar pula kandungan sementit (gambar 3). Sementit dalam baja,
merupakan unsure yang paling keras (Fe3C 270 kali lebih keras dari besi
murni). Zat arang bebas hanya terdapat dalam besi tuang (grafit).

Gambar 9.3 Tampak struktur baja zat arang.

9-4
a).ferrit …0,0%C; b).ferrit + perlit …0,10%C; c).ferrit + perlit …0,06%C;
d).ferrit + perlit …0,45%C; e).ferrit + perlit …0,60%C; f).perlit lamillar
…0,85%C; g).perlit + sementit …1,1%C; h).perlit + sementit …1,5%C.
c) Perlit, kelompok campuran erat antara ferrit dan sementit dengan kandungan
zat arang seluruhnya sebesar 0,8%. Dalam struktur perlitis, semua kristal ferrit
dirasuki serpih sementit halus yang memperoleh penempatan saling
berdampingan dalam lapisan tipis mirip lamel. Tampak pengasahan perlit
menunjukkan jalur hitam (Fe) dan terang (Fe3C) dengan kilapan mirip mutiara,
dari asal penyebutan perlit (gambar 3f).
Menurut kadar kandungan zat arang dibedakan tiga kelompok utama baja
bukan paduan (gambar 9.4) ;
a) Baja dengan kandungan karbon  0,8% (baja bawah eutektoid), himpunan
ferrit dan perlit (bawah perlitis).
b) Baja dengan 0,8%C (baja eutektoid atau perlitis), terdiri atas perlit murni.
c) Baja dengan kandungan karbon  0,8% (baja atas eutektoid), himpunan perlit
dan sementit (atas perlitis).

Gambar 9.4. Kandungan zat arang baja dan penggunaannya.


Zat arang yang kadarnya melampaui 0,8% mengendap sebagai karbid besi
terang membentuk kulit pada batas butiran kulit perlitis yang lebih gelap dan
menyelebunginya menyerupai jaringan (sementit sekunder). Baja demikian
mempunyai sifat keras dan berbutir kasar.
Jika kandungan C melampaui 2,06%, maka kulit karbid tidak menjadi
lebih tebal, melainkan karbid besi yang berlebih membentuk butir karbid keras
berbentuk bola (ledeburit) yang tersebar tidak beraturan dalam struktur dasar
(ikatan besi zat arang ledeburit). Ikatan besi-zat arang ini kehilangan kesudian

9-5
tempanya karena butir karbid yang keras itu tidak larut hingga titik lebur. Mulai
2,06% C terbentuk besi tuang.

9.5. Peralihan wujud struktur baja bukan paduan akibat panas.


Melalui perlakuan panas, struktur baja-baja berubah. Tinjauan mengenai
berbagai keadaan struktur yang tergantung kepada zat arang dan suhu ditampilkan
oleh diagram besi zat arang (gambar 9.5).

Gambar 9.5. Diagram besi zat arang dengan kandungan C 2,06%.


