Anda di halaman 1dari 4

VIRUS CORONA

Suara terus terdengar tanpa henti. Wiuh!wiuh!wiuh! . Suara itu semakin jelas saja di telingaku. Ku
hentikan Bacaan Al- Quran yang sedari tadi kubaca . Kubuka tirai dari jendela kamarku , nampak
ambulance putih melesat dengan cepat. Orang- orang sekitar berkerumun seperti sedang
membicarakan sesuatu. “ ada apa ra? “ tanya ibuku yang tiba- tiba masuk ke dalam kamarku .

“ entahlah bu”. hatiku merasa resah tak seperti biasanya, pikirku dalam hati. “ mungkin ada orang
yang meninggal” tanggap ibu. “ rasanya aneh bu “ kataku heran. “ Tak usah pikirkan yang
macam- macam, cepat mandi! Nanti kamu terlambat ke sekolah”. “ iya siapp bu..” jawabku
dengan semangat dan menaruh kembali alquran yang telah kubaca. Hijab putih, seragam putih,
dan rok span abu-abu, siap kupakai hari itu. Setiap pagi Aku menyantap lahap nasi goreng
buatan ibuku. “ Ra, kamu sudah kelas 2 SMA, kau harus rajin belajar. Peringkat mu dibawah
terus...”sahut ayah. Aku hanya bisa diam membisu di meja makan karena aku tahu diriku tak
mampu memenuhi permintaan ayah. “ jawab, Ra ! “ kata ayah dengan tegas. “ insya allah, yah”
kataku sambil menunduk. Ayah adalah orang yang galak dan tegas. Ibuku adalah satu-satunya
orang yang bisa meluluhkan hati ayah. Ibuku adalah seseorang cantik dan sangat lembut hingga
terkadang aku iri pada ibu, karena tak bisa menuruni kecantikannya. Mungkin aku mirip ayah,
sama-sama memiliki hidung yang besar, bibir kecil, hampir semuanya menuruni ayah kecuali alis
dan mataku yang cantik ini berasal dari ibuku. Walaupun begitu aku tetap bersyukur pada tuhan
karena masih membiarkan aku bernafas dan tinggal dibumi ini. Karena jika aku di planet lain,
mungkin aku tak akan hidup sampai saat ini. Suasana di meja makan menjadi sangat hening. “
sayang...!”Pinta ibuku, mencoba untuk mencairkan suasana pagi itu. “ Aku berangkat yah,
ma”kataku bergegas pergi meninggalkan rumah hantu itu. aku sering di ejek temanku dengan
panggilan Hyje ( Hyde jekill ) atau berkepribadian ganda dimana aku menjadi pendiam dan
penurut saat dirumah tapi saat di sekolah aku menjadi orang yang bebas dimana tak ada
siapapun yang bisa mengekangku seperti saat di rumah. Suasana pagi itu tak seperti biasanya,
jalanan begitu ramai padahal aku berangkat pagi- pagi sekali. Tak seperti anak SMA pada
umumnya yang menggunakan sepeda motor bahkan mobil ke sekolah . Setiap hari aku hanya
menggunakan sepeda kesayanganku yang ku beri nama miky karena berwarna mint. Udara pagi
hari memang segar membuatku tambah semangat untuk mengayuh pedal sepedaku. Kota
memang tak begitu sejuk seperti di desa, yang ada hanya kebanyakan asap polusi, salah satu
alasan mengapa aku pergi sekolah pagi-pagi sekali dimana langit masih gelap. Suatu hari aku
pernah tersesat sepulang dari sekolah, aku pulang dari sekolah seperti biasa melewati jalan utama
kota ku. tapi di tengah perjalanan tiba-tiba ada anjing bulldog galak yang mengejarku. Karena
takut, Aku sampai tak tahu arah mau kemana hingga melewati beberapa lorong sempit dan
Akhirnya aku menemukan tempat dimana anjing itu tak dapat menemukanku“ syukurlah.. anjing itu
tak mengejarku lagi” kataku sambil menarik napas panjang. Aku baru sadar bahwa aku bukan lagi
di jalan utama yang biasa ku lewati. “ a..aku.. dimana ? Kok serem begini ssih. Gelap lagi”. Aku
meraba - raba tasku dan “ untungnya aku bawa ponsel “ kataku dengan girang dan menyalakan
senter yang sudah tersedia pada ponselku. Sekitar hampir 30 menit aku menelusuri jalan itu,
jalannya seperti bekas rel kereta api, memiliki dinding melengkung membentuk seperti gua
sehingga tak ada cahaya yang bisa masuk. “ pantas saja, jalan ini sangat gelap” akhirnya aku
memutuskan untuk memberikan penerangan di jalan itu karena jalan itu merupakan jalan kompas
langsung ke sekolah dan kunamakan jalan itu ‘Jalan Rahasia ‘. Jalan rahasia adalah jalan yang
kubuat sendiri untukku, jalan yang hanya para pesepeda yang bisa melaluinya dan cukup sepi.
Kecuali punya tujuan lain, terpaksa aku tak melewati jalan rahasia itu. Jadi Ayah dan ibu tak
pernah khwatir lagi saat aku pergi ke sekolah, karena mereka sudah tau jalan rahasiaku. Aku
mungkin orang pertama yang sampai ke sekolah pikirku. Setelah menaruh sepedaku, aku
bergegas menuju kelas. Seperti biasanya aku yang mengisi kelas pertama. Hari ini adalah mata
pelajaran kimia. Aku duduk berada paling depan berhadapan dengan papan tulis. Berhubung
karena aku suka duduk paling depan. Sekitar ada 30 siswa setiap kelas. Aku berada di kelas 11-1
. Sekolahku tak seperti SMA pada umumnya , sekolah membagi siswanya berdasarkan angka dari
1 - 3 karena sekolahku tak punya jurusan. Sekolah ketat yang hanya menerima siswa cerdas.
Sekolah yang tidak peduli dengan tingkah laku siswanya dan yang diutamakan adalah
kecerdasannya. Senior high school Garuda, tempat aku menuntut ilmu . Bunyi bel masuk
berbunyi . Anak- anak lainnya berhamburan masuk kelas. “ Rara! “ panggil temanku. Dia Ana
teman sebangkuku. Aku hanya melambaikan tangan padanya dan tersenyum.

“ tugas kimiamu udah selesai ?” Tanya ana. “ belum”. “ kenapa nggak dikerjain ? Kan hari ini ada
kimia “ . “ aku nggak bisa kerjain, nggak ngerti sama soalnya” kataku cuek. “ nnihh ambil aja salin
aja bukuku “ . “ makasih, na ! “ kataku dengan senang. Tiba- tiba raut muka ana berubah cemas .
“ Ra, kamu udah dengar berita terbaru belum ? “Tanya ana. “Belum“. “katanya ada semacam
virus berbahaya yang masuk ke negara kita”. “ahh..masa aku nggak percaya, mungkin cuma
hoax”jawabku dengan tenang. Pembicaraan kami terhenti begitu saja . Bu Fika sudah datang,
guru kimiaku.Seperti biasa aku selalu saja mengantuk jika pelajaran kimia. Padahal aku sudah
berusaha untuk fokus pada mapel itu, tapi aku belum juga bisa. “Anastasha wardani! “ sahut bu
Ratu . “ Hadir bu “Jawab ana. “ Fatimah azzahra!“ “Hadir bu “. Ku jawab panggilan bu Fika
setelah tersadar dari lamunanku yang panjang. Setelah pelajaran kimia berakhir, aku dan Ana
berjalan ke luar kelas untuk mencari udara segar setelah sesak oleh mapel kimia. Akhirnya tibalah
kami di kantin sekolah, tempat dimana kami bisa mengisi perut yang dari tadi sudah berbunyi. “
Mas, 2 bakso porsi biasa!” Panggilku dengan suara lantang ditambah senyuman merekah. “
Siapp...neng” sahut Mas yang peluh dengan keringat karena banyaknya pesanan. “ Na, pesanin
air yyah! “ kataku dengan manis. “ iya...iya..” jawab Ana yang penurut. Menu bakso di kantin
memang selalu jadi pilihan utama makanan yang disukai sama satu sekolah. Tak lama kemudian,
mas membawa nampan berisikan pesanan kami dan Ana pun datang bersamanya .

“ nnihh es teh manis ala Ana special buat sahabat ku yang hyje “ kata Ana mengejek. “ ihh.. Ana
kok gitu ssih sama sahabatnya sendiri, tapi makasih yyah udah beliin es teh manisnya “kataku
dengan bahagia. “ sama-sama hyje “ “ana kok gitu gitu ssih, ngeselin tau” entah kapan
percakapan kami berakhir dimana saat itu. Aku pun makan dengan lahap bersama Ana sambil
bicara tanpa henti diiringi tawa kami hingga aku hampir tersedak bakso yang belum sempat
kutelan. Aku hanya berharap agar Ana akan selalu disisiku menjadi sahabat hingga maut
memisahkan. Walaupun aku belum pasti kami bisa saja bertengkar dan mengakhiri persahabatan
kami pikirku. hijab ku terus bergerak dari tadi. Mungkin karena angin segar yang ada di taman,
pikirku. Pohon mangga yang tumbuh ditaman membuat kami bisa berteduh dari panasnya
matahari yang menyengat siang itu. Bangku taman selalu jadi pilihan kami untuk bersantai di
sekolah. Aku selalu merasa damai saat aku disekolah, tapi pikiranku dipenuhi dengan pernyataan
ayah pagi tadi. Aku selalu mencurahkan semua keluh kesahku kepada ana. Kami sudah satu
sekolah dari masih taman kanak-kanak dan sekarang kami sudah SMA . Persahabatan kami
memang cukup lama. “Na, ayahku bertanya lagi, kapan peringkat ku akan naik? “Kataku dengan
raut sedih. “ lebih baik kamu mengubah pola belajarmu mulai dari sekarang!”. “Pola belajar?”. “
ya, selama ini belajar kamu hanya begitu saja, tidak ada perubahan sama sekali. Misalkan kamu
hanya mengerti pada mapel tertentu, buatlah perubahan dengan mempelajari dan memahami
mapel- mapel yang lain yang belum kamu mengerti, contoh lainnya yaitu kamu belajar sesuai
mood atau saat ujian mendadak, buatlah perubahan dengan menganggap belajar itu
menyenangkan. Buatlah dirimu suka belajar. Caranya gabungkan hobimu dengan waktu belajar,
contohnya belajar sambil mendengarkan musik dimalam hari, karena udara dingin pada malam
hari bisa membuatmu segar untuk belajar, atau belajar diluar ruangan sekaligus menghirup udara
segar membuat pikiran sempitmu menjadi luas. Juga jika kamu tidak mengerti dengan suatu
mapel, kamu bisa tanya kepadaku, kepada teman lainnya , internet, atau tanyakan langsung pada
guru yang bersangkutan. Kamu juga bisa menyewa tutor untuk mengajari kamu”. “Mmm... gitu
yyah, makasih yyah udah kasi saran. Aku benar- benar bangga punya sahabat kayak
kamu.”kataku sambil melingkarkan tanganku di pundaknya. “ sama-sama, Ra. Itulah gunanya
sahabat”. Ana itu orangnya sabar, lembut seperti ibuku, dia juga hanya terbuka padaku dan dia
termasuk anak cerdas karena peringkatnya ada di golongan peringkat 1-5 dari 500 siswa . Aku
termasuk beruntung karena punya sahabat seperti Ana. Sesampaiku dirumah, “ bu..aku pulang”
panggilku seraya membuka pintu dan melepaskan sepatuku, tapi tak ada jawaban sama sekali.
Hanya ada suara TV . Aku pun menyusulnya ke ruang tamu. “ bu, ada apa ?” Tanyaku sambil
memegang bahu ibuku. Ibu tersadar dari lamunan dan berkata “ Ehh.. Rara, udah pulang nak ?”. “
Iya bu”. “ sini duduk dulu, Ra!”. Kulaksanakan perintah ibu dengan duduk bersamanya. “ lihatlah!”
Kata ibu sambil menunjuk ke arah tv. Kaget dan takut, itulah yang yang kurasakan saat itu.
Seluruh bulu kudukku merinding mendengar berita sore itu. Padahal aku menganggap berita itu
hanya hoax. Aku baru kembali ke rumah saat sore, karena aku harus menemani Ana untuk
membeli buku di Toko yang tak jauh dari sekolahku. Berita itu menayangkan tentang virus yang
berasal dari Wuhan, tepatnya di Cina yang sudah masuk dan menyebar ke indonesia. Tidak hanya
itu, sudah ada 5 korban meninggal secara memdadak yang di sebabkan karena virus tersebut.
Virus itu disebut virus corona atau Covid 19, dan salah satu si korban ternyata berasal dari
daerahku. Itulah mengapa ada ambulance yang lewat di depan rumah, pikirku dalam hati. “ Ayah
pulang “sahut ayah yang sudah tiba dirumah beberapa menit yang lalu. Karena cemas, aku dan
ibu tak menyadari ayah yang sudah datang dari kantor. “Kalian kenapa ?” Tanya ayah yang
mendapati kami dengan raut muka cemas. “ Sayang, kamu udah lihat beritanya belum ?” Tanya
ibu dengan nada khawatir. “ Iya udah , mulai sekarang kalian jangan keluar rumah! Kalian bisa
keluar jika itu mendadak dan selalu pake masker, jaga jarak dan jaga kebersihan, jangan
sembarang bersentuhan dengan orang. ” jawab ayah dengan tegas. “ aku ke sekolah
bagaimana?”. Tanyaku dengan gugup tanpa menatap ayah seraya memainkan jariku. “ tak lama
lagi semua sekolah, kantor, mall, ditutup. Tapi pemerintah tetap membuka beberapa toko
swalayan dan pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari- hari”. Kata ayah dengan
jelas. Aku tahu ayahku adalah orang yang cerdas, tegas, dan disiplin sehingga beliau bisa
memegang pangkat tinggi dikantor. Aku hanya bisa menuruti permintaan ayah, karena apa yang
dikatakannya selalu benar walaupun terkadang aku tak ingin menerima kebenaran itu karena
berlawanan dengan apa yang kuinginkan. Keesokan harinya, aku duduk di sofa dan menonton tv .
Apa yang dikatakan ayah benar adanya. Sesuai perintah ayah, aku hanya diam dirumah, ibu
sesekali keluar untuk membeli kebutuhan kami, dan ayah melakukan pekerjaannya lewat via
online. Tiba- tiba ponselku berbunyi. Kulihat pesan Whatsapp dari Ana. 

Assalamualaikum, Ra.
Waalaikumsalam, Ana. Ada apa ?.
Kamu tahu kan sekolah kita diliburkan?
Iy. Tapi berapa lama liburnya?
Kayaknya sampe virus ini hilang ddeh.
Wwah lama dong kita liburnya, yeahhh.
Eitts jangan senang dulu, kita emang nggak pergi sekolah, tapi kita belajar online. Aku kan udah
bilang sama kamu untuk rubah pola belajar kamu. Katanya peringkatnya mau naik...ihh rara, kok
gitu ssih.
Ohh iy yyah, aku jadi lupa. Aku janji bakal rubah pola belajarku.
Aku udah masukin kamu ke grub semua mapel. Kita juga belajar lewat aplikasi classroom.
Kodenya ada di grub kelas kita.
Okee, makasih Ana.
Sama” ra.

Aku mengakhiri chatku dengan Ana. Kubuka grub kelasku dan memasukkan kode setiap mapel di
aplikasi Classroom. Satu persatu pesan masuk ke ponselku setelah memasukkan kode
classroomku. Setiap hari aku terus menggunakan ponselku, mulai dari mengisi absen setiap
mapel, mengerjakan tugas dan mengirimkannya lewat online, menonton video belajar, dan masih
banyak yang harus kulakukan. Mataku rasanya lelah harus menatap layar ponsel hampir seharian.
Pesan Whatssapp berganti dengan berita covid 19. Dimulai dari 5 korban hingga menjadi puluhan
korban karena covid 19. Pemerintah terus menghimbau agar masyarakat menaati peraturan baru
selama pandemi ini. Pakai masker, jaga jarak, dan jaga kebersihan dengan mencuci tangan pakai
sabun. Dua minggu pertama, aku masih merasa senang. Tapi rasa senangku mulai hilang dan
menjadi kebosanan, aku sangat bosan karena aku harus ditumpuk tugas yang banyak dari
sekolah. Disamping itu aku harus terkurung di rumah hantu ini dimana pengawasan orang tua
lebih ketat dari biasanya. Sekolah mulai diliburkan sekitar awal bulan juni. Aku, ayah, dan ibu
melaksanakan hari raya idul fitri saat pandemi corona menyebar ke indonesia. Semua aktivitas
serba dibatasi. Masuk bulan juli, ntuk menghilangkan kebosananku, sesekali aku menonton tv di
malam hari. Dari puluhan korban menjadi ratusan koban berjatuhan. Rumah sakit penuh dengan
pasien yang terpapar virus. Virus corona ini mulai menyebar pada awal bulan Desember 2019
Sampai sekarang bulan oktober 2020, sekitar 12.734 orang Korban dinyatakan meninggal. “ Rara
kok nonton TV terus ssih, Tugas sekolah? Udah selesai?hmm...”tanya ibu. “ tinggal dikit lagi ma,
nanti aku lanjutin kok”. Kataku dengan sedikit malas. “ kerjaannya jangan ditunda- tunda terus
Ra, nggak baik loh”. “Iya bu”. Aku pun terpaksa harus melanjutkan tugasku yang belum sempat
kuselesaikan karena pikiranku yang harus terus berada dalam rumah. “ Kapan ini akan berakhir”
kataku bicara sendiri disamping tanganku yang tak pernah berhenti menulis. Saking lelahnya, aku
sampai ketiduran di meja belajar. Allahu akbar!Allahu akbar! Aku berusaha bangun dari tidurku.
“Ehh udah adzan, wahh aku ketiduran disini dong..”pantas saja badanku rasanya gak enak. Aku
pergi mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat shubuh. Setelah sholat, aku terbiasa dzikir
dan membaca alquran setiap selesai shalat. Dulu ibuku harus berjuang untuk membangunkanku
sholat dan alhamdullillah sekarang aku sudah terbiasa dengan sholat. Setelah sholat shubuh,
biasanya aku akan berangkat sekolah tapi sekarang aku hanya bisa didalam rumah bersama
ponsel dan tugas-tugasku. Aku benar- benar menyesal pernah berharap agar sekolah diliburkan.
Rasanya tidak menyenangkan. Di jam seperti ini mungkin kami sudah dikantin makan sambil
bercanda bersama. Di jam setelahnya kami mungkin sudah belajar lagi bersama. Di jam
setelahnya lagi kami mungkin sudah dalam perjalanan pulang ke rumah sambil melambaikan
tangan satu sama lain. Ada banyak moment sekolah yang kurindukan. Aku berharap agar
pandemi ini segera berakhir dan aku bisa sekolah kembali. Hanya waktu yang bisa menjawab
semuanya.

Anda mungkin juga menyukai