Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Mentimun (Cucumis sativus.L) termasuk jenis sayuran buah yang memiliki

banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari–hari. Di pasaran mentimun

dibutuhkan dalam jumlah besar dan kontinyu karena buah ini banyak disukai oleh

sebagian besar golongan masyarakat.

Buah mentimun mengandung mineral seperti kalsium, phospor, kalium, besi,

vitamin A, B, dan C. Buah mentimun berguna untuk terapi pengobatan berbagai

macam penyakit seperti gangguan lever, mencegah hepatitis, dan meningkatkan

kekebalan tubuh selain sebagai bahan makanan. Mentimun telah banyak

dimanfaatkan dibidang kecantikan. Berbagai produk kosmetik diolah dari bahan

mentimun dengan menggunakan teknologi modern (Hembing, 2000).

Pertanian konvensional merupakan paket pertanian modern yang memberikan

hasil panen yang tinggi dengan input pupuk kimia, pestisida kimia, benih varietas

unggul, penggunaan mesin-mesin pertanian untuk pengolahan dan pemanenan. Badan

dunia FAO mengemukakan bahwa penggunaan pupuk yang berimbang dapat

meningkatkan hasil panen mencapai 50%-60% ( Sutanto, 2002).


2

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir negara-negara industri mulai

berpendapat bahwa paket pertanian modern yang memberi hasil panen yang tinggi

ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ( Sutanto 2002).

Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat mencemari lingkungan,

sedangkan penggunaan pupuk organik yang tidak hati-hati terutama pada proses

pengolahannya juga akan mencemari lingkungan, udara utamanya, sebagai contoh

hamparan limbah pertanian yang dibiarkan terendam air dan mengalami proses

fermentasi aeroup akan menghasilkan gas metana yang berpotensi besar terhadap

pelubangan pada lapisan ozon ( Sutanto, 2002).

Menurut Susilo (2005), menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem

pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut :

a.      Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan

sedimen,

b.     Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida

maupun aditif pakan,

c.      Pengaruh aditif senyawa kimia pertanian pada mutu dan kesehatan makanan,

d.     Peningkatan daya tahan organisme terhadap pestisida,dan

e.      Penurunan produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan serta berkurangnya

bahan organik tanah.


3

Pertanian berkelanjutan memperoleh perhatian besar dari pakar lingkungan,

pertanian dan konsumen. Bentuk pertanian yang berkelanjutan adalah pertanian

organik. Pertanian organik banyak  diterapkan di negara-negara berkembang seperti

Korea, Hongkong, Cina, Thailand dan Indonesia. Pemakaian pupuk organik atau

substansi-substansi yang mencirikan produk alamiah merupakan ciri-ciri utama

pertanian organik (Higa dan Wididana, 2003).

Sifat fisik, kimia dan biologi tanah banyak berpengaruh dalam membangun

kesuburan tanah. Pertanian konvensional dalam menggunakan pupuk kimia

merupakan praktek pengelolaan yang cukup dominan. Penggunaan mesin pertanian,

varietas unggul, melupakan usaha perbaikan lahan dan pengelolaan bahan organik

tidak dapat dihindarkan oleh petani konvensional. Keseimbangan pengelolaan tanah

diperlukan dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan (Sutanto, 2002).

Pupuk organik, tanah yang subur dan mengandung hara yang cukup

merupakan syarat mutlak bagi tanaman mentimun. Hara NPK juga di perlukan oleh

tanaman mentimun. Produksi maksimum tanaman akan tercapai apabila kandungan

nutrisi di dalam tanah pada kondisi cukup dan seimbang. Keseimbangan penggunaan

pupuk organik dan anorganik akan memberikan stimulan yang cukup untuk

mengaktualkan potensi genetik produksi (Simatupang et al., 2008).

Mentimun juga dikenal dalam dunia kesehatan sebagai obat batuk, penurunan

panas dalam, bahkan mentimun yang dikukus dan di simpan sehari semalam lalu di
4

diamkan langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk - batuk.

Dalam proses pengembangan tanaman mentimun sering mengalami kendala, terutama

dalam hal sifat fisik dan kimia tanah. Tanah yang kurang subur menyebabkan

produksi menurun. Untuk itu dalam penanaman mutlak diperlukan pengolahan tanah

dan penambahan usur hara. Dalam hal ini dapat dilakukan pemanfaatan pupuk

kandang dan pemupukan anorganik sebagai solusi yang dapat dilakukan.

Pupuk ZA merupakan pupuk N yang terbuat dari gas amoniak dan gas asam

arang.Persenyawaan kedua zat ini mengandung N 20%. ZA termasuk pupuk yang

higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap

air dari udara (Lingga, 2007).

Pemberian pupuk ZA dalam tanah, dengan bantuan enzim urea akan segera

dihidrolisis menjadi ammonia dan karbondioksida. Amonia dan karbondioksida,

keduanya berbentuk gas dan mudah hilang dari tanah. Namun demikian amonia

mudah bereaksi dengan air membentuk hidroksi ammonium, sehingga untuk

sementara tidak akan hilang dari tanah (Sarif, 1996).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa

kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine).

Itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. Walau pun

demikian, sepertinya orang enggan berbicara kotoran cair yang berupa urine ternak

( Sutanto, 2002).
5

Pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan dan hasil produksi tanaman

mentimun. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang mengalami

penguraian oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang sangat

dipengaruhi beberapa faktor antara lain, yaitu jenis hewan, umur hewan, keadaan

hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan

sebelum diaplikasikan. Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan

tanah permukan (top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya

serap dan daya simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan

tanah (Musnamar, 2006).

Manfaat pupuk kandang bagi tanaman semusim selain untuk menyuburkan

tanaman juga dapat meningkatkan efisensi pengunaan pupuk kimia, sehingga dosis

pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat

secara nyata dikurangi. Kemampuan pupuk kandang untuk menurunkan dosis

penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah

dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (padi, jagung

dan kentang) maupun tanaman sayur – sayuran (kacang panjang, timun, terong

(Rusmaili, 2011).

Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman mentimun menurut (Nurtika, 2001)

30 ton/ha atau sama dengan 3 kg/tanaman, sedangkan menurut (Intan, 2010)

kebutuhan pupuk kandang 25 ton/ha atau sama dengan 2,5 kg/tanaman . Pupuk
6

Kandang kambing merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir,

dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang

terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah, juga

mencukupi keperluan pertumbuhan dan meningkatkan hasil produksi tanaman seperti

jenis sayura-sayuran buah (timun, labu-labuan, belewah). Pupuk kandang kambing,

karena pupuk ini merupakan pupuk panas sebaiknya pemakaian dilakukan 2 minggu

sebelum tanam (Intan, 2010).

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian “Pengaruh

Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan

produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules?

2. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Kandang Kambing terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules?

3. Apakah ada interaksi pengaruh pemberian pupuk ZA dan pupuk Kandang

Kambing terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L) Varietas Hercules?


7

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk Kandang

Kambing terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu interaksi antara pengaruh

pemberian pupuk ZA dan pupuk Kandang Kambing terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.


8

2. Sebagai bahan informasi pada semua pihak yang membutuhkannya,

terutama yang bergerak dibidang budidaya Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses secara penelitian langsung.

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti yaitu

Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing merupakan variabel bebas, serta

pertumbuhan dan produksi tanaman Mentimun merupakan variabel terikat, secara

sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar

berikut:
9

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk ZA

Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman
Mentimun

Pupuk Kandang
Kambing Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Diameter Batang (mm)


Jumlah Daun (helai)
Jumlah Buah (buah)
Berat Buah Per Tanaman Sampel (gr)
Berat Buah Perplot (gr)
Panjang Buah (cm)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
10

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan produksi

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

2. Ada pengaruh pemberian pupuk Kandang Kambing terhadap pertumbuhan

dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

3. Ada interaksi pengaruh pemberian pupuk ZA dan pupuk Kandang

Kambing terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di lahan Bapak Abdul Azis Dalimunteh, Dusun

Kampung Mangga, Desa Tebing Linggahara Baru, Kecamatan Bilah Barat,

Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada

pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret sampai dengan bulan Juni 2014.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Tanaman mentimun

Klasifikasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Nawangsih, 2001)

dalam tatanama tumbuhan, diklasisfikasikan kedalam :

Kingdom : Plantarum

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Clas : Dikotyledonae

Sub klas : Symperalae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativa L.

2.1.1. Beberapa jenis varietas tanaman mentimun

Tanaman mentimun termasuk jenis tanaman sayur-sayuran buah

(Cucurbitaceae). Beberapa jenis tanaman lain yang masih satu famili dengan

mentimun diantaranya semangka, wuluh belewah, dan melon. Berdasarkan cara


12

pemeliharaan mentimun terbagi dua jenis yaitu varietas hibrida diantaranya Hercules

dan OP/open polingated (Nawangsih, 2001).

Varietas Hercules diproduksi oleh Chia Tai Seed, Thailand. Tanaman ini

pertumbuhanya kuat dan bercabang banyak, tahan terhadap penyakit embun pagi.

Buah beragam, tidak berongga, cukup tebal, dan rasanya tidak pahit. Buah berbentuk

panjang silindris dan kulitnya berwarna hijau tua. Buah memiliki ukuran panjang 18

cm dan diameter 4 cm, berat buah 350 – 400gr. Setiap tanaman dapat menghasilkan

5 – 5,5 kg dengan jumlah buah 10 – 16. Umur panen tanaman 35 hts

(Cahyono, 2003).

Untuk produksi mentimun hijau yang diramalkan akan mampu menduduki

posisi brand image diareal Sumbagsel ini, PT. Tanindo Subur Prima memiliki produk

handal, yakni Hercules 56. Hercules 56 adalah mentimun hibrida yang merupakan

hasil persilangan yang kini dikembangkan oleh PT. BISI (Benih Inti Subur Intani),

Kediri Jawa Timur (Harist, 2001).

Bila dilihat dari segi hasilnya dapat mencapai 5 kg per tanaman, dengan

jumlah buah antara 10 – 16 buah pertanaman. Panen pertama biasanya dimulai pada

umur 35 hts, sedangkan masa panen mampu bertahan hingga 60 hari setelah tanam.

Bila tanaman dalam kondisi yang baik dapat dipanen hingga 17 kali. Ada pun

kelebihan lainya adalah penggunaan benih / kebutuhan benih yang cukup hemat yakni

antara 750 hingga 800 gr/ha dengan jarak tanam 40 cm x 50 cm (Harist 2001).
13

Keungulan komperatif dibandingkan timun sejenis diantaranya : daya tahan

terhadap serangan hama penyakit Downy Mildew relatif kuat, penampilan tanaman

maupun vigornya kuat dan bercabang banyak, bahkan ada kecendrungan

pertumbuhanya kesamping. Pertubuhan menyamping ini tentu sangat positif karena

berarti banyak cabang – cabang yang lebih produktif. Di samping, itu buah seragam

tidak berongga dengan warna yang hijau tua dan tidak berasa pahit sedikit pun.

Potensi tumbuhnya pun cukup luas, yakni dari dataran renda hingga pada dataran

yang cukup tinggi (Harist, 2001).

Selama ini timun Hercules lebih menguasai pasar, hal ini dikarnakan pertama

sejarah perkembangan dalam pengenalan produk yang memang lebih didahulu

daerah, kemudian yang kedua oleh karena orang – orang di daerah ini mengenal lebih

dahulu tentang karakteristik timun ini, yakni yang lebih tahan lama, tidak muda

keriput sehingga pedagang lebih menyukainya karena memiliki waktu yang lebih

panjang untuk memasarkanya (Harist, 2001).

Mentimun hibrida terdiri dari Asian Star 22 dan Pretty swallau. Asian star

memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) banyak percabangan,

2) warna buah putih,

3) panjang buah 15 - 19 cm,

4) diameter 3 - 4 cm,
14

5) dipanen umur 35 hst.

Hercules 56 memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) percabangan yang banyak,

2) warna buah hijau,

3) panjang buah 15 - 20 cm,

4) diameter 4 cm,

5) umur panen 35-60 hst (Rukmana, 1994).

Pretty Swallow mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) buah berbentuk lurus,

2) berwarna hijau,

3) berduri putih,

4) panjang 20 - 21 cm,

5) jenis ini cocok untuk asinan.

Shout Swallow mempunuyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) warna buah hijau,

2) panjang 45 cm,

3) diameter 3,5 cm.

Yang kedua jenis mentimun OP (Open polingated) terdiri dari mars, Pluto dan

local. Varitas mars memiliki ciri - ciri sebagai berikut : Umur panen 34 hst, buah

muda berwarna hijau dan buah tua berwarna coklat bersisik, panjang 15 - 18 cm.
15

Pluto memiliki ciri - ciri sebagai berikut : umur panen 33 hst, buah muda berwarna

hijau muda, buah tua berwarna kuning sampai coklat bersisik, panjang 11 - 1 3 cm.

Venus : umur panen 32 hst, buah muda berwarna hijau keputihan dan buah tua

berwarna putih sampai kuning, panjang 14 - 18 cm. Lokal : umur panen 30 - 35 hs,t

warna buah beragam arna putih, hijau keputihan, kuning, coklat panjang antara 12 -

19 cm (Sumpena, 2001).

2.1.2. Akar

Tanaman mentimun terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Tanaman mentimun memiliki akar tunggang dengan bulu akar, tetapi daya tembusnya

relatif dangkal dangan kedalaman sekitar 30 - 60 cm. Untuk membantu

pertumbuhanya penggemburan tanah perlu dilakuan minimal kedalaman tersebut

tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air

(Imdad, 2001).

2.1.3. Biji

Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning -

kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman.

Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak, menjalar, dan

berbulu berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku – buku, berwarna hijau
16

segar, batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan. Luas batang atau buku -

buku berukuran 7 - 10 cm dan diameter 10 - 15 mm tergantung varietasnya

(Nawangsih, 2001).

2.1.4. Daun

Daun mentimun berbentuk bulat lebar, persegi mirip jantung, dan bagian

ujung daunya meruncing. Daun ini tumbuh berselang - seling keluar dari buku - buku

(ruas) batang. Bunga mentimun berbentuk terompet berwarna kuning bila suda mekar

mentimun termasuk tanaman berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina

letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman (Rukmana, 1994).

2.1.5. Bunga

Bunga betina mempunyai bakal buah yang bengkok terletak dibawah mahkota

bunga, sedangkan pada mahkota bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang

membengkok. Bunga jantan keluar beberapa hari lebih dulu baru bunga betina

muncul pada ruas ke enam setelah bunga jantan. Buah mentimun menggantung dari

ketiak antara daun dan batang bentuk ukuranya bermacam - macam antara 12 - 25 cm

dan diameter 2 - 5 cm. Kulit buah mentimun ada yang berbintik - bintik, ada pula

yang halus. Warna kulit buah antara hijau keputih - putihan, hijau muda dan hijau

gelap sesuai dengan varietas (Cahyono, 2003).


17

2.2. Syarat Tumbuh Mentimun

Mentimun dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah, dataran menengah,

sampai dengan dataran tinggi. Mentimun diusahakan sebagai tanaman utama atau

sebagai tanaman sela setelah panen padi dan palawija. Di dataran tinggi mentimun

diusahakan setelah tanaman cabai atau tomat dan dalam budidayanya digunakan

teknologi mulsa plastik hitam perak.

Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas

sayuran komersial lainnya. Penerapan usaha tani yang intensif, kondisi iklim yang

cocok, dan penerapan kultur teknis tanaman di lapangan secara tepat merupakan hal

yang perlu diperhatikan dan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Kecocokan tanah dan ketinggian tempat

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap

lingkungan tumbuhan dan tidak membutuhkan perawatan dengan khusus, tanaman

mentimun dapat ditanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi 1000 M di atas

permukaan laut (dpl).

selama masa pertumbuhanya, tanaman mentimun membutuhkan iklim, sinar

matahari cukup (tempat terbuka), temperatur berkisar 21,1 - 26,7˚ C (Prajnata, 2001).

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini

akan mengakibatkan bunga - bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal


18

membentuk buah. Demikian juga daerah temperatur siang dan malam harinya

berbeeda sangat mencolok, sering memudahkan penyakit tepung atau powdery

mldew maupun busuk daun (Kalie, 2001).

2.2.2. Iklim yang sesuai

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup terhadap lingkungan

tumbuhanya. Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga mentimun dapat di tanam dari

dataran rendah sampai dataran tinggi (1000m dpl) (Smadi, 2002).

Pada masa pertumbuhan, tanaman sangat cocok ditanam di lahan terbuka

dengan suhu berkisar antara 21˚ C - 27˚ C. Panjang atau lama penyinaran, intensitas

penyinaran, dan suhu udara, merupakan faktor yang penting karena berpengaruh

terhadap munculnya bunga betina. Panjang penyinaran lebih dari 12 jam perhari

dengan intensitas dan suhu udara yang tinggi, tanaman mentimun lebih banyak

membentuk bunga jantan (Gynoecious). Sebaliknya, pada panjang penyinaran kurang

dari 12 jam perhari, dengan intensitas sinar dan suhu udara yang rendah ternyata

tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga betina (monoecious)

(Sumpena, 2001).
19

2.2.3. Tanah

Tanah merupakan media dasar bagi tanaman, maka harus mampu memberikan

lingkungan yang cocok bagi tanaman agar akar tanaman dapat menyerap unsur hara

dan air dengan baik. Tanaman mentimun tidak dianjurkan ditanaman pada tanah

becek karena akan menyebabkan kematian (Sarief, 1996).

Semua tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk di tanami

mentimun. Supaya produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun

membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak

menggenang dan memiliki pH 6 - 7 (Sarief, 1996).

Tanah yang memiliki sifat kimia dan biologinya kurang baik sering kali

menghambat partumbuhan mentimun sehingga produksinya menurun dan kualitasnya

merendah. Pada tanah masam (di bawah 5) dapat menyebabkan tanaman mentimun

unsur hara dan kekurangan garam - garam mineral. Tanah yang becek dapat

memudahkan berjangkitnya penyakit layu bakteri. Oleh karena itu pengolahan lahan

untuk tanaman mentimun perlu perbaikan drainase, pengolahan tanah, pemberian

bahan organik dan pengapuran (Hardjowigeno, 1997).

Apabila tanah bersifat asam perlu diberi kapur dolamit dosisnya ditentukan

oleh tingkat keasaman tanah. Semakin rendah pH tanah, semakain banyak kapur

dolamit atau kalsiat yang harus diberikan pada tanah. Namun demikian, pada tanah

yang terlalu asam tidak dianjurkan untuk di tanami mentimun.


20

2.3. Peranan Pupuk ZA Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Mentimun

Pupuk ZA adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar

tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk

ZA berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia (NH 4)2 SO4,

merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap

air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.

Pupuk ZA mengandung unsur hara N sebesar 20% dengan pengertian setiap 100 kg

ZA mengandung 20 kg Nitrogen (Lingga, 2007).

Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk ZA sangat besar

kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau

daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses

fotosintesa

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman atau tinggi, jumlah anakan, cabang dan

lain-lain

3. Menambah kandungan protein tanaman

4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,

tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.

Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :

1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan


21

2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman Karet warna ini

dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun

3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari

daun bagian bawah terus ke bagian atas

4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil

5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak

sebelum waktunya.

Menurut Sarif (1996), Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif

karena :

- Mudah diserap tumbuhan lain yang tidak diinginkan

- Mudah hanyut dari tanah akibat erosi dan pencucian

- Mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar tanaman belum sempat

menyerapnya

- Mudah hancur karena dipergunakan oleh mikroorganisme dalam tanah.

Menurut Sunarjono (2011). Tanaman mentimun diberi pupuk ZA, terutama

pupuk untuk memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu nitrogen. Pemberian pupuk

nitrogen umumnya menggunakan ZA. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali

dengan dosis 20 gr per tanaman . Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang

dibuat 5 cm dari batang tanaman, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air.
22

2.4. Peranan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi


Mentimun

Pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan dan hasil produksi tanaman

mentimun. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang

mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang

sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan

hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan

sebelum diaplikasikan.

Tabel 2.1. Jenis-jenis Pupuk Kandang dan Persentase Hara yang Dikandung.

Jenis Pupuk Persentase Kandungan Hara %


Kandang Nitrogen Posfor Kalium
Sapi 0,8 - 1,2 0,44 – 0,88 0,4 – 0,8
Domba/Kambing 2,0 -3,0 0,88 2,1
Ayam (Unggas) 1,5 – 3,0 1,15 – 2,25 1,0 – 1,4
Sumber : Darmono dan Tripanji, 2009.

Pupuk kandang banyak macamnya diantaranya adalah kotoran hewan ternak,

namun demikian kotoran ayam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 2.1 diatas.

Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan tanah permukan

(top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya
23

simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan tanah

(Musnamar, 2006).

Pupuk kandang dipilih yang benar - benar matang, pupuk kandang yang masih

mentah (basah) akan terurai dulu didalam tanah dengan mengeluarkan panas yang

dapat mematikan tanaman. Bila pupuk kandang yang diberikan belum atau tidak

disterilisasi maka dapat merusak tanaman sehingga menyebabkan tanaman mati.

Terdapat 2 jenis pupuk kandang yaitu : padat dan cair yang biasanya dipergunakan

adalah pupuk padat karena lebih mudah mengumpulkanya daripada jenis yang cair.

(Lingga, 2007).

Pupuk Kandang Kambing, disamping mengandung unsur makro seperti

nitrogen, phosphor, dan kalium, juga mengandung unsure mikro seperti kalsium,

magnesium, tembaga, dan sejumlah kecil mangan, coper, dan boron. Adapun dosis

pupuk Kandang Kambing untuk tanaman mentimun adalah 2 - 3 kg/ tanaman

(Sunarjono, 2011).

Manfaat dari pada menggunakan pupuk kandang adalah Memperbaiki struktur

tanah, ini terjadi akibat penguraian yang dilakukan organisme tanah terhadap bahan

organik yang terdapat pada pupuk kandang mempunyai sifat pereka yang mengikat

butir - butir tanah menjadi butiran yang lebih besar (Hardjowigeno, 1997).

Menaikan kondisi kehidupan dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh

organisme didalam tanah yanga dapat memanfaatkan bahan organik, misalnya pupuk
24

kandang kotoran lembu yang kita berikan pada tanah sebelumnya diserap oleh akar

tanaman. peguraian yang dilakukan oleh jasad renik dengan jalan pembusukan

peragian dari proses pembusukan ini, semakin banyak juga banyak juga jasad renik

memperoleh makanan dan sumber tenaga. Semakin banyak pupuk Kandang Kambing

yang diberikan, semakin banyak pula jasad renik yang dapat hidup didalam tanah.

Tetapi pemberian pupuk kandang harus tetap disesuaikan dengan tanaman yang kita

budidayakan (Marsono, 2003).

Sebagai sumber zat hara bagi tanaman. Kelebihan pupuk kandang dari pupuk

buatan ialah bahwa pupuk kandang kambing. Pemupukan dengan menggunakan

pupuk kandang ini memberikan hasil terbaik dari jenis kotoran hewan yang ada, hal

ini di karenakan, kambing memakan bermacam - macam jenis daun. Sehingga

kotoran yang dihasilkan banyak mengandung nitrat dan amonia, yang baik untuk

memperbaiki struktur tanah (Marsono, 2003).

Untuk meningkatkan produksi tanaman mentimun diperlukan media tanam

yang cocok, terutama bahan organik yang berasal dari pupuk kandang (kotoran

lembu), pemberian pupuk kandang untuk tanaman mentimun dilakukan pada saat

pengolahan media tanam, penggunaan pupuk kandang kambing sebagai media tanam

yang dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi

mikro organisme tanah (Rukmana, 1994).


25

2.5. Hama Dan Penyakit Dominan Pada Mentimun

Hama penting yang menyerang tanaman mentimun, yaitu:

1. Aulocophora similis oliver (oteng-oteng).

Hama ini berupa kumbang daun yang panjangnya ± 1 cm, bersifat pemangsa

segala jenis tanaman (polifag) serta dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman

lain dengan terbang. Hama ini merusak dan memakan daging daun, sehingga

menimbulkan gejala bolong-bolong dan jika serangan cukup berat maka semua

jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Pengendaliannya

dengan cara melakukan rotasi tanaman, waktu tanaman serempak dan disemprot

dengan insektisida atau pengendalian natural BVR atau PESTONA.