a. Peralihan wujud struktur baja bukan paduan akibat panas.
Jika baja mengandung C 0,8% dipanaskan lambat laun, maka pada 723O C
karbid besi terurai menjadi besi dan zat arang. Zat arang yang kini menjadi
bebas melarut di dalam besi. Oleh karena kemampuan untuk melarutkan zat
arang hanya dimiliki besi  maka akibat adanya zat arang, suhu peralihan
wujud untuk keadaan  diturunkan dari 906O C menjadi 723O C. Pusat dadu
kisi besi  kini kosong. Dalam pada itu sebuah atom zat arang menduduki
pusat dadu  yang terpusat bidang. Karena larutan ini terjadi pada suhu ketika
baja masih padat, struktur ini disebut juga larutan padat atau austenit. Baja
eutektoid (0,8%C) beralih kelarutan padat (austenit) pada saat melampaui suhu
723O C.
Pada suatu baja bawah eutektoid (kandungan C lebih kecil dari 0,8%),
austenit dan kristal ferrit berada di atas garis P-S. Jika suhu terus ditingkatkan,
9-6
maka kristal ferrit melarut di dalam austenit. Pada saat melampaui garis suhu
G-S, semua kristal ferrit telah larut sehingga timbul struktur austenit murni.
Suhu yang diperlukan untuk ini akan semakin tinggi, sehingga semakin rendah
kandungan zat arang di dalam baja.
Pada suatu baja atas eutektoid (kandungan C di atas 0,8%), austenit dan
kristal karbid berada di atas garis S-K. Jika suhu naik, maka kristal karbid besi
(sementit) melarut di dalam larutan padat (austenit). Pada saat melewati garis
suhu S-E, semua kristal karbid telah larut, sehingga terbentuklah struktur
austenit murni. Suhu yang diperlukan untuk ini akan semakin tinggi, sehingga
semakin rendah kandungan zat arang di dalam baja.
b. Peralihan wujud struktur pada pendinginan lambat laun.
Di sini dapat diamati proses yang berlawanan arah dengan pemanasan. Jika
pada saat suhu menurun mencapai garis G-S-E, maka kristal ferrit kristal besi
mulai terurai. Pada saat suhu mencapai garis P-K, larutan padat beralih
kembali keperlit. Di pandang dari segi kisi ruang, ini berarti bahwa kisi
gamma () yang terpusat bidang menjelma kembali menjadi kisi alfa ()
terpusat ruang.
c. Peralihan wujud struktur pada pendinginan cepat.
Pada pendinginan cepat, larutan padat dihalangi untuk menguraikan kristal
ferrit atau sementit dan untuk beralih wujud menjadi perlit. Kisi gamma
terpusat bidang memang menjelma menjadi kisi alfa terpusat ruang, namun
bagi atom zat arang tidak cukup tersedia waktu untuk meninggalkan pusat
dadu. Akan tetapi pada saat yang sama, atom besi menempati pusat dadu alfa.
Oleh karena tidak cukup tempat untuk dua atom, maka kisi alfa mengalami
suatu keadaan paksaan yang menimbulkan tegangan-tegangan. Tegangan ini
mengakibatkan suatu struktur keras dan getas yang pada suhu 180…220O C
tetap berdaulat. Keadaan struktur ini dinamakan martensit. Kecepatan
pendinginan yang menghasilkan suatu struktur martensit murni dinamakan
kecepatan pendinginan kritis.
Di sini dapat diamati proses yang berlawanan arah dengan pemanasan. Jika
pada saat suhu menurun mencapai garis G-S-E, maka kristal ferrit kristal besi
9-7
mulai terurai. Pada saat suhu mencapai garis P-K, larutan padat beralih
kembali keperlit. Di pandang dari segi kisi ruang, ini berarti bahwa kisi
gamma () yang terpusat bidang menjelma kembali menjadi kisi alfa ()
terpusat ruang.

9.6. Titik Perhentian pada Pemanasan dan Pendinginan Baja


Sebagaimana halnya pada pemanasan dan pendinginan besi murni, muncul
juga pada baja titik perhentian yaitu tempat tetap samanya suhu sesaat walaupun
ada pemasukan atau pengeluaran panas. (gambar 9.6).

Gambar 9.6. Diagram besi zat arang seluruhnya dengan titik perhentian pada
pemanasan dan pendinginan lambat laun.
Titik-titik perhentian dan pemanasan ialah :
Ac1…Titik perlit, berada pada 723O C dan tidak tergantung pada kadar
kandungan C (garis PSK mendatar). Besi gamma, besi ini menampung zat
arang dan membentuk kristal campuran gamma. Pada besi murni, titik Ac1
tidak ada.
Ac2…Titik magnet, terletak antara 0…0,5% kandungan C pada 768O C (menurut
garis OSK). Di sini baja menjadi tidak magnetis.
Ac3…Titik austenit, terletak sepanjang garis GSE dan bergantung pada kadar
kandungan C. Penjelmaan menjadi kristal gamma berlangsung di sini tanpa
sisa dan struktur terdiri seluruhnya atas austenit.

9-8
Titik perhentian pada pendinginan lambat laun ditandai dengan Ar1, Ar2,
Ar3. Titik perhentian pada Ac1 dan Ac3 memegang peranan dalam pengerasan
karena titik-titik ini menunjukan saat peralihan wujud struktur (bentuk kisi) dan
dengan demikian merupakan suhu pengejutan yang paling optimal.
Titik perhentian selanjutnya pada suhu yang lebih tinggi namun untuk
pengerasan tidak memainkan peranan, muncul pada pembentukan besi delta
(Ac4) dan selama proses peleburan. Titik lebur menurun dengan naiknya
kandungan C dari 1536O C (besi murni hingga 1147O C (baja dengan 2,06%
kandungan C).

9.7. Diagram Waktu-Suhu-Peralihan Wujud.


Untuk perlakuan panas yang praktis terhadap baja diperlukan suatu
kecepatan penyejukan tertentu demi terbentuknya struktur yang dikehendaki.
Kaitan seperti ini dapat dilukiskan oleh diagram waktu-suhu-alih wujud (gambar
9.7). Diagram ini memiliki skala suhu tegak dan waktu mendatar.

Gambar 9.7. Diagram alih wujud (garis liku S) suatu baja zat arang dengan kadar
kandungan C sebesar 0,9%.
1…penyejukan cepat membangkitkan martensit.
2…penyejukan lambat laun membangkitkan struktur tahap antara.
Contoh pembacaan gambar 9.7:
Jika baja yang diwakili oleh diagram ini disejukkan secara cepat dari suhu
pengerasan (sekitar 780O C) menuju sekitar 600O C (misalnya dalam kubangan

9-9
garam), maka setelah sekitar 1 detik mulai berlangsung peralihan wujud menjadi
perlit di titik A pada garis liku S kiri yang berakhir setelah kira-kira 10 detik di
titik B. Jika dilakukan pengejutan menuju 320O C, maka setelah sekitar 1 menit
mulai berlangsunglah pembentukan suatu struktur tahap antara di titik C yang
berakhir pada titik D setelah sekitar 9 menit. Jika dilakukan pengejutan menuju
suhu yang lebih rendah pada kecepatan yang sama, maka pada sekitar 180O C
mulai berlangsung peralihan wujud menjadi martensit.
Jika peralihan wujud berlangsung lebih perlahan-lahan, misalnya sebelah
dalam benda-benda yang besar, maka di sana baja akan lebih lambat mencapai
suhu pengejutan dan garis penyejukan 2 dalam gambar 9.7 yang kecuramannya
berkurang, dapat memotong garis liku S pertama di dua titik. Dalam kasus ini
berlangsung juga secara sebagian peralihan wujud tahap perlit atau tahap antara
yang termasuk kedalam daerah suhu yang terpotong.

9.8. Klasifikasi Proses Perlakuan Panas.


Secara umum proses perlakuan panas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut;
a) Annealing
b) Normalizing.
c) Hardening.
d) Tempering.
A. Annealing
Annealing adalah salah satu proses heat treatment yang dapat digunakan
untuk;
a. Mengurangi kekerasan,
b. Menghilangkan tegangan sisa,
c. Memperbaiki ductility,
d. Menghaluskan ukuran butiran.
Macam-macam proses annealing.
a. Full annealing,
b. Recrystallisation annealiang,

9-10
c. Strees relief annealing,
d. Spheroidization.
Full annealing,
Untuk mengubah bentuk lapisan sementit di dalam pearlit dan sementit pada
batasan-batasan butiran dari baja karbon tinggi menjadi bentuk spheroidical
(bentuk bola).
Proses;
 Untuk baja hypoeutectoid (< 0,83%C).
Baja dipanaskan 30 – 60OC (50 -1000F) diatas temperatur A3 kemudian ditahan
beberapa saat, baru didinginkan di dalam dapur dengan kecepatan pendinginan
10—30OC/jam sampai temperatur 30OC di bawah A1, kemudian didinginkan di
udara.
 Untuk baja hyper eutectoid ( > 0, 831C).
Pada dasarnya sama dengan baja hypo eutectoid, kecuali pada permulaan
pemanasan hanya sampai daerah austenit + sementit, yaitu pada temperatur
sekitar 30 - 60 OC di atas A1.
Recrystallisation annealing.
Tujuan:
Melunakan baja hasil. pengerjaan, karena adanya rekristalisasi dan pengembangan
bentuk strukturnya. Untuk baja hasil pengerjaan dingin yang berat.
Proses:
Baja dipanaskan pada suhu kira-kira 700 OC (sedikit di bawah temperatur A1),
tahan pada temperatur tersebut untuk mencapai kelunakan, kemudian didinginkan
dengan kecepatan tertentu (biasanya di udara).
Hasil;
 Menghasilkan baja/benda kerja dengan permukaan yang halus (tidak
bersisik).
 Mempermudah pangerjaan cold working tanpa mengalami keretakan.

9-11
Stres relief annealing.
Tujuan;
Untuk menghilangkan tegangan sisa (tegangan dalam) dalam baja tuang yang
tebal, juga pada logam yang sudah mengalami pengelasan,
Proses;
Benda kerja dipanaskan sampai suhu di bawah A1 (550 - 650) OC dipertahankan
beberapa saat kemudian didinginkan pelahan-lahan.
Hasil;
Memperbaiki sifat mampu dimesin.
Spheroidization
Tujuan;
Membentuk/menghaluskan struktur sementit dengan menghancur-kan bentuk
spheroids (bulatan kecil) dalam kandungan ferrit,
Proses;
1. Memperpanjang waktu pemanasan pada suhu tepat di bawah A1, diikuti dengan
pendinginan yang lambat.
2. Memperpanjang periode disekitar suhu A1 yaitu sedikit di atas dan di
bawahnya.
3. Untuk tool steel dan high alloy steel, pemanasan antara 750-800OC atau lebih
tinggi dan dipertahankan pada suhu tersebut untuk beberapa jam, diikuti oleh
pendinginan yang perlahan-lahan.
Hasil;
Benda kerja mudah dimesin.
B. Normalizing
Tujuan:
Untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam, juga untuk
menghilangkan tegangan dalam.
Pemakaian:
Untuk baja-baja konstruksi, baja rol, material yang mengalami penempaan, tidak
mempunyai struktur yang sama karena jumlah beban tidak sebanding dan karena

9-12
perubahan bentuk pada tahap-tahap pendinginan yang tidak merata untuk benda
yang ketebalannya tidak sama.
Proses;
Memanaskan sampai sedikit di atas suhu kritis (60OC di atas suhu kritis atas),
kemudian setelah suhu merata didinginkan di udara.

Gambar 5-8. Diagram suhu-waktu untuk proses normalizing


C. Hardening
Tujuan:
Merubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit
yang keras.
Proses:
Baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770—830OC (tergantung dari kadar
karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut, beberapa saat, kemudian didi
nginkan secara mendadak dengan mencelupkan dalam air, oli atau media
pendingin yang lain.
Dengan pendinginan yang mendadak, tak ada waktu yang cukup bagi austenit
untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan yang
cepat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit.
Hasil;
Kekerasan tinggi, kakenyalan (ductility) rendah.

9-13
Gambar 9. Diagram suhu-waktu untuk proses hardening
D. Pengerasan permukaan.
Seringkali komponen-komponen baja diinginkan hanya keras pada permukaannya
saja sedangkan inti atau porosnya tetap lunak, hal ini memberikan kombinasi yang
serasi antara permukaan yang tahan pakai dan poros yang ulet.
Tujuan :
Menghasilkan lapisan permukaan yang keras pada baja yang dianggap lunak dan
ulet.
Umumnya pengerasan permukaan dibagi menjadi tiga proses:
a) Carburizing/penambahan karbon.
b) Flame hardening.
c) Nitriding/penambataan nitrogen.
a) Carburizing
Proses karburizing didasarkan atas kemampuan baja untuk menyerap karbon
pada temperatur antara 900—950°C. Carburizing adalah salah satu metoda yang
digunakan untuk menghasilkan permukaan keras pada baja yang berkadar karbon
rendah (<0,3%).
Dengan proses ini didapat lapisan baja dengan kadar karbon 0,3 - 1 %,
dengan tebal antara 0,1 - 2,5 m tergantung lamanya pemanasan.

9-14
50

40

Lama perlakuan (jam)


30
950OC
900OC
20

10

0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Tebal kulit (mm)

Gambar 10 Grafik Hubungan antara lama pemanasan dan tebal lapisan karbon.

Gambar 9.11 Sistem pengepakan pada proses karburizing.


Proses Carburizing: Baja yang akan diproses dimasukkan kedalam peti yang
berisi arang kayu atau batu bara dan barium karbonat. Setelah suhu dan waktu
pemanasan tercapai (tergantung ketebalan dan kekerasan yang diinginkan), dapur
kemudian dimatikan, setelah mencapai suhu kira-kira 350OC, kotak kemudian
dikeluarkan dan selanjutnya didinginkan di udara.

