0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara hukum pidana dan hukum acara pidana, kepentingan hukum acara pidana dalam mengungkap suatu tindak pidana, perbedaan sistem pemeriksaan accusatoir dan inquisitoir, serta penjelasan mengenai asas-asas dalam hukum pidana seperti presumsi tidak bersalah, persamaan di hadapan hukum, ultimum remedium, dan ne bis in idem.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara hukum pidana dan hukum acara pidana, kepentingan hukum acara pidana dalam mengungkap suatu tindak pidana, perbedaan sistem pemeriksaan accusatoir dan inquisitoir, serta penjelasan mengenai asas-asas dalam hukum pidana seperti presumsi tidak bersalah, persamaan di hadapan hukum, ultimum remedium, dan ne bis in idem.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara hukum pidana dan hukum acara pidana, kepentingan hukum acara pidana dalam mengungkap suatu tindak pidana, perbedaan sistem pemeriksaan accusatoir dan inquisitoir, serta penjelasan mengenai asas-asas dalam hukum pidana seperti presumsi tidak bersalah, persamaan di hadapan hukum, ultimum remedium, dan ne bis in idem.
Hukukm Acara Pidana Nama : Komang Satya Trisdayana
NIM : 0195010054 Kelas : 4C
1. Perbedaan antara Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana adalah bagian dari hukum pidana materiil, yang berisikan perbuatan yang dilarang, subjek yang mempertanggungjawabkan, dan hukumannya. Contohnya KUHP, dan ketentuan lain diluar KUHP misalnya UU Tipikor. Hukum Acara pidana adalah bagian dari hukum pidana formil, yang isinya adalah menegakkan ataupun mempertahankan hukum pidana meteriil tersebut. Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana ini saling berkaitan satu sama lain, dan saling membutuhkan.
2. Hukum Acara Pidana sangat penting digunakan dalam mengungkap suatu
peristiwa/tindak pindana (strafbaar feit) karena tujuan dari hukum acara pidana itu sendiri adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
3. Perbedaaan sistem pemeriksaan Aqusatuir dengan Inquisitoir adalah Sistem
“accusatoir” (arti kata: menuduh) menganggap seorang tersangka, yaitu pihak yang didakwa, sebagai suatu subjek berhadap-hadapan dengan pihak yang mendakwa yaitu kepolisian atau kejaksaan, sedimikian rupa, sehingga kedua belah pihak itu masing-masing mempunyai hak-hak yang sama nilainya dan hakim berada diatas kedua belah pihak itu untuk menyelesaikan soal perkara (pidana) antara mereka menurut peraturan hukum pidana yang berlaku. Sistem “inquisitoir” (arti kata: pemeriksaan) menganggap si tersangka sebagai suatu barang, suatu objek, yang harus diperiksa wujudnya berhubung dengan suatu pendakwaan. Mana yang merupakan sistem pemeriksaan terbaik diterapkan untuk melindungi hak dari tersangka adalah sistem accusiator karena berhubung dengan adanya suatu sila dari Pancasila yang merupakan perikemanusiaan, dalam hakikatnya harus dianut sistem accusatoir. Maka, dalam melakukan kewajibannya pejabat- pejabat pengusut dan penuntut perkara pidana harus selalu ingat kepada hakikat ini dan menganggap tersangka selalu sebagai seorang subjek yang mempunyai hak penuh untuk membela diri. 4. Apa yang dimaksud dengan a. Presumtion of innocent : Asas praduga tidak bersalah atau presumption of innocent merupakan sebuah asas yang mana seseorang diduga/dianggap tidak bersalah sampai pengadilan memberikan pernyataan bersalah. b. Equality before the law : Equality before the law dalam arti sederhananya bahwa semua orang sama di depan hukum. Persamaan dihadapan hukum atau equality before the law adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern. sas persamaan dihadapan hukum merupakan asas dimana terdapatnya suatu kesetaraan dalam hukum pada setiap individu tanpa ada suatu pengecualian. Asas persamaan dihadapan hukum itu bisa dijadikan sebagai standar untuk mengafirmasi kelompok-kelompok marjinal atau kelompok minoritas. c. Ultinum remedium : Ultimum remedium merupakan salah satu asas yang terdapat dalam hukum pidana Indonesia. Ultimum remedium merupakan salah satu asas yang terdapat di dalam hukum pidana Indonesia yang mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila suatu perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan, negosiasi, mediasi, perdata, ataupun hukum administrasi) hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu dilalui. d. Nebis in idem : asas hukum yang melarang terdakwa diadili lebih dari satu kali atas satu perbuatan kalau sudah ada keputusan yang menghukum atau membebaskannya. Asas ne bis in idem ini berlaku secara umum untuk semua ranah hukum.