Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pratikum

Hijauan Pakan Ternak Legum/Rumput

Oleh :
Muh Irham A Ilyas
05.10.20.2252
1H Budidaya ternak

Program Studi D-III Budidaya Ternak


Jurusan Peternakan
Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pratikum
yang berjudul “Hijauan Pakan Ternak Legum/Rumput”.
Terimah Kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membimbing kami dan para narasumber yang telah membantu kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan pratikum yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi bahasa, mapun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menjadi acuan
agar kami bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga laoran pratikum ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk kedepannya.

Gowa, 18 April 2021

Muh Irham A Ilyas

I
Daftar isi
Kata Pengantar.......................................................................................................I
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan......................................................................................................2
C. Tujuan pratikum.........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Hijauan Makanan Ternak...........................................................................3
BAB III....................................................................................................................4
METODE PRAKTIK............................................................................................4
A. Tempat dan Waktu.....................................................................................4
B. Teknik Pengumpulan Data........................................................................4
BAB IV....................................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................5
A. Hasil Pratikum............................................................................................5
B. Pembahasan.................................................................................................7
Rumput kolonjono.........................................................................................7
Rumput Setaria.............................................................................................9
Rumput Gajah..............................................................................................11
Rumput Australia.......................................................................................12
Rumput Gamal.............................................................................................13
BAB V....................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
Daftar Pustaka.....................................................................................................III

II
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peternakan mempunyai harapan baik dimasa depan


karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak terus
meningkat, oleh sebab itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu
diupayakan. Namun demikian, kebijaksanaan yang tepat perlu terus dilakukan
agar kesenjangan (gap) antara konsumsi dan produksi pangan asal ternak tidak
semakin melebar.
Hijauan makanan ternak mempunyai peranan penting bagi ternak
ruminansia sebagai makanan utama, tidak saja memberikan rasa kenyang
tetapi berfungsi juga sebagai sumber gizi dan energi. Oleh karena itu,
penyediaan hijauan makanan ternak dalam jumlah yang cukup, kontinyu dan
berkualitas baik merupakan syarat utama bagi keberhasilan suatu usaha
peternakan ruminansia. Akan tetapi, sebagai bahan makanan ternak selain
harus mengandung zat-zat makanan yang diperlukan ternak, hendaknya
hijauan makanan ternak tersebut juga mudah didapat, murah harganya serta
tidak bersaing langsung dengan kebutuhan manusia.
Produksi dan kualitas hijauan makanan ternak berfluktuasi sepanjang
tahun, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: kesuburan tanah, jenis
hijauan makanan ternak, pemupukan dan teknik pengelolaan (Yasin, 2013).
Namun demikian, didaerah tropis hijauan makanan ternak cepat mencapai fase
generatif hal ini disebabkan oleh pengaruh sinar matahari dan faktor
lingkungan.
Hijauan makanan ternak secara garis besar terdiri atas jenis rumput
(Gramineae) dan legum (Leguminosae). Banyak jenis hijauan makanan ternak
2 yang sudah dikenal, tetapi pada umum merupakan hijauan makanan ternak
berasal dari luar yang diintroduksikan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
produksi dan kualitas yang baik, hijauan introduksi harus beradaptasi dengan
kondisi ekologis setempat dan pengelolaannya juga harus dilakukan dengan
baik. Dilain pihak, berbeda dengan hijauan lokal yang memang sudah lebih
adaptif terhadap kondisi ekologis setempat.
Rumput mempunyai peranan istimewa dalam hijauan makanan ternak,
mengingat rumput dapat diberikan kepada ternak dalam jumlah besar dan
mudah mendapatkannya. Manfaat ini dicerminkan dalam produksi ternak, baik
berupa produksi susu, daging, kulit dan sebagainya. Rataan kebutuhan hijauan

1
bagi sapi perah, sapi daging dan domba berturut-turut sekitar 73,8%, 81,6%
dan 94,0% (Susetyo, 1980).
Dalam rangka memperluas penganekaragaman hijauan makanan
ternak, maka hijauan lokal perlu dikembangkan guna menunjang kebutuhan
hijauan bagi ternak ruminansia yang berbasis sumber daya lokal. Beberapa
jenis hijauan lokal menunjukkan kelebihan dibanding introduksi, salah
satunya adalah rumput kumpai (Hymenachne amplexicaulis (Rudge) Ness.
Rumput ini hanya terdapat pada beberapa daerah tertentu saja di Indonesia,
toleran terhadap kondisi tergenang baik kontinyu maupun periodik, dan secara
alami tumbuh di daerah rawa. Namun demikian, juga tumbuh dengan baik
pada kondisi tidak tergenang.
B. Rumusan
Identifikasi Hijauan Makanan Ternak ??

C. Tujuan pratikum
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi Hijauan Makanan ternak

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hijauan Makanan Ternak
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi
tidak hanya sebagai pengenyang saja tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi,
yaitu protein, energi, vitamin dan mineral. Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih
ekonomis dan berguna bagi ternak (Herlinae, 2003).
Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3 golongan yaitu
rumput (Gramineae), leguminosa/legume (Leguminoseae) dan golongan non
rumput dan non leguminosa. Perbedaan jenis hijauan antara legume dan rumput
secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan serat kasar
dan protein kasar (Hasan, 2012).
Rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar digunakan untuk
pakan hijuan ternak herbivora. Tanaman rumput termasuk tanaman monokotil.
Rumput yang digunakan untuk makanan ternak harus berkualitas baik,
palatabilitas tinggi dan bias diberikan ke ternak secara tidak terbatas terbatas
(Purbajanti, 2013).
Rumput Setaria merupakan salah satu pakan yang sangat penting untuk
dikembangkan karena penggunaannya sebagai padang pengembalaan dan rumput
potong serta kandungan gizinya yang sangat baik bagi kebutuhan ternak. Kadar
nitrogen yang terdapat pada Rumput Setaria bervariasi tergantung pada umur
tanaman. Pada tanaman muda kadar nitrogen diatas 3% dan pada tanaman dewasa
dibawah 1%. Kadar nutrisi antara satu kultivar dengan kultivar lainnya
berbeda,halini disebabkan perbedaan waktu berbunga. Rumput Setaria merupakan
rumput yang dapat beradaptasi baik terhadap tanah asam dengan kesuburan
rendah dan tahan yang terkena genangan air (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput
Setaria sebagai hijauan pakan dapat diberikan dalam bentuk rumput potongan dan
rumput padang pengembalaan. Rumput Setaria juga dimanfaatkan sebagai mulsa
tanah, selain bermanfaat bagi ternak Rumput Setaria juga digunakan sebagai
pencegah terjadinya erosi. Apabila dalam jumlah yang melimpah, rumput Setaria
juga dapat dibuat hay dan silase. Pada kondisi baik satu rumpun Rumput Setaria
biasanya menghasilkan ratusan batang, pertumbuhan kembali (regrowth) setelah
dipotong sangat cepat namun dengan bertambahnya umur rasio batang dan daun
cepat meningkat akan dibarengi oleh menurunnya nilai nutrisi. Produksi berat
segar Rumput Setaria mencapai 100-110 ton/ha/tahun. Nilai gizi yang terkandung
dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6-7 %, serat kasar 42,0 %, Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8%. Di samping sebagai

3
rumput potong untuk pakan, juga digunakan sebagai rumput untuk padang
penggembalaan, karena tahan injakan (Prawiradiputra dkk, 2006).

BAB III

METODE PRAKTIK

A. Tempat dan Waktu

Pratikum ini dilakukan di Sulawesi Selatan Kab. Gowa pada tanggal 14 april –
selesai

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Mencari 5 legum atau rumput kemudian di identifkasikan.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pratikum
Tabel. 1.1 Hasil Pratikum Identifikasi Hijauan Pakan Ternak
No Jenis Hmt Nama Kandungan Zat Peruntukkan Foto
Latin nutrisi antinutrisi Ternak
1 Rumput Brachiaria -protein - Sapi dan
Kolonjono Mutica kasaar 13,5% kambing
-lemak kasar
3,5%
-BETN 59,7
-abu 18,6%
-Ca 0,37%
-P 0,35%

2 Rumput Setaria -protein kasar - Kambing,


Setaria sphacelata 6-7% domba,
-serat kasar sapi ,dan
42,0% kerbau
-BETN36,1%
-lemak 2,8%

5
3 Rumput Pennisetum  -bahan - Sapi
Gajah purpureum kering 19,9%
-protein kasar
10,2%
-Lemak 1,6%
-serat kasar
34,2%
-abu 11,7%
-BETN
42,3%

4 Rumput Paspalum  -protein - Kambing


Australia dilatatum kasar 13,4-
18,5%
-lemak kasar
1,3-2,4%
-serat kasar
24,4-34,8%
- BETN 40,1-
48,6%

6
5 Gamal Gliricidia -bahan kering - Sapi,
sepium 18% kambing dan
-protein kasar gajah
25,6%
-lemak 3,0%
-serat kasar
16,14%
-abu 7,43%

B. Pembahasan

Rumput kolonjono
Rumput kolonjono dikenal juga dengan nama Para Grass dengan nama latin
Brachiaria mutica yang tergolong ke dalam famili Graminae. Selain itu, rumput
kolonjono juga memiliki nama lain Panicum Muticum atau Panicum Pupurancens
dan Buffalo grass. Rumput ini berasal dari Afrika dan Amerika Selatan yang
memiliki iklim tropis.
Rumput kolonjono dikenal juga dengan nama Para Grass dengan nama
latin Brachiaria mutica yang tergolong ke dalam famili Graminae. Selain itu,
rumput kolonjono juga memiliki nama lain Panicum Muticum atau Panicum
Pupurancens dan Buffalo grass. Rumput ini berasal dari Afrika dan Amerika
Selatan yang memiliki iklim tropis.
Biasanya, tanaman kolonjono dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan
penggemukan. Karena dapat dijadikan sebagai hijauan pakan ternak, hay, atau
jelajah. Selain berguna sebagai pakan ternak, rumput kolonjono juga bermanfaat
bagi tanah di pinggiran sungai, karena dapat menahan erosi.
- karakteristik Rumput Kolonjono

Rumput kolonjono memiliki warna hijau ketika masih muda, dan


berangsur menjadi hijau tua ketika sudah siap dijadikan pakan ternak. Rumput
kolonjono memiliki karakteristik daun sejajar dengan dedaunan kecil di berbagai
batang daunnya.

Selain itu, rumput ini memiliki tekstur kaku, tumbuh secara merayap,
bersifat parennial atau tahunan, dan memiliki akar pada tiap batang yang

7
menyinggung tanah. Rumput kolonjono dapat tumbuh hingga mencapai 2,5 meter,
dan dapat dipanen setiap 6-9 minggu sekali. (Pandansari, 2012)

Perhatikan taksonomi dari rumput kolonjono berikut ini :

 Kingdom: Plantae

 Filum : Spermatophyta

 Subfilum: Angiospermae

 Kelas : Monocotyledoneae

 Ordo : Glumiflora

 Famili : Graminae

 Genus : Brachiaria

 Spesies : Brachiaria mutica

- Penanaman Rumput Kolonjono


Penanaman rumput kolonjono dapat dilakukan di lahan terbuka dengan irigasi
yang cukup, serta dilakukan pemupukan dengan baik agar waktu panen dapat
dicapai secara optimal. Apabila perawatannya sesuai, rumput kolonjono dapat
menghasilkan hijauan sebanyak 100 ton per area. Namun, apabila tidak dirawat
dengan baik akan menjadi gulma yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman
lain.  

Rumput kolonjono berkembangbiak secara vegetatif. Yaitu dengan cara setiap


ruas mengeluarkan tanaman baru dan menutupi area lahan yang luas dalam jangka
waktu yang relatif singkat. Pertumbuhan tanaman kolonjono akan meningkat pada
musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau perlu mengandalkan irigasi
yang cukup untuk kelangsungan hidupnya.

Irigasi dapat dibuat menggunakan aliran sungai yang kecil atau “kalen”.


Sehingga tanah yang kering akan menjadi gembur dan basah. Penggunaan irigasi
dalam budidaya rumput kolonjono sangat membantu. Daripada harus dilakukan
penyiraman secara manual setiap hari.

Rumput kolonjono memiliki ketahanan terhadap genangan air yang lama.


Selain berkembangbiak secara vegetatif, penggunaan biji untuk menumbuhkan
bibit kolonjono juga dapat dilakukan. Biasanya, dalam 1 kg terdapat 300 butir biji
yang siap ditumbuhkan.

8
Teknik stek juga dapat dilakukan dalam budidaya rumput kolonjono. Satu
batang stek kolonjono terdiri dari 3 ruas atau 4 buku. Penanaman dengan teknik
stek diusahakan memiliki jarak tanam 1,8 x 1,8 meter pada tanah yang telah
digemburkan dengan cangkul.

- Kandungan Gizi Rumput Kolonjono

Banyak peternak seperti peternak kerbau dan peternak sapi penggemukan


menggunakan rumput kolonjono sebagai hijauan pakan ternak mereka. Rumput
kolonjono memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi pada usia muda. Batang
kolonjono yang masih muda dapat dijadikan sebagai silase dan hay atau rumput
kering. Perhatikan tabel kandungan gizi rumput kolonjono berikut ini :

Kandungan Gizi Persentase (%)


Bahan Kering (BK) 8,59
Protein Kasar (PK) 1,31
Lemak Kasar (LK) 43,41
Serat Kasar (SK) 12,80
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 33,89

Rumput Setaria

Rumput Setaria merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kualitas


yang baik untuk hijauan pakan ternak, hal ini apabila dilihat dari tingkat
pertumbuhan, produktifitas hasil panen maupun nutrisi yang terkandung
didalamnya. Rumput ini berasal dari kawasan-kawasan tropika dan subtropika
Afrika, kemudian dibawa ke Asia dan Australia dan diperkenalkan ke daerah-
daerah tropika didunia. Penanaman dan pembiakan rumput ini dapat dilakukan
dengan pols (sobekan rumpun) dan menggunakan biji (Dinas Peternakan Provinsi
Riau, 2003).

Rumput Setaria yang berasal dari Afrika ini, mempunyai nama-nama


spesifik dibeberapa tempat. Dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan
nama Setaria sphacelata, sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal
dengan Setaria, Malaysia mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal

9
dengan nama Bunga-bunga, sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan
sebutan Coduoi cho. 

- Klasifikasi Rumput Setaria 

Phylum : Spermatophyta

Sub phylum : Angiospermae

Class : Monocotyl

Ordo : Glumiflora

Family : Graminae

Sub Family : Panicoldea

Genus : Setaria

Spesies : Sphacelata

- Kandungan Nutrisi Rumput Setaria

Produksi berat segar Rumput Setaria mencapai 100-110 ton/ha/tahun.


Nilai gizi yang terkandung dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6-7 %,
serat kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak
2,8%. Di samping sebagai rumput potong untuk pakan, juga digunakan sebagai
rumput untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan (Prawiradiputra et al.,
2006)

- Pemberian Rumput Setaria Untuk Pakan Ternak

Rumput Setaria sebagai hijauan pakan ternak dapat diberikan dalam


bentuk rumput potongan, rumput padang pengembalaan maupun diberikan setelah
dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti dibuat silase. Rumput Setaria juga
dimanfaatkan sebagai mulsa tanah, selain bermanfaat bagi ternak Rumput Setaria
juga digunakan sebagai pencegah terjadinya erosi. 

10
- Peningkatan Produksi Rumput Setaria

Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu
adanya tindakan kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang
baik, pemilihan bibit yang baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman seperti pemberian pupuk (Reksohadiprojo, 1985).
Menurut Hardjowigeno (1995) pemupukan pada Rumput Setaria dapat
menggunakan pupuk organik dan pupuk an-organik pada waktu pengolahan tanah
dilakukan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar mencapai
produksi yang maksimal. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus
tanpa aturan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah, menurunkan
produktifitas lahan dan dapat mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu,
perlu upaya peningkatan penggunaan pupuk yang dikaitkan dengan aspek
pendukung kelestarian alam yaitu dengan penggunaan pupuk organik (Kanisius,
1983)

Hasil penelitian Marliani (2010) menunjukkan penanaman Rumput Setaria dengan


jenis pupuk kandang feses ayam dan feses sapi dengan dosis 150 gr/polybag dapat
meningkatkan produksi berat segar, berat kering, jumlah anakan dan kadar abu
tapi belum berpengaruh pada kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, Lemak Kasar
dan BETN.

- Kelemahan Rumput Setaria

Menurut Jonas et al., (1970) pemberian rumput setaria yang mengandung


kadar oksalat 5% dapat menyebabkan kematian ternak. Oksalat di dalam rumput
setaria terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk terlarut dan bentuk terikat. Bentuk
terlarut lebih berbahaya dari pada nemtuk terikat karena dapat diserap oleh tubuh
dan menyebabkan ketersediaan unsur kalsium menjadi menurun. Sedangkan level
oksalat pada setaria sering kali melebihi 5% terutama pada umur panen yang
relatif muda (Sutikno et al., 1989).

Salah satu cara untuk menurunkan oksalat yaitu dengan teknik silase, dengan
penambahan molases 3%. Dilaporkan bahwa penambahan molases dapat
meningkatkan kualitas silase dan dapat meningkatkan kandungan gula tersedia
yang dapat dikonversikan menyadi asam laktat (Watson dan Nash, 1960, Barnett,
1954).

11
Rumput Gajah

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar


bernutrisi tinggi yang biasanya dipakai sebagai pakan ternak
seperti sapi, kambing, gajah, dll. Rumput gajah banyak dibudidayakan di Afrika
karena ketahanannya terhadap cuaca panas. Dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai elephant grass, naper grass, atau Uganda grass.

- Karakteristik Rumput Gajah


Karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak lurus, merumpun
lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun
panjang, dan berbunga seperti es lilin. Kandungan zat gizi rumput gajah terdiri
dari 19,9% bahan kering; 10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar;
11,7% abu; dan 42,3% bahan esktrak tanpa nitrogen.
Rumput gajah tumbuh subur di permukaan tanah dengan ketinggian 2000 meter di
atas permukaan laut.

- Variates Rumput Gajah


Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika dan
Hawai.

 Varietas Afrika ditandai dengan batang dan daun kecil, tumbuh tegak,


berbunga, dan produksi lebih rendah dari varietas Hawai.
 Varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun lebar, pertumbuhan
rumpun sedikit menyamping, produksi lebih tinggi, juga berbunga.

- Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Tanpa takson : Angiospermae

Tanpa takson : Monokotil

Tanpa takson : Commelinids

Ordo : Poales

12
Famili : Poaceae

Bangsa : Paniceae

Genus : Pennisetum

Spesies : P.purpureum

- Poduksi Rumput Gajah


Panen pertama rumput gajah dilakukan pada umur 90 hari pasca-
tanam. Panen selanjutnya 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada
musim kemarau. Tinggi pemotongan dari permukaan tanah kira-kira 10–
15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100-200 ton rumput segar per hektar
per tahun. Peremajaan tanaman tua dilakukan setelah 4-6 tahun untuk diganti
dengan tanaman yang baru.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara tumpang sari dengan
tanaman lain, misalnya ketela pohon atau jagung. Tanaman ini berfungsi untuk
mengurangi terpaan hembusan angin yang merobohkan tanaman lain. Penanaman
rumput gajah dapat dilakukan di ladang, guludan, dan pematang sawah. Laju
pertumbuhan tanaman rumput gajah relatif cepat karena memiliki respons tinggi
terhadap tanah yang subur. Bila dirawat dengan baik dan dilakukan pemotongan
secara berkala maka pertumbuhannya cepat.
Penanaman Rumput Gajah sangat mudah, hanya dengan menanam
batangnya dengan sudut tanam 45 derajat dengan panjang tiga sampai lima
ruas. Setiap ruas akan muncul daun baru. Selain itu, tanaman ini juga cepat
menyebar ke samping menjadi rumpun.

- Manfaat Rumput Gajah


Rumput Gajah banyak dibudidaya untuk keperluan makanan ternak. Untuk
penggemukan sapi, kebutuhan minimal berkisar 1,5-0,8 bahan kering dari bobot
sapi yang digemukkan. Jadi, seekor sapi yang akan digemukkan berbobot 200 kg
akan diberikan rumput gajah segar yang mengandung 21% bahan kering. Dengan
demikian, kebutuhan minimal hijauan sapi yang akan digemukkan itu adalah
200x0,5/100x1kg= 1.0 kg bahan kering atau 4,8 kg bentuk segar rumput
gajah. Namun, dikarenakan selalu ada bagian yang tidak dimakan (sisa batang),
maka pemberian dilebihi 5% dari kebutuhan, jadi kira kira rumput gajah segar
yang akan diberikan kepada sapi yang akan digemukkan sebanyak 105/100 x
4,8 kg = 5, 05 kg.
Selain sebagai makanan ternak, rumput gajah dapat dimanfaatkan untuk bahan
produksi fiber, penahan erosi tanah, maupun sebagai pagar.

13
Rumput Australia
Paspalum dilatatum adalah spesies rumput yang dikenal dengan nama umum
dallisgrass, rumput Dallas, atau kepala lengket. Ini berasal dari Brasil dan
Argentina, tetapi dikenal di seluruh dunia sebagai spesies yang diperkenalkan dan
kadang-kadang merupakan makanan yang umum. Pertumbuhannya yang cepat
dan rimpang yang menyebar menjadikannya hama invasif di beberapa daerah. Ini
hadir di bagian selatan Amerika Utara, Eropa selatan, sebagian besar Afrika,
Australia, Selandia Baru, dan banyak daerah tropis dan subtropis. Paspalum
dilatatum adalah sumber makanan untuk beberapa spesies burung, termasuk
burung duda ekor panjang. Nama umum dallisgrass berasal dari A. T. Dallis,
seorang petani abad ke-19 yang menanam spesies ini secara luas di dekat La
Grange, Georgia.
- Deskripisi rumput Australia
Ini adalah sekelompok rumput abadi yang membentuk gumpalan padat dan
kaku di tanah dan menyebar ke luar. Tumbuh decumbent di tikar atau ereksi
hingga lebih dari 1 m (3 ft) tinggi. Daunnya sebagian besar tidak berambut,
tumbuh hingga 35 cm (14 in) panjang dan lebar 2, 5 cm (1 in). Perbungaan dibagi
menjadi beberapa cabang yang dilapisi rapi dengan pasang beadlike spikelet hijau
hingga ungu.
- Klasifikasi Rumput Australia

Kerajaan: Plantae

Clade: Trakeophytes

Clade: Angiosperms

Clade: Monocots

Clade: Commelinids

Urutan: Poales

Keluarga: Poaceae

Subfamili: Panicoideae

Genus: Paspalum

Spesies: P. dilatatum

Rumput Gamal

Gliricidia sepium biasa digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh,


merupakan leguminosa pohon yang telah ditetapkan dalam Kepmentan No 141

14
Tahun 2019 sebagai salah satu jenis komoditas tanaman binaan Ditjen PKH. Akar
tanaman Gamal merupakan penambat nitrogen yang baik, fungsi lainnya adalah
pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang.

Kandungan Protein Kasar (PK) daun Gamal berkisar 20,28% – 25,52% dan
TDN (nutrisi tercerna) sebesar 58,45% – 69,73% (hasil pengujian BPMSP Bekasi
2019, sampel dari kebun BPTU-HPT Pelaihari) menjadikan tanaman ini baik
diberikan untuk ternak ruminansia.

Potensi produksi daun Gamal 200 ton/ha/tahun menjadikan tanaman gamal


patut di galakkan sebagai sumber protein pakan hijauan untuk ternak. Daun gamal
bisa dipanen pada usia tanaman 8 bulan dari penanaman pertama dan pemanenan
berikutnya dapat dilakukan setiap 90 – 120 hari.

Gamal sangat mudah tumbuh di lahan kritis sekalipun. Pembiakan gamal


cukup mudah, yaitu dengan stek batang. Tata cara penanaman :

1. Pilih batang gamal yang tegak, kulit batang berwarna hijau


kecoklatan, diameter batang 2 – 5 cm
2. Potong batang 40 – 70 cm
3. Runcingkan di kedua sisinya
4. Buat lubang tanam
5. Jarak antar lubang tanaman 100 – 150 cm, jarak tanam bisa lebih
rapat menyesuaikan lahan
6. Tanam dengan calon tunas menghadap keatas
7. Tutup lubang tanam

Gamal sebagai pakan ternak dapat diberikan sebagai sumber pakan hijauan
tunggal. Tanaman ini baik juga sebagai pelengkap kebutuhan protein dari ternak
yang diberikan pakan rumput. Pemberian Gamal dianjurkan dalam kondisi sedikit
layu untuk mengurangi zat anti nutrisi yang terdapat didalamnya.

15
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hijauan makanan ternak secara garis besar terdiri atas jenis rumput
(Gramineae) dan legum (Leguminosae). Banyak jenis hijauan makanan
ternak 2 yang sudah dikenal, tetapi pada umum merupakan hijauan
makanan ternak berasal dari luar yang diintroduksikan. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan produksi dan kualitas yang baik, hijauan introduksi
harus beradaptasi dengan kondisi ekologis setempat dan pengelolaannya
juga harus dilakukan dengan baik. Dilain pihak, berbeda dengan hijauan
lokal yang memang sudah lebih adaptif terhadap kondisi ekologis
setempat.
Rumput mempunyai peranan istimewa dalam hijauan makanan
ternak, mengingat rumput dapat diberikan kepada ternak dalam jumlah
besar dan mudah mendapatkannya. Manfaat ini dicerminkan dalam
produksi ternak, baik berupa produksi susu, daging, kulit dan sebagainya.
Rataan kebutuhan hijauan bagi sapi perah, sapi daging dan domba
berturut-turut sekitar 73,8%, 81,6% dan 94,0% (Susetyo, 1980).
Daftar Pustaka

eprints.mercubuana-yogya.ac.id. (2011, februari 2). Retrieved from Bab II:


http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1353/2/BAB%20II..pdf
Pakan, D. (2020, Juli 17). Tanaman Hijauan Pakan Ternak Gamal (Gliricidia
sepium). Retrieved from pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/:
http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/tanaman-hijauan-pakan-ternak-
gamal-gliricidia-sepium/
Wikipedia. (2018, Oktober 18). Rumput Gajah. Retrieved from id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_gajah
wikipedia. (2020, Desember 17). Paspalum Dilatatum. Retrieved from
en.wikipedia.org: https://en.wikipedia.org/wiki/Paspalum_dilatatum

III

Anda mungkin juga menyukai