9-15
b). Flame Hardening
Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan yang keras dari
baja yang kandungan carbonnya lebih dari 0,4%. Permukan baja dipanaskan
dengan cepat hingga suhu kritisnya dengan perantaraan semburan api. Flame atau
dengan induction coil frekuensi tinggi, kemudian segera diquenching untuk
mendapatkan struktur martensit. Setelah quenching, perambatan panas dari inti
kepermukaan baja sudah cukup untuk tempering lapisan permukaannya .
Proses ini banyak digunakan terutama untuk memperkeras poros-poros
pendukung.

Gambar 12. Prinsip flame hardening.


c). Nitriding
Baja yang dinitriding adalah baja paduan rendah yang mengandung
chromium dan molibdenium dan kadang-kadang disertai kandungan nikel dan
vanadium. Beberapa baja nitriding mengandung kira-kira 1% aluminium. Baja
tersebut dipanaskan pada 500°C. selama 40 hingga 90 jam dalam kotak gas yang
diisi sirkulasi gas amonia. Permukaan baja akan menjadi sangat keras karena
terbentuknya nitrida, sedangkan inti bahan tetap tidak terpengaruh.

9-16
Gambar 13. Dapur Nitriding.
e. Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk
menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi kakerasan.
Proses:
Memanaskan kembali berkisar pada suhu 150—650OC dan didinginkan
secara perlahan-lahan tergantung sifat akhir baja tersebut.
Tempering dibagi dalam:
a). Tempering pada sahu rendah (150—300OC).
Tujuannya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kurapuhan dari
baja. Proses ini digunakan untuk alat-alat kerja yang tak mengalami beban
yang berat, seperti misalnya; alat-alat potong, mata bor yang dipakai untuk
kaca dan lain-lain.
b). Tempering pada suhu menengah (300—500OC).
Tujuannya untuk menambah keuletan dan kekerasannya menjadi sadikit
berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban
berat, seperti palu, pahat, pegas-pegas.
c). Tempering pada suhu tinggi (500—650OC).
Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasan menjadi agak rendah. Proses ini digunakan pada; roda gigi, poros,
batang penggerak dan lain-lain.

9-17
Gambar 14. Diagram suhu-waktu untuk proses tempering

9.9. Rangkuman
Perlakuan panas merupakan suatu proses pemanasan dan pendinginan
logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut.
Dimana baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong
meningkat, atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan permesinan lebih
lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan,
besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet. Jenis-jenis
perlakuan panas adalah annealing, normalizing, hardening, pengerasan
permukaan, dan tempering.

9-18
9.10. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan definisi dari proses perlakuan panas?.
2. Jelaskan mengapa proses perlakuan panas diperlukan?.
3. Sebutkan 3 jenis perletakan atom besi?.
4. Di dalam baja yang didinginkan sangat lambat menuju suhu ruang, dibedakan
3 bentuk utama kristal. Sebutkan dan jelaskan?.
5. Menurut kadar kandungan zat arang dibedakan tiga kelompok utama baja
bukan paduan. Sebutkan?.
6. Sebutakan secara umum klasifikasi proses perlakuan panas?.
7. Apa itu proses annealing?.
8. Sebutkan beberapa macam proses annealing?.
9. Jelaskan proses full-annealing pada baja hypoeutectoid dan hypereutectoid?.
10. Jelaskan tujuan, proses, dan hasil dari Recrystallisation annealing?.
11. Jelaskan tujuan, proses, dan hasil dari Stres relief annealing?.
12. Jelaskan tujuan, proses, dan hasil dari Spheoidization annealing?.
13. Jelaskan tujuan, pemakaian, dan proses dari Normalizing pada perlakuan
panas?.
14. Gambarkan diagram suhu dan waktu pemanasan pada proses normalizing?.
15. Jelaskan tujuan, proses, dan hasil dari proses hardening?.
16. Gambarkan diagram suhu dan waktu pemanasan pada proses hardening?.
17. Jelaskan tujuan pengerasan permukaan dan sebutkan macam-macam metode
pengerasan permukaan?.
18. Apa perbedaan bahan pada pengerasan carburizing dan flame hardening?
19. Jelaskan secara singkat cara pengerasan permukaan dengan metode
carburizing?.
20. Jelaskan secara singkat cara pengerasan permukaan dengan metode flame
hardening?.

9-19

Anda mungkin juga menyukai