Anda di halaman 1dari 5

MAKNA SILA PERTAMA PANCASILA

MAKALAH

OLEH :
WEGADANATA PAKPAHAN
NIM : 2005113702

PROGRAM STUDI PENJASKESREK


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
TA. 2020/2021
Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari makna nilai yang terkandung dalam sila pertama
“Ketuhanan yang Maha Esa”
2. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam sila pertama
“Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan masyarakat
3. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam sila pertama
“Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

A. PENGERTIAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


Sila ini adalah “Sumber Rohani” yang mengandung arti dan makna perlunya
diberlakukan Kewajiban Asasi Manusia Saling Asih, Saling Asah, Saling Asuh, karena Tuhan
Yang Maha Esa itu bersifat Maha Belas Kasih. Sila ini menghendaki agar
para agamawan bersatu dalam wadah/lembaga untuk menebarkan dan mensuburkan
watak berbelas kasih satu sama lain antara semua warga Republik Indonesia secara
menyeluruh dan mereata, oleh karena Tuhan menurunkan Agama-agama itu walaupun
berlain-lain coraknya semua agama itu bertitik-temu pada ajarannya
“Berbelas kasihanlah antara sesama manusia” yang berasal dari satu Bapak (Adam) dan satu
Ibu (Hawa) BHINEKA (beraneka-rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama seajaran).
Sila pertama dari dasar negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila
tersebut merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya. Masalah ketuhanan dan
kepercayaan seseorang tidak dapat diganggu gugat karena merupakan hal yang paling hakiki
yang dimiliki manusia. Ketuhanan dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan
memiliki makna yang sangat mendalam. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya
masing-masing, yang jika dia memiliki iman atau keyakinan yang kuat atas apa yang
dipercayainya maka akan tetap ia pertahankan apa pun yang terjadi. Sehingga, tidak pantas
jika kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang lain.
Kita wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain, sehingga orang lain
pun akan mnghormati dan menghargai kepercayaan yang yang kita anut. Dengan adanya
sikap saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing tersebut, maka akan
tercipta kedamaian dan ketentraman. Dengan saling menghormati tidak akan terjadi
perpecahan yang hanya akan membawa keburukan bagi semua. Sikap saling menghormati
dan menghargai sesama inilah yang seharusnya kita kembangkan agar tidak terjadi
perpecahan dan kerusuhan yang berakibat pada kondisi keamanan negara. Sebagai bangsa
yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pandangan hidup, sudah seharusnya kita
menghayati dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan sila pertama Pancasila tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa setiap manusia berhak
memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh memaksakan keyakinan kita
pada orang lain. Kerukunan beragama jangan hanya semboyan yang kosong, tetapi kaum
agamawan mesti bersatu sebagai tenaga-tenaga ahli yang berfungsi menghidup suburkan
moral warga negara untuk saling mengasihi (asih), saling membimbing dan mendidik (asah)
dan saling melayani dan melindungi (asuh). Jangan seperti sekarang, ikut adu-domba
kekuatan dengan menebarkan “Kebencian” dan “Permusuhan”. Tidak satu agama pun yang
tidak mengajarkan moral belas kasih-sayang manusia kepada sesama manusia. Adapun dalam
hal hubungan dengan tuhan, masing-masing menurut caranya sendiri-sendiri, itulah hak
asasinya. Tetapi kewajiban asasi manusia terhadap manusia tidak boleh tidak, mesti saling
asih, saling asah, saling asuh, dalam kebersamaan hidup sepersamaan. Begitulah mestinya sila
“ketuhanan yang maha esa” diwujudkan.Sebagai ajaran filsafat, pancasila mencerminkan nilai
dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat indonesia dalam hubungannya dengan sumber
kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan
yang kemudiaan juga dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa.

B.     MAKNA DAN ARTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


1. Makna sila ini adalah:
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan   kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
2. Arti sila ini adalah :
a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang
Maha Esa
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama.
Secara filosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam sila pertama Pancasila
yang berkedudukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sehingga sila pertama tersebut
sebagai dasar filosofis bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan dalam hal hubungan
negara dengan agama. Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia bukan mengatur
ruang akidah umat beragama melainkan mengatur ruang publik warga negara dalam
hubungan antar manusia. Sebagai contoh berbagai produk peraturan perundangan dalam
hukum positif Islam, misalnya UU RI No. 41 tentang Wakaf, UU RI No. 38 tentang
Pengelolaan Zakat, ini mengatur tentang wakaf dan zakat pada domein kemasyarakatan dan
kenegaraan. Secara filosofis relasi ideal antara negara dengan agama, prinsip dasar negara
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti setiap warga negara bebas berkeyakinan
atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa keputusan beragama dan beribadah
diletakkan pada domain privat atau pada tingkat individu. Dapat juga dikatakan bahwa agama
perupakan persoalan individu dan bukan persoalan negara. Negara dalam hubungan ini cukup
menjamin secara yuridis dan memfasilitasi agar warga negara dapat menjalakan agama dan
beribadah dengan rasa aman, tenteram dan damai. Akan tetapi bagaimanapun juga manusia
membentuk negara tetap harus ada regulasi negara khususnya dalam kehidupan beragama.
Regulasi tersebut diperlukan dalam rangka memberikan perlindungan kepada warga negara.
Regulasi tersebut berkaitan dengan upaya-upaya melindungi keselamatan masyarakat (public
savety), ketertiban masyarakat (public order), etik dan moral masyarakat (moral public),
kesehatan masyarakat (public healt) dan melindungi hak dan kebebasan mendasar orang lain
(the fundamental right and freedom orders). Regulasi yang dilakukan oleh negara terhadap
kebebasan warga negara dalam memeluk agama, nampaknya masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut. Misalnya dalam KUHAP, hanya dimuat dalam beberapa pasal
saja misalnya Pasal 156 yang mengatur tentang kebencian dan penghinaan pada suatu agama.

C.     INTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


         Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengenjawantahan tujuan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undanganan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal tersebut berdasarkan pada hakikat
bahwa pendukung pokok negara adalah manusia, karena negara adalah sebagai lembaga hidup
bersama sebagai lembaga kemanusian dan manusia adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai kuasa
prima. Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, adanya Tuhan adalah mutlak,
sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas serta pula sebagai pengatur tata tertib alam.

D.     BUTIR-BUTIR SILA PERTAMA


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai