Askep Bunda
Askep Bunda
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Syukur Alhamdulillah saya panjatkan Puji dan Syukur yang sebesar
besarnya kepada Alloh karena rahmat, hidayah dan petunjuknyalah sehingga saya dapat
membuat tulisan ini
Adapun judul dari tulisan ini adalah Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada pasien
Endoscopy surgery.
Dalam tulisan ini saya mencoba mengambil salah satu tindakan yang menggunakan alat
Endoscopy/Laparoscopy, Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien yang dilakukan
tindakan operasi laparoscopy dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Laparoscopy Cholesistectomy
Membuat tulisan ini adalah untuk memberikan materi pada pelatihan Recent Advandced and
Challenges in Endoscopy Surgery bagi Perawat Kamar Bedah Indonesia
Saya sadar penulisan ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan diskusi
dengan seluruh peserta pelatihan.dan Materi ini semoga bermanfaat bagi penulis dan seluruh
peserta pelatihan Aamiin
Wasalam Penulis
Rahmat
PENDAHULUAN
Dewasa ini penyakit batu Empedu yang terbatas pada kantong empedu biasanya
asomptmatis dan menyerang 10 hingga 20 % populasi umum di dunia. Diagnosa biasanya
ditegakan melalui Ultrasonografi abdomen dan kira kira 20 % wanita 10 % laki laki laki laki
berusia 55 th s/d 65 tahun memiliki batu empedu Cholesistektomi diindikasikan pada pasien
simptomatis yang menderita penyakit batu empedu ( cholelitiasis ), Indikasi Laparoscopy
untuk tindakan cholesistectomi sama dengan indikasi open cholesistectomi karena tehnik
minimal Invasif memiliki aplikasi diagnosa dan therapi dibanayak pembedahan, bedah
Laparorcopy meningkat penggunaanya baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Tehnik laparoscopy atau minimal invasif menjadi trend bedah di masa depan, sekitar 70 – 80
% tindakan di negara negara maju akan menggunakan tehnik ini. Di Indonesia tehnik bedah
Laparoskopy di awal tahun 1990 an ketika dari Rumah Sakit Cedar Sinai Calipornia
mengadakan live demo di Rumah Sakit Husada jakarta. Selang setahun kemudian dr Ibrahim
Ahmadsyah dari Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo melakukan operasi
pengangkatan batu dan kantong empedu ( Laparoscopy Cholesistektomi ) yang pertama.
Sejak tahun 1997 ditetapkan laparoscopy Cholesistektomi menjadi prosedur baku untuk
penyakit penyakit kantong empedu, di beberapa Rumah Sakit besar di Jakarta dan beberapa
kota besar di Indonesia
TUJUAN:
2. Tujuan Khusus
LAPAROSCOPY
Laparoscopy adalah suatu prosedur pembedahan minimally invasif dengan memasukan gas
CO2 kedalam ringga peritonium untuk membuat ruang antara dinding depan perut dan orgab
visera, sehingga memberi akses endoskopi ke dalam peritonium, Tehnik laparoskopi atau
pembedahan minial invasif, diperkirakan menjadi trend bedah di masa depan
Posisi pasien laparoscpi cholesistektomi adalah pasien tidur terlentang dalam posisi anti
trendelenburgmiring kiri 30 derajat kearah operator, operator berada selah kiri pasien, asisten
dan instrumentator berada di sisi sebelah kanan pasien
ETIOLOGI
a. Jenis kelamin wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu
empedu dibanding dengan pria Ini dikarenakan oleh hormone esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena
batu emped u. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone testerogen dapat
meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitis
pengosongan kandung empedu
b. Usia Resiko untuk terkena batu empedu meningka sejalan
denganbertambahnya usia orang dengan usia diatas 60 tahun lebih
cenderung untuk terkena batu empedu dibanding dengan orang usia muda
c. Berat badan BMI. Orang dengan Body Mass Indek (BMI ) tinggi
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi batu empedu ini dikerenakan
tingginya BMI maka kadar kolesterol dalan kandung empedu pun tinggi,
dan juga mengurasi kadar garam empedu serta mengurangi
kontraksi/pengosongan kandung empedu’
d. Makanan intake rendah klorida kehilangan berat badan yang cepat ( seperti
setelah operasi gastro intestinal )mengakibatkan gangguan terhadap
unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan k ontraksi
kandung empedu
e. Riwayat keluarga dengan tanpa riwayat keluargaOrang dengan riwayat
keluarga batu empedu mempunyai resiko lebih besar dibanding
f. Aktifitas fisik Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadi batu empedu mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi
g. Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan batu empedu adalah crhon disease,
diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik
Manisfestasi Klinis
Komplikasi.
Komplikasi dari cholelitiasis adalah.
a. Empiema kandung empadu terjadi akibat perkembangan kolisisititis akut dengan
sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superineksi empedu yang tersumbat disertai
kuman kuman pembentuk pus
b. Hidrok atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan duktus
sistikus
c. Ganggren Gangren kandung empedu menimbulkan dinding dan nekrosisi jaringan
berbercak atau total
d. Ferporasi .Ferporasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang ditimbulkan oleh
peradangan berulang kandung empedu. Ferporasi bebas lebih jarang terjadi tetapi
mengakibatkan kematian sekitar 30%
e. Pembentukan fistula
f. Ileus batu empedu? Obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu
empedu yang besar dalam lumen usus
g. Empedu limau ( susu kalsium )dan kandung empedu porcelain
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mancakup bahan iopanoat ( telepaque), iodipamie
meglumin ( chlorografin) dan sodium ipodat (orografin) semua preoarat ini diberikan dalam dosis 0ral
10 -12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan sinar X. Sesudah diberikan preparat kontras pasien tidak
boleh mengkonsumsi apapun untuk mencegah kontraksi dan pengosongan kandung empedu kepada
pasien harus ditanyakan apakah dia penya riwayat alergi terhadap iodium atau makanan lautjika tidak
ada riwayat alergi pasien dapat preparat oral pada malam harinya sebelum pemeriksaan radiografi
dilakukan photo rontgen mula mula dibuat pada abdomen quadran kanan atas apabila kandung
empedu terdapat isi dan dapat mengosongkan isinya secara normal serta tidak mengandung batu kita
dapat menyimpulkan tidak terjadi penyakit kandung empedu Apabila terjadi penyakit kandung
empedu maka kandung empedu tersebut tidak terlihat karena adanya obstruksi oleh batu empedu.
Pengulangan pembuatan cholesistogram oral dengan pemberian preparat kontras mungkin diperlukan
jika kandung empedu pada pemeriksaan pertama tidak tampak colesistografi pada pasien yang jelas
tampak ikterik tidak memberikan hasil yang bermanfaat karena hati tidak dapat mengekresikan bahan
kontras radio opaque dalam kandung empedu pada pasien ikterik. Pemeriksaan kolesistrorafi oral
kemungkinan besar akan diteruskan sabagai bagian dari evaluasi terhadap pasien yang mendapat
terapi pelarutan batu empedu.
Penatalaksanaan Medis.
Laparoscopy cholelitiasis diindikasikan pada pasien simptomatis yang terbuti menderita batu empedu
(cholelitiasis) Indikasi Laparoscopy untuk cholesistektomi sama dengan indikasi open.
Kontra Indikasi pada Laparoscopy Cholesistektomi antara lain penderita ada resiko tingga untuk
anastesi umum pada penderita morbid obesity. Ada tanda tanda perforasi, seperti abses peritonitis,
fistula, batu kandung empedu besar atau curiga keganasan kandung empedu dan hernia
Proses Keperawatan
Hal hal yang dikaji selama operasi, Status respirasi pasien Meliputi kebersihan jalan nafas ,
kedalaman pernafasan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas Status sirkulator
pasien meliputi. Nadi, tekanan darah, Suhu dan Warna kulit
Status Neorologis meliputi tingkat kesadaran
Dressing menggunakan tutup luka jenis apa
Kenyamanan pasien meliputi apakah terdapat ,nyeri ,mual dan muntah
Keselamatan pasien meliputi, diperlukan pengikat pasien ?, tempat tidurdan alat pemantau
dipasang, dan dapatvberfungsi
Perawatan Pasien meliputi. Cairan infus, kecepatan tetesan tetesan, jumlah cairan dan
kelancaran
Nyeri Pasien meliputi . waktu , tempat, frekwensi, qualitas dan faktor yang memperberat atau
memperringan.