Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

201
9 Safar 1443 H
17 September 2021 M

KETELADANAN PEMIMPIN
DI MASA SULIT

“A
langkah buruknya aku ini sebagai pemimpin
jika aku memakan bagian yang baik, lalu aku
memberi rakyat makanan sisanya.” (Ibn Sa’d,
Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/312).
Begitulah kalimat yang pernah terucap dari Amirul Muk-
minin, Umar bin al-Khaththab ra. Sebagai pemimpin Negara
Islam (Khilafah), Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. adalah
sosok pemimpin yang sangat sederhana. Imam Malik meri-
wayatkan dalam Al-Muwaththa, bahwa Anas bin Malik ra.
pernah berkata, "Aku melihat Umar bin al-Khaththab ra. pa-
da masa Kekhilafahannya biasa memakai jubah yang bertam-
bal di dua pundaknya."

01
Teladan Di Masa Susah
Pada masa kepemimpinan Umar bin al-Khaththab ra.
pernah terjadi paceklik. Pada saat itu daerah Hijaz benar-
benar kering kerontang. Penduduk pedesaan banyak yang
mengungsi ke Madinah. Mereka tidak lagi memiliki bahan
makanan sedikitpun. Mereka segera melaporkan nasib me-
reka kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab ra.
Khalifah Umar ra. cepat tanggap. Beliau segera menindak-
lanjuti laporan ini. Beliau segera membagi-bagikan makanan
dan uang dari Baitul Mal hingga gudang makanan dan kas
Baitul Mal menjadi kosong. Beliau pun memaksakan dirinya
untuk tidak makan lemak, susu maupun makanan enak lain-
nya yang dapat membuat gemuk hingga musim paceklik ini
berlalu.
Jika sebelumnya selalu dihidangkan roti, lemak dan susu,
pada masa paceklik ini beliau hanya makan minyak dan cuka.
Beliau hanya mengisap-isap minyak dan tidak pernah ke-
nyang dengan makanan tersebut. Akibatnya, warna kulit
beliau menjadi hitam. Tubuhnya pun menjadi kurus. Banyak
yang khawatir beliau akan jatuh sakit dan lemah. Kondisi ini
berlangsung selama 9 bulan.
Khalifah Umar ra. selalu mengontrol rakyatnya di Madinah
pada masa paceklik ini. Menyaksikan kondisi rakyatnya ma-
kin menderita, beliau mengirim surat kepada gubernurnya di

02
Irak, Abu Musa al-Asy’ári ra., yang isinya: “Bantulah umat
Muhammad saw. Mereka hampir binasa!”
Beliau pun mengirim surat yang sama kepada Gubernur
Mesir ‘Amru bin al-‘Ash ra. Kedua gubernur ini segera mengi-
rimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar. Terdiri dari
makanan dan bahan pokok berupa gandum.
Abu Ubaidah ra. pun pernah datang ke Madinah memba-
wa 4000 hewan tunggangan yang dipenuhi makanan. Khali-
fah Umar ra. segera memerintahkan dia untuk membagi-
bagikan makanan tersebut di perkampungan sekitar Madi-
nah.
Pada masa paceklik ini, Khalifah Umar ra. pernah keluar
bersama Abbâs ra., paman Rasulullah saw., untuk melaku-
kan shalat istisqâ’ (meminta hujan). Usai shalat Khalifah
Umar ra. berdoa, “Ya Allah, sungguh jika kami ditimpa
kekeringan sewaktu Rasulullah saw., masih hidup, maka kami
meminta kepada-Mu melalui Nabi kami. Sekarang kami me-
minta kepada-Mu melalui paman Nabi kami.” (HR ath-
Thabarani).
Tidak lama setelah itu, masa paceklik berakhir. Keadaan
berubah kembali menjadi normal sebagaimana biasanya.
Akhirnya, para penduduk yang mengungsi bisa pulang kem-
bali ke rumah mereka.

03
Demikianlah. Khalifah Umar ra. berhasil melewati masa-
masa kritis itu dengan bijaksana. Beliau mampu menyelamat-
kan rakyatnya dari musibah kekeringan dan kondisi sulit itu
melalui kebijakannya yang tepat.
Keteladanan Khalifah Umar ra. hanyalah satu dari sekian
banyak keteladanan para pemimpin Islam sepanjang Kekhi-
lafahan Islam. Masih banyak lagi contoh-contoh lainnya se-
perti Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Sultan Sulaiman al-
Qanuni dan banyak lagi pemimpin Islam lainnya.

