Anda di halaman 1dari 48

BAB 5

Pressure Buildup
Testing
BAB V
PRESSURE BUILDUP TESTING

Prsessure buildup testing adalah suatu teknik pengujian transien tekanan


yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).

Dari data tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan permeabilitas


formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya karakteristik kerusakan atau
perbaikan formasi, batas reservoir bahkan keheterogenan suatu formasi.

Dasae analisa pressure buildup ini diajukan oleh Homer, yang pada
dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Tetapi sebelum
membicarakannya lebih lanjut, perlu kiranya kita mengetahui suatu prinsip yang
mendasari analisa ini yaitu yang terkenal dengan prinsip superposisi
(superposition principle).

5.1 PRINSIP SUPERPOSISI

Secara matematis, teori yang mendasari prinsip ini menyatakan bahwa


penjumlahan dari solusi-solusi individu suatu persamaan diferensial linier berorde
dua adalah juga merupakan solusi dari persamaan tersebut.

Tinjaulah suatu kasus dimana sebuah sumur berproduksi dengan seri laju
produksi tetap untuk setiap selang waktu seperti diperlihatkan oleh Gambar 5.1.

Pressure Buidup Testing


Untuk menentukan lubang sumur (Pwf) pada saat tn sewaktu laju saat itu qn, dapat
dipakai prinsip superposisi yang telah disebutkan tadi dengan metoda sebagai
berikut :

q1 dianggap berproduksi selama tn

q2 dianggap berproduksi selama tn – t1

q3 dianggap berproduksi selama tn – t2

q4 dianggap berproduksi selama tn – t3

qn dianggap berproduksi selama tn – tn-1

kalau hal tersebut dijabarkan, maka berlaku hal berikut ini :

70.6q1B 1688Ct rw2


P = Pi – Pwf = − [ln( ) − 2S ]
kh ktn

70.6(q 2 − q1) B 1688Ct rw2


− [ln( ) − 2S ]
kh k (t n − t1)

70.6(q3 − q 2) B 1688Ct rw2


− [ln( ) − 2S ]
kh k (t n − t 2)

70.6(q 4 − q3) B 1688Ct rw2


− [ln( ) − 2S ]
kh k (t n − t 3)

70.6(qn − qn −1 ) B 1688Ct rw2


− [ln( ) − 2S ]
kh k (t n − t n −1 )

Pressure Buidup Testing


Di dalam suatu rumusan yang umum, hubungan ini dapat dituliskan
sebagai berikut :

2kh n
( P1 − Pwfn ) =  q j  PD (t Dn − t Dj −1 ) + qn S (5.1)
 j −1

dimana q j = q j − q j −l

Contoh 5.1. Penggunaan Prinsip Superposisi

Suatu sumur berproduksi selama 5 hari, dan kemudian mengalami


penutupan selama 1 hari. Berapakah besarnya penurunan tekanan pada titik
sejauh 500 ft dari sumur tersebut. Data yang dicatat :

Pj = 2500 psia

B = 1.32 RB/STB

 = 0.44 Cp

k = 25 md

h = 43 ft

Ct = 18 x 10-6 psi-1

 = 0.16

Jawab :

70.6q1B − 948Ct r 2
Pi – P = − [ Ei ( ) − 2S ]
kh kt

70.6(q 2 − q1) B − 948Ct r 2


− [ Ei ( ) − 2S ]
kh k (t n − t1 )
3

Pressure Buidup Testing


atau :

70.6q1B  − 948Ct r 2 − 948Ct r 2 


Pi – P = −  q1E ( ) + ( q 2 − q1) E ( 
k (t − t1 ) 
i i
kh  kt

Hitung dahulu :

948Ct r 2
= [ (948) (0.16) (0.44) (1.8x10-5) (500)2 / (25) ] = 12.05
k

jadi :

(70.6)(0.44)(1.3)  − 12.05 − 12.05 


Pi – P = − 300 Ei ( ) + (0 − 300) Ei ( 
(25)(43)  (6)(24) (1)(24) 

= 11.44 [-E1 (-0.0834) + E1 (-0.5) ]

= 11.44 (1.989 – 0.560)

= 16.35 psi

5.2. LANDASAN TEORI PRESSURE BUILDUP

Pressure Buidup Testing


Setelah memahami prinsip superposisi di atas, selanjutnya pembicaraan
pressure buildup test akan lebih mudah dimengerti. Tinjaulah suatu sejarah
produksi suatu sumur yang diperlihatkan oleh Gambar 5.2. Mula-mula sumur
diproduksikan dengan laju tetap q, selama waktu tp. Kemudian sumur ditutup
selama waktu  t.

qB  1688Ct rw2 


Pi - Pws = − 70.6 [ln( ) − 2 S ]
kh  k (t p + t ) 

(0 − q ) B  1688Ct rw2 
− 70.6 [ln( ) − 2 S ] 5.2
kh  kt 

kemudian, persamaan 5.2 disusun menjadi :

qB t p + t
Pws = Pi – 70.6 ln[ ] 5.3
kh t

Atau :

qB t + t
Pws = Pi – 162.6 log[ p ] 5.4
kh t

Persamaan 5.4 memperlihatkan bahwa P ws shut-in BHP, yang dicatat


t + t
selama penutupan sumur, apabila diplot terhadap ( ) merupakan garis lurus
t
dengan kemiringan :

162.6qB
m = 5.5
kh

Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 5.3. Jelas
bahwa permeabilitas, k, dapat ditentukan dari slope ”m”, sedangkan apabila garis

Pressure Buidup Testing


ini diekstrapolasi ke harga ”Horner Time” sama dengan 1 (ekivalen dengan
penutupan sumur yang tak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini teoritis
sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.

Sesaat sumur ditutup akan berlaku hubungan:

qB 1688Ct rw2


Pwf = Pi + 70.6 [ln − 2S ]
kh kt p

qB 1688Ct rw2


Pwf = Pi + 162.6 [log − 0.869 S ]
kh kt p

1688Ct rw2
Pwf = Pi + m[log − 0.869 S ] 5.6
kt p

Pada saat waktu penutupan =  t, berlaku hubungan :

Pws = Pi – m log [ (tp +  t) /  t] 5.7

Kalau persamaan 5.6 dan 5.7 dikombinasikan, dapat dihitung faktor skin, S,
sehingga :

Pws − Pwf 1688Ct rw2


S = 1.151 ( ) + 1.151log( )
m kt

t p + t
+ 1.151 log( ) 5.8
tp

Di dalam industri perminyakan biasanya dipilih  t = 1 jam sehingga Pws


pada persamaan 5.8 menjadi P1 jam. P1 jam ini harus diambil pada garis lurus atau
t p + t
garis ekstrapolasinya. Kemudian faktor log ( ) dapat diabaikan sehingga :
t

Pressure Buidup Testing


P1 jam − Pwf k
S = 1.151 [ − log + 3.23] 5.9
m (Ct rw2 )

‘m’ pada persamaan 5-9 harus berharga positif.

Apabila S ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor pada formasi
produktif yang kita amati. S yang negatif menunjukkan adanya perbaikan
(stimulated), biasanya setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau suatu
perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).

5.2.1. Pressure Buildup yang ideal

t p + t
Seperti terlihat pada persamaan 5.4, plot antara P ws vc. Log ( )
t
merupakan garis lurus. Ini merupakan hal yang ideal tanpa adanya pengaruh awal
dari Wellbore Storage. Sebagai ilustrasi tinjaulah persoalan di bawah ini :

Tabel 5.1 menunjukkan contoh suatu pressure buildup test untuk suatu
sumur baru dengan laju aliran 500 STB/D selama 3 hari. Kemudian data tekanan
selama pentupan sumur adalah sebagai berikut :

Tabel-5.1

Waktu setelah Pws


(tp +  t) /  t
Penutupan (jam) (psig)

0 1150 -
2 1794 37.0
4 1823 19.0
8 1850 10.0
16 1876 5.5
24 1890 4.0

Pressure Buidup Testing


28 1910 2.5

Data lainnya adalah :

H = 22 ft

Bo = 1.3 RB/STB

 = 0.2

Ct = 20 x 10-6 psi-1

o = 1.0 cp

rw = 0.3 ft.

Dari soal ini akan ditentukan permeabilitas (k), tekanan awal reservoir (P i) dan
faktor skin (S).

Gambar 5.4 memperlihatkan Horner-plot, (tp +  t) /  t, dari data yang


tertera di Tabel 5.1. Kemiringan garis lurusnya adalah, m = 100 psi/cycle. Jadi
permeabilitas dapat dihitung berdasarkan hubungan

k = 162.6 q  B/m h

= (162.6)(500)(1.3)(1.3)(1.0)/(100)(22)=48 md

Dengan mengekstrapolasi garis lurus tadi ke ((tp +  t) /  t) = 1, maka didapat

P* = Pi = 1950 psi.

Akhirnya faktor skin dihitung berdasarkan persamaan 5.9.

1764 − 1150 48
S = 1.151 [ ( ) − log + 3.23 ]
100 (0.2)(1.0)(2 x10 −5 )(0.3) 2

= 1.43

Pressure Buidup Testing


yang berarti adanya hambatan aliran. Apabila hambatan aliran ini diterjemakan
kepada besarnya penurunan tekanan,  Ps

 Ps = 0.87 m.S

= 0.87 (100)(1.43) = 124.4 psi

Flow efficiency ditentukan sebagai berikut

P * − Pwf − PS
FE = 5.10
P * − Pwf

1950 − 1150 − 124.4


FE = = 0.85
1950 − 1150

5.2.2. Actual Buildup Case

Pada kenyataan yang sebenarnya, kurva respons tekanan di dalam


Horner plot mungkin tidak sesederhana seperti contoh di atas. Banyak faktor yang
mempengaruhi bentuk kurva tersebut. Untuk lebih jelasnya, Gambar 5.5
menunjukkan bentuk kurva Horner yang sering terjadi dari suatu hasil pengujian.
Terlihat pada Gambar 5.5 bahwa kurva respons tekanan dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu segmen data awal (early times), segmen waktu tengah (middle times)
dan waktu lanjut (late times).

Adanya penyimpangan dari garis lurus Horner (segmen waktu tengah)


dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara skematis, Gambar 5.6
mengilustrasikan berbagai macam faktor yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan pada segmen-segmen data awal dan data waktu lanjut. Misalnya
segmen data awal dipengaruhi oleh: Wellbore Storage, factor skin, phase
segretation (gas hump), sedangkan segmen waktu lanjut dipengaruhi oleh batas
9

Pressure Buidup Testing


reservoir, pengaruh sumur-sumur produksi atau injeksi disekeliling sumur yang
diuji, dan lain-lain.

5.2.3. Lamanya Pengaruh Wellbore Storage

Setelah diterangkan pada Bab 2.5, efek dari Wellbore Storage ini akan
mendominasi data awal dari suatu pengujian sumur, dimana lama pengaruh
Wellbore Storage tersebut sangat tergantung kepada baik ukruan maupun
konfigurasi lubang bornya.

Lamanya pengaruh Wellbore Storage di dalam suatu pengujian sumur


telah dipaparkan dengan jelas pada Bab 2.5.2.

Rangkaian pengerjaan analisa pressure buildup dapat dilakukan sebagai


berikut :

1. Terlebih dahulu buat plot log  P = (Pws – Pwf) versus log  t

2. Wellbore Storage effect terlihat dengan adanya unit slope yang


dibentuk oleh data awal.

Dari unit slope tersebut dapat diperkirakan Wellbore Storage


coeficient (CS) di dalam satuan.

qBt
CS = 5.11
24P

dimana :

q = laju aliran STB/D

B = Oil formation volume factor, bbl/STB

t = waktu, jam

10

Pressure Buidup Testing


P = tekanan, psia

dimana  t dan  P tersebut berasal dari sembarang titi yang


dipilih pada unit slope.

3. Dari titik data yang mulai meninggalkan unit slope kemudian diukur 1
atau 1.5 log cycle. Data yang terletak di luar jarak tersebut adalah data
yang bebas dari pengaruh Wellbore Storage.

4. Seperti biasa buat Horner plot, (t +  t) /  t versus Pws. Horner


straight line dibentuk dari titik-titik data yang bebas dari Wellbore
Storage di atas. Kemudian berdasarkan garis lurus yang berbentuk
tersebut dianalisa harga-harga k, P*, S dan FE seperti contoh
terdahulu.

5.3. PENENTUAN TEKANAN RATA-RATA RESERVOIR

Seperti diketahui tekanan rata-rata reservoir, P , sangat berguna untuk


karakterisasi suatu reservoir, penentuan cadangan dan peramalan kelakuan
reservoir tersebut. P merupakan suatu besaran fisik yang mendasar untuk
diketahui pada proses primary recovery dan enhanced recovery.

Untuk reservoir yang bersifat infinite-acting, tekanan rata-rata ini adalah


P* = Pi = P yang dapat diperlirakan dengan mengekstrapolasikan segmen garis
lurus pada Horner plot ke harga (tp +  t) /  t = 1. Tetapi pada reservoir yang
terbatas, hal di atas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan adanya efek

11

Pressure Buidup Testing


dari batas reservoir, tekanan pada umumnya jatuh di bawah garis lurus Horner
seperti terlihat pada Gambar 5.7.

Ada beberapa cara untuk memperkirakan harga P ini. Yang akan


dibahas di sini adalah :

1. Metoda Matthews – Brons – Hazebroek (metoda MBH)

2. Metoda Miller – Dyes – Hutchinson (metoda MDH)

3. Metoda Dietz

4. Metoda Ramey dan Cobb

5.3.1. Metoda Matthews – Brons – Hazebroek (metoda MBH)

Metoda ini dapat memperkirakan P suatu reservoir yang terbatas dari


hasil test buildup. Metoda ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan
kompresibilitas fluida tidak bervariasi sampai sebatas radius pengurasan, atau
dapat dikatakan tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.

Langkah-langkah metoda ini adalah sebagai berikut :

1. Dapatkan harga P* dari metoda Horner. (Untuk resevoir yang terbatas, P*


ini dikenal sebagai ”Falase Pressure”). Juga dapatkan harga m.

2. Kemudian harga P diperkirakan berdasarkan persamaan

P = P * − m P
DMBH (T pDA ) 5.12
2.303

12

Pressure Buidup Testing


Harga PDMBH atau dikenal sebagai ”MBH Dimensionless Pressure” dibaca
pada ordinat Gambar 5.8 sampai dengan 5.11 tergantung kepada bentuk dari
daerah pengurasannya. Harga absisnya didapatkan dengan persamaan :

0.0002637kt p
t PDA =
Ct A

5.3.2. Metoda Miller-Dyes-Hutchinson (Metoda MDH)

Metoda ini hanya dapat menghitung P untuk reservoir-reservoir yang


berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan sumur produksi pada pusatnya
(lihat Gambar 5.12). Salah satu syarat mutlak untuk menggunakan metoda MDH
ini adalah anggapan bahwa sebelum shut ini (sumur ditutup), kondisi telah
mencapai pseudosteady state.

Langkah-langkah pengerjaannya sebagai berikut :

1. Buat MDH plot yaitu Pws versus log  t, kemudian tentukan m dan k.

2. Pilihlah sembarang  t asalkan terletak pada semi log straight line,


katakanlah  t’, kemudian baca P’ ws yang berhubungan dengan waktu 
t’ tadi.

0.0002637k (t ' )


3. Hitung  t’DA= 5.14
C t A

4. Dari gambar 5.12 bacalah PDMDH untuk reservoir yang sesuai dengan
pendekatan lingkaran atau bujursangkar dan kondisi pada batasnya (No
Flow atau constant pressure).

5. Tekanan rata-rata dihitung berdasarkan persamaan

P = P' + mPDMBH (t DA ' ) 5.15


Ct A
ws

13

Pressure Buidup Testing


5.3.3. Metoda Dietz

Syarat untuk menggunakan metoda ini adalah :

a. Pseudo-steady state telah dicapai sebelum penutupan sumur

b. Telah diketahui shape factro, CA

c. Skin factor harus lebih besar dari -3

Langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Buat MDH plot (Pwf versus log  t), kemudian tentukan m dan k.

2. Menurut Dietz, P akan terjadi pada saat (  t) P yaitu pada saat :

tp C t A
(t ) P = = 5.16
C A t pDA 0.0002637C A k

3. Kemudian P dibaca pada waktu (  t) P , yang dihitung di atas, pada semi log
straight line.

5.3.4. Metoda Ramey dan Cobb

Proses menentukan P dengan metoda ini mirip dengan metoda Dietz,
hanya saja Ramey dan Cobb menggunakan Horner plot bukannya MDH plot.

Limitasi dari metoda ini adalah :

14

Pressure Buidup Testing


a. S > -3

b. rwa < 0.05 . r e. Dimana r wa = rw e-S

c. tp  tPSS

Langkah-langkah pengerjaannya adalah seperti di bawah ini :

1. Buat Horner plot, kemudian tentukan m dan k

2. Menurut Ramey & Cobb, p akan terjadi pada saat Horner time :

t p + t
( ) P = C At PDA
t

0.0002637kt p C A
= , apabila CA diketahui
Ct A

3. Apabila CA tidak diketahui, Horner Time pada saat P terjadi dapat
didekati dengan persamaan

4. Kemudian P dibaca pada Horner straight line untuk Horner time di atas.

5.4. PRESSURE BUILDUP UNTUK SISTIM FLUIDA LEBIH DARI SATU


FASA

Pada saat tekanan di reservoir minyak mulai turun ke bawah tekanan


bubble point, gas mulai terbentuk dan aliran fluida menjadi lebih dari satu fasa
(minyak dan gas, mungkin air kalau ada).

Pada saat ini, kelakuan tekanan diwakili oleh persamaan differensial yang
lebih kompleks dan tidak linier. Oleh sebab itu jelaslah bahwa metoda-metoda
yang telah dibicarakan terdahulu tidak bisa dilakukan lagi.

15

Pressure Buidup Testing


Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa untuk tujuan-tujuan praktis kita
dapat memodifikasi persamaan differensial yang tidak linier tadi sehingga metoda-
metoda yang lama dapat digunakan lagi untuk kasus ini.

Metoda ini dikembangkan oleh John Martin yang menuliskan persamaan


sebagai berikut :

 2 P 1 P Ct P
+ = 5.18
r 2
r r (k /  )t t

dimana Ct adalah kompressibilitas total dan (k/  )t adalah mobilitas total.

Dibawah syarat batas dan syarat awal yang sejenis dengan persamaan
yang diturunkan untuk reservoir yang tidak terbatas, persamaan di atas
mempunyai solusi sebagai berikut :

Ct r 2
P = C1 E1 (− ) + C2 5.19
4t (k /  ) t

Untuk syarat batas berikut ini :

2kO h  P 
qo = r 
O  r  r = rw

persamaan 5.19 menjadi :

qO O  Ct r 2 
P= Ei  −  + C2
4kO h  4t (k /  )t 

Apabila dimasukkan harga r = rw dan dilakukan prinsip superposisi maka


didapatkan persamaan pressure build up dengan kemiringan Horner straight line
sebagai berikut :

16

Pressure Buidup Testing


qO O
m= , atau di dalam field unit :
4kO h

qO O BO
m = 162.6 (psi/cycle) 5.20
kO h

untuk fasa minyak. Sedangkan untuk fasa gas adalah :

qg  g Bg
m = 162.6 5.21
kg h

qg di sini dianggap hanya free gas yang mengalir dimana :

qg = qgt - qoRs 5.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa Horner plot seperti yang terdahulu


diterangkan dapat