2. Thrips dan Aphids

Dua jenis kutu pengisap cairan tanaman, yaitu Thrips sp. dan Myzus persicae.

Thrips suka mengisap pucuk tunas dan bunga, sehingga daun mengeriting serta

bentuk buah menjadi abnormal dan berbercak cokelat. Hama Aphids ini akan

mengisap cairan tanaman dari pucuk hingga daun bagian bawah. Serangan hama ini

lebih sporadis dan menyebabkan daun mengeras, menggulung ke bawah, dan

berembun jelaga berwarna hitam sehingga, proses fotosintesis menjadi terganggu.

Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik hitam perak. (b) hindari

menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih tua dan terserang

penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan tanaman sefamili
26

lainnya, seperti melon, semangka, dan waluh. Pemberantasannya melalui (a) jika

serangan banyak dilakukan oleh Thrips sp, lakukan penyemprotan insektisida yang

tepat pada sore hingga malam hari. Jika hanya aphids yang menyerang,

penyemprotan bisa dilakukan pada pagi atau sore hari, (b) beberapa contoh

insektisida yang bisa digunakan adalah Arrivo 30 EC, Marshal 200 EC, Pounce 20

EC dan Confidor 5 WP. Gunakan dosis sesuai anjuran yang tertera di labelnya.

3. Mites

Bisa disebabkan oleh Tarsonomus sp, Tretahichus sp, dan Hermitarsonemus

sp. Hama ini termasuk jenis akarina. Bentuk tubuhnya seperti laba-laba; berukuran 1 -

2 mm; serta berwarna cokelat, merah, dan kuning. Binatang ini disebut juga tungau.

Biasanya, tungau akan mengisap cairan tanaman. Perilakunya seperti aphids,

bergerombol di balik daun. Serangan hama ini akan menyebabkan daun mengeras dan

muncul karat di balik daun. Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik

hitam perak, (b) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih

tua dan terserang penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan

tanaman sefamili, seperti melon, semangka dan waluh. Pemberantasannya melalui:

(a) semprot dengan akarisida (pestisida untuk jenis akarina) yang tepat sasaran.

Lakukan penyemprotan pada pagi atau sore hari. Arahkan mata spray ke balik daun.

(b) contoh beberapa akarisida yang bisa digunakan adalah Kelthane 200 EC,
27

Morestan 25 WP, Meothrin 50 EC, dan Omithe 570 EC. Gunakan dosis sesuai

dengan anjuran yang tertera di label kemasan.

Sedangkan beberapa penyakit yang dominan pada tanaman mentimun yaitu:

1. Downy Mildew atau Embun Bulu

Penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis. Serangan penyakit

ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang berbentuk kotak mengikuti

alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang sudah tua. Semakin lama,

bercak kuning semakin lebar dan daun mengering, Pencegahannya dengan cara: (a)

hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang umurnya lebih tua, (b)

perbaiki saluran drainase, terutama pada musim hujan, dan (c) lakukan sanitasi lahan

secara rutin. Pemberantasannya dengan cara (a) jika tampak gejala awal, segera

semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray ke permukaan daun bagian

atas dan bawah, (b) beberapa contoh fungisida yang bisa digunakan adalah Anvil 50

5C, Nimrod 250 EC dan Score 250 EC. Gunakan dosis yang sesuai dengan anjuran.

2. Powdery Mildew atau Embun Tepung

Penyakit ini disebabkan oleh Erisiphe sp. Gejalanya hampir sama dengan

gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang muncul di balik

daun.Pencegahannya dengan cara (a) hindari menaman berdekatan dengan tanaman

mentimun yang umurnya lebih tua, (b) perbaiki saluran drainase, terutama pada

musim hujan dan, (c) lakukan sanitasi lahan secara rutin.Pemberantasannya melalui
28

(a) ketika gejala awal muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan

mata spray lebih dominan ke permukaan daun bagian bawah. (b)fungisida yang bisa

digunakan di antaranya Afugan 300 EC, Score 250 EC, dan Morestan 25 WP.

Gunakan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera di label kemasan.

3. Antraknose.

Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum Lagenarium Pass. Gejala mula

bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk agak bulat atau bersudut-sudut sehingga

daun mati, gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara

lembab, ditengah bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah.Pengendaliannya

pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

4. Bercak Daun Bersudut.

Penyebabnya cendawan Pseudomonas Lachrynmans, Menyebar pada musim

hujan. Gejalanya, berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan

berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering

dan berlubang. Pengendalian dengan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

Penyakit lain yang menyerang tanaman mentimun, yaitu virus, kudis (scab) dan

busuk buah (Lasarus, Pusluhtan).


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Benih

Mentimun, Tanah topsoil, Pupuk ZA, Pupuk Kandang Kambing, Insektisida

(Perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan Decis 2,5 EC),

Fungisida Derasol 60 Wp dan Dithane M-45, Baktersida Agrimycin/Agrept, dan Air.

Sedangkan alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cangkul, Parang, Parang

babat, Gembor, Schliper, Alat ukur, Hand sprayer, Timbangan, Gergaji, dan Alat

tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Faktor pemberian pupuk ZA dengan 4 taraf yaitu :

- Z0 : Tanpa perlakuan

- Z1 : Pemberian pupuk ZA 15 gr/tanaman

- Z2 : Pemberian pupuk ZA 20 gr/tanaman

- Z3 : Pemberian pupuk ZA 25 gr/tanaman (Sunarjono, 2011)


30

2. Faktor pemberian pupuk Kandang Kambing dengan 3 taraf yaitu :

- K0 : Tanpa Perlakuan

- K1 : Pemberian Pupuk Kandang Kambing 2,5 kg/tanaman

- K2 : Pemberian Pupuk Kandang Kambing 3,5 kg/ tanaman


(Sunarjono, 2011)

3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk ZA pada taraf ke-j

dan pengaruh perlakuan pupuk Kandang Kambing taraf ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari pupuk ZA pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk Kandang Kambing pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk ZA pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk

Kandang Kambing pada taraf ke-k

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk ZA pada taraf ke-j dan

pupuk Kandang Kambing pada taraf ke-k (Hanafiah, 2010)


31

Tabel 3.1. Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok.

SK Db JK KT Fhit F0,05
Ulangan r-1 = 2 JKR KTR KTR/KTG 3,89
Perlakuan t-1 = 8 JKT KTT KTT/KTG 2,59
Galat (r-1)(t-1) = 16 JKG KTG    
Total 26 JKT      
Sumber : Gomez & Gomez (2007)

Keterangan :

Apabila F hitung pada analisis ragam menunjukan keragaman nyata maka untuk

melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Scott Knott pada taraf 0,05. Terlebih dahulu menyusun nilai rata-rata perlakuan

menurut urutan besarnya, dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar atau dari

yang terbesar sampai yang terkecil. Menghitung total kumulatif positif dan total

kumulatif negatif dari nilai rata-rata perlakuan. Menghitung nilai Boi untuk setiap

pasangan gugus, kemudian nilai yang maksimum dijadikan sebagai batasan untuk

membagi gugus menjadi dua jika seandainya data perlakuan berbeda nyata maka diuji

lanjut menggunakan Scott Knott (Wijaya, 2011)

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. Z0K0 3. Z1K0 7. Z2K0


10. Z3K0
2. Z0K1 4. Z1K1 8. Z2K1 11.
Z3K1
3. Z0K2 5. Z1K2 9. Z2K2 12.
Z3K2
32

Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm


33

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Persemaian

Persemaian dilakukan sebelum penanaman langsung di lapangan. Benih di

semai di polibag ukuran 4x7 cm. Media polibag terdiri dari campuran tanah : pupuk

organik dengan perbandingan 1 : 1. Selama dalam persemaian, bibit disiram air 1–2

kali sehari, serta disemprot dengan fungisida atau insektisida untuk mencegah

serangan hama atau penyakit dengan dosis rendah. Pindah tanam dilakukan setelah

bibit berumur 5-7 hari (Agus, 2002).

4.2. Pengolahan Lahan

Lahan yang tersedia dibajak dan digaru untuk menciptakan kondisi tanah yang

berstruktur gembur, kemudian di bentuk bedengan. Dalam bedengan ditambah pupuk

kandang kambing dan pupuk ZA sesuai dengan dosis perlakuan. bedengan dicangkul

untuk meratakan campuran pupuk.


34

4.3.. Pindah.Tanam

Satu hari sebelum pindah tanam, lahan diairi untuk menambah kelembaban

tanah. Pindah tanam dilakukan sore hari untuk memperpendek masa stress tanaman

akibat pindah tanam.

4.4.. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan, pemasangan para-

para, pengikatan, serta pengendalian hama dan penyakit.

4.4.1. Pemupukan

Pemupukan susulan dilakukan dengan pupuk kandang kambing dan pupuk

ZA yang di aplikasikan tiga kali dengan dosis sesuai perlakuan, aplikasi pertama pada

umur 12 hari setelah tanam (Hst), aplikasi kedua 25 Hst, dan aplikasi ketiga

dilakukan 45 Hst. Pemupukan dilakukan dengan cara di benamkan pada sekeliling

tanaman (Prihmantoro, 2005),

4.4.2. Pengairan

Pengairan rutin diberikan dengan melihat kondisi tanah, pada musim hujan,

yang harus diperhatikan adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari

dalam areal tanaman,


35

4.4.3. Pemasangan Para-para

Pemasangan para-para dilakukan sebelum pindah tanam. Hal ini untuk

mencegah kerusakan pada akar tanaman,

4.4.4. Pemangkasan.dan.Pengikatan

Pemangkasan adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh diruas

ketiga atau keempat. Dampak positif dari pemangkasan ini adalah mempercepat

pertumbuahan tanaman ke atas, pemangkasan dilakukan 3 minggu setelah tanam,

sedangkan pengikatan tanaman ke para-para dilakukan 5 Hst,

4.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan jenis hama dan

penyakit yang menyerang, di kontrol setiap 3 hari sekali, dan

4.5. Pemanenan

Panen pertama mentimun dapat dilakukan saat tanaman berumur 31 hari dan di

hentikan setelah 11 kali panen, dengan selang waktu pemetikan sehari sekali. Untuk

mempercepat pengeringan luka bekas pemotongan dan mencegah pembusukan pada

tangkai yang terpotong buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara

memotong tangkai buah dengan pisau tajam.


36

4.6. Pengumpulan Data

Setiap plot jumlah tanaman sampel yang diamati sebanyak 3 dari jumlah

tanaman 16 per plot. Parameter pengamatan  yang diamati sebagai berikut :

4.6.1. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran

dilakukan 5 cm diatas leher dengan 2 arah saling tegak lurus kemudian dirata-

ratakan, untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran maka setiap tanaman

sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai bibit berumur 6

minggu sampai bibit berumur 12 minggu yaitu pada minggu ke 6, 8, 10 dan 12.

4.6.2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna,

termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman

berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai akhir penelitian yaitu

pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12.

4.6.3. Jumlah buah (buah)

Dihitung pada saat setiap panen pada masing-masing tanaman sampel/tanaman

contoh sampai pada saat akhir pemanenan. Dimana setiap tamanan sampel dihitung
37

jumlah buah dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah tanaman

berumur 12 minggu setelah tanaman atau pada saat panen.

4.6.4. Berat buah pertanaman sampel (kg)

Berat buah/tanaman sampel dihitung dengan menimbang buah yang di panen pada

setiap tanaman contoh/sampel. Dimana setiap tamanan sampel dihitung berat

buah/tanaman sampel dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah

tanaman berumur 12 minggu setelah tanaman atau pada saat panen.

4.6.5 Berat buah/Plot (gr)

Berat buah/plot di hitung dengan menimbang buah yang di panen pada setiap

tanaman tiap plot penelitian. Dimana setiap tamanan sampel dihitung Berat buah/plot

dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah tanaman berumur 12

minggu setelah tanaman atau pada saat panen.

4.6.6. Panjang buah (cm)

Pengukuran panjang buah dilakukan dengan cara pilih buah yang besar dan

panjang, diukur dari pangkal buah sampai diujung buah setelah itu dijumlahkan

dirata-ratakan. Pengukuran panjang buah pertanaman sampel dilakukan setelah

tanamanberumur 12 minggu atau pada saat panen


38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing serta interaksi keduanya pada

parameter yang diamati seperti diameter batang, jumlah daun, berat buah pertanaman

sample, berat buah perplot dan panjang buah dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai

dangan Lampiran 15.

5.1.1. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 6 sampai 12

minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 7. Untuk

perlakuan Pupuk ZA pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh

yang tidak nyata dan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata , sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang mentimun pada

perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah tanam yaitu nilai

tertinggi pada Z3K2 sebesar 4,93 mm dan nilai terendah pada Z0K0 sebesar 3,44
39

mm. Dari hasil rataan pada diameter batang mentimun tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Diameter Batang (mm) MentimunUmur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 3.44 3.67 3.66 3.59

Z1 4.60 4.65 4.60 4.61

Z2 4.67 4.56 4.77 4.67

Z3 4.82 4.71 4.93 4.82

Rataan 4.38 4.40 4.49 4.42

5.1.2. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 6 sampai 12

minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai Lampiran 11. Untuk

perlakuan Pupuk ZA pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh

tidak nyata dan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun mentimun pada

perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada
40

Z3K2 sebesar 14,58 helai dan nilai terendah pada Z0K0 sebesar 11,27 helai. Dari

hasil rataan pada jumlah daun mentimun tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. : Rataan Jumlah Daun (helai) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 11.27 11.45 11.58 11.43

Z1 12.11 12.23 12.35 12.23

Z2 12.84 12.90 13.01 12.92

Z3 13.82 13.91 14.58 14.10

Rataan 12.51 12.62 12.88 12.67

5.1.3. Jumlah buah (buah)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah buah umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk perlakuan Pupuk ZA pada umur

12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan untuk

perlakuan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah buah mentimun pada

perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah tanam yaitu nilai

tertinggi pada Z3K2 sebesar 176,86 buah dan nilai terendah pada Z0K0 sebesar
41

114,18 buah. Dari hasil rataan pada jumlah buah mentimun tersebut dapat dilihat

pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Buah (buah) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 114.18 142.00 147.56 134.58

Z1 151.11 156.30 158.87 155.43

Z2 159.41 163.81 164.80 162.67

Z3 168.13 169.09 176.86 171.36

Rataan 148.21 157.80 162.03 156.01

5.1.4. Berat buah/ tanaman sampel (gr).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah/tanaman sampel umur

12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 13. Untuk perlakuan Pupuk ZA

pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan

untuk perlakuan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah/tanaman sampel

mentimun pada perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai

tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah
42

tanam yaitu nilai tertinggi pada Z3K2 sebesar 26,54 gr dan nilai terendah pada Z0K0

sebesar 20,98 gr. Dari hasil rataan pada berat buah/tanaman sampel tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. : Rataan Berat Buah/Tanaman Sampel (gr) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 20.98 22.49 23.64 22.37

Z1 24.44 24.04 24.14 24.21

Z2 24.86 24.92 26.32 25.37

Z3 26.12 26.26 26.54 26.31

Rataan 24.10 24.43 25.16 24.56

5.1.5. Berat buah/ plot (gr).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah/plot umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perlakuan Pupuk ZA pada umur

12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk

perlakuan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah/plot mentimun pada

perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah tanam yaitu nilai
43

tertinggi pada Z3K2 sebesar 225.03 gr dan nilai terendah pada Z0K0 sebesar 195,92

gr. Dari hasil rataan pada berat buah/plot tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. : Rataan Berat Buah/plot (gr) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 195.92 206.49 209.73 204.05

Z1 211.29 214.48 208.49 211.42

Z2 210.87 214.38 222.72 215.99

Z3 218.00 211.67 225.03 218.23

Rataan 209.02 211.76 216.49 212.42

5.1.6. Panjang buah (cm).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam panjang buah umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk ZA pada umur

12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan untuk

perlakuan Pupuk Kandang Kambing pada umur 12 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari panjang buah mentimun pada

perlakuan Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah tanam yaitu nilai
44

tertinggi pada Z3K2 sebesar 22,92 cm dan nilai terendah pada Z0K0 sebesar 13,85

cm. Dari hasil rataan pada panjang buah tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. : Rataan Panjang Buah (cm) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

Z0 13.85 15.16 15.80 14.94

Z1 16.51 17.59 17.10 17.06

Z2 17.52 18.48 21.24 19.08

Z3 22.84 22.82 22.92 22.86

Rataan 17.68 18.51 19.27 18.86

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk ZA terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, secara keseluruhan dapat dijelaskan

bahwa perlakuan pupuk ZA berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat buah

pertanaman sampel dan berat buah perplot, sedangkan terhadap parameter diameter

batang, jumlah daun, jumlah buah dan panjang buah tidak menunjukkan hasil yang

nyata pada umur 12 minggu,

Pupuk ZA menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat buah

pertanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk ZA yang mengandung

banyak Nitrogen dapat mengakibatkan pada proses fotositensis, dengan adanya


45

Nitrogen maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan ke buah untuk

pembesarannya. Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein, lemak

vitamin dan zat lainnya akan disimpan dalam pembentukan buah. Hal ini disebabkan

karena pupuk ZA juga berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah perplot yang

merupakan komponen dari berat buah pertanaman sampel. Atau dengan kata lain

berat buah pertanaman sampel merupakan konversi dari berat buah perplot.

Pengaruh pemberian pupuk ZA sangat nyata terhadap berat buah pertanaman

sampel merupakan komponen dari berat buah perplot. Apabila berat buah perplot

semakin tinggi maka akan mengakibatkan berat buah pertanaman sampel akan

semakin tinggi juga. Dalam hal ini berat buah perplot sangat nyata akibat pemberian

pupuk ZA, dengan demikian dapat dimengerti bahwa berat buah pertanaman sampel

sangat nyata.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

diameter batang, jumlah daun, jumlah buah dan panjang buah di akibatkan karena

dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Mulyani, 2010). Hal ini dapat

dimengerti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari satu

varietas, sehingga potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh pupuk Kandang Kambing terhadap pertumbuhan dan produksi


mentimun.

Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa pupuk Kandang Kambing

memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan jumlah daun, berat buah pertanaman
46

sampel, berat buah perplot dan panjang buah. Namun demikian diameter batang dan

jumlah buah pengaruhnya tidak nyata.

Pupuk Kandang Kambing berpengaruh nyata pada umur 12 MST terhadap

jumlah daun. Hal in disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,

dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan

timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan

cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga

pertumbuhan jumlah daun akan meningkat. Terlihat bahwa tanaman yang terbaik

adalah pada perlakuan K2 (3,5 kg/tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa semakin

padat populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin banyak jumlah

daun untuk berusaha mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan respon

tanaman pada jumlah daun.

Perlakuan pupuk Kandang Kambing menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap berat buah pertanaman sampel. Hal ini di duga karena pupuk Kandang

Kambing yang semakin banyak, dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil

tersebut digunakan untuk meningkatkan berat buah perplot dan panjang buah.

Pupuk Kandang Kambing yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

batang dan jumlah buah. Hal ini di duga karena diameter batang dan jumlah buah

dikendalikan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan tanaman itu sendiri. Hal ini

sesuai dengan pendapat Lingga (2007), yang menyatakan genotif dapat


47

mempengaruhi pertumbuhan kecambah dan menentukan potensial untuk jumlah

bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian fotosintesa.

5.2.3. Interaksi pemberian pupuk ZA dengan pupuk Kandang Kambing terhadap


pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk ZA dan Pupuk Kandang

Kambing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang

diamati. Menurut Mulyani (2010) menyatakan bahwa dibandingkan faktor lain,

sehingga faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor bekerja sendiri-

sendiri. Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk ZA tidak

dipengaruhi oleh Pupuk Kandang Kambing demikian sebaliknya.

Menurut Lingga (2007), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2010), bahwa pada Pupuk Kandang Kambing terdapat

unsur Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi

atau mencegah pengisapan kalium (K) yang berlebihan.


48

BAB VI

KESIMPU`LAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian pupuk ZA berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter berat buah pertanaman sampel dan berat buah perplot,

sedangkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter diameter batang,

jumlah daun, jumlah buah dan panjang buah.

2. Perlakuan pemberian pupuk Kandang Kambing menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap parameter jumlah daun, berat buah pertanaman

sampel, berat buah perplot dan panjang buah, Sedangkan yang tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter batang

dan jumlah buah.

3. Interaksi pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing tidak berpengaruh

nyata terhadap semua parameter yang diamati.


49

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk ZA dianjurkan dengan dosis 25 gr/tanaman (Z3).

2. Untukpemberian Pupuk Kandang Kambing lebih baik dengan dengan

dosis 3,5 kg/tanaman (K2).

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dianjurkan memberi pupuk

ZA dengan dosis 25 gr/tanaman dan untuk penggunaan pupuk Kandang

Kambing dengan dosis 3,5 kg/tanaman.


50

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Budidaya Mentimun Dengan Menggunakan Pupuk Organik. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Cahyono, 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Gomez, Kwanchai A. Dan Arturo A. Gomez. 2007. Prosedur Statistik Untuk


Penelitian Pertanian; Penerjemah Endang Sjamsuddin, Justika S. Baharsjah.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).

Hardjowigeno, 1997. Dasar-Dasar ilmu tanah. Erlangga. Jakarta.

Harist, 2001. Menuju Pertanian Tangguh, Jakarta

Hanafiah. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Hembing, 2000. Diktorat Bina Program Tanaman Pangan. Yogyakarta

Higa dan Widan. 2003. Pedoman Bertanam Mentimun. CV. Yrama Widya, Bandung.

Intan, 2010. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. Penebar Swadaya
Jakarta.

Imdad, 2001. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kalie, 2001. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisisu. Yogyakarta.

Lingga, 2007. Aneka Jenis Tanam dan Pengunaanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono, 2003. Serapan Unsur Kaliun di Dalam Tanah. Depok Estate.


51

Musnamar, 2006. Peranan Pupuk Kandang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mulyani, 2002. Peranan Pupuk fosfor Terhadap Tanaman Sayuran. Sinar Baru
Algesindo. Bandung.

Nawangsih, 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya Jakarta

Nurtika, 2001. Dosis Pupuk Kandang Untuk Tanaman Semusim. CV. Simelex Argo
Media Pustaka. Depok Estate.

Nurhayati, 1996. Peranan Pupuk fosfor Untuk Tanaman Semusim. PT. Argo Media
Pustaka. Depok Estate.

Prajnanta. 2001. Kiat Sukses Bertanam Mentimun di Musim Hujan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Prihmantoro. 2005. Mengatasi Permasalahan Bertanam Mentimun. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Rahardi, 1999. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Unipersitas Gajah Mada Press.


Yogyakarta.

Rukmana, R 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.

Rusmaili, 2011. Manfaat Dari Penggunaan Pupuk Organik. Erlangga. Jakarta.

Sarif, 1996. Kunci Bercocok Tanaman Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. Sinar


Baru Algessindo. Bandung.

Simatupang et, al, 2008. Berbagai Macam Jenis Pupuk kandang. Abdi Tani. Edisi IX.
Vol. 2.no.6.

Susilo, 2009. Pemupukan Yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Depok.
52

Sumpena, 2001. Kiat Bercocok Tanam Sayuran Organik. Lembaga Sehat Dompet
Dhuafa Republika.

Sutanto, 2000. Pengaruh Komposisis Media Tanam dan Pemberian Pupuk Kascing
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon. Kaninsius. Yogyakarta.

Sunarjono, 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya

Smadi, 2002. Teknik budidaya mentimun. Deptan. Jakarta.

Soepardi, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah. Erlangga. Jakarta.

Wijaya. 2011. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya


Gunung Jati. Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai