Anda di halaman 1dari 33

PENUNTUN PRAKTIKUM

Mata Kuliah :

DISUSUN OLEH:
TIM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
KHUSUS DIPAKAI DILItfGKUtfGAtf SEtfDIRI

LABORATORIUM JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN


BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
1. KOMPETISI TUMBUHAN
Kegiatan 1.
A. Pendahuluan
Interaksi antara individu tumbuhan yang hidup disuatu daerah dapat bersifat positif atau
negative, atau satu sama lain tidak saling mempengaruhi. Dalam hal interaksi yang bersifat
negative, kehadiran individu lain bagi suatu tumbuhan akan mengurangi potensinya untuk
mendapatkan berbagai sumberdaya alam seperti; ruang, sinar matahari, nutrisi air dan
sebagainya. Karena tumbuhan tersebut harus bersaing atau berkompetisi dengan tumbuhan
lain yang hidup didekatnya. Tumbuhan lain tersebut mungkin dari jenis yang sama, dalam hal
ini disebut kompetisi intraspesifik, atau dari jenis tumbuhan lain sehingga terjadi kompetisi
interspesifik. Memahami pola interaksi antara beberapa jenis tumbuhan berguna, misalnya
dalam pengelolaan sistem pertanian tumpangsari.
B. Tujuan
Mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik pada tanaman jagung dan
kedelai.
C. Alat dan Bahan
a. Polybag 17 x 25 cm e. gunting dahan
b. Pupuk kandang f. Tanah gembur
c. Bibit jagung g. Sendok & garpu tanah
d. Bibit kacang hijau/kedelai
D. Metode Kerja
1. Persiapan percobaan/penanaman
a. Tanam biji jagung dan kedelai dalam plot yang disediakan, baik secara terpisah
maupun bersamaan, sesuai dengan pola kerapatan pada gambar 1. Bagilah tugas agar
semua perlakuan dapat tertanam, masing-masing dengan satu kali pengulangan.
b. Praktikan yang menanam pada plot dengan kode J hanya perlu menanam biji jagung
saja sesuai dengan susunan pada gambar 1A. demikian pula, praktikan yang menanam
pada plot dengan kode K hanya perlu menanam biji kedelai saja sesuai dengan
sususnan pada gambar 1B. Penanaman dilakukan dengan memasukkan satu biji pada
masing-masing lubang yang telah dilubangi dengan cetakan.
c. Untuk perlakukan JK, tanam biji jagung dan kedelai dengan susunan bergantian
seperti pada gambar 1C. sebagai contoh, plot JK-4 akan memiliki 4 tabung yang akan
ditanami dengan jagung, dan 4 lubang ditanami dengan kedelai.
d. Berikan label yang jelas pada plot untuk menunjukkan kode perlakuan kerapatan yang
diberikan.
2. Analisis hasil percobaan/panen
a. Setelah kira-kira 5 minggu, tumbuhan akan dipanen. Masing-masin plot akan dipanen
oleh satu/dua praktikan, kemudian data akan dikumpulkan menjadi data kelas.
b. Pemanenan hanya dilakukan pada bagian tumbuhan diatas permukaan tanah. Pada saat
panen, gunakan silet untuk memotong tumbuhan diatas permukaan tanah. Timbang

Page | 2
berat total dari spesies dalam plot yang anda panen (apabila anda mengamati
perlakuan KJ, timabng tumbuhan jagung dan kedelai secara terpisah). Catat juga
jumlah individu yang ada, sehingga dapat dihitung berat rata-rata untuk amsing-
masing spesies. Gunakan table 1. untuk mencatat data untuk plot yang anda panen.
c. Tuliskan data plot anda pada table transparansi yang akan dikompilasi oleh asisten.
Apabila data kelas telah terkumpul, buatlah grafik pada tempat yang disediakan, dan
jawablah pertanyaan selanjutnyaberdasarkan grafik yang telah diperoleh.

Gambar 1A. pola penanaman jagung


Kode plot Jumlah Lubang Pola Penanaman
J-1 1 J
J-2 2 J J
J-3 4 J J
J J

J-4 8 J
J J J
J J J
J

Gambar 1B. Pola penanaman kedelai


Kode plot Jumlah Lubang Pola Penanaman
J–1 1 K
J–2 2 K K
J–4 4 K K
K K

J–8 8 K
K K K
K K K
K

Kode plot Jumlah Lubang J Jumlah Lubang K Pola Penanaman

JK – 1 1 1 J K
JK – 2 2 2 J K
K J
JK – 4 4 4 J
J K J
K J K
K

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Berat total individu jagung dengan kedelai ( hanya untuk mencatat data yan diperoleh
praktikan sendiri bukan data kelas)
Spesies Kode Plot Berat Total Berat Rerata Jumlah Jumlah Akhir
(gr) (gr) Individu Awal individu
Jagung
Kedelai
Jagung
Kedelai
Hitunglah rata-ratanya dan gambarkan dalam bentuk histogram balaoc, buatlah kesimpulannya?

Kegiatan 2.
PENGARUH ALLELOPATI JENIS TANAMAN TERHADAP PERKECAMBAHAN
A. Pendahuluan
Menurut Odum (1971), allelopati merupakan suatu peristiwa di mana suatu individu
tumbuhan menghasilkan zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang
tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut.
Senyawa kimia yang bersifat allelopati bisa berasal dari bagian tumbuhan di atas tanah
seperti daun, batang, cabang, ataupun bagian tumbuhan di bawah tanah seperti akar
(Whittaker, 1970).
B. Tujuan
Mempelajari pengaruh allelopati jenis tumbuhanterhadap perkecambahan tanaman palawija
C. Alat dan Bahan
1. Alat : cawan petri, kertas saring, corong penyaring, mangkok penggerus, tissue, blender,
pisau/gunting.
2. Bahan : - bagian akar dan daun lang-alang, daun gamal, akasia.
- Biji kacang hijau dan jagung
D. Metode Kerja
1. Pilihlah biji kacang hijau dan jagung yang baik
2. Sediakan beberapa cawan petri yang diberi kertas merang
3. Buatlah ekstrak alang-alang, gamal, akasia sebagai berikut ;
a. Haluskan bagian tumbuhan dengan mangkok penggerus atau potong-potong dengan
gunting
b. Buatlah ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air (akuades)
dengan pembanding sebagai berikut :
c. Setelah 24 jam ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring
4. Letakkan masing-masing 10 biji kacang hijau dan jagung ke dalam cawan petri yang
berbeda yang sudah diberi kertas saring
5. Siramkan 5 mL ekstrak allelopati tumbuhan yang diamati ke dalam cawan petri yang
sudah berisi biji-biji tersebut.
6. Amati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari, selama 7 – 10 hari dan amati juga
pertumbuhan kecambahnya.
7. Tentukan persen perkecambahan dan ukurlah kecambah
8. Bandingkan hasil percobaan tersebut dengan perkecambahan yang hanya diberi
perlakuan disiram dengan air/akuades (kontrol)
Keterangan :
Pengujian secara statistic diperlukan untuk mengetahui pengaruh allelopati alang-alang
terhadap perkecambahan ini. Rancangan penelitian digunakan yaitu Rancangan Acak
Lengkap dengan model umum persamaan sebagai berikut :
Y=U+T+E
Dimana
Y = Nilai Pengamatan
U = Nilai Rata-rata harapan
T = Pengaruh perlakuan
- Perlakuan 1, ekstrak perbandingan 1 : 7
- Perlakuan 2, ekstrak perbandingan 1 : 14
- Perlakuan 3, ekstrak perbandingan 1 : 21
- Control (tanpa perlakuan)
E = Kesalahan percobaan

*Setiap perlakuan dilakukan 2 kali ulangan


2. PRODUKTIVITAS
A. Pendahuluan
Aliran energy melalui komunitas dinilai dari absorbs (fikasi) CO2 dengan bantuan sinar matahari
oleh tumbuhan, suatu proses yang juga memerluakn energy. Tumbuh-tumbuhan muda/ kecambah
menggantungkan pada makanan yang disimpan dalam biji untuk energy hingga mesin produksi
mulai bekerja. Sekali energy dimobilisasi, tumbuhan hijau mulai mengakumulasi energi. Energy
yang diakumulasi tumbuhan disebut sebagain produksi, atau lebih spesifik disebut produksi
primer, karena ini merupakan bentuk awal dan dasar bagi simpanan energy dalam suatu ekosistem.
Laju produktivitas dimana energi disimpan oleh aktivitas fotosintetik dikenal sebagai produktivitas
primer. Seluruh energy dari matahari diasimilasi, yakni total fotosintesis, disebebut sebagai
produktivitas primer kotor. Selain itu tumbuhan memerlukan energy untuk pemeliharaan dan
reproduksi yang diperoleh dari respirasi, yang merupakan proses kebalikan dari fotosintesi.
Energy yang tersisa setelah disimpan sebagai materi organik disebut sebagai produksi primer
bersih atau pertumbuhan tumbuhan.
Produksi biasanya diekspresikan sebagai kilokalori per m 2 per tahun (Kkal/ m2/thn). Selain itu
juga dapat diekspresikan sebagai materi organik kering dalam gram per m 2 per tahun (g/m2/thn).
Produksi primer ini diakumulasi oleh tumbuhan sebagai biomassa tumbuhan. Sebagian dari
akumulasi ini diputar secara musiman melalui proses dikomposisi. Sebagian yang terakumulasi di
suatu daerah pada suatu waktu tertentu disebut “biomassa standing crop”. Biomassa biasanya
diekspresikan sebagai gram organic per unit luas daerah, mis : g/m2
B. Tujuan
1. Memehami konsep produktivitas
2. Memehami hubungan produktivitas dengan perubahan lingkungan/tanah
C. Alat dan Bahan
Alat : timbangan, guntuing rumput, meteran roll
Bahan : Vegetasi rumput, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL
D. Metode Kerja
1. Setiap kelompok menyiapkan 5 seri kuadrat yang berdampingan, beri nomor 1 s/d 5
2. Potong vegetasi rumput diatasnya dan timbang berat biomassa vegetasi di setiap kuadarat,
usahakan perbedaan biomassanya tidak mencolok, demikian pula komposisi dan struktur
vegetasi yidak berbeda jauh (di ke 5 kuadrat tadi)
3. Berilah perlakuan dengan cara menyiram 2 hari sekali. Perlakuan berbeda untuk setiap
kelompok yaitu ; (lihat tabel)

Kelompok Hasil Pemotongan/ Panen


5 dan 6 Air saja
4 dan 7 Larutan 3 gram urea dlam 10 liter air
3 dan 8 Larutan 3 gram TSP dalam 10 liter air
2 dan 9 Larutan 3 gram KCL dalam 10 liter air
1 dan 10 Lar. 1 gram urea + Lar. 1 gram TSP + Lar. 1 gram KCL dalam 10 liter
air
4. Lakukan pemanenan atau pemotongan bagian atas vegetasi sebagai berikut :
Kuadrat Hari Pemotongan/Panen
1 Hari ke-2
2 Hari ke-4
3 Hari ke-6
4 Hari ke-8
5 Hari ke-10
5. Hitunglah produktivitas rata-rata harian setiap kelompok
6. Buatlah histogram yang menggambarkan untuk perbedaan umur vegetasi (berdasarkan hasil
pemotongan atau pemanenan)
7. Bandingkan antar perlakuan dengan menggunakan data kelas hasil perhitungan 5 dan 6
Catatan : lakukan percobaan ini yang bervegetasu relative sama untuk seluruh kelas

Kesimpulan apa yang anda dapat dari hasil percobaan ini ?


3. SUKSESI

A. Tujuan : Untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan garapan dan lokasi yang mengalami
pengurasan
B. Bahan dan Alat
1. Bahan : lahan garapan seluas 5 x 5 m yang terbagi-bagi ke dalam kotak –kotak yang berukuran 1
x1m
2. Alat : - Cangkul, parang
- Meteran
- Tali raffia
- Buku catatan data
- Label etiket
- Patok layu untuk batas
C. Cara kerja
1. Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput-rumput dan tumbuhan yang hidup di lahan
tersebut.
2. Petak lahan garapan ukuran 5x5 m dibagi-bagi menjadi petak kecil yang berukuran 1x1 m dengan
menggunakan meteran dan di batasi oleh tali raffia. Selanjutnya biarkan petak pengamatan
tersebut selama satu minggu. Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput-rumput dan
tumbuhan yang hidup dilahan tersebut.
3. Setelah satu minggu amati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing-masing petak 1x1 m dan
catat mengenai jumlah dan jenis tumbuhan yang ada serta ukur tingginya.
4. Pengamatan petak percobaan 1x1 m, dilakukan setiap minggu dan lama pengamatan 10 minggu.
5. Catat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan bandingkan hasil pengamatan dari setiap
minggu.
6. Dari data hasil pengamatan apakah ada perubahan jenis tumbuhan dari komunitas percobaan
tersebut, selama pengamatan.
5m

1m
1 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

16 17 18 19 20

21 22 23 24 25

Gambar : Petak percobaan suksesi sekunder

Keterangan :

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan
sering kali perubahan itu merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Pada sebidnag kebun
yang telah dipanen dan ditinggalkan tidak ditanami lagi akan bermuculan berbagai jenis tumbuhan liar
yang membentuk komunitas. Apabila lahan tersebut dibiarkan cukup lama maka komunitas tumbuhan
yang terbentuk dari waktu-kewaktu akan mengalami perubahan komposisi jenis. Proses perubahan dal
komunitas yang berlangsung menuju kesuatu arah pembentukan komunitas secara teratur disebut suksesi.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses
suksesi akan berakhir dengan pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam
suksesi dikenal suksesi primer dan sekunder, perbedaan antara suksesi ini terletak pada kondisi habitat
pada awal suksesi terjadi.

Dalam praktikum ini kita akan mencoba melihat suksesi sekunder dengan kurun waktu yang
sangat pendek

Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari percoban ini?


4. PENYEBARAN, LUAS MINIMUM DAN JUMLAH SAMPEL

A. Pendahuluan
Di dalam menganalisis suatu vegetasi sering dipersoalkan bagaiman sampel diambil.
Pertanyaan seperti itu berapa luas daerah yang memadai dalam mengambil sampel tersebut, dan
berapa banyak sampel yang perlu dilakukan dengan luas area sampel tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini perlu diperjelas, sebelum analisis vegetasi dilakukan
secara lebih rinci dan mendalam.
1. Penyebaran sampel
Bagiamana tau dimana sampel diambil dalam suatu vegetasi merupaka pertanyaan lebih
didasarkan pada masalah statistik. Jadi dalam hal ini berkaitan dengan pengambilan atau
penyebaran sampel

Untuk menjawab permasalah ini perlu dipahami bahwa penyebaran individu-individu


populasi mempunyai tiga kemungkinan yaitu :

a. Penyebaran secara acak


b. Penyebaran secara merata
c. Penyebaran kelompok
Untuk menjawab permasalahan ini perlu dipahami bahwa penyebaran individu di dalam
populasi secara acak, merata atau berkelompok akan dilakukan praktikum sendiri.
Berdasarkan sifat penyebaran individu-individu suatu populasi, maka penentuan
pengambilan dalam analisis vegetasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a. Penyebaran sampel secara acak
b. Penyebaran sampel secara sistematik
c. Penyebaran sampel secara semi acak/semi sistematik

Penyebaran sampel secara acak dapat dilakukan berbagai cara, pada prinsipnya
subyektifitas dari pemrakarsa dihindarkan sama sekali, jadi bisa mempergunakan angka random
dari statistic, dengan menggunakan kartu permainan bridge ataupun cara lainnya.

Sampel dengan menggunakan kartu bridge :

Ambil dua set warna dari kartu ( kartu merah diamond dan kartu hitam clover) : warna
merah untuk menentukan sumbu X dan warna hitam menentukan sumbu Y. sebelum kartu
dimainkan, terlebih dahulu bagilah daerah pengamatan berdasarkan sumbu X dan sumbu Y ke
dalam 10 atau 12 bagian tergantung jumlah kartu yang dipakai. Jadi sumbu X dibagi dalam 1 atau
12 dan demikian juga sumbu Y. kemudian kocoklah kartu-kartu tadi (jangan disatukan antara
kartu merah dengan kartu hitam), dan keluarkan masing-masing satu dari setiap tumpukkan kartu
dari warna merah tadi, misalnya angka 5 untuk kartu merah dan angka 8 untuk kartu 8. Ini berarti
kedudukan sampel pertama adalah di 5 untuk sumbu X dan 8 untuk sumbu Y atau dikoordinat
(5,8). Untuk menentukan sampel berikutnya kocoklah kembali kartu-kartu tersebut, dan ambil
lagi masing-masing satu, dan seterusnya.
Penyebaran sampel secara sistematik pada prinsipnya sampel disebar secara teratur baik
secara merata atau berdasarkan arah tertentu. Penyebaran sampel berdasarkan arah satu garis atau
transek merupakan salah satu sampel dari penyebaran sistematik ini.

Penyebaran sampel semi sistematik atau semi acak dilakukan dengan cara: pertama-tama
sampel disebar seperti pada penyebaran pada sistematik, untuk setiap tempat yang telah
ditentukan secara sistematik tadi dilakukan pengundian apakah diambil sampelnya atau tidak.
Pengundian ini dapat dilakukan berdasarkan salah satu muka dari mata uang logam.

2. Penentuan luas sampel/luas minimum


Luas area tempat pengambilan sampel vegetasi sangat bervariasi, tergantung dari bentuk
atau struktur vegetasi tersebut. Untuk vegetasi Lichenes misalnya, diperlukan ukuran 1 cm 2.
Sedangkan untuk hutan campuran ditropika diperlukan ukuran 1/10 hektar. Yang penting
diperhatikan adalah bahwa seluas apapun sampel ini diambil harus dapat menggambarkan bentuk
vegetasi secara keseluruhan atau sebagian tumbuhan berbentuk vegetasi itu berada dalam daerah
sampel tadi. Dengan demikian biasanya pada suatu bentuk vegetasi akan didapatkan suatu luas
terkecil yang dapat mewakili luas vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit
menentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakterisika secara keselurahan
disebut luas minimum.

3. Penentuan jumlah sampel


Jumlah sampel yang diambil juga merupakan hal yang terpenting. Dalam hal ini apakah
cukup dengan mengambil 10 kali dengan ukuran 1 m2?

Dasar pemikiran yang digunakan untuk menjawab hal ini sama dengan penentuan luas
minimum, yaitu berdasarkan jumlah sampel yang diperkirakan dapat mewakili seluruh
karakteristik.

B. Tujuan Praktikum
Memahami dan menguasai cara menyebarkan sampel, menentukan luas minimum dan jumlah
minimum.
C. Alat dan Bahan
Alat : Meter Rol, Tali Nilon, Patok, Parang
D. Bentuk Kegiatan Praktek Lapangan
1. Menentukan Luas Minimum
a. Bentuk suatu bujur sangkar dilapangan rumput seluas (25x25 cm 2), kemudian catat yang
berada semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadran tersebut.
b. Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah dicatat, perluas kuadrat tadi menjadi dua kali
semula, itu menjadi 25x50 cm 2 catat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran
yang diperluas tadi.
c. Lakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu 2 kali asalnya; (50x50), (50x100),
(100x100) dan seterusnya. Sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru.
d. Lakukan seperti a sampe dengan c, tetapi sekarang dibentuk kuadran berupa lingkaran,
mulailah dengan ukuran kecil misalnya 1/16 m2. Pengamatan dicatat dalam tabel
Luas minimum bentuk : Segi empat/lingkaran
Jenis Luas Kuadrat (M)
Tumbuhan 1/16 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8

e. Bandingkan hasil dari cara penentuan tadi, bentuk persegi 4 dan bentuk lingkaran
f. Untuk mendapatkan luas minimum susunlah suatu grafik dari data yang diperoleh.
Catatan : perlu dipahami bahwa: luas minimu berada pada saat gari mulai mendatar, atau
kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10 %.
2. Menentukan Jumlah Minimum
a. Sebarkanlah secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1 m 3, catatlah jumlah jenis dari ketiga
kuadrat tadi.
b. Kemudian sebarkan lagi 3 kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-masing 1 m 3
dan catat kembali jumlah tumbuhannya.
c. Lakukan hal yang sama berkali-kali sampai misalnya 10 kali pengamatan masing-masing
membuat 3 kuadrat.
Catat datanya pada tabel berikut :
Jumlah minimum
Jenis Seri tiga kuadrat ukuran 1x1 M
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah

d. Kemudian susunlah, seri dari tiga kuadrat tadi, berdasarkan jumlah jenis dari jumlah
sedikit ke jumlah yang banyak.
Kesimpulan
a. Berapa luas minimum areal percobaan anda untuk komunitas rumput agar bias
refresentatifnya.
b. Berapa jumlah minimum kuadrat 1 m2 untuk komunitas rumput yang anda amati agar
sampelnya bisa mewakili semua spesies yang ada.
5. STUDI KOMUNITAS

A. Teknik Sampel Memakai Plot ( Plot Sampling Technique)


1. Pendahuluan
Komunitas tumbuhan adalah kumpulan dari beberapa populasi tumbuhan pada
daerah tertentu. Identifikasi komunitas tumbuhan didasarkan pada dominansi populasi
tumbuhan tertentu. Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat
dominansi ini adalah kerimbunan (Kb), kerapatan (Kp), dan frekuensi (F).
kerimbunan adalah persentase penutupan lahan oleh proyeksi kanopi tertentu.
seringkali pararneter kerimbunan dan kerapatan dinyatakan dalam kelas seperti dalam
tabel dibawah ini ;
Kelas Kerimbunan Kerapatan
1 < 5% Jarang sekali
2 5 – 25 % Jarang
3 26 – 50 % Cukup rapat
4 51 – 75 % Rapat
5 >75 % Rapat sekali
Ket. Kelas kerapatan umumnya di gunakan pada herba dan rumput

Frekuensi adalah persentase kehadfran tiap-tiap jenis dalam sebaran plotnya. Nilaipenting
sebagai dasar penentuan tipe komunitas tumbuhan merupakanpenjumlahan dari nilai-nilai
relatif dari ketiga parameter tersebut. Nilai relatif tiap parameter diperoleh dengan cara
membandingkan parameter tiap jenis dengan jumlah total tiap palameter.
Kerimbunan reratif A (Kbr) = (kerimbunan A/t\kerimbunaa total x 100%)
Kerapatan reratif A (Kpr)= (kerapatan A / kerapatan totar x 100%)
Frekuensi relatifA (Fr) = (frekuensiA/frekuensi total ) x 100%
Nilai Penting (Np) A = (KbrA +KprA + FrA)
Jenis-ienis tumbuhan dalam sebuah tabel berdasarkan nilai penting dari yang terbesar
hingga ke yang lebih kecil. Dua jenis yang memiliki nilaitertinggi dapat digunakan untuk
memberi nama komunitas/bentuk vegetasi tersebut.
2. Tujuan
a. Melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan berbagaiteknik pengarnbilan
sampel (dergan plot dan tanpa plot)
b. Menghitung parameter vegetasi yang dianalisis yaitu kerapatan, frekuensi,
penutupan/dominansi, indeks nilai penting, indeks kesamaan dan indeks keragaman.
3. Alat dan Bahan
Meter rol 50 M, tali nilon, meter roll 3M
4. Metode kerja
a. Metode kuadrat
Metode kuadrat dilakukan pada plot-plot berukuran tertentu tergantung pada
bentuk vegetasinya, misalnya 1 meter persegi rumput atau herba. Bentuksampel
dapat berupa segiempat atau lingkaran. Parameter-parameter yang diukur adalah
kerimbunan, kerapatan dan frekuensi.
Tahapan kerja:
1. Sebarkan minirnal 10 kuadrat berukuran 1 meter2 untuk vegetasi rumput/herba
atau 400 meter2 untuk vegetasi pohon.
2. Disetiap kuadrat lakukanlah analisis vegetasi berdasarkan parameter-parameter
kerapatan, kerimbunan. Data di masukkan dalam tabel.
3. Setelah selesai menganalisis vegetasi, lakukan perhitungan frekuensi dan masing-
masing harga relatif dari tiap parameter.
4. Susunlah dalam suatu tabel jenis tumbuhan berdasarkan harga nilai pentingnya
dan tentukan nama bentuk vegetasinya.
b.Metode garis
Selain metode kuadrat kita juga dapat menggunakan metode garis untuk
menganalisis vegetasi. Bentuk sampel berupa garis yang panjangnya dapat 50 meter
pada vegetasi hutan atau 5 meter untuk vegetasi herbaatau rumput. Selain bentuk
sampel, definisi dari beberapa parameter juga berbeda. Kerapatan dalam metode ini
adalah jarak individu sejenis yang dilalui garis. Kerimbunan adalah persentase
penutupan tumbuhan sejenis sepanjang garis yang dilewati. Frekuensi didasarkan
pada kerapatan dari jenis-jenis yang dijumpai dalam sejumlah garis-garis yang
dibuat.
Tahapan kerja:
1) Untuk setiap kelompok sebarkan 10 garis masing-masing sepanjang l meter
secara acak atau sistematis.
2) Selaniutnya lakukan analisis vegetasi sepertipada metode kuadrat.
3) Bandingkan hasil yang diperoleh dengan metode kuadrat.

B. Teknik sampel tanpa Plot (plotless Sampling Technique)

Dalam kondisi biasa dimana waktu dan tenaga bukan merupakan kendala, Orang
dianjurkan memakaiteknik sampling dengan metode kuadrat, atau plot hitung. Tetapi pada
situasi dan kondisitertentu, dimana waktu sangat terbatas, sedang area yang harus diukur
meliputi daerah luas, maka lahirlah cara baru yang disebut teknik sampling tanpa plot.
Sesungguhnya teknik tersebut dalam banyak hal kurang akurat dalam perhitungan dari
pada metode kuadrat. Tetapiteknik ini secara ilmu pengetahuan masih dianggap memberi
informasi yang dipercaya, dan dalam pelaksanaan sangat irit tenaga dan waktu.
Metode tanpa plot akan lebih cocok kalau kondisivegetasicukup lebat, sehinggakalau dihitung
dengan menggunakan metode kuadrat merupakan kerja yang berat.
1. Metode titik terpegat (point intercept)
Ada dua macam point intercept yaitu linear frame dan point kuadrat sebagai alatuntuk
menentukan "cover’ tumbuhan bawah.
a. Linear frame atau juga disebut point-frequensi frame
Merupakan bentuk garis kaya yang berrobang dengan panjang 100 cmmisalnya,
jumlah lubang 10 dengan jarak interval 10 cm. Dengan pertolongan kawat yang melalui
cabang kearah bawah akan memegat jenis tumbuhan tertentu. Semua alat ini untuk
menentukan frekuensi, yaitu dengan meletakkan 10 x tusukan. Kalau jenis A tertusuk 5
x berarti frekuensi 5 %. Kemudian lebih baik untuk menentukan cover saja, jadi kalau
suatu jenis A tertusuk 5 x berarti cover %, sedang frekuensi dapat ditentukan dengan
berapa kali jenis A dijumpai dalam penempatan frame 10 x tersebut. Misalnya jenis A
hanya didapatkan 1 x dalam peletakkan 10 x, maka frekuensiA = l/5 x 100% = 20%.
b. Point quadrat
Dengan menggunakan point quadrat jauh lebih akurat hasilnya dan pada
linear frame. Ukuran kuadrat frame 1 x 1 meter, kemudian di masing-masing isi dibagi 10
sehingga akan menghasilkan kuadrat 10 x 10 cm. Kemudian dengan menusukkan kawat
ditengah-tengah kuadrat 10 x 10 cm, akan dapat dicatat jenis yang terpegat atau tanah
kosong. Dengan meletakkan 10 x kuadrat tersebut dapat dihitung frekuensi dan cover
jenis yang ada.
Catatan:
Untuk memudahkan perhitungan pencatatan hanya dilakukan pada waktupertama
kalikawatmenyentuh jenis tumbuhan tertentu. Kalau dibawahnya masihada jenis lain
(banyak lapisan) dapat diabaikan.
2. Metode jarak
a. Point-Centered Quarter Method
Metode ini banyak dipakai untuk survey hutan yang kondisinya cukuppadat.
Keuntungan lain point-centered quarter method tidak memerlukan faktor koreksi dalam
perhitungan seperti pada metode jarak lain seperti random pair method dan lain-lain.
Cara pelaksanaan metode tersebut sebagai berikut : Buatlah garis transek sepanjang 100 -
200 meter, kemudian letakkan 10 titik sampling dengan interval sama pada garis transek
tersebut. Dengan adanya titik sampling tersebut buatlah garis kedua tegak lurus dengan
garis pertama, sehingga tiap titik menghasilkan 4 quarter atau 4 kuadrant. Kemudian pada
tiap kuarter dicari satu jenis tumbuhan yang terdekat dan dicatat; jarak, mana, dan
diameter. Jadi kalau 10 titik sampling akan menghasilkan 10 x 4 = 40 pengukuran,
sedangkan kalau 5 tifik sampling = 5x4=20pengukuran.
Hasil pengukuran dicatat dalam tabel.

c. Penentuan Parameter Vegetasi


Dalam sampling komunitas ada tiga parameter kuantitatif yang dapatdiukur:
kerapatan/densitas, kerapatan/frekuensi dan penutup/cover (dominansi).
A. Kerapatan/Densitas
Densitas adalah jumlah individu suatu spesies persatuan luas. Satuan luas dapatberupa m2
atau Ha. Dalam penentuan densitas pada ploting dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah individu
Densitas
= Area cuplikan

Area cuplikan adalah jumlah plot dan luas plot yang dikerjakan. Misalnya jumlah plot 10
dengan luas 10 x 10 M = 100 m2. Misalkan spesies A pada perhitungan
10 x 10 plot tersebut 345 individu, maka densitasnya :

345 individu
Densitas = = 0,345 ind/m2 atau 3450/Ha
2
1000 m
B. Frekuensi
Frekuensi adalah kerapatan individu suatu spesies dalam suatu areayang dinyatakan
dalam persen (%) atau pecahan. Dalam penentuan frekuensi pada ploting dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah plot yang terdapat suatu spesies


Frekuensi = x 100%
Jumlah plot yang disampel
Misalkan suatu spesies A dalam 10 x ploting muncul 2 x, maka :

2
Frekuensispesies A= x 100% = 20%
10
C. Penutup/Cover (Dominansi)
Penentuan dominansi sutu spesies dapat dijalankan dengan mengukur basalarea (diameter
batang seting 1½meter) untuk jenis pohon, atau penutupan =berupa proyeksi tajukltunas daun
untuk jenis pohon dan herba. Untukmengetahui domfnansi suatu spesies dapat digunakan
rumus :
Total basal area atau penutup
Dominansi=
Area cuplikan

Jadi pada prinsipnya cara perhitungan mirip dengan cara penentuan densitas. Hanya pada
perhitungan dominansi yang diukur adalah luas (cm2, m2). Misalnya total basal area/nilai
penutup jenis A adalah 12,50 cm2, dengan ploting 10 kali (10 x 10 m2) jadi;

1250 cm2
Dominsansi = = 1,250 m2/m2 atau
1000 m2

1250
= = 12500 mm2/Ha
1000
1. Nilai Penting (lmportance Value)
Kalau tiap parameterdiubah rnenjadi harga relatif, misalnya :

Densitas suatu spesies


Densitas relatif = x 100%
Total densitas seluruh spesies

Maka nilaipenting = densitas relatif + frekuensi relatif + dominansi relatif

Jadi jumlah nilai penting seluruh spesies pada suatu lokasi atau tegakkan adalah 300 kalau itu
merupakan gabungan dari tiga parameter. Kalau hanya merupakan duaparameter saja = 200.
2. Penentuan lndeks Kesamaan (lndeks of Similarity) = lS
Setelah ditentukan parameter vegetasi dan nilai penting pada beberapa tegakkan,
dapatindeks kesamaan (IS) atau indeks ketidaksamaan (indeks of dissimilarity). Rumus
(IS) umumnya dipakai rumus Soerensen sebagai berikut:
2xW
IS = X 100
A+B
Dimana :
W = jumlah nilai kuantitatif terkecil dari dua nilai spesies yang umumnya terdapat pada dua
tegakan
A = jumlah semua nilai kuantitatif pada suatu tegakan
B = jumlah semua nilai kuantitatif pada tegakan lain.
Misalnya;

Tegakkan
Jenis
A 25 20
B 50 30
C - 20
D 75 100
R 100 70

W = 25 + 30 +75 +70 + 200

2 X 200 400
IS = X 100 = = 1/3= 33%
600 + 600 1200

Nilai kuantitatif dapat berupa nilai penting atau nilai parameter lain.
3. Penentuan indeks Keanekaragaman ( Diversity Indeks)
Setelah mengadakan ploting pada tiap tegakan dan menentukan parameter kuantitatif vegetasi
dapat ditentukan indeks keanekaragaman tiap tegakan. Ada beberapa rumus indeks
keanekaragaman yanag dapat digunakan tetapi sebaiknya di gunakan indeks diversitas umum
mennurus Shannon Winner kalau telah ditentukan nilai pentingnya.
H = − Σ (N) log ( n ) atau
N N
= - ∑ pi log pi
Dimana
M = nilai penting untuk tiap spesies
N = total nilai penting
Pi = probabilitas importance bagi tiap spesies ( Pi = m/n)
Rumus-rumus indeks diversitas lain
Indeks diversitas Shanon-Wienner
Dimana:
D=
N(N-1) ∑n (n-1)
D = indeks diversitas
N = total jumlah individu semua spesies
n = jumlah individu suatu spesies
6. PENGUKURAN BEBERAPA PARAMETER LINGKUNGAN

A. Pendahuluan
Udara dan tanah adalah faktor-faktor ligkungan yang tidak dapatdipisahkan dalam
kehidupan mahkluk hidup, khususnya tumbuhan. Disamping tergantung pada kondisi fisika-
kimia lingkungan tersebut, tumbuhan juga sebaliknya memberikan pengaruh fisika kimia
terhadap udara dan tanah. Berbagai parameter dari faktor-faktor lingkungan tersebut juga
saling berinteraksi sehingga menimbulkan kompleksitas interaksi antara faktor-faktor abiotik
itu sendiri.
Kondisi udara (iklim) yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan lumbuhan
disebut mikroklimat. Mikroklimat dikenal hanya datam daerah yang snagat kecil, namun
dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi turnbuhan. Hal ini berkaitan
dengan adanya perbedaan pada topografi, penutupan tajuk dan sebagainya. Pada praktikum
komponen mikroklimat yang diukur adalah : suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan
kecepatan angin.
Berkaitan dengan penutupan tumbuhan diukur laju penguapannya (evaporasi).

Kegiatan 1: PENGUKURAN MIKROKLIMAT KOMUNITAS VEGETASI

B. Tujuan
a. Memahami interaksi turnbuhan dengan mikroklimat
b. Memahami interaksitanah dengan tumbuhan diatasnya
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan : thermometer, soiltestrer, lux meter, anemometer, kertas pH, indikator,
Thermohygrometer, oven, timbangan ohause.
D. Metode Kerja
Pilihlah lokasi semak belukar dengan naungan pohon besar dan satu lagitanpa naungan
pohon besar. Ukurlah parameter-parameter lingkungan untuk kodisi udara di bawah semak
dan pada kondisi udara 1 m di atas semak pada kedua lokasi.
Untuk pengukuran intensitas cahaya digunakan lux meter dan kecepatanangin digunakan
anemometer. Gunakanlah data kelas dengan data kelompok-kelompok lain sebagai ulangan.
Suhu, pH dan kelembaban tanah dapat diukur langsung dengan thermometer tanah dan soil
tester. Apabila soil tester tidak tersedia di laboratorium maka pH tanah dapat diukur dengan
mencampurkan 10 gr tanah dengan 25 ml aquades lalu diukur dengan pH meter biasa atau
dengan kertas. pH indikator/lakmus.
Untuk pengukuran kandungan air, kandungan organik tanah dan tekstur tanah ambillah
kira-kira 100 gr tanah dari lapangan pada kedua lokasi dengan menggunakan bor tanah (soil-
auger). Untuk mengukur kadar air tanah timbang 20 gr tanah dan keringkan dalam oven
105oC selama 2 jam. Kadar air tanah dapat dinyatakan dengan persentase terhadap berat basah
atau berat kering. Kadar organik tanah diperoleh dengan membakar 5 gr tanah kering. yang
ditempatkan dalam cawan krus dan dimasukkan ke dalam “Furnace muffle” pada suhu 6000C
selama 3 jam. Kadar organik tanah dinyatakan dalam persen terdapat berat kering tanah.
Untuk tekstur tanah dilakukan pengayaan dengan saringan bertingkat setelah lk. 50 gr
tanah kering dihancurkan hingga meremah. Klasifikasi tanah mengacu pada tabel dan segitiga
kelas tekstur USDA
D. HasilPengamatan
Ternaung Lokasi Terdedah
Parameter yang Diukur
Suhu
Kelembaban Udara
Suhu Tanah
Kelembaban Tanah
pH Tanah
Kecepatan Angin
Intensitas Cahaya
Kadar Air Tanah
Kandungan Organik Tanah
Tekstur Tanah
Kegiatan 2 :

PENGARUH PERBEDAAN LINGKUNGAN TAMPAT TUMBUH TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Tujuan
Mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang disimpan di rumah kaca dengan di
tempat terbuka (faktor lingkungan berbeda).
B. Alat dan Bahan
Alat : Pot plastik berisi tanah, kertas milimeter, ember untuk menyiram
Bahan : Biji jagung, Biji kacang hijau
C. Metode Kerja
1. Sediakan beberapa pot plastik yang sudah berisi tanah secukupnya
2. Pilih biji jagung yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam
3. Tanamkan biji jagung pada plot plastik, masing-masing dengan jumlah biji 1,2,4,6,7,8
dengan dua ulangan
4. Simpan masing-masing pot di dalam rumah kaca dan pot lainnya dengan perlakuan
jumlah biji yang ditanam sama di lingkungan luar rumah kaca (alam terbuka)
5. Pada pot yang di simpan di rumah kaca lakukanlah penyiraman setiap hari, sedangkan
yang di tempat terbuka tidak perlu di siram (dibiarkan secara alami)
6. Lakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu dan ukur tinggi
serta biomassa tanaman setelah 4 minggu pengamatan
7. Setelah 4 minggu tanaman tersebut ditimbang bobotnya (bobot basah dan kering),
tanpa akar
8. Bandingkan bobot dan tinggi tanaman yang ditanam di rumah kaca dengan tanaman
yang ditanam di tempat terbuka
9. Catat data faktor lingkungan (temperatur udara, pH, cahaya) yang ada dalam rumah
kaca dan tempat terbuka (data sekunder).

Keterangan:

Faktor lingkungan yang ada di rumah kaca dan tempat terbuka erbeda sekali. Faktor-faktor
lingkungan yang ada di rumah kaca relatif di atur sedemikian rupa oleh manusia, sedangkan di
tempat terbuka sesuai dengan kondisi iklim yang ada.

Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman ini,
digunakan rancangan percobaan acak kelompok dengan model persamaan :

Y = U+ B + T + E

Dimana:

Y = nilai pengamatan
U = harga rata-rata harapan

B = pengaruh kelompok (rumah kaca dan tempat terbuka)

T = pengaruh perlakuan (jumlah biji yang ditanam setiap pot)

E = kesalahan percobaan

*ulangi 2 kali (R)

Kegiatan 3 : Analisis Tanah

A. Persiapan Sampel Tanah


1. Tujuan
Sampel tanah yang diperoleh dari lapangan harus diteliti dan dipersiapkan sebaik-
baiknya agar analisis kimia fisika dapat dilaksanakan dan data yang diperoleh
menjadi valid.
2. Dasar
Sampel tanah yang diperoleh dari lapangan dikeringkan dengan cara dianginkan atau
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40oC selama 24 jam. Sisa tanaman dibuang
dan disaring dengan ayakan ᶲ 2 mm. Untuk penetapan unsure C dan N diambil
sebagian dari smpel tanah yang telah diayak dengan ayakan ᶲ 2 mm, selanjutnya
dihaluskan dengan ayakan ᶲ 0,5 mm.
3. Alat-alat
a. Bak pengering dari logam tahan karat
b. pengering listrik (oven) dengan sirkulasi udara
c. ayakan ᶲ 2 mm dan ayakan ᶲ 0,5 mm
d. lumpang porselin dan penumbuk kayu
e. kantung plasit ukuran 20 x 15 cm
4. Cara kerja
a. sampel tanah dari lapangan diperiksa dan dicocokkan dengan surat perintah
analisis kemudian dicatat dalam buku dan diberi nomor laboratorium.
Selanjutnya semua sampel tanah dimasukkan ke dalam bak pengering secara
merata.
b. Kerngkan dioven pada suhu 40oC selama 24 jam atau kering udara.
c. Sampel yang telah kering (periksa perbedaan warna dan remas bongkah-
bongkah tanah dengan ujung jari) selanjutnya diayak dengan ayakan ᶲ 2 mm,
bongkah besar dan keras dihaluskan dalam lumpang dan diayak. Hasil
pengayakan disatukan dengan hasil pengayakan pertama kemudian dicampu
sampai betu-betul homogen.
d. Masukkan kedalam kantung plastik (sertai label)
e. Tulis nomor sampel pada plastik dengan spidol misalnya sampel A
f. Dari sampel A diambil ± 20 gram kemudian dihaluskan dalam lumpang sampai
semuanya halus dan diayak degan ayakan ᶲ 0,5 mm
g. Pindahkan ke dalam botl plastik kecil dan bubuhi nomor yang sama seperti pada
sampel A (sampel B)
h. Simpan sampel-sampel dalam gudang setelah kantung sampel ditutup rapat.
Catatan : sampel A ditempatkan hampir semua analisis kimia dan fisika kecuali
penetapan C dan N ditetapkan dari sampel B.

B. Penetapan Kadar Air/Bahan Kering


1. Tujuan
Untuk menyeragamkan hasil analisa, semua hasil penetapan diperhitungkan terhadap
bobot bahan kering.
2. Dasar
Tanah kering pada suhu 105oC selama 4 jam. Kehilangan bobot pada suhu
tersebut disebabkan oleh kehilangan air yang diabsorbsi pada permukaan tanah.
3. Alat-alat
a. pengering listrik (oven)
b. cepuk almunium
4. Cara Kerja
a. Timbang 5 gram sampel kering udara kedalam cepuk aluminium yang telah
diketahui bobotnya pada suhu 105oC.
b. Panaskan dalam pengering listrik pada suhu 105oC sampai bobot tetap (cepuk
biarkan terbuka)
c. Cepuk ditutup dan didinginkan dalam eksikalator (± 1 jam) lalu timbang
5. Perhitungan
% bahan kering = (B – A) x 20
100/BK = 100/(B – A) x 20 = 5/(B – A)
Perbedaan maksimal yang dapat diterima adalah :
0,3 % . 100/BK (2 desimal)
Catatan : A = bobot cawan kosong kering 105oC
B = bobot cawan kosong + bobot sampel kering 105oC

C. Penetapan pH
1. Penetapan pHH2O
1. Dasar
Tanah diekstrak dengan air demi, pH diukur dalam suspensi dengan
Elektroda gelas dan Kolomel.
2. Alat-alat
 Neraca 2 desimal
 Botol kocok plastik 125 ml
 Mesin kocok
 pH meter
3. Pereaksi
 Air demi
4. Cara Kerja
 Timbang 20 gram tanah dan masukkan ke dalam botol kocok
plastik 125 ml.
 Tambahkan air 50 ml air demi dan kocok selama 2 jam. Kecepatan
mesin di atur sedemikian rupa sehingga butr-butir tanah lepas dari
dasar botol.
 Biarkan 30 menit. pH diukur dalam suspensi. Dibaca sampai 2
desimal setiap sekali selesai pengukuran elektroda dicuci sampai
bersih.
2. Penetapan pH KCl
1. Dasar
Tanah diekstrak dengan KCl 0,1 N, pH diukur dalam suspensi dengan
elektroda gelas dan kolomel
2. Alat-alat
 Mesin kocok
 pH meter
3. pereaksi
 KCl 0,1 N : 7,45 gram KCl dilarutkan dalam air demi sampai 1
meter
4. Cara Kerja
 Cara pengerjaan sama seperti pada penetapan pH H 2O, hanya
larutan pengekstrak yang digunakan larutan KCl 0,1 N
 pH dibaca 2 angka desimal dibelakang koma. Hasil akhir ditulis 1
desimal

D. Penetapan Kelembaban

1. Dasar
BJ tanah, dicari volume tanah dalam air
2. Alat
Gelas ukur 100 ml
3. Cara kerja
 Ditimbang 5 gram (x) tanah dari lapangan, dimasukkan dalam air 50 ml
 Dilihat volume air yang naik (y)
4. Perhitungan
BJ tanah = Gr (x) / volume (y) x kandungan air
% kelembaban =BJ x kandungan air

E. Analisis Tekstur/Besar Butir

1. Dasar
Butir yang menyusun segumpal tanah dilepaskan dengan menghancurkan segala zat yang
berlaku sebagai perekat. Zat organik dihancurkan dengan perhidrol, sedangkan perkat zat
organik (Fe, Al dan CaCO3) dilarutkan dengan HCl. Sebagai peptisator digunakan larutan
Natrium piropospat. Perbedaan kecepatan mengendap dalam suatu media antara ukuran-
ukuran besar butir yang berbeda digunakan untuk pemisahan butir-butir dengan cara pipet
berdasarkan hukum pengendapan STOKES :
V = 2 (Ds – Dl). G. R2 /9.b
Dimana :
V = kecepatan pengendapan dalam cm/detik
Ds = Bobot jenis butir
Dl = Bobot jenis media
G = grafitasi
R = jari-jari butir
B = kekentalan cairan media (dipengaruhi suhu)
2. Alat
 Pengering listrik
 Selinder sedimentasi (gelas ukur 1 liter)
 Piper 25 ml khusus
 Pompa vakum (panca air)
 Piala gelas 800 ml
 Ayakan 50 mikron
 Cawan aluminium (volume 50 ml)
 Penangas air
 Eksikator
 Bak air penstabil suhu
3. Pereaksi
 H2O2 30%
 H2O2 10% : 330 ml 30% dijadikan 1 liter dengan air demi
 HCl . 2N : 170 ml HCl 36 % dijadikan 1 liter dengan air demi
 Larutan peptisator : 13,186 gram NH4P2O7 10 H2O dijadikan 1 liter dengan air
demi.
4. Cara Kerja
 Timbang 10 gram sampel tanah 2 ml (kering udara)
 Masukkan ke dalam gelas piala 800 ml dan ditambahkan 100 ml H 2O2 10%,
setelah dicampur baik-baik biarkan semalam untuk menghindarkan pembuihan
diberi beberapa tetes asam asetat pekat
 Tambahkan 25 ml H2O2 30% dan panaskan diatas pemanas listrik atau penangas
pasir sampai tidak berbuih lagi. Jika perlu ditambahkan lagi H2O2 30% setiap kali
penambahan 5 ml
 Tambahkan kedalam piala tersebut 100 ml air demi dan 20 HCl 2 N
 Didihkan selama 10 menit dan apabila sudah dingin tambahkan 400 ml air demi
 Saring dengan memakai lilin penyedot, dan penyaring dikerjakan sebanyak 5 atau
6 kali. (diuji hingga cairan netral dengan kertas pH)
 Sisa yang tertinggal setelah penyaringan yang terakhir diencerkan dengan air demi
sampai volume mencapai 200 ml
 Tambahkan 20 ml peptisator natrium piropospat dan didihkan selama 5 menit
biarkan sampai dingin.
5. Pemisahan fraksi pasir (mm – 0,05 mm)
 Suspensi tanah setelah dingin diayak basah melalui ayakan yang berlubang 0,05
mm. Saringan yang terdiri dari suspensi debu dan liat ditampung dengan silinder
sedimentasi 1 liter (gelas ukur 1 liter). Pasir yang tertinggal dalam ayakan dicuci
sampai bersih.
 Pasir dipindahkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya
pada suhu 105oC
 Uapkan diatas penangas air dan setelah kering masukkan kedalam pengering
listrik pada suhu 105oC selama 4 jam.
 Dinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan setelah dingin baru ditimbang.
 Jika perlu ulangi pemanasan penimbangan hinga bobot tetap (misalnya A gram)
6. Pemisahan fraksi debu + liat (0,05 mm – 0,002 mm)
 Suspensi dalam silinder sedimentasi dipenuhkan dengan air demi sampai tepat 1
liter
 Pindahkan silinder ini kedalam bak berisi air direndam
 Aduk dengan pengaduk kayu dengan gerakan vertikal selama 1 menit
 Dipipet dengan pipet khusus 25 ml pada kedalaman 9 cm dan kerjakan sekali
lagi pada kedalaman 11 cm (dari permukaan air)
 Hasil pemipetan dimasukkan kedalam cawan aluminium yang volumenya 50 ml
yang sudah diketahui bobotnya pada suhu 105oC (B).
 Selanjtnya dikerjakan seperti fraksi pasir
Bobot fraksi debu + liat + b gram
7. Pemisahan fraksi liat (0,02 mm – 0,00 mm)
 Kocok suspensi selama 12 menit seperti pada pemisahan fraksi debu + liat
 Pipet pada kedalaman 5,2 cm, stelah dibiarkan selama waktu yang diperlukan
 Masukkan kedalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya pada suhu
105oC. Selanjutnya dikerjakan seperti fraksi. Misalnya bobot liat = C gram.
Catatan : sebagai blanko dipipet 25 ml peptisator kedalam silinder sedimentasi.
Tetapkan volume menjadi 1 liter dengan air demi. Setiap pemipetan suspensi
tanah dipipetnya juga blanko dan diperlukan serta bobot sampel.
Misalnya bobot 20 ml blanko = A gram
8. Perhitungan
Bobot fraksi – fraksi pasir = A gram
Bobot fraksi debu + liat = 20 (B – A).gram = Y gram
Jumlah fraksi pasir +debu +liat = (A + Y) gram
Bobot fraksi liat = 40 (C – a) = 2 gram
Bobot fraksi debu = (Y – 2) gram
% fraksi debu = (Y – 2) x 100/A+Y
% fraksi pasir = A/A+Y x 100.
Lampiran
ALAT-ALAT DAN CARA PENGUKUR FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIS

A. Faktor lklim
1. Temperatur
Panas dapat dinyatakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram
kalori.Sedangkan pengukuran kualitatif biasanya dinyatakan dalam satuanderajat celcius,
atau daram derajat Fahrenheit, atau Reamur. (ingat bagaimanaskala perbedaan antara
sistem yang satu dengan sistem yang lain)
Dalam pengukuran secara kualitatif kita mengenal berbagai alat yang dikembangkan
sesuai dengan teknorogi yang mendasarinya, mulai yang sederhana sampai yang reratif
canggih, dan ada yang mengukur secaralangsung maupun dinyatakan dalam satuan tertentu
yang perlu dikalibrasi lagi untuk sampai pada satuan yang dikehendaki.

Bebagai bentuk thennometer


Pengukuran secara kualitatif terhadap suhu suatu benda atau medium dilakukan
dengan thermometer, dengan satuan derajat celcius atau Fahrenheit.

Prinsip kerja : themrometer bekerja berdasarkan konsep pemuaian/pengerutan suatu zat


padatan atau cairan akibat pernanasan/pendinginan. Zat cairan yang digunakan yaitu air
raksa atau alcohol, yang diberi warna supaya kelihatan dengan nyata. Penamaan
thermometer sesuai dengan benda cair yang dipergunakan, thermometer raksa atau
thermometer alkohol.

Thermometer maximum-minimum
Dalam keadaan tertentu kita memerlukan data suhu terendah dan tertinggi dalam
suatu perioda waktu tertentu : setiap jam, atau lebih panjang lagi. Untuk tujuan ini bisa
dipergunakan Thermometer Maksimum-Minimum, misalnya buatan Taylor lnstumen
Companies atau buatan Weklsler. Prinsip kerjanya tetap berdasarkan pemuaian/pengerutan
benda cair dalam tabung. Di sini dipergunakan dua macam cairan (salah satunya air raksa)
dengan bentuk tabung berupa pipa U

Tabung bagian kiri (1) diisi dengan cairan yang dapat mengembang sesuai denganpanas
disekitanya. Tabung kanan (3) adalah ternpat penampungan akibat perubahan volume
tabung kiri. Antara tabung kiri dan kanan diisi dengan air raksa (2). Pada kedua permukaan
kolom air raksa diberi keramik bermagnet dan berwarna. Yang dapat bergerak akibat
dorongan dari air raksa tadi tetapitidak dapat bergerak turun dengan sendirinya.
Bila udara panas cairan pada tabung kiri mengernbang dan menekan air raksa ke bawah,
sehingga air raksa di tabung kanan akan naik dan mendorong keramik bermagnet sampai
rnencapaikeseimbangan. Suhu panas dapat dibaca berdasarkan ujung keramik terbawah
dari tabung kanan ini. Sebaliknya bila suhu udara menjadi dingin maka volume cairan di
kanan menekan air raksa ke bawah, sehingga air raksa di tabung kiri naik dan mendorong
keramik di atasnya. Suhu terdingin dibaca berdasarkan ujung keramik bawah dari tabung
kiri ini.
Thermometer Tanah
Selain suhu udara, dalam penelitian ekologi sering juga diperlukan data mengenai suhu
tanah. Untuk itu dipergunakan alat yang disebut thermometer tanah, seperti buatan
Weksler. Thermometer pada alat ini disimpan dalam suatu tabung kayu yang ujungnya
berupa logam meruncing. Antara logam dan thermometer terdapat serbuk logam yang
menutupi ujung thermometer dan terdapat pada bagian atas logam runcing tadi.

Gambar
Logam dibagian ujung merupakan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah. Panas dan
tanah akan mempengaruhi logam yang kemudian akan diinduksikan ke serbuk logam.
Panas serbuk logam akan berpengaruh pada thermometer, dan ditunjukkan oleh perubahan
tinggi air raksa yang terbaca pada skala.

Seandainya thermorneter tanah tidak tersedia, bisa juga dipergunakan thermometer


udara biasa. Pelaksanaannya haruslah hati-hati. Mula-mula dibuat dahulu lubang dengan
diameter yang sama dengan thermometer yang dipergunakan, kemudian thermometer itu
dimasukkan ke dalamnya. Dalamnya lubang tergantung dari tujuan pengukuran.

2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau
atmosfer. Biasanya dinyatakan dalam benuk uap air (dalam gram) untuk setiap volume
udara tertentu (meter kubik). Berdasarkan perhitungan di atasmaka suhu tertentu untuk
tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut harga
kelembaban absolute.
Yang umum dipergunakan dan sering diukur adalah kelembaban relatif, yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan
tekanan uap jenuh pada suhu yang bersamaan.

F = e/Ex 100%
Dimana :
F= Kelembaban relatif
e = Tekanan uap air pada saat dan suhu tertentu
E = Tekanan uap airjenuh pada suhu yang sama
Alat yang dipergunakan untuk menentukan harga kelembaban udararelatif atau
Relatif Humidity (RH) adalah hygrometer dan psikrometer. Dalam praktikum
dipergunakan hygrometer dari taylor dan Sling psikrometer dari Hubard. Kedua alat
inimempunyai prinsip keria yang sama, yaitu dengan menggunakan dua thermometer.
Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua
untuk 7 mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi
kain/kapas yang basah).
Berdasarkan harga-harga dari dua thermometer ini, dan dengan pertolongan tabel
tertentu, moisal dari tabel Taylor, maka harga Kelembaban udara Relatif dapat ditentukan.
Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah
diberi aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan
mengipasi alat tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya
harus diputar.
Pada stasiun-stasiun cuaca dipergunakan higrograf, dengan demikian pencatatannya
sangat praktis dan data yang diperoleh lebih terinci. Pada beberapa pabrik pembuatan alat
ini disatukan dengan termograf, sehingga disebut termohigrograf.

3. Hujan
Hujan adalah sarah satu faktor iklim yang perlu dipahami, utamanya dalam
membahas ekosistemderetan. Berbagai bentuk vegetasi di muka bumi ini erat sekali
kaitannya dengan keadaan curah hujan. Produktifitas primer juga sangat sangat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya intensitas curah hujan. Bahkan untuk daerah tropika
besar kecilnya curah hujan sangat menentukan masa/musim pertumbuhan. Mengingat
pentingnya faktor hujan ini maka pengertian iklim, dan klasifikasinya sering dijabarkan
dalam bentuk pembagian pengelompokkan keadaan.

4. Angin
Angin adalah pergerakan udara karena adanya perbedaan tekanan antardua tempat.
Faktor ini merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting juga untuk diketahui
dalam Ekologi Tumbuhan.
Besaran angin ini yang perlu diketahui adalah arah dan besar/kuat aliran. Alat
pengukurkecepatan angin yang biasa dipergunakan adalah Anemometer.

B. FaktorTanah
1. Teksturtanah
Fraksi dari partikel tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifatfisika maupun
sifat kimia tanah. Pergerakan air baik vertical maupun horizontal presentase sistem kapiler,
dan kadar air tanah akan berlainan pada kearaan tanah yang teksturnya tidak sama.
Demikian derajat kesuburan tanah akan sangat tergantung pada teksturnya ini.
Dalam memahami tekstur tanah ini ada beberapa metodologi yang telah
dikembangkan, dengan prinsip yang sejalan yaitu menentukan atau mencari presentase
darimasing-masing partikel pembentuk tanah tersebut.
Penentuan Berdasarkan voluma
Cara ini lebih dikenal dengan cara basah, yaitu dengan cara melarutkantanah pada
suatu tabung kemudian larutan tanah diendapkan untuk suat periode waktu tertentu. Dalam
hal ini fraksi tanah diukur berdasarkan volume endapan yang terbentuk.

Penentuan berdasarkan Berat


Cara ini memerlukan tanah yang telah dikeringkan. Dengan cara penggerusan,
tapijangan terlalu kuat, yang diperlukan hanya menguraikan tanah atas partikel-partikelnya
(bukan melumatkan partikelnya), partikel diurai yang kemudian ditapis dengan penapisan
tanah khusus setimbang beratnya.

Penentuan Berdasarkan Pilinan Jari


Cara ini sangat umum dilakukan dalam survey lapangan, karena mudah dan praktis.
Caranya yaitu dengan memilin sejumlah sampel tanah di antara telunjuk dan ibu jari,
kemudian berdasarkan berbagai kriteria dari CLARK, tekstur tanah, tersebut dianalisis.
Tanah lembab dilapangan (kalau tenyata keadaannya kering dapat dibasahi dengan air
secukupnya) diambil sedikit dan letakkan antara ibu jari dan telunjuk. Pijit tanah itu dan
gerakkan kedua jari tadi seolah-olah memilin sesuatu, kemudian rasakan.

Tanah Pasir : Butiran terasa kasar dan lepas satu sarna lain,tidak dapat
dibentuk. Dalam keadaan keringpartikel-partikelnya terlepas.

Tanah Pasir Lumpur: Sulit dibentuk, pada tangan memberi warna lemah, masih dapat
dirasa adanya butiran kasar.
Tanah Lumpur Berpasir : Dapat dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai sebesar
hitamnya (karbon) pinsil, sangat nyata memberi wama pada jari
tangan.
Tanah Lumpur : dapat dibentuk sangat baik, lengket pada sendok, dengan kuku
tidak meninggalkan bekas yang mengkilat tapi kelihatan sedikit
kasar, memberi warna yang baik pada tangan.
Tanah Liat : sangat lengket, licin, dengan kuku bekasnya mengkilat, bila
kering merekah.

2. Kelembaban tanah
Kelembaban tanah setara dengan kadar air tanah, yaitu jumlah air yangdikandung
oleh tanah di lapang. Jadi harganya mungkin merupakan harga kapasitas lapangan atau
harga lainnya (bisa berupa koefisien kelayuan) dari tanah tersebut. Penentuannya
berdasarkan suatu prinsip sederhana, yaitu harga perbandingan antara berat air yang
terkandung atau terikat oleh partikel tanah dengan berat tanah kering. Atau bisa pula
didasarkan pada perbandingan volumenya.
a. Penentuan kerembaban tanah dengan car€l pengeringan
Sediakan cawan kering (beratnya tentukan dahulu). Masukkan sekitar l00gram tanah
segar dari lapangan ke dalam cawan dan simpan dalam oven sepanas 1050C selama
satu jam atau 2 kali 24 jam. Dinginkan cawan panas berisi tanah dalam exicator, dan
setelah cukup dingin cawan berisitanah kering ini ditimbang. Kadar air tanah ini dapat
dicari berdasarkan perbedaan-perbedaan beratnya
(lihat praktikum slfat Fisika Kimia Tanah!)
b. Penentuan kelembaban tanah dengan pembakaran
Cara ini dilakukan apabila kadar organik tanah tidak lebih dan 10% (mengapa
demikian ? diskusikanlah sesama teman kelompokmu)
Bakar sejumlah tanah segar (100 gr) dengan menggunakan alcohol, yaitu
mencampurkan tanah segar dengan sejumlah alcohol kemudian dibakar dalam cawan
kering yang telah diketahui beratnya. Untuk memudahkan selama pembakaran tanah
diaduk dengan pengaduk kaca. Apabila jumlah alcohol memadai, tanah kering setelah
api padam. Pembakiran bisa dilakukan berulang kali. Perhitungan sama dengan seperti
dalam sistem pengeringan diatas.
c. Penentuan kelembaban tanah dengan “Soil Tester”
Cara ini sangat mudah, yaitu dengan fnempergunakan alat khusus "Soil Tester,buatan
Ogawa. Tancapkan alat ini ke dalam tanah di lapangan, kemudian pijit tombol di
samping alat tersebut maka skala akan menunjukkan langsung kadar air tanah tersebut
dalam satuan %.
d. Penentuan kadar air tanah dengan komparator
Komparator yang dipergunakan adalah komparator saku dari Griffin
denganmempergunakan probe khusus untuk tujuan ini (jangan tertukar dengan probe
untuk menentukan suhu).
Sudah terang satuan yang dipergunakan tidak langsung menunjukkan harga % tetapi
satuan potensi listrik jadi perlu kalibrasi untuk sampai pada harga %-nya.

3. Reaksitanah
Yang dimaksud dengan reaksitanah ini adalah sifat keasaman tanah atau pH tanah.
Merupakan sifat kimia tanah yang paling utama untuk diketahui, karenabebagaitumbuhan
atau vegeiasi diatas permukaan bumi inisangat ditentukan oleh reaksinya terhadap sifat
keasaman/kebasahan tanah ini.
a. Penentuan reaksitanah dengan kertas pH
Kertas pH universal ditekankan langsung pada tanah yang ingin diketahui pHnya (bila
tanah dalam keadaan kering basahilah dengan air suling). Perubahan warna pada kertas
pH universal ini menunjukkan sifat keasarnan/kebasahan tanah, kelibrasiwarna
initergantung pada kertas pH yang dipergunakan.
b. Penentuan reaksi tanah dengan pH-meterelektrik
Untuk rnempergunakan pH-rneter elektrik ini hendaknya hati-hati dan sangatdituntut
untuk memahaminya terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk untuk setiap pabrik yang
mengeluarkannya.
Dalam Erlenmeyer ataubackerglass masukkan 10 gram tanah kering, kemudian beri25
mlairsuling dan selama 10 menit diaduk hingga merata, pergunakanlah gelas pengaduk.
Pengukuran pH dilakukan terhadap bubur tanah, suspensi, dan filtrate. Bubur tanah
adalah campuran yang belum terpisah antara suspensidanfiltratnya.
Pengukuran ini dapat pula dilakukan dengan mempergunakan KCl 1 N dengan cara dan
jumlah yang sama seperti pada perlakuan dengan air suring.
c. Penentuan reaksi tanah lainnya
Cara-cara lain untuk menentukan reaksi tanah ini adalah denganmempergunakan "soil
Tester yang sekarang banyak dijual diberbagai took, yang berkecimpung dalam produksi
pertanian, dengan berbagai bentuknya,umumnya buatan Jepang. Alat ini sangat praktis
tinggal menancapkannya pada tanah di lapang maka seketika itu juga harga pH dapat
dibaca.
Bisa pula dipergunakan "Sud Burry Soil Test Kit" dengan memakai zat kimia khusus
untuk itu, lihat cara pemakaiannya yang biasa tertera dalam kit tersebut.
4. substansi organik dalam tanah
Substansi organik ini umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian sampah pada
lapisan teratas dari tanah ini. Jadi secara paling kaya substansi organiknya adalah lapisan
humus.
Penentuan kadar organik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan :
- siapkan sekitar 5 gram tanah kering, timbanglah dengan timbangan analisis sehingga
tepat perhitungan miligramnya, masukkan dalam porselin kering yang telah diketahui
beratnya.
- bakarlah tanah dalam porselen ini, bisa dengan pernbakar Bunsen/Fisher atau pembakar
Funnei, hati-hati dimulai dengan pemanasan yang tidakterlalu tinggi dan secara perlahan-
lahan suhu dinaikkan sehingga mencapai titik abu dari materi tanah itu.
- Pengabuan dihentikan apabila seluruh tanah berubah warna menjadikeputih-putihan,abu-
abu, atau kemerah-merahan tergantung pada tanahnya.
- Letakakan porselen dalam exikator untuk didinginkan selama 20 menit, kemudian
poselen ditimbang kembali.
- Kehilangan berat merupakan kadar substansiorganik dari.tanah tersebut dan biasanya
dinyatakan daram persentase terhadap tanah kering.
- Untuk tanah yang mengandung kadarkarbonat yang tinggi harus dihitungdahulu
kadarnya, kemudian diperhitungkan dalam penentuan diatas.

5. kandungan mineral total


Untuk menentukan kandungan berbagai mineral secara rincidalam tanah perlu
pemeriksaan di Laboratorium tanah khusus. Yang paling mudah dilakukan adalah
menentukan kandungan mineral ini secara total, yaitu dilakukan secara bersamaan dengan
penentuan substansi organik terdahulu.
Perhitungan didasarkan pada,berat tanah yang terah menjadi abu. Jadi bagian yang mengabu
itulah kumpulan dari mineral-mineral dalam tanah tersebut, kecuali untuk karbonat.

Dengan mempergunakan “sud Burry Soil Test Kit” kita bisa juga secara kasar menentukan
kandungan zat hara dari Nitrogen, Pospor, dan Kalium (N,P,P). untuk itu panduannya bisa
didapat dalam brosur darikit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai