Anda di halaman 1dari 5

PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERMEDIA

Kata perilaku menurut KBBI adalah reaksi yang dihasilkan oleh individu terhadap
rangsangan disekitarnya. Menurut Jogiyanto (2007) perilaku adalah kegiatan atau tindakan nyata
yang dilakukan seseorang berdasarkan karena ingin.1 Dengan demikian, perilaku yang diinginkan
seseorang merupakan kejadian dari hasil suatu tindakan yang sadar yang diinginkan seseorang.
Perilaku dalam manusia dapat disederhanakan menjadi perilaku baik dan buruk. Perilaku-
perilaku tersebut dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, pesuasi, kekuasaan, sosial, dan
genetika. Perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.2
Dalam praktiknya, hadirnya perilaku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, tidak
terkecuali dalam berkomunikasi. Perilaku manusia akan mudah terlihat apabila mereka
melakukan interaksi baik itu berupa verbal maupun non-verbal. Dalam berkomunikasi tentunya
individu pasti memerlukan media komunikasi. Media komunikasi pada zaman sekarang pun
beragam baik media yang pasif maupun aktif. Fungsi dari media selain sebagai tempat pencari
hiburan, media juga menjadi tempat mencari sumber informasi. Salah satu contoh media pada
zaman sekarang adalah media sosial. Didalam sosial media disediakan berbagai fitur-fitur untuk
mempermudah penggunanya melakukan segala aktivitas didalamnya. Media sosial juga dapat
diakses dari untuk segala umur. Para pengguna diberi kendali penuh dalam menjalankan akun
media sosial yang mereka miliki. Ini memberikan dampak positif dan negatif sekaligus. Dampak
positif dalam hal ini, masyarakat mendapat informasi yang luas, mencangkup seluruh dunia.
Masyarakat juga dapat memilih untuk apa media sosial yang mereka pergunakan. Akan tetapi,
dampak negatifnya juga tidak sedikit, selain mudahnya informasi palsu (hoax) diterima oleh
masyarakat, kebebasan berekspresi di media sosial juga membuat perilaku para pengguna
melupakan etika dan moral yang harus di jaga.
Perilaku masyarakat dalam bermedia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kemampuan diri komputer.
Kemampuan sesorang untuk mengakses dan menjalankan perangkat keras komputer,
termasuk mengoprasikan perangkat lunak didalamnya.
2. Karakteristik sosial demografi

1
Fahlepi Roma Don, “Perilaku Penggunaan Media Sosial Pada Kalangan Remaja”, Indonesian Journal on Software
Engineering, Vol. 3, No. 2 (2017), Halaman 16.
2
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. “Zanna. The Handbook of Attitude”. Routledge, 2005. Hlm. 74-78
Pengklasifikasian tatanan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi
geografi, dan kelas sosial.3
3. Praktik komunikasi
Semakin sering seseorang melakukan komunikasi, orang tersebut memahami etika
berkomunikasi
4. Penggunaan media
Penggunaan media yang tepat akan membantu seseorang menemukan informasi yang
sesuai dan komunitas yang ramah
5. Karakteristik penggunaan teknologi
6. Aktivitas penggunaan media sosial.4
Adapun rincian faktor-faktor diatas pun saling behubungan, yaitu:
 Kemampuan diri computer berpengaruh pada penggunaan media
 Karakteristik sosial demografi berpengaruh pada penggunaan media.
 Penggunaan media berpengaruh pada karakteristik penggunaan teknologi
 Karakteristik penggunaan teknologi berpengaruh pada aktivitas penggunaan media
sosial.5
Beberapa motif dari masyarkat yang mendorong kegiatan bermedia ini membuat media
khususnya media sosial semakin masif dan intensif. Perilaku terhadap media dan masyarakat pun
tergolong beragam. Tidak sedikit isu yang ditimbulkan akibat melonjaknya kegiatan daring ini.
Isu-isi terkini terkait penggunaan media sosial yang relatif menyita perhatian sekita, yaitu
swafoto (selfie), cyberwar, belanja daring, personalisasi diri pengguna, dan budaya share.
1. Swafoto
Fenomena teknologi yang sering dilakukan adalah swafoto. Defines swafoto sendiri
adalah mengambil gambar diri dengan menggunakan ponsel pintar untuk disebar luaskan
atau disimpen untuk diri sediri sebagai tentang di mana kita berada, apa yang kita
lakukan, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan, dan siapa yang kita pikir melihat
kita. Menurut Mulawarman dan Nurfitri ada 3 ulasan terkait fenomena swafoto. Pertama,
3
Ida Ayu Putu Niya Pradnya Santi, “Hubungan Karakteristik Sosial Demografi Konsumen Dengan Respon Terhadap
Stimuli Komunikasi Pemasaran”, Halaman 125.
4
Fahlepi Roma Don, “Perilaku Penggunaan Media Sosial Pada Kalangan Remaja”, Indonesian Journal on Software
Engineering, Vol. 3, No. 2 (2017), Halaman 22.
5
Ibid., Halaman 22.
swafoto sebagai bentuk eksistensi dirinya. Dengan melakukan swafoto seseorang akan
dianggap ‘ada’. Para audiens akan memberi like jika mereka menyukai, ini mebuat efek
adiktif terhadap masyatakat. Kedua, swafoto sebagai bentuk narsisme digital, untuk
menarik kesan kepada penonton. Ketiga, swafoto menandakan bahwa seseorang
membuka diri, bukan tidak mungkin seseorang yang mengupload swafoto menarik orang
asik dan memberikan relasi kepadanya
2. Cyberwar
Cyeberwar merupakan hasil dari perilaku yang tidak baik dari masyarakat, dipengaruhi
oleh stereotip yang menjadi acuan kepercayaan. Cyberwar muncul ketika dua pendapat
yang berbeda mempedebatkan sesuatu dan menuntut bahwa pendapatnya saja yang benar.
Selanjutnya cyberwar dapat menyulut perilaku diskriminasi maupun tindakan
nonkooperatif lainnya, seperti fitnah dan permusuhan.
3. Belanja daring
Tempat seperti facebook, blog, whatsapp dan lain-lain awalnya bukan menjadi media
belanja, tetapi karena pemilik akun dan orang tersebut mengenal satu sama lain sehinggal
jual beli pun dilaksanakan. Bagi konsumen, belanja dari mengalami peningkatan karena
komunikasi antara penjual dan pembeli bersifat persuasive dan barang yang ditawarkan
sesuai dengan keterangan yang tertera. Kepuasan pelanggan saat berbelanja dan
berinteraksi dengan penjual membuat toko daring dapat mempertahankan pelanggannya
dengan cara meningkatkan minat berbelanja.
4. Personalisasi diri pengguna
Didunia maya kerap sekali orang tidak mencantumkan identitas aslinya dengan sengaja
memasang foto profil bukan dirinya, tanpa foto profil, dan tanpa identitas jelas. Akun
tersebut tidak jarang pula menyalah gunakan media sosial dengan menulis tulisan yang
tidak bertanggung jawab. Identitas yang tidak jelas di dunia maya menunjukan bahwa
perilaku masyarakat sekarang takut terhadap keterbukaan dirinya
5. Budaya share
Budaya share ini sudah dimulai sejak lama, tetapi pada tahun 2014 budaya share ini
makin memanas, pasal dengan adanya pemilihan umum tersebut. Orang yang
menyerukan untuk membagikan suatu postingan biasanya menambahkan kalimat yang
menakut-nakuti agar tujuannya tercapai. Pemberitaan yang di bagikan kebanyakan berita
hoax Pola-pola pemberitaan hoax selalu berpola sama dengan membuat judul bombastis
untuk menarik minat baca. Terkadang antara judul dan isi berita tidak sinkron. Dengan
data Indonesia yang menjadi tingkat literasi rendah, tak jarang pula yang termakan hoax
Mulawarman, dan Nurfitri, Aldila Dyas. 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi, 25(1): 36-44
Doni, Falepi Roma. 2017. Perilaku Penggunaan Media Sosial Pada Kalangan Remaja.
Indonesian Journal on Software Engineering, 3(2): 15-23.

Anda mungkin juga menyukai