Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Peraturan Kebijakan Dan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan


Praktek Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Maimaznah, S. Kep. Sp. Kep. Kom

disusun oleh
Ana Dahlia (202011001)
A. Doni Saputra (202011005)
Mareta Dwi Putri (202011002)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWTAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
2020 - 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Etika Keperawatan dengan judul
“PERADANGAN” ini dengan tepat waktu tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepa dosen
mata pelajaran patofisiologi yaitu ibu Ns. Maimaznah, S. Kep. Sp. Kep. Kom Yang telah
memberikan tugas makalah ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Etika
Keperawatan“ karena ini adalah salah satu mata ajar di dunia keperawatan. pada penyusunan
makalah ini kami kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu diperlukan saran dan perbaikan dari dosen pengampuh maupun teman-teman yang
membacanya.

Jambi, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. TUJUAN .....................................................................................................1
C. MANFAAT .................................................................................................1
BAB II PEMBAHSAN
A. PENGERTIAN HUKUM KESEHATAN...................................................2
B. CIRI CIRI HUKUM KESEHATAN............................................................4
C. PERKEMBANGAN TENTANG UNDANG UNDANG KESEHATAN...4
D. KILAS BALIK UU NO.23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN
DAN PERATURAN PELAKSANAAN.....................................................5
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................8
B. SARAN........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan
pembangunan manusia. Sampah kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup
layak secara ekonomi dan menjalani pendidikan yang baik. Begitujuga tanpa ekonomi
yang baik, manusia tidak akan dapat memperoleh pelayanan kesahatan yang baik serta
pendidikan yang baik tanpa pendidikan yang baik, manusia juga tidak bisa mengerti
kesehatan serta mendapatkan yang baik. Ketiga parameter ini saling berhubungan dan
tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahtraan yang
harus diwujudkan sesuatu dengan cita-cita bangsa indonesia dimaksud dalam pancasila
dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945. Telah dijelaskan
undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sehat
baik secara fisik mental spiritual maupunsosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes, 2010). Kesehatan dilandasi dengan
ketentuan-ketentuan hukum antara lain hukum kesehatan.
B. Tujuan
Selain tujuan tersebut, urgensi pembentukan undang-undang ini untuk mengatur
mekanisme fungsi, tanggung jawab, dan praktik keperawatan secara utuh dan
sistematis; meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui
asuhan keperawatan; menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan
dan asuhan
C. Manfaat
diharapkan: pertama, menjamin perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan; kedua, mengatur pelayanan keperawatan; ketiga,
menjamin perawat memperoleh kepastian hukum atas risiko kerja; keempat,
memberikan payung hukum kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan maupun
yang diberikan pelayanan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kesehatan
Dalam era reformasi saat ini hukum memegang peran penting dalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahtraan diperlukan
dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan dibidang kesehatan.
Seperti dijelaskan disiplin hukum kesehatan adalah disiplin hukum yg baru berkembang
beberapa dekade tahun terakhir ini. Dulu hannya dimasukkan dalam mata kuliah pilihan
dipakultas hukum. Tetapi dengan berkembang nya ilmu dan teknologi dalam pelayanan
kesehatan, berkembng nya kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajiban nya, serta
didengung dengungkan dimedia masa akan humaniora, etika, moral hak dan kewajiban
antara pasien tenaga kesehatan, mulai banyak nya ”lawyer” yang memahami akan adanya
kelalayan yang melanggar hukum yang baik sengaja mau pun tidak sengaja.
Muncul nya UU tentang kesehatan tahun 1960 belum begitu tergali dengan baik,
UU NO.23 tahun 1992 tentang kesehatan masyarakat sudah mulai mempunyai acuan
dan pedoman walau pun belum sempurna dicabut dan diganti dengan UU NO. 36 Tahun
2009.
Di indonesia sebelum undang undang dasar 1995 diubah ( amandemen ) pembuat
undang mengesahkan undang undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ( UU NO.
23 tahun 1992) pasal 1 angka (3) undang undang nomor 23 tahun 1992 menyatakan
bahwa tenaga kesehatan adalah setiap org yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan tentang pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan didalam
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.

2
3
Beberapa pengertian hukum kesehatan dapat dilihat dari beberapa sumber:
1. Perhuki (perhimpunan hukum kesehatan indonesia)
Perhuki dalam pasal 1 anggaran dasarnya menyatakan:
“hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yg berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerampan serta hak dan kewajiban baik
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pikhak penyelengaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspek oragnisasi ;
Semua pendoman medis nasional / internasinal,hukum dibidang kedokteran
,yurisprudensi serta ilmu pengertahuan bidang kedokteran kesehatan.yg di maksud
dengan hukum kedokteran ilah bagian hukum kesehatan yang pelayanan medis “
2. BPHN(badan pembina hukum nasional )
Tim penganji hukum kedeokteran BPHN menyatakan memahaman tentang
hukum keseahatan adalah :
“ketentuan ketentuan hukum yg mengantur tentang hak dan kewajiban baik dari
tenaga kesehatan dalam melaksanan upaya kesehatan,maupun dari individu dan
masyrakat yg menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek, yaitu
aspek pomotif, preventif, kuratif, reabilitatif, dan diperhatikan pula aspek
organisasi dan pendoman pedoman medis internasioanl, hukum kebiasaaan, dan
hukum otonom dibidang kesehatanm, ilmu pengertahuan, dan literatur medis
merupakan fula sumber hukum kesehatan “
3. H.J.J.Lennen( pakar hukum )
H.J.J. Lennen (1988) mengatakan pengertian sebagai berikut.
Adapun pengertian : “hukum kesehatan merupakan keseluruhan kentuan
ketentuan hukum yg berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan dan
penerapan kaida kaida hukum perdata,hukum aniliterasi negara,dan hukum
pidana dalam kaitannya dengan hal tersebut
4

4. Van Der Mijn


Van Der mijn dalam makalah menyatankan”
Seperangkat ketentuan yang secara langsung, perhubungan baik dengan
perawatan maupun hukum sipil umum (perdata ),hukum pidana dan hukum
amiterasi negara
Dapat di bayangan bawah hukum kesehatan cukup luas dan kompeks. Menurut
jayasurya(1997) ditemukan peraturan perundang undangan yang berkaitan
dengan kesehatan

B. CIRI CIRI HUKUM KESEHATAN


Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan ciri ciri hukum kesehatan
sebagaiberikut :
1. Merupakan seperangkat ketentuan yg berhubungan langsung dengan pelayanan
kesehatan.
2. Ketentuan ketentuan tersebut mengatur hubungan hukum antara 2 pihak.
a) penyelengaraan pelayanan kesehatan
b) penerima pelayanan kesehatan
3. Di dalam hukum kesehatan terdapat berbagai macam aspek.
a) aspek promotif (meningkatkan kesehatan)
b)aspek prepentif (meningkat pencegah penyakit )
c)aspek kuratif (penyebuhan penyakit )
d)aspek reabilitatif ( pemulihan kesehatan )
e)aspek organisasi
f) aspek saranan
4. Di dalam hukum kesehatan diterapkan kaida kaida hukum perdata,hukum pidana, dan
hukum aminitrasi negara.
5
5.sumber hukum bagi hukum kesehatan adalah :
a) ketentuan ketentuan hukum nasional
b) pedoma pedoman medis nasional
c) pedoman medis internasional
d) hukum kebiasaan
e) yuris perudensi
f) ilmu pengertahuan dan ituratur medis
g) hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan.
C. Perkembangan tentang undang undang kesehatan
Undang undang kesehatan yg pertama muncul UU No 9 Tahun 1960 tentang pokok pokok
kesehatan.Pada tahun 2004 masayrakat kedokteran mendapat penghormatan,dengan muncul
peraturan khusu mengenai profesi di bidang kedokteran yaitu UU No.29 Tahun 2004 tentang
peraktek kedokteran.tahun 2009 juga di undangkanya UU No.44 tentang rumah sakit yg
bermuatan hak dan kewajiban rumah sakit,hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasienya
dan mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dan lainsebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahwa kesehatan adlah Hak Asasi Manusia, dan
salah satu unsur kesejahtraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan Undang-Udang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi nya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka sumber daya manusia Indonesia,
serta peningkatan kesehatan dan bangsa bagi pembangunan nasional.

D. Kilas Bilik Undang-Undang No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Dan Peraturan


Pelaksanaannya
Undang-Undang No 23 Tahun 1992, misalnya dalam pelaksanaan lebih lanjut
ditingkat operasional harus diikuti dalam beberapa klausul dengan peraturan pemerintah.
Ada sekitar 24 Peraturan Pemerintah yang diamanahkan untuk dikelurkan oleh
UU Nomor 23 Tahun 1992 antara lain:
6

1) Pasal 27: ketentuan mengenai kesehatan jiwa dan upaya penanggulangannya ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
2) Pasal 34: ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transpalasi
sebagaimana maksud dalam ayuat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
3) Pasal 35: ketentuan mengenai syarat dan tata cara tranfulasi darah sebagaimana maksud
dalam ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah
4) Pasal 38: ketentuan mengenai penyuluhan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
5) Pasal 43: ketentuan tentang pengemanan sediaan farmasi dan alat kesehatan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
6) Pasal 44: ketentuan mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) di tetapkan dengan peraturan
pemerintah
7) Pasal 45: ketentuan mengenai kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
8) Pasal 46: ketentuan mengenai kesehatan olahraga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
9) Pasal 47: ketentuan mengenai pengobatan tradisional sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah
10) Pasal 48: ketentuan mengenai kesehatan matra sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
11) Pasal 50: ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
12) Pasal 53: ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah
13) Pasal 59: ketentuan mengenai syarat dan tata cara memperoleh izin penyelenggaraan
sarana kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
7

14) Pasal 63: ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud
dalamayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
15) Pasal 66: ketentuan mengenai penyelenggaraan jaminan pemeliharaan
16) Kesehatan masyarakat ditetapkan dengan peraturan pemerintah
17) Pasal 69: ketentuan mengenai penelitian, pengembangan, dan penerapan hasil penelitian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
18) Pasal 70: ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
19) Pasal 71: ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
20) Pasal 73, 74: ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
21) Pasal 28: ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Dari 24 PP yang diamatkan oleh UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, baru
hanya beberapa yang bisa dihasilkan seperti PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, PP No 72 Tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, PP No 38 tahun 2000 tentang perubahan PP No 81 Tahun 1999 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dan lain sebagai nya. Perpes No 56 tahun 1995
tentang majelis disiplin tenaga kesehatan dikeluarkan tetapi dapat dikatakan tidak
diterapkan alias semu.
Diundangkannya UU No 23 Tahun 1992 mengakibatkan beberapa UU
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku bagi yaitu:
1) Undang-Undang No 3 Tahun 1953 Tentang Pembukaan Apotek (Lembaran Negara
Tahun 1953 Nomor 18).
2) Undang-Undang No 18 Tahun 1953 Tentang Penunjukan Rumah Sakit-Rumah Sakit
Partikulir Yang Merawat Orang-Orang Miskin Dan Orang-Orang Yang Kurang Mampu
(Lembaran Negara Tahun 1953 No 48)
8

3) Undang-Undang No 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan )Lembaran Negara


Tahun 1960 No 131, Tambahan Lembaran Negara No 1068)
4) Undang-Undang No 11 Tahun 1962 Tentang Hygiene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
(Lembaran Negara Tahun 1962 No 48 Tambahan Lembaran Negara No 2475)
5) Undang-Undang No 6 Tahun 1963 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1963 No 79, Tambahan Lembaran Negara No 2576)
6) Undang-Undang No 7 Tahun 1963 Tentang Farmasi (Lembaran Negara Tahun 1963 No
91, Tambahan Lembaran Negara No 2580)
7) Undang-Undang No 18 Tahun 1964 Tentang Wajib Kerja Tenaga Pramedis (Lembaran
Negara Tahun 1964, No 106, Tambahan Lembaran Negara No 2698)
8) Undang-Undang No 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 No
22, Tambahan Lembaran Negara No 2804)
9) Undang-Undang No 3 Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Tahun
1966 No 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2508) Dinyatakan Tidak Berlaku Lagi.
Dari uraian diatas tidak mudah menghasilakan produk hukum dari suatu peraturan
perundang-undangan sehingga seringkali dalam peraturan pemeliharaan peraturan-
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan maupundengan peraturan perundang-undangan yang sudah di cabut dapat
saja berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penyelenggaraan praktik keperawatan saat ini didominasi oleh kebutuhan formil
dan kepentingan pemerintah, sedangkan peran profesi masih kurang apalagi bila
dibandingkan dengan perangkat hukum negara lain di Asia dan Eropa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang keperawatan yang sangat
pesat harus diimabngi pula dengan perangkat hukum yang ada, sehingga dapat
memberikan perlindungan yang menyeluruh kepada tenaga keperawatan sebagai
pemberi pelayanan maupun di masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan perubahan atau dalam membentuk suatu undang-undang yang
diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, maka keberadaan
naskah akademis menjadi sangat penting

B. Saran
1. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran
Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.

2. Perlu adnya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang


diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.

3. Materi naskah akademis praktik keperawatan perlu dinormatifkan dalam


bahasa hukum dan dituangkan dalam praktik keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai