PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia sangat berperan dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan di Era Globalisasi saat ini. Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan visi pembangunan kesehatan tahun 2010-
2015 adalah mewujudkan ‘Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan'.
Dalam upaya mencapai visi dan misi tersebut, Kementerian Kesehatan
menetapkan beberapa strategi. Pelaksanaan strategi dimaksud akan
dilaksanakan berbeda di masing-masing provinsi sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang di tandai dengan
perilaku sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Untuk mewujudkan Visi secara nasional, maka pemerintah Provinsi
Bali juga mengembangkan Misi pembangunan kesehatan, yaitu
“Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Yang
Terjangkau, Merata, Adil dan Berkualitas Serta Didukung Dengan
Pengembangan Sistem dan Data Based Riwayat Kesehatan Krama Bali
Berbasis Kecamatan”. Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan
Provinsi Bali tersebut, maka pemerintah provinsi bali mengupayakan
program-program untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan
upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat Bali, meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Untuk mencapai semua program-program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah provinsi Bali guna menunjang terwujudnya visi
kesehatan provinsi Bali maka segala perencanaan diatas diperlukan sumber
daya manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas, agar bersama-sama
masyarakat dan komponen-komponen yang lainnya dapat secara bersama-
sama mewujudkan cita–cita yang luhur tersebut
Sebagai dasar yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan Bali
Sehat dan masyarakat sehat yang mandiri adalah peningkatan peran serta
masyarakat melalui Desa Siaga. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah suatu proses dimana individu, keluarga dan
masyarakat termasuk swasta mampu untuk :
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk kesehatan diri, keluarga dan
masyarakat
3. Menjadi pelaku/perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian
dan kebersamaan
Dengan demikian, masyarakat dapat berperan serta dalam
menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan, sarana, dana yang dimiliki
untuk upaya kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan salah satu strategi
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan perawatan. Salah satu
pelayanan keperawatan ditujukan kepada komunitas atau masyarakat. Peran
serta masyarakat tersebut merupakan suatu proses dimana individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat bertanggungjawab atas kesehatan sendiri,
dengan berperan sebagai pelaku kegiatan untuk upaya peningkatan kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan kesehatan diberikan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan. Upaya tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (local development)
merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat untuk digunakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
yang menyediakan tenaga kesehatan khususnya keperawatan yang berkualitas
dalam memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa tidak bisa dilepaskan
dari masyarakat sebagai tatanan nyata, yang secara bersama-sama dengan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
tersebut. Hal ini akan terwujud melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dapat membantu pemerintah mewujudkan program “Masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan” dan “Bali sehat menuju Bali yang maju, aman,
damai dan sejahtera”.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka menyiapkan tenaga
keperawatan yang profesional dalam bidang keperawatan komunitas maka
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali melaksanakan praktek keperawatan
komunitas yang merupakan implementasi mata ajar keperawatan komunitas.
Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat agar dapat
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan
sesuai dengan kondisinya. Untuk mengimplementasikan teori keperawatan
komunitas tersebut maka mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di beberapa desa yang ada di
Bali yaitu Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel Buduk Kediri, Desa
Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja, Desa Batubulan
Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT, Desa Cempaga,
Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar yang dimulai dari
tanggal 3 Mei – 13 Juni 2021.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 6 minggu yang
disesuaikan dengan kalender akademik Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
guna mempraktekkan teori yang telah diperoleh selama mengikuti
perkuliahan, agar mampu menerapkan konsep pemecahan masalah yang
ditemukan di masyarakat secara bersama-sama antara mahasiswa dengan
masyarakat dengan menggunakan metode Asuhan Keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan komunitas
secara nyata.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengkaji masalah kesehatan pada remaja di Desa Gelgel
Klungkung, Desa Bengkel Buduk Kediri, Desa Gunaksa Klungkung,
Desa Poh Gading Ubung Kaja, Desa Batubulan Gianyar, Banjar
Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT, Desa Cempaga, Desa
Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar
b. Menyusun rencana tindakan bersama masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan di Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel Buduk
Kediri, Desa Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja,
Desa Batubulan Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu
NTT, Desa Cempaga, Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang
Gianyar
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang menggambarkan upaya memecahkan masalah atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat dengan
mengumpulkan data dan menganalisa serta memecahkannya bersama dengan
masyarakat. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara mengadakan
komunikasi secara dua arah dengan masyarakat melalui media online.
2. Survei
Merupakan tehnik survei dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner
secara online terhadap sejumlah kelompok remaja sesuai dengan besarnya
sampel yang sudah ditentukan di Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel
Buduk Kediri, Desa Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja,
Desa Batubulan Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT,
Desa Cempaga, Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar
3. Observasi
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan melihat atau mengamati
interaksi perilaku kelompok masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
masalah kesehatan secara online.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari laporan hasil kegiatan PKL ini adalah sebagai
berikut :
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar yang menguraikan teori-teori terkait sehubungan
dengan keperawatan komunitas.
3. BAB III Menguraikan tentang aplikasi asuhan keperawatan komunitas
pada wilayah kerja PKL di masing-masing desa yang ada di Bali.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi (Keluarga dan
penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).
Menurut Anderson (1988), sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkatan yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawatan memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya DM, ibu hamil, menyusui
dan lain – lain yang dijumpai dipoliklinik, puskesmas, dengan sasaran dan
pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana angota keluarga yang bermasalah
dalam hal kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur
sejauhmana telah terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan, memberikan keperawatan kepada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang sehat, memanfaatkan sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan upaya kesehatan keluarga.
c. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga, dilihat
sebagai suatu keperawtan komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok
berisiko atau masyarakat wilayah binaan denga memandang komunitas
sebagai klien.
Untuk memahami konsep keperawatan komunitas perlu dipahami juga
mengenai model konseptual keperawatan komunitas. Model konseptual adalah
sintesa beberapa konsep dan teori yang terintegrasi dalam satu kesatuan yang
menjadi lingkup keperawatan (Anderson, Farley, 1988).
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah satu teori
keperawatan yang dapat mengacu untuk mengembangkan model keperawatan
adalah teori dari Betty Newman ( 1992 ) yang menekankan pendekatan total
untuk mengatasi masalah kesehatan. Model dari Newman pada dasarnya
mengandung esensi utama yaitu pengaruh lingkungan, masalah kesehatan yang
timbul tergantung pada besarnya stressor dan derajat reaksi, pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
Model Health Care Sistem Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka yaitu klien dari lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan perilaku individu,
keluarga, kelompok dan komunitas dengan penekanan pada bagaimana
interaksi masing – masing komponen yang ada di komunitas memengaruhi
keseluruhan komunitas atau sebaliknya (Achjar, 2013).
Sistem Newman didasari oleh sistim dimana terdiri dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitasyang merupakan derajat pelayanan
kesehatan dimana lingkungan internal dan eksternal sangat mempengaruhi
derajat kesehatan komunitas. Pengaruh lingkungan tersbut tergantung besarnya
stressor dan derajat kesehatan masyarakat. Keshatan masyarakat ditentukan
pleh hasil interaksi dinamis antara lingkungan dan komunitas serta tenaga
kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan
tersier.
Untuk lebih jelasnya, fokus keperawatan komunitas adalah upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya preventif keperawatan komunitas ditujukan pada tiga level pencegahan
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Mengacu pada upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yang
menggunakan pelayanan kesehatan utama dengan penekanan pada peran serta
masyarakat, maka ilmu keperawatan komunitas sangat relevan dengan upaya
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat tersebut. Menurut Arikunto (2010)
dalam Mursit dan Rahmawati (2018) penentuan tingkat pengetahuan
responden dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang, kriterianya
seperti berikut.
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh
pertanyaan
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh
pertanyaan
c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh
pertanyaan
Stimulus
Perhatian Respon
Pengalaman (perubahan sikap)
Penerimaan
Gambar 2.1 Langkah-langkah perunahan sikap menurut model Hovlad Janis&Kelley
2. Tingkatan sikap
Sikap terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia
adalah masalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna
mengungkap sikap manusia dan memberikan interetasi yang valid. Beberapa
metode pengungkapan sikap yag secara historik telah dilakukan adalah:
a. Observasi perilaku
Sikap dapat ditafsirkan dari betuk perilaku yang tampak. Sikap seseorang
terhadap sesuatu dapat dilihat berdasarkan perilakunya, sebab perilaku
merupakan salah satu indikator sikap individu. Perilaku yang diamati
mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional
tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya
didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh
seseorang.
b. Penanyaan langsung
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna mengungkap
sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling
tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan
bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
Cara pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung mempunyai
keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan
ukuran yang valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan
kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
c. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung
(dirrect assesment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan
menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Salah
satu bentuk pengungkapan langsung menggunakan item ganda adalah teknik
diferensiasi semantik. Teknik diferensiasi semantik dirancang untuk
mengungkapkan efek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu objek
sikap.
d. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan
daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut
sebagai skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada
setiap pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan
intensitas sikap seseorang. Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap
responden relatif lebih negatf atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T
adalah nilai standar skala likert Sikap responden relatif lebih positif jika nilai
T>mean T sedangkan pada sikap relatif negatif jika T≤ mean T. Adapun T
dihitung menggunakan rumus:
x−X
T = 50 + 10
S
Keterangan:
x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor
X = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
e. Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (covert measures) sebenarnya berorientasi
kembali ke metode observasi perilaku, akan tetapi objek pengamatan bukan
lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja dilakukan seseorang
melainkan reaksi reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang
yang bersangkutan.
Menurut Mursit dan Rahmawati (2018) menyatakan bahwa cara-cara yang
dapat dipakai untuk mengukur sikap antara lain:
1. Metode langsung adalah metode dimana orang secara langsung diminta
pendapat atau tanggapannya mengenai objek tertentu, biasanya
disampaikan secara lisan pada waktu wawancara.
2. Metode tak langsung, orang dimintai supaya menyatakan dirinya
mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secar tidak langsung,
misalnya menggunakan tes psikologi.
3. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang menggunakan skala
sikap yan dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip
tertentu, seperti metode Likert, Thurtone, atau Guttman.
4. Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar pertanyaan
biasanya untuk penelitian bibilografi atau karangan.
F. COVID-19
1. Menurut WHO, 2019 Pengertian Virus Corona
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang
lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona yang paling baru
ditemukan menyebabkan penyakit coronavirus COVID19.
2. Pengertian COVID-19
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang
paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum
wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. COVID-19 sekarang
menjadi pandemi yang menyerang banyak negara secara global.
3. Gejala dari COVID-19
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan
kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi
beberapa pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau, atau ruam
pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala ini
biasanya ringan dan mulai secara bertahap. Beberapa orang menjadi
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala yang sangat ringan.
4. Bagaimana Penyebaran Dari COVID-19
Orang dapat terkena COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus.
Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung
atau mulut yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19 batuk, bersin
atau berbicara. Orangorang dapat terkena COVID-19 jika mereka
menghirup tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus. Inilah
sebabnya mengapa penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang lain. Tetesan ini dapat mendarat di benda dan permukaan di sekitar
orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat
terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau
membersihkannya dengan alkohol.
5. Menurut (IFRC, 2020) Dalam wabah apa pun, wajar jika orang merasa
tertekan dan khawatir. Respons umum dari orang-orang yang terdampak
(baik secara langsung atau tidak) antara lain:
Takut jatuh sakit dan meninggal
Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular
saat dirawat
Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi,
dan dikeluarkan dari pekerjaan
Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan
penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau
dianggap berasal dari, tempat-tempat terdampak)
Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut
kehilangan orang-orang terkasih karena virus yang menyebar
Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan
karantina
Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah,
penyandang disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi,
karena orang tuanya atau pengasuhnya dikarantina
Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi
Tabel 2.2. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas menurut Depkes RI.
2. Perencanaan
Tahap selanjutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan
komunitas adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahna tersier untuk memperkuat garis pertahanan resistan (Anderson &
McFarlane, 2000 dalam Achjar, 2013).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART
(S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai,
R=reality, T=time limited/punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan
secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan
disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat.
(Achjar, 2013).
3. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.
Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan,
kemitraan (partnership) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah
dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat
disebabkan oleh faktor eksternal seperti adanya undang-undang, situasi politik
dan kejadian kritis eksternal masyarakat (Achjar, 2013).
Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi program,
sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan
keperawatan komunitas, yang meliputi :
a. Latar belakang yang berisi komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan dan masalah keperawatan
komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini.
b. Proses keperawatan komunitas yang berisi diagnosis keperawatan
komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.
c. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan target
kegiatan, metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang
dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian
petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara.
d. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil dengan menyebutkan target presentasi pencapaian hasil
yang diinginkan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program
kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat
terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai (Patton, 1986
dalam Helvie, 1998) dalam Achjar (2013).
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang
efektivitas pengambil keputusan. Pengukuran efektivitas program dapat
dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program.
Pengukuran efektivitas program di komunitas dapat dlihat berdasarkan :
a. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan
cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas.
b. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dan
determinan kesehatan.
c. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur
tingkat keberhasilan keluarga dan masyarakat sebagai sumber informasi
dan sumber intervensi kegiatan.