Ironi Pemimpin Masa Kini


Lalu bagaimana dengan para pemimpin dalam sistem
pemerintahan sekular saat ini? Adakah di antara mereka
yang berusaha meneladani Khalifah Umar bin al-Khaththab
ra.? Tidak ada, kecuali sekadar klaim, yakni klaim dari para
pendukung rezim ini bahwa pemimpin mereka mirip dengan
Umar bin al-Khaththab ra. Faktanya tentu jauh panggang
dari api.
Di negeri ini, selama pandemi Covid-19 yang sudah dua
tahun berjalan, kehidupan mayoritas rakyat benar-benar
terpuruk. Banyak rakyat menjerit karena kehilangan ladang
penghidupan. PHK massal di mana-mana. Pengangguran se-
makin banyak. Angka kemiskinan makin meningkat. Banyak
yang mengalami kesulitan sekadar untuk bertahan hidup.

04
Ironisnya, saat yang sama, selama pandemi para pejabat
malah makin kaya-raya. Pundi-pundi rekeningnya mendadak
banyak yang bertambah. Bahkan ada menteri yang baru
menjabat 9 bulan, kekayaannya bertambah sekitar 10 miliar
rupiah. Sejumlah pejabat negara lainnya juga mengalami
kenaikan jumlah harta kekayaan selama pandemi Covid-19
berdasarkan catatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Jumlah itu diketahui berdasarkan data yang diakses
Kompas.com dalam situs web elhkpn.kpk.go.id milik KPK.
Peningkatan kekayaan selama pandemi juga dialami oleh
kepala negara. Demikian sebagaimana dilansir oleh banyak
media baru-baru ini.
Pertanyaannya: Dari mana sumber kenaikan harta mere-
ka? Yang pasti bukan dari kenaikan gaji atau tunjangan mere-
ka. Andai pun ada kenaikan gaji dan tunjangan mereka, tentu
kita bertanya-tanya bagaimana mungkin ada menteri yang
baru 9 bulan menjabat, harta-kekayaannya bertambah Rp 10
miliar atau lebih dari Rp 1 Miliar perbulan? Karena itu boleh
jadi pertambahan kekayaan tersebut karena: Pertama,
berasal dari sumber pendapatan lain di luar gaji dan
tunjangan mereka sebagai pejabat. Sebagaimana diketahui,
banyak pejabat di negeri ini yang juga sekaligus pengusaha.
Misalnya, ada menteri yang memiliki puluhan perusahaan, di
antaranya perusahaan tambang batubara. Meski tidak ada

05
larangan seorang pejabat sekaligus pengusaha, jelas di sana
ada potensi penyalahgunaan jabatan untuk mendukung
kepentingan usaha/bisnis pribadi.
Kedua, boleh jadi penambahan harta kekayaan mereka
bersumber dari yang tidak halal, seperti hadiah atau fee dari
para pengusaha (kelompok oligarki) sebagai kompensasi
dari kebijakan penguasa yang mendukung bisnis mereka,
suap-menyuap dan korupsi. Sebagaimana diketahui, korupsi
para pejabat penyelenggara pada masa pandemi bukannya
surut, malah makin gila-gilaan. Salah satunya korupsi triliu-
nan rupiah uang bansos.
Melihat fakta ini, rasanya sulit bagi siapapun untuk mene-
mukan pemimpin yang baik di dalam sistem pemerintahan
sekular saat ini. Kalaupun ada, jumlahnya hanya segelintir
orang. Sebabnya, mereka yang akan memegang tampuk ke-
kuasaan sudah dipastikan berada di bawah kendali para
cukong-cukong yang dulu men-support mereka dengan ba-
nyak gelontoran dana pada musim pemilihan. Mereka tentu
akan lebih loyal kepada para pemodal mereka daripada
kepada rakyat mereka. Karena itu jangan heran jika banyak
pejabat yang kehilangan rasa empati sekalipun banyak rak-
yatnya yang menderita pada musim pandemi saat ini. Mere-
ka lebih memilih memperkaya diri dan koleganya (oligarki)
daripada peduli kepada rakyat mereka sendiri.

06
Kekuasaan Adalah Amanah
Dalam pandangan Islam, kekuasaan adalah amanah. Seba-
gaimana diketahui, salah satu tujuan penegakan sistem
pemerintahan Islam (Khilafah) yang menerapkan syariah
Islam secara kaffah adalah untuk mensejahterakan rakyat.
Seorang waliyul amri (pemimpin) dibebani amanah. Di
antaranya menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya
melalui kebijakan yang dia ambil. Peran dan tanggung jawab
waliyul amri dalam masalah ini sangat besar. Kelak di akhirat
ia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas
amanah kepemimpinannya. Nabi saw. bersabda:
ِ ‫ﺎم اْﻻَ ْﻋﻈَ ُﻢ اﻟﱠ ِﺬ ْي َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ‬
‫ﱠﺎس َر ٍاع َو ُﻫ َﻮ َﻣ ْﺴﺌُـ ْﻮ ٌل َﻋ ْﻦ َرﻋِﻴﱠﺘِ ِﻪ‬ ُ ‫ﻓَﺎْ ِﻹ َﻣ‬
Kepala negara adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung
jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari).

Amanah penguasa seperti dalam hadis di atas adalah


memelihara urusan-urusan rakyat (ri’âyah syu`ûn ar-ra’yah).
Ri’âyah itu dilakukan dengan siyasah (politik) yang benar,
yaitu seperti yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi di dalam
Syarh Shahîh Muslim. Ri’âyah atau siyâsah yang baik itu tidak
lain dengan menjalankan hukum-hukum syariah serta me-
ngutamakan kemaslahatan dan kepentingan rakyat. Inilah

07
seharusnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang
amanah.
Pemimpin amanah akan menunaikan tugas ri’âyah, yakni
memelihara semua urusan rakyatnya seperti: menjamin pe-
menuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan bagi
tiap individu warga negara); menjamin pemenuhan pendi-
dikan, kesehatan dan keamanan secara cuma-cuma; serta
melindungi rakyat dari berbagai gangguan dan ancaman.
Dalam memelihara urusan rakyat, penguasa hendaklah se-
perti pelayan terhadap tuannya. Sebabnya, “Sayyidu al-
qawmi khâdimuhum (Pemimpin kaum itu laksana pelayan
mereka).” (HR Abu Nu’aim).
Rasul saw. banyak memperingatkan penguasa dan
pemimpin yang tidak amanah/khianat dan zalim. Mereka
adalah pemimpin jahat (HR at-Tirmidzi). Pemimpin yang
dibenci oleh Allah SWT, dibenci oleh rakyat dan membenci
rakyatnya (HR Muslim). Pemimpin yang bodoh (imâratu as-
sufahâ’), yakni pemimpin yang tidak menggunakan petunjuk
Rasul dan tidak mengikuti sunnah beliau (HR Ahmad).
Penguasa al-huthamah, yakni yang jahat dan tidak memper-
hatikan kepentingan rakyatnya (HR Muslim). Penguasa yang
menipu (ghâsyin) rakyat (HR al-Bukhari dan Muslim).

08
Sayangnya, sistem sekular saat ini justru banyak mela-
hirkan para pemimpin yang banyak dicela oleh Rasulullah
saw. sebagaimana dalam hadis-hadis di atas.
Alhasil, sistem sekular yang nyata-nyata rusak, dan mela-
hirkan banyak pemimpin rusak, sudah saatnya dicampakkan
dan ditinggalkan. Saatnya diganti dengan sistem pemerin-
tahan Islam yang menerapkan syariah Islam secara kaffah. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:

‫ض َوَﻣﻦ ﻓِﻴ ِﻬ ﱠﻦ‬ ُ ‫ت َو ْٱﻷ َْر‬


ِ
ُ ‫َوﻟَ ِﻮ ٱﺗـﱠﺒَ َﻊ ٱ ْﳊَ ﱡﻖ أ َْﻫ َﻮاءَ ُﻫ ْﻢ ﻟََﻔ َﺴ َﺪت ٱﻟ ﱠﺴ َٰﻤ َٰﻮ‬
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ﺑَ ْﻞ أَﺗَـﻴْـ ٰﻨَ ُﻬﻢ ﺑِﺬ ْﻛ ِﺮﻫ ْﻢ ﻓَـ ُﻬ ْﻢ َﻋﻦ ذ ْﻛ ِﺮﻫﻢ ﱡﻣ ْﻌ ِﺮ‬
‫ﺿﻮ َن‬
Andai kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini serta semua yang ada di
dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka, tetapi mereka berpaling dari
kebanggaan itu. (TQS al-Mu`minun [23]: 71). []

09

Anda mungkin juga menyukai