Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia sangat berperan dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan di Era Globalisasi saat ini. Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan visi pembangunan kesehatan tahun 2010-
2015 adalah mewujudkan ‘Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan'.
Dalam upaya mencapai visi dan misi tersebut, Kementerian Kesehatan
menetapkan beberapa strategi. Pelaksanaan strategi dimaksud akan
dilaksanakan berbeda di masing-masing provinsi sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang di tandai dengan
perilaku sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Untuk mewujudkan Visi secara nasional, maka pemerintah Provinsi
Bali juga mengembangkan Misi pembangunan kesehatan, yaitu
“Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Yang
Terjangkau, Merata, Adil dan Berkualitas Serta Didukung Dengan
Pengembangan Sistem dan Data Based Riwayat Kesehatan Krama Bali
Berbasis Kecamatan”. Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan
Provinsi Bali tersebut, maka pemerintah provinsi bali mengupayakan
program-program untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan
upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat Bali, meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Untuk mencapai semua program-program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah provinsi Bali guna menunjang terwujudnya visi
kesehatan provinsi Bali maka segala perencanaan diatas diperlukan sumber
daya manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas, agar bersama-sama
masyarakat dan komponen-komponen yang lainnya dapat secara bersama-
sama mewujudkan cita–cita yang luhur tersebut
Sebagai dasar yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan Bali
Sehat dan masyarakat sehat yang mandiri adalah peningkatan peran serta
masyarakat melalui Desa Siaga. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah suatu proses dimana individu, keluarga dan
masyarakat termasuk swasta mampu untuk :
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk kesehatan diri, keluarga dan
masyarakat
3. Menjadi pelaku/perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian
dan kebersamaan
Dengan demikian, masyarakat dapat berperan serta dalam
menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan, sarana, dana yang dimiliki
untuk upaya kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan salah satu strategi
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan perawatan. Salah satu
pelayanan keperawatan ditujukan kepada komunitas atau masyarakat. Peran
serta masyarakat tersebut merupakan suatu proses dimana individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat bertanggungjawab atas kesehatan sendiri,
dengan berperan sebagai pelaku kegiatan untuk upaya peningkatan kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan kesehatan diberikan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan. Upaya tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (local development)
merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat untuk digunakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
yang menyediakan tenaga kesehatan khususnya keperawatan yang berkualitas
dalam memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa tidak bisa dilepaskan
dari masyarakat sebagai tatanan nyata, yang secara bersama-sama dengan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
tersebut. Hal ini akan terwujud melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dapat membantu pemerintah mewujudkan program “Masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan” dan “Bali sehat menuju Bali yang maju, aman,
damai dan sejahtera”.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka menyiapkan tenaga
keperawatan yang profesional dalam bidang keperawatan komunitas maka
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali melaksanakan praktek keperawatan
komunitas yang merupakan implementasi mata ajar keperawatan komunitas.
Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat agar dapat
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan
sesuai dengan kondisinya. Untuk mengimplementasikan teori keperawatan
komunitas tersebut maka mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di beberapa desa yang ada di
Bali yaitu Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel Buduk Kediri, Desa
Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja, Desa Batubulan
Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT, Desa Cempaga,
Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar yang dimulai dari
tanggal 3 Mei – 13 Juni 2021.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 6 minggu yang
disesuaikan dengan kalender akademik Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
guna mempraktekkan teori yang telah diperoleh selama mengikuti
perkuliahan, agar mampu menerapkan konsep pemecahan masalah yang
ditemukan di masyarakat secara bersama-sama antara mahasiswa dengan
masyarakat dengan menggunakan metode Asuhan Keperawatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan komunitas
secara nyata.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengkaji masalah kesehatan pada remaja di Desa Gelgel
Klungkung, Desa Bengkel Buduk Kediri, Desa Gunaksa Klungkung,
Desa Poh Gading Ubung Kaja, Desa Batubulan Gianyar, Banjar
Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT, Desa Cempaga, Desa
Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar
b. Menyusun rencana tindakan bersama masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan di Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel Buduk
Kediri, Desa Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja,
Desa Batubulan Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu
NTT, Desa Cempaga, Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang
Gianyar

C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang menggambarkan upaya memecahkan masalah atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat dengan
mengumpulkan data dan menganalisa serta memecahkannya bersama dengan
masyarakat. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara mengadakan
komunikasi secara dua arah dengan masyarakat melalui media online.
2. Survei
Merupakan tehnik survei dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner
secara online terhadap sejumlah kelompok remaja sesuai dengan besarnya
sampel yang sudah ditentukan di Desa Gelgel Klungkung, Desa Bengkel
Buduk Kediri, Desa Gunaksa Klungkung, Desa Poh Gading Ubung Kaja,
Desa Batubulan Gianyar, Banjar Kawan Bangli, Desa Wae Kelambu NTT,
Desa Cempaga, Desa Paksebali Klungkung, Desa Tegalalang Gianyar
3. Observasi
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan melihat atau mengamati
interaksi perilaku kelompok masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
masalah kesehatan secara online.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari laporan hasil kegiatan PKL ini adalah sebagai
berikut :
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar yang menguraikan teori-teori terkait sehubungan
dengan keperawatan komunitas.
3. BAB III Menguraikan tentang aplikasi asuhan keperawatan komunitas
pada wilayah kerja PKL di masing-masing desa yang ada di Bali.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian Keperawata Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk,
ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun
sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni,
& Supriyono, 2015 dalam Kurniawan 2019).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017 dalam Kurniawan 2019).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010 dalam kurniawan 2019).
2. Komponen Praktik Kesehatan Komunitas
Dalam praktik kesehatan komunitas, kita mengenal duakomponen dasar (two
basic components) yang mencakup promosi kesehatan dan pencegahan terhadap
masalah kesehatan. Level dari pencegahan adalah kunci dari praktik kesehatan
komunitas (Allender et al, 2014 dalam Swarjana, 2016). Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing komponen praktik kesehatankomunitas.
a. Promosi Kesehatan
Dalam bidang public health, public/community health nursing, serta dalam
community health practice, promosikesehatan adalah bagian yang sangat
penting. Health promotion menyangkut semua upaya yang dilakukan untuk
membantu orang-orang agar lebih dekat dengan kesehatan yang optimal
atau level tertinggi dari keadaan sejahtera. Dalam keperawatan, program
danyangaktivitas promosi kesehatan dilaksanakan dalam berbagai bentuk
pendidikan kesehatan. Tujuan akhir dari promosikesehatan adalah untuk
meningkatkan levels of wellness
untuk individu, keluarga, populasi, dan korwinitas. Upaya kesehatan
komunitas yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu:
1) Meningkatkan rentang hidup sehat bagi semuawarga.
2) Menurunkan kesenjangan kesehatan bagi populasi
3) Mendapatkan akses terhadap pelayanan pencegahanbagi semua orang
b. Pencegahan terhadap Masalah Kesehatan
Dalampraktikkesehatan komunitas, pencegahan adalah hal utama.
Pencegahan selalu lebih baik dari pada pengobatan. Pencegahan
mengandung makna antisipasi dan mencegah terjadinya masalah atau
menemukan masalah mereka sedini mungkin, untuk dapat meminimalkan
potensikecacatan dan kelemahan. Tindakan pencegahan dapat dibagi
menjadi tiga level, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer adalah pencegahan untuk orang-orang yang masih sehat.
Pencegahan sekunder dilakukan kika telah ditemukan sakit atau pencegahan
bagi orang yang telah didiagnosis sakit dan diberikan treatment atau
pengobatan. Diagnosis dini atau early diagnosis adalah salah satu kuncinya,
sehingga lebih awal dapat diberikan tindakan yang tepat. Pencegahan tersier
adalah pencegahan berupa pemulihan atau sering dikenal dengan tindakan
rehabilitatif.

3. Level dan Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas


Layanan keperawatan komunitas berfokus pada tiga level pencegahan
(Achjar, 2013). Leavell and Clark mengidentifikasi three levels of prevention
(primary prevention, secondary prevention and tertiary prevention) (Swarjana,
2016) seperti uraian berikut.
a. Level 1 : Primary prevention activities
Aktivitas pencegahan primer ini ditujukan sebelum masalah kesehatan
atau penyakit terjadi. Artinya, aktivitas ini dilakukan bagi orang–orang yang
selalu sehat untuk mempertahankan kesehatannya atau untuk mencegah
masalah kesehatan atau penyakit terjadi. Kegiatan ini misalnya imunisasi,
yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit tertentu. Imunisasi dapat
diberikan pada bayi, anak sekolah, termasuk imunisasi untuk orang dewasa.
b. Level 2 : Secondary prevention activities
Pada level ini pencegahan ditujukan untuk mendeteksi secara lebih
awal adanya masalah kesehatan atau penyakit yang dialami oleh seseorang.
Jadi level dilakukan pada orang yang sakit , tetapi belum diketahui apa
penyakitnya, sehingga perlu dideteksi atau didiagnosa. Selanjutnya apabila
ditemukan adanya masalah kesehatan maka langkah selanjutnya adalah
memberikan treatment atau tindakan atau terapi untuk mengatasi masalah
kesehatan atau penyakit yang telah teridentifikasi tersebut. Kegiatan ini
dikenal dengan early detection and intervention. Misalnya :screening for
sexually transmitted disease.
c. Level 3 : Tertiary prevention activities
Pencegahan ini merupakan pencegahan yang dilakukan saat masalah
kesehatan telah selesai, dengan tujuan mencegah komplikasi serta
meminimalkan ketunadayaan (disability limitation) dan memaksimalkan
fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan
kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi individu yang memiliki
masalah kesehatan, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Bentuk intervensi kegiatan keperawatan komunitas dapat dilakukan
melalui kegiatan observasi, pemberian terapi modalitas (modality therapies),
dan terapi pelengkap (complementary therapies). Terapi pelengkap juga
dapat digunakan untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, yang
dapat dilakukan oleh perawat komunitas di berbagai tatanan, misalnya saat
kunjungan rumah untuk mengatasi masalah kesehatan. Penggunaan terapi
modalitas dan terapi pelengkap dilakukan berdasarkan peran dan fungsi
perawat komunitas terutama saat memberi layanan langsung kepada
keluarga, kelompok dan masyarakat.

4. Paradigma Keperawatan Komunitas.


Paradigma atau falsafah keperawatan komuntasi meliputi (Achjar, 2013):
a. Manusia
Manusia merupakan klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas) pada
wilayah tertentu yang memiliki nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama
dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Manusia merupakan klien dengan
perhatian khusus pada kasus risiko tinggi dan daerah terpencil, konflik,
rawan, serta kumuh.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi
klien, termasuk biopsikososiokultural-spiritual.
c. Keperawatan
Paradigma keperawatan adalah tindakan keperawatan yang bertujuan
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas untuk
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier.
d. Kesehatan
Sehat merupakan kondisi terbebas dari masalah pemenuhan kebutuhan
dasar komunitas atau merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak keberhasilan mengatasi stressor.

5. Tujuan Keperawatan Komunitas


Adapun tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a. Pelayanan kesehatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok dalam konteks komunitas.
b. Pelatihan langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah dan isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat.

6. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi (Keluarga dan
penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).
Menurut Anderson (1988), sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkatan yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawatan memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya DM, ibu hamil, menyusui
dan lain – lain yang dijumpai dipoliklinik, puskesmas, dengan sasaran dan
pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana angota keluarga yang bermasalah
dalam hal kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur
sejauhmana telah terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan, memberikan keperawatan kepada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang sehat, memanfaatkan sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan upaya kesehatan keluarga.
c. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga, dilihat
sebagai suatu keperawtan komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok
berisiko atau masyarakat wilayah binaan denga memandang komunitas
sebagai klien.
Untuk memahami konsep keperawatan komunitas perlu dipahami juga
mengenai model konseptual keperawatan komunitas. Model konseptual adalah
sintesa beberapa konsep dan teori yang terintegrasi dalam satu kesatuan yang
menjadi lingkup keperawatan (Anderson, Farley, 1988).
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah satu teori
keperawatan yang dapat mengacu untuk mengembangkan model keperawatan
adalah teori dari Betty Newman ( 1992 ) yang menekankan pendekatan total
untuk mengatasi masalah kesehatan. Model dari Newman pada dasarnya
mengandung esensi utama yaitu pengaruh lingkungan, masalah kesehatan yang
timbul tergantung pada besarnya stressor dan derajat reaksi, pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
Model Health Care Sistem Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka yaitu klien dari lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan perilaku individu,
keluarga, kelompok dan komunitas dengan penekanan pada bagaimana
interaksi masing – masing komponen yang ada di komunitas memengaruhi
keseluruhan komunitas atau sebaliknya (Achjar, 2013).
Sistem Newman didasari oleh sistim dimana terdiri dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitasyang merupakan derajat pelayanan
kesehatan dimana lingkungan internal dan eksternal sangat mempengaruhi
derajat kesehatan komunitas. Pengaruh lingkungan tersbut tergantung besarnya
stressor dan derajat kesehatan masyarakat. Keshatan masyarakat ditentukan
pleh hasil interaksi dinamis antara lingkungan dan komunitas serta tenaga
kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan
tersier.
Untuk lebih jelasnya, fokus keperawatan komunitas adalah upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya preventif keperawatan komunitas ditujukan pada tiga level pencegahan
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Mengacu pada upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yang
menggunakan pelayanan kesehatan utama dengan penekanan pada peran serta
masyarakat, maka ilmu keperawatan komunitas sangat relevan dengan upaya
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional.

B. KONSEP DASAR REMAJA


1. Pengertian Remaja
Kata adolescenceatau remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yangberarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis masa
remaja merupakan masa yang mana seseorang atau individu berperan dengan
masyarakat dewasa, karena pada masa ini anak sudah tidak dalam tingkatan
yang sama, salah satunya mengenai hak dari anak tersebut (Hurlock, 2012).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja akan mengalami berbagai perubahan, perubahan yang dialami oleh
remaja meliputi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik dapat dilihat dari
perkembangan dan perubahan bentuk tubuhnya, sedangkan perubahan psikis
terlihat pada sikap dan perilaku.Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dari
lingkungan sosial baik orang tua maupun lingkungan sekolah (Novitasari,
2009).
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa yang mana akan mengalami perubahan-perubahan dalam
maupun luar yang menyebabkan masa remaja tidak sama lagi dengan masa
naak-anak. Perubahan yang dapat terjadi perubahan penampilan maupun
perilaku yang dapat menunjang kehidupan dari remaja.
2. Klasifikasi Remaja
Klasifikasi remaja menurut WHO dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mulai berfokus pada pengambilan keputusan
baik keputusan di dalam rumah maupun luar rumah seperti
disekolah.Remaja sudah mulai menunjukan bahwa dirinya mampu berfikir
logis sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat
maupun disekolah. Remaja sudah mampu menentukan bagaimana cara
membuat dirinya menarik, memilih kelompok bergaul, dan menjadi pribadi
seperti yang ia sukai atau inginkan.
b. Masa remaja menengah (14-16 tahun)
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi individu terhadap kelompok
bergaulnya, sehingga ketergantungan remaja berkurang dengan keluarganya
dan terjadi rasa ingin tahu yang tinggi terutama mengenai seksual. Dengan
menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih matang, pada masa ini
remaja sering mengajukan pertanyanaan, menganalisis lebih luas dan
menyeluruh, dan bagaimana mengembangkan tentang identitas dirinya.
Pada masa ini remaja sudah mulai memikirkan masa depan, tujuan dan dapat
menyusun rencana sendiri.
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Pada tahap ini remaja remaja lebih berfokus pada rencana yang akan datang
dan meningkatkan pergaulan hidupnya. Dalam masa remaja akhir, proses
berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri dari masalah-
masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karier atau bekerja, serta
berfikir mengenai menjadi peran orang dewasa di masyarakat.
3. Ciri-ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama masa
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yeng membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri masa remaja menurut
Hurlock (2012) antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun tingkat
kepentingannya berbeda-beda.Terdapat beberapa periode yang lebih penting
daripada beberapa periode lainnya.Hal ini karena akibat langsung dari sikap
dan perilaku remaja.Mengingat perkembangan fisik dan mental yang cepat
terutama pada awal masa remaja.Semua perkembangan tersebut
menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya pembentukan
sikap, nilai, dan minat yang baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan merupakan sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke
tahap berikutnya.Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, otomatis anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan.Hal ini berarti remaja harus mempelajari pola
perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah
ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi sangat pesat
maka akan terjadi perubahan perilaku yang sangat pesat juga, begitu pula
sebaliknya. Perubahan yang mempengaruhi yaitu perubahan emosi,
perubahan tubuh, peran, dan minat yang diharapkan oleh kelompok sosial,
perubahan nilai-nilai, remaja bersikap ambivalen dalam setiap perubahan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi
anak dibandingkan individualitas. Dapat dilihat dari perilaku, cara
berpakaian, cara berbicara remaja ingin lebih cepat mengikuti kelompoknya.
Pada tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih
tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan.seiring berjalannya
waktu mereka akan mendambakan identitas baru dan tidak puas lagi jika
sama dengan teman-temannya. Identitas diri yang dicari oleh remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada usia remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
laki-laki maupun perempuan. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi
masalahnya sendiri, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaian masalah tidak selalu dengan harapan.Banyak kegagalan yang
seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan
individu tetapi karena kenyataan bahwa pada saat semua tenaganya telah
habis untuk mencoba mengatasi masalah.
f. Masa remaja sebagai masa menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, tidak dapat dipercaya, dan cenderung berprilaku merusak.Hal ini
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja karena takut tidak bertanggung jawab dan tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia ingnkan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak
realistik ini, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi teman dan
keluarganya.Hal ini menyebabkan meningginya emosi yang menjadi ciri
awal dari masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil dalam mencapai tujuan.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, remaja menjadi
gelisah uuntuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa
tidak cukup, oleh karena itu remaja mulai memutuskan diri pada perilaku
yang dilakukan oleh orang dewasa seperti merokok, minuman beralkohol,
menggunakan obat terlarang, dan melakukan hubungan seksual.

4. Tumbuh Kembang Remaja


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang sangat terkait,
berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan
merupakan suatu proses yang mana perubahan-perubahan di dalam diri remaja
akan diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja dapat berespon dengan
baik dalam menghadapi pengaruh rangsangan-rangsangan dari pengaruh luar.
Tumbuh kembang remaja yang paling menonjol adalah adanya perubahan fisik,
alat reproduksi, kognitif, dan psikososial (Kesehatan Remaja: Problem dan
Solusinya, 2010).
a. Perubahan fisik dan psikis
Perubahan fisik dan psikis disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal.Hormonal dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh
susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus.Adapun hormone yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu hormon pertumbuhan
(growth hormone), hormon ganadotropik (ganadotropic hormone), estrogen,
progesteron, dan testosteron.
b. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama satu tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan rata-
rata meningkat 3,5-4,1 inci (Steinbereg dalam buku Kesehatan Remaja:
Problem dan solusinya, 2010). Berat badan juga cenderung meningkat
karena adanmya perubahan otot-otot pada laki-laki dan penambahan lemak
pada perempuan.
c. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang
mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen pada
laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik yang sekunder dapat
dilihat dari pertumbuhan rambut pada pubis, ketiak, dan mmeningkatnya
aktivitas kelenjar sehingga kemungkinan dapat menimbulkan
jerawat.Terdapat pula perbedaan yang menonjol pada laki-laki yaitu
pertumbuhan jenggot dan kumis, pertumbuhan ukuran penis, pembesaran
skrotum, perubahan suara, sedangkan pada perempuan ditandai dengan
menarche atau menstruasi pertama kali, bertambahnya ukuran payudara.
d. Perubahan bentuk tubuh
Perubahan bentuk tubuh terjadi pada laki-laki maupun perempuan.Pada laki-
laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang membidang,
serta jakun lebih menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada
perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta puting susu
yang lebih terlihat dan menonjol.
e. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya berkembang
sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan pengendalian emosi dan
mental masih belum stabil.
f. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap. Keempat tahap tersebut
selalu terjadi dalam urutan yang sama. Tahap-tahapan tersebut adalah:
1) Tahap sensorimotor
Tahap sensorimotor berlangsung dari kelahiran hingga bayi berusia kira-
kira dua tahun.Pada tahap ini bayi mampu mengorganisasi dan
mengoordinasika sensasi melalui gerakan dan tindakan fisik.Bayi mampu
menerima rangsangan terhadap alat indranya dan secara aktif memberikan
respon terhadap rangsangan tersebut melalui gerakan-gerakan reflex.
2) Tahap paraoperasional
Tahap paraoperasional (toddlerhood dan anak usia dini) berlangsung
ketika anak-anak berusia 2-7 tahun. Pada fase ini terjadi pembentukan
konsep yang stabil, penalaran mental, egosentrisme, serta terbentuknya
suatu keyakinan terhadap hal magis.Pada fase ini juga menunjukan
penggunaan simbol-simbol, bahasa yang matur, memori dan imajinasi
walaupun dilakukan dalam berpikir secara non-logis.
3) Tahap operasional konkret
Tahap operasional konkret terjadi ketika anak memasuki usia sekolah
(sekolah dasar atau SD) sampai awal masa remaja. Intelegensia yang
ditunjukan secara logis dan sistematis, serta manipulasi simbol-simbol
yang terkait dengan benda. Dalam upaya memahami alam sekitar mereka
tidak lagi mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indranya,
hal ini disebabkan karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya, baik yang bersifat sementara dengan yang bersifat
menetap.
4) Tahap operasional firmal
Pada tahap ini terjadi pada usia remaja dan dewasa pada tahap ini
seseorang sudah mulai berpikir abstrak dan hipotesis, dalam artian
seseorang sudah mampu memikirkan yang akan dan mungkin terjadi.
Disamping itu, seseroang atau remaja juga sudah mampu berpikir secara
sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan
masalah.
g. Perkembangan psikososial
Masa remaja juga sebagai masa transisi emosional, yang ditandai dengan
perubahan cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa intelektual
dan kognitif juga mengalami perubahan yaitu dengan merasa lebih percaya
diri dengan menganggap dirinya lebih dari orang lain.Transisi sosial yang
dialami oleh remaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial.
Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja
meningkatnya waktu lebih banyak untuk berhubungan dengan rekan-rekan
mereka, serta lebih dominan akrab dengan lawan jenis. Adapun tahap-tahap
perkembangan psikososial pada remaja sebagai berikut:
1) Kepercayaan (trust) versus ketidak percayaan (mistrust)
Tahap ini terjadi dalam 1-2 tahun awal masa kehidupan.Anak belajar
untuk percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak akan
merasa bingung dan tidak percaya sehingga dibutuhkan kualitas interaksi
antara orang tua dan anak.
2) Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
Bagi remaja membangun rasa otonomi merupakan bagian dari transisi
emosional.Selama masa remaja terjadi perubahan ketergantungan.
Membahas ketergantungan remaja tidak lagi bergantung pada orang
tuanya dan tidak semua yang remaja alami akan diveritakan kepada orang
tuanya.
3) Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)
Tahap perkembangan sosial ini terjadi pada usia pra-sekolah dan awal
usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk memperluas
kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama dengan orang lain,
dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukakan.
4) Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)
Pada tahap ini terjadi persaingan di kelompok.Anak menggunakan
pengalaman kognitif menjadi lebih produktif dalam kelompoknya. Masa
ini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal, anak
mulai terasah rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif, serta
termotivasi untuk belajar lebih tekun.
5) Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion)
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab
pertanyaan. Mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan system
nilai yang ada. Namun demikian sering juga terjadi penyimpangan
identitas seperti melakukan kejahatan. Pada usia remaja identitas seksual
baik laki-laki maupun perempuan dibangun, dan secara bertahap
mengembangkan cita-cita yang ia inginkan.

5. Tugas Perkembangan Remaja


Hurlock Edisi 5 (2012) dalam Uut Triwiyarto tahun 2015 mengatakan,
tugas perkembangan remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola
perilaku remaja. Mengetahui pentingnya perkembangan masa remaja untuk
mempersiapkan diri remaja menuju masa dewasa nantinya. Tugas
perkembangan remaja juga berisisikan tentang perubahan yang harus dilakukan
oleh remaja tujuannya untuk menghindari terjadinya masalah pada remaja.
Adapun delapan tugas perkembangan remaja sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-
laki maupun perempuan
Terjalinnya hubungan pertemanan dengan lawan jenis, maka remaja dapat
belajar dengan keterampilan sosial sebagai orang dewasa. Hal ini
menyebabkan pada saat usia mereka bertambah tua mereka akan lebih
terampil dan siap untuk terjun pada lingkungan yang lebih luas.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
Remaja dapat menerima dan belajar mengenai peran sosial yang dibenarkan
dalam lingkungan dewasa.
c. Menerima perubahan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Pada remaja perubahan internal maupun ekternal terjadi secara
pararel.Diharapkan dengan adanya perubahan ini remaja dapat memiliki
toleransi terhadap fisiknya, serta dapat menggunakan serta memelihara fisik
dengan efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Remaja belajar untuk menggabungkan diri dengan masyarakat, remaja harus
memiliki rasa tanggung jawab dari setiap perilakunya.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Sedikit demi sedikit remaja harus bisa tidak lagi bergantung dengan orang
tua.Mereka harus bisa mengembangkan afeksi tanpa bergantung pada
mereka untuk mengembangkan rasa hormat dengan orang dewasa tanpa
ketergantungan.
f. Mempersiapkan karier dan ekonomi
Remaja dapat mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha dengan
berbagai cara untuk mencapai karir untuk masa depan.
g. Mempersiapkan pernikahan dan berkeluarga
Remaja sudah menunjukan perbedaan dalam sikap positif terhadap
kehidupan keluarga, baik laki-laki maupun perempuan.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berprilaku mengembangkan ideologi
Remaja harus memperoleh nilai dan sistem etis dengan meningkatkan
pendidikan yang tujuannya untuk membentuk karakter dan mengembangkan
ideologi individu.

6. Masalah-masalah yang Terjadi pada Remaja


a. Faktor masalah pada remaja
Mengingat masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, Masa remaja ini merupakan masa yang sulit bagi remaja
maupun orang tuanya. Sidik Jatmika (dalam Khamim Zarkasih Putro, 2017)
mengatakan kesulitan pada remaja terjadi karena fenomena remaja itu
sendiri dengan beberapa perilaku khusus yaitu:
1) Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan hak-haknya untuk
mengemukakan pendapat sendiri. Hal ini sangat mengkhawatirkan,
karena dapat menciptakan ketegangan, perselisihan, dan dapat
menjauhkan remaja dari keluargnya.
2) Remaja lebih mudah dapat terpengaruh oleh lingkungan dan teman-teman
sebayanya. Ini menandakan pengaruh orag tua semakin lemah jika anak
sudah menginjak usia remaja. Remaja berprilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan
kesenangan di dalam keluarganya.
3) Remaja mengalami perubahan dan perkembangan fisik, termasuk dalam
seksualitas pada remaja yang mengalami perubahan. Perasaan seksual
yang muncul dadap menyebabkan ketakutan, membingungkan, dan
terkadang menjadi sumber masalah dan frustasi.
4) Remaja menjadi sering terlalu percaya diri (over confidence). Hal ini
berhubungan dengan emosi remaja yang tidak stabil mengakibatkan susah
dalam menerima nasihat dari orang lain termasuk orang tua.
b. Masalah Remaja yang Dapat Timbul Sebagai Berikut (WHO, 2015)
1) Perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat terlarang
Perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat terlarang masih
menjadi masalah remaja di Indonesia.Masalah ini diketahui memiliki
kaitan erat dengan kejahatan, pengangguran, kesehatan, masalah
ekonomi, dan hubungan sosial.
2) Konsumsi makanan (status gizi)
Sebagian besar jajanan anak usia remaja tidak memenuhi syarat gizi.
Kualitas makanan atau jajanan yang tidak memenuhi standar gizi
termasuk sanitasi, dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker
dan penyakit degenerative lainnya.Masalah mengenai gizi pada remaja
yaitu gizi kurang dan obesitas pada remaja.
3) Kesehatan reproduksi
Dalam kesehatan reproduksi remaja dapat dipengaruhi akibat dari
pengetahuan diri sendiri maupun orang tua, guru sekolah yang kurang
mengenai perkembangan reproduksi remaja, perubahan psikologis dan
emosional remaja, penyakit menular seksual, dan abortus.
4) Gangguan kesehatan jiwa
Gangguan kesehatan jiwa yang dapat terjadi pada remaja adalah gagap,
neurosis fungsional, gangguan tidur, gangguan tingkah laku agresif tidak
berkelompok, kecemasan, retradasi mental, dan lainnya yang dapat
timbul.
5) Masalah lainnya
Kenakalan pada remaja lainnya antara lain mengendarai kendaraan
bermotor dengan kecepatan tinggi, cedera akibat jatuh dan kecelakaan
transportasi, dan luka akibat benda tajam maupun tumpul.

C. KONSEP DASAR PENGETAHUAN


1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012 dalam Faot, 2019).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (Word
Health Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, 2010 dalam Faot
2019)
2. Tingkat Pengetahuan
pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat,
yaitu (Notoatmodjo, 2012 dalam Mursit dan Rahmawati, 2018).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contohnya dapat menyebutkan tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut dengan
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau suatu objek sebagai komponen-komponen, tetapi
masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat meggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori ata rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak
yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi
terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan suatu sebab-sebab
mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) dalam Mursit dan Rahmawati (2018) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu.
a. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Menurut WHO, tingkat kedewasaan dibagi menjadi menjadi:
1) 0-14 tahun : bayi dan anak-anak
2) 15-49 : orang muda dan dewasa
3) 50 tahun ke atas : orang tua
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa
awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41
sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Klasifikasi Remaja menurut
WHO dibagi menjadi tiga, yaitu masa remaja awal usia 10-13 tahun, masa
remaja menengah usia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir usia 17-19
tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang tidak
dapat dipisahkan dari sistem organisasi. Adanya pegawai yang baru dan
yang akan menempati posisi baru, mendorong pihak kepegawaian senantiasa
menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka pengetahuannya semakin luas atau baik, selain
itu semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah orang tersebut
menerima informasi.
c. Media massa/sumber informasi
Media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa
seperti radio, televisi, surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru terbentuknya pengetahuan landasan
kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
d. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Sudarno dalam Salim menekankan
pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari
hubunganhubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-
pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi
sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada
suatu masyarakat pada waktu tertentu. Kebudayaan merupakan hasil karya,
rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu masyarakat yang menghasilkan
tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada keperluan
masyarakat. Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan
(kondisi geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi
budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help
seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia.
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan fisik yang dimaksud
adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat mempengaruhi
perubahan status kesehatan seperti adanya daerah-daerah wabah, lingkungan
kotor, dan lain-lain. Lingkungan biologis merupakan lingkungan yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur biologis atau makhluk hidup. Lingkungan
sosial dan kultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan status
kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan
sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
f. Pengalaman
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam mengintepretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi. Pengalaman merupakan hal yang tak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat
berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada
siapa saja untuk dugunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran
manusia.

4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat tersebut. Menurut Arikunto (2010)
dalam Mursit dan Rahmawati (2018) penentuan tingkat pengetahuan
responden dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang, kriterianya
seperti berikut.
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh
pertanyaan
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh
pertanyaan
c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh
pertanyaan

D. KONSEP DASAR SIKAP


1. Pengertian Sikap
Menurut Berkowitz dalam Azwar, sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek berupa perasaan mendukung atau memihak (favorable) dan perasan
tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable) pada objek tersebut.
Menurut Middlebrook dalam Azwar (2013), menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen, sebagai berikut:
a. Kognitif (kepercayaan atau beliefs)
b. Afektif (perasaan yang menyangkut aspek emosional)
c. Konatif (kecenderungan untuk bertindak/berperilaku)
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini),
terutama apabila menyangkut masalah issue atau problem yang kontraversial.
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional menjadi akar yang paling
bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak dan
untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Model Studi Yale
mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses yang digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk lisan) guna
mengubah perilaku orang lain. Efek suatu komunikasi itu diperhatikan,
dipahami, dan diterima.

Stimulus

Perhatian Respon
Pengalaman (perubahan sikap)
Penerimaan
Gambar 2.1 Langkah-langkah perunahan sikap menurut model Hovlad Janis&Kelley
2. Tingkatan sikap
Sikap terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap


Sikap sosial tersebut dari adanya interaksi sosial yang dialamai oleh
individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di
antara individu yang satu dengan yang lain. Terjadi hubungan timbal balik yang
turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota
masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap sikap antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Individu sebagai
orang yang menerima pengalaman, orang yang melakukan tanggapan,
biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari
pengalaman-pengalaman terdahulu yang relevan.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seorang yang dianggap penting, diharapkan persetujuannya, yang tidak ingin
dikecewakan dan berarti dapat mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.
Individu cenderung untuk cenderung memilih sikap yang konformis atau
searah dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
motivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menambahkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap kita terhadap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang membentuk corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian
individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pengalaman sikap individual.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau alat komunikasi lainnya,
berita faktual yang seharusnya disampaikan disampaikan secara objektif
seringkali dimasuki unsur subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja
maupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca,
sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur
subjektif itu terbentuklah sikap.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman yang baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-
ajaran. Sehingga, lembaga pendidikan dan agama ikut berperan dalam
pembentukan sikap individu.

4. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia
adalah masalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna
mengungkap sikap manusia dan memberikan interetasi yang valid. Beberapa
metode pengungkapan sikap yag secara historik telah dilakukan adalah:
a. Observasi perilaku
Sikap dapat ditafsirkan dari betuk perilaku yang tampak. Sikap seseorang
terhadap sesuatu dapat dilihat berdasarkan perilakunya, sebab perilaku
merupakan salah satu indikator sikap individu. Perilaku yang diamati
mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional
tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya
didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh
seseorang.
b. Penanyaan langsung
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna mengungkap
sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling
tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan
bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
Cara pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung mempunyai
keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan
ukuran yang valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan
kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
c. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung
(dirrect assesment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan
menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Salah
satu bentuk pengungkapan langsung menggunakan item ganda adalah teknik
diferensiasi semantik. Teknik diferensiasi semantik dirancang untuk
mengungkapkan efek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu objek
sikap.
d. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan
daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut
sebagai skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada
setiap pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan
intensitas sikap seseorang. Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap
responden relatif lebih negatf atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T
adalah nilai standar skala likert Sikap responden relatif lebih positif jika nilai
T>mean T sedangkan pada sikap relatif negatif jika T≤ mean T. Adapun T
dihitung menggunakan rumus:
x−X
T = 50 + 10
S

Keterangan:
x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor
X = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
e. Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (covert measures) sebenarnya berorientasi
kembali ke metode observasi perilaku, akan tetapi objek pengamatan bukan
lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja dilakukan seseorang
melainkan reaksi reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang
yang bersangkutan.
Menurut Mursit dan Rahmawati (2018) menyatakan bahwa cara-cara yang
dapat dipakai untuk mengukur sikap antara lain:
1. Metode langsung adalah metode dimana orang secara langsung diminta
pendapat atau tanggapannya mengenai objek tertentu, biasanya
disampaikan secara lisan pada waktu wawancara.
2. Metode tak langsung, orang dimintai supaya menyatakan dirinya
mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secar tidak langsung,
misalnya menggunakan tes psikologi.
3. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang menggunakan skala
sikap yan dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip
tertentu, seperti metode Likert, Thurtone, atau Guttman.
4. Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar pertanyaan
biasanya untuk penelitian bibilografi atau karangan.

E. KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI


1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut International Conference Population and Development (ICPD)
tahun 1994 di Kairo, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses, reproduksi. Ruang
lingkup pelayanan kesehatan reproduksi terdiri dari kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas,
kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta
kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan
sebagainya.
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), pendidikan kesehatan reproduksi adalah sebuah
pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai dengan usia,
peka budaya dan komprehensif yang mencakup program yang memuat
informasi ilmiah akurat, realistis dan tidak bersifat menghakimi. Pendidikan
kesehatan reproduksi yang komprehensif memberikan kesempatan bagi remaja
untuk megeksplorasi nilai-nilai dan sikap diri serta melatih kemampuan
pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan penekanan resiko di
semua aspek seksualitas. Menurut Notoatmodjo pengetahuan kesehatan
reproduksi meliputi:
a. Pertumbuhan dan perkembangan seksual
Pada hakekatnya peran seksual merupakan bagian dari peran sosial
sehingga masalah seksual remaja tidak jarang mencemaskan orang tua, guru,
pejabat pemerintah, atau para ahli yang terkait. Karena seringnya perilaku
seksual remaja menimbulkan masalah yang pelik dan situasi yang tidak
menguntungkan, karena remaja berada pada periode peralihan atau masa
dalam transisi dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan. Dengan
demikian dibutuhkan sikap bijaksana dari orang tua serta pihak lain, agar
remaja dapat melewati masa transisi dengan selamat.
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa bukan
hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan fisik yang
terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,
sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul akibat perubahan fisik
itu. Diantara perubahan fisik itu, yang paling besar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Secara
lengkap perubahan fisik tersebut sebagai berikut:
1) Pada anak perempuan
a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan
menjadi panjang)
b) Pertumbuhan payudara
c) Tumbuh bulu halus di kemaluan
d) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal
e) Bulu kemaluan menjadi keriting
f) Haid
g) Tumbuh bulu ketiak
2) Pada anak laki-laki
a) Pertumbuhan tulang-tulang
b) Testis (buah pelir) membesar
c) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelaa
d) Awal perubahan suara
e) Ejakulasi
f) Bulu kemaluan menjadi keriting
g) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya
h) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah
i) Tumbuh bulu ketiak
j) Akhir perubahan suara
k) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap
l) Tumbuh bulu di dada
b. Anatomi Alat Reproduksi Manusia
1) Alat reproduksi pria
a) Penis
Terdiri dari jaringan yang lentur dan pembuluh darah, struktur
anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat
membesarkan menegangkan penis. Saat penis membesar maka aliran
darah ekstra akan mengalir ke penis, sehingga penis menjadi tebal,
panjang dan menegang (ereksi). Keadaan ini dapat terjadi bila
terangsang secara seksual. Penis berfungsi sebagai deposit sperma
dalam hubungan seksual sehingga sperma dapat ditampung dalam
liang senggama. Selain fungsinya sebagai alat dalam hubungan seks
juga sebagai alat untuk mengeluarkan urin.
b) Testis
Disebut juga buah zakar, merupakan dua organ bulat kanan dan kiri,
lunak seperti karet berada dalam skrotum yang longgar dan
menggantung. Fungi testis untuk membentuk hormon pria dan
spermatozoa, kemudian disimpan pada saluran testis. Sedang fungsi
skrotum yang longgar untuk mengatur suhu lingkungan testis relatif
tetap. Saat anak laik-laki memasuki usia remaja 10-20 juta setiap
bulan.
c) Epididimis
Merupakan kumparan saluran panjang sekitar 45-50 cm, terletak di
lubang masing-masing testis, sebagai tempat tumbuh dan kembangnya
spermatozoa sehingga sehingga siap untuk melakukan pembuahan.
d) Vas everens (duktus sperma)
Yaitu saluran lentur sebagai lanjutan dari epididimis yang dapat diraba
dari luar, otot-otot dalam duktus ini memilih dinding saluran sehingga
menyempit dan dapat menekan sperma keluar.
e) Kelenjar prostat
Kelenjar berbentuk cincin tempat duktus sperma bertemu dengan
saluran kemih dan membentuk cairan yang akan bersama-sama keluar
saat ejakulasi dalam hubungan seksual, dan berfungsi membentuk
cairan pendukung sperma.
2) Alat reproduksi wanita
a) Alat kelamin luar: mons veneris menonjol di bagian depan menutup
tulang kemaluan, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, pada
vestibulum terdapat muara vagina, saluran kencing, kelenjar bartholini,
dan skene. Himen (selaput dara), selaput tipis yang menutupi sebagian
lubang vagina.
b) Alat kelamin dalam
1. Vagina adalah saluran yang menghubungakan rahim dengan
lingkungan luar. Ukuran dinding depan 9 cm dan dinding belakang
11 cm dan tidak menpunyai kelenjar. Fungsi vagina sebagai sarana
hubugan seksual, jalan lahir, dan mengalirkan lendir atau darah
menstruasi.
2. Rahim adalah suatu organ berbentuk seperti buah pir dan ruangnya
berbentuk segitiga, berat sekitar 30 gram. Otot rahim mempunyai
kemampuan untuk tumbuh kembang dalam memelihara dan
mempertahankan kehamilan serta kemampuan mendorong janin
keluar dengan jalan berkontraksi.
3. Tuba fallopi (saluran sel telur) berfungsi sebagai saluran sperma
dan ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), saluran dan
tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri (implantasi) pada endometrium.
4. Indung telur (ovarium) terletak antara rahim dan dinding panggul.
Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang utama dalam
mengatur proses menstruasi. Setiap bulan ovarium mengeluarkan
sel telur (ovum)silih berganti kanan dan kiri, sehingga wanita
mengalami masa subur.
c. Proses Terjadinya Kehamilan
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasidan membentuk zygot. Proses konsepsi berlangsung sebagai
berikut:
1) Ovum (sel telur) yang dilepas saat ovulasi mengandung persediaan
nutrisi. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metasfase ditengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
2) Ovum disapu oleh fimbria tuba dan masuk ke pars ampularis tuba.
Ovumsiap dibuahi jika ada sel sperma yang masuk melaui kanalis
servikalis. Sperma akan membuahi ovum dan kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zygot.
3) Proses terjadinya nidasi atau implantasi, zygot mampu membelah dirinya
bersamaan dengan pembelahan inti. Hasil konsepsi terus berjalan menuju
terus, kemudian berimplantasi pada bagian fundus uteri. Terjadinya nidasi
mendorong sel blastula membentuk yolk salk dan plasenta. Zygot terus
berkembang membentuk janin.
d. Penyakit menular seksual
1) Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melaui
hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan
hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal, bila tidak diobati dapat terjadi kemandulan, kebutaan pada
bayi yang baru lahir bahkan kematian.
2) Tanda dan gejala PMS
a) Pada laki-laki: bintil-bintil berisi cairan, lecet atau bocor pada penis
alat kelamin, luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat
kelamin, tumbuh daging seperti jengger ayam, rasa gatal yang hebat
sepanjang alat kelamin, rasa sakit saat kencing, kencing darah atau
nanah yang berbau busuk, bengkak dan nyeri pada pangkal paha.
b) Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga seringkali tidak
disadari, jika ada gejalanya antara lain nyeri saat kencing atau
berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah. Pengeluaran
lendir pada vagina, keputihan yang berbusa kehijauan, bau busuk dan
gatal, timbul bercak darah setelah seksual, lecet pada alat kelamin.
3) Jenis PMS
Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis
(raja singa), herpes kelamin, klamidia, tricomoniasis, kandidiasis vagina
dan HIV/AIDS.
4) Cara menghindari PMS
Bagi remaja yang belum pernah menikah, cara yang ampuh adalah tidak
melakukan hubungan seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah
menikah, hindari seksual yang tidak aman berisiko, selalu menggunakan
kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat
kelamin.
e. HIV/AIDS
Aquired Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah
virus HIV (Human Immunodefficiency Virus). HIV/AISD termasuk dalam
PMS karena salah satu penularannya adalah melalui hubungan seksual.
Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang
yang terinfeksi virus HIV, menerima tranfusi darah yang tercemar HIV atau
ibu hamil yang terkena infeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya. Di
Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual
yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
f. Aborsi
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin mencapai
umur 22 minggu atu bila dengan mengambil batasan berat badan adalah
sebelum janin mencapai 500 gram. Berdasarkan cara terjadinya abortus
dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1) Abortus spontan (Spontantaeous abortion) yaitu abortus yang terjadi
dengan sendirinya tanpa adanya intervensi. Pada dasarnya abortus
spontan dapat dibagi menjadi beberapa type yaitu:
a) Abortus imminens, bila terjadi perdarahan pada hamil muda. Kejadian
ini dapat disertai dengan rasa sakit atau hanya sekedar sakit pinggang.
b) Abortus insipiens, perdarahan tidak bisa dipertertahankan bila telah
terjadi pembukaan pada serviks disertai dengan pecahnya ketuban.
Abortus ini disertai rasa sakit dan demam.
c) Abortus inkompletus, hasil kehamilan masih ada yang tertinggal dalam
rahim sehingga dapat terjadi perdarahan terus menerus
2) Abortus provokatus adalah abortus yang dilakukan karena dibuat atau
disengaja. Cara melakukan praktik abortus provokatus tergantung siapa
yang melakukan. Pada dasarnya abortus provokatus terdiri dari dua
macam yaitu:
a) Abortus provokatus medisinalis adalah yang dilakukan atas indikasi
medis, sebagai upaya utuk terapi penyakit tertentu baik yang
menyangkut ibu ataupun janin.
b) Abortus provokatus kriminalis adalah yang dilakukan bukan atas
indikasi medis. Pada umumnya alasan yang melakukan aborsi ini
adalah kehamilan yang tidak diinginkan baik karena kehamilan diluar
nikah maupun kegagalan KB atau sebab lainnya.

F. COVID-19
1. Menurut WHO, 2019 Pengertian Virus Corona
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang
lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona yang paling baru
ditemukan menyebabkan penyakit coronavirus COVID19.
2. Pengertian COVID-19
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang
paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum
wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. COVID-19 sekarang
menjadi pandemi yang menyerang banyak negara secara global.
3. Gejala dari COVID-19
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan
kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi
beberapa pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau, atau ruam
pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala ini
biasanya ringan dan mulai secara bertahap. Beberapa orang menjadi
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala yang sangat ringan.
4. Bagaimana Penyebaran Dari COVID-19
Orang dapat terkena COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus.
Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung
atau mulut yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19 batuk, bersin
atau berbicara. Orangorang dapat terkena COVID-19 jika mereka
menghirup tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus. Inilah
sebabnya mengapa penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang lain. Tetesan ini dapat mendarat di benda dan permukaan di sekitar
orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat
terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau
membersihkannya dengan alkohol.
5. Menurut (IFRC, 2020) Dalam wabah apa pun, wajar jika orang merasa
tertekan dan khawatir. Respons umum dari orang-orang yang terdampak
(baik secara langsung atau tidak) antara lain:
 Takut jatuh sakit dan meninggal
 Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular
saat dirawat
 Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi,
dan dikeluarkan dari pekerjaan
 Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan
penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau
dianggap berasal dari, tempat-tempat terdampak)
 Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut
kehilangan orang-orang terkasih karena virus yang menyebar
 Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan
karantina
 Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah,
penyandang disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi,
karena orang tuanya atau pengasuhnya dikarantina
 Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi

 Takut mengalami pengalaman wabah sebelumnya.

G. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,perbaiakan kondisi
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit
beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang mempunyai masalah
kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan(Word Health Organization, 1959).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah sebagai suatu lapangan khusus
dibidang keperawatan, dimana teknik keperawatan, keterampilan hubungan antar
manusia dan keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi
kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial
demi untuk memelihara kesehatan masyarakat(Freeman, 1961).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek
kesehatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk(American Nurses
Association, 1973).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah selain mencakup perawatan
kesehatan keluarga juga meliputi / memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan
sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang
lain(Word Health Organization, 1974).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah kesatuan yang unik dari preaktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pemgembangan
peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun
secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan
ini mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat(Freeman, 1981).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah generalis, mampu berfungsi
sebagai team dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu
berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan pada masyarakat tersebut(Chang, 1982).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari usaha kesehatan
pokok yang menjadi beban kesehatan puskesmas, yang melaksanakan perawatan
penderita, keluarga dan masyarakat, uhntuk menyembuhkan dan meningkatkan
kesehatan penderita, keluarga dan masyarakat sekitar melalui peningkatan
kapasitas masing – masing sehingga dapat mengatasi pelbagai masalah kesehatan
yang kesehatan yang dihadapi(Azwar, 1983).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh perawat, dengan mengikutserrtakan team kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga
dan masyarakat(Departemen Kesehatan R.I, 1986).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelyanan
promotif dan preventif secara berkesimnambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga,kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh,melalui
proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan(Rapat Kerja Keperawatan
Kesehatan Masyarakat ,1990).
Adapun konsep model asuhan kesehatan komunitas antara lain menurut
ANA (American Nursing Association, 1980) yaitu Perkesmas adalah suatu
sintesa dari praktek kesehatan masyarakat dan perawatan yang diterapkan untuk
meningkatkan memelihara kesehatan populasi. Sedangkan menurut APHA
(American Public Health Association) yaitu Perkesmas mensintesa body of
knowledgenya dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori-teori perawatan untuk
meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat.
Perawatan komunitas merupakan suatu bentuk merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
(keluarga dengan resiko tinggi ,daerah tertinggal,miskin dan tidak terjangkau).
Dalam upaya pencapaian upaya kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan perawatan dan
rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat dijangkau oleh masyarakat sebagai
mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan
Peran serta masyarakat dalam PKU mengandung pengertian masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif didalam seluruh proses,sejak
pengenalan masalah kesehatan sampai dengan penanggulangannya.Pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas ditujukan kepada masyarakat dan keluarga yang
merupakan subsistem komunitas dengan memperhatikan juga masalah individu
sebagai anggota keluarga. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas meliputi :
1. Pengkajian
Pada tahap ini, menurut Anderson dan Mc. Forlance (1985) meliputi :
demografi,populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh subsistem komunitas yang terdiri dari fisik, lingkungan
perumahan dan pendidikan, keselamatan dan transportasi, pelayanan
social,komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui
pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket wawancara dengan
tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah setempat. Setelah
dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa berat reaksi yang timbul
pada masyarakat tersebut.Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnosa keperawatan komunitas menurut Mueke (1987) dimana terdiri dari:
masalah kesehatan, karakteristik populasi dan karakteristik lingkungan.
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut (Achjar, 2013).
a. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari komponen
problem (P) saja, tanpa komponen etiologi.
b. Diagnosis ancaman (risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan
komunitas risiko terdiri atas problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign
(S).
c. Diagnosis aktual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di komunitas, yand didukung oleh beberapa data maladaptif.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri atas problem
(P), etiologi (E) dan symptom/sign (S).
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan,
prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya
mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi,
kemudahan dan kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang dihadapi
oleh masyarakat. (Achjar, 2013).
Penentuan prioritas masalah masalah keperawatan komunitas dapat
dilakukan melalui metode berikut.
a. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)
Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas
dipecahkan: diatasi : hidup bila
Masalah Total
1 Rendah 0 Tidak ada diatasi:
2 Sedang 1 Rendah 0 Tidak ada
3 Tinggi 2 Sedang 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang
Risiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadian
intertilitas
pada agregat
remaja.
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Tabel 2.1. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas dengan metode


paper and pencil tool

b. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


MASALAH
A B C D E F G H TOTAL
KEPERAWATAN
Risiko meningkatnya
kejadian infertilitas pada 2 3 2 5 2 3 2 2 21
agregat remaja
Kurangnya kebiasaan
3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal

Tabel 2.2. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas menurut Depkes RI.
2. Perencanaan
Tahap selanjutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan
komunitas adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahna tersier untuk memperkuat garis pertahanan resistan (Anderson &
McFarlane, 2000 dalam Achjar, 2013).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART
(S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai,
R=reality, T=time limited/punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan
secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan
disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat.
(Achjar, 2013).
3. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.
Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan,
kemitraan (partnership) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah
dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat
disebabkan oleh faktor eksternal seperti adanya undang-undang, situasi politik
dan kejadian kritis eksternal masyarakat (Achjar, 2013).
Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi program,
sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan
keperawatan komunitas, yang meliputi :
a. Latar belakang yang berisi komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan dan masalah keperawatan
komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini.
b. Proses keperawatan komunitas yang berisi diagnosis keperawatan
komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.
c. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan target
kegiatan, metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang
dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian
petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara.
d. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil dengan menyebutkan target presentasi pencapaian hasil
yang diinginkan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program
kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat
terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai (Patton, 1986
dalam Helvie, 1998) dalam Achjar (2013).
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang
efektivitas pengambil keputusan. Pengukuran efektivitas program dapat
dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program.
Pengukuran efektivitas program di komunitas dapat dlihat berdasarkan :
a. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan
cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas.
b. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dan
determinan kesehatan.
c. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur
tingkat keberhasilan keluarga dan masyarakat sebagai sumber informasi
dan sumber intervensi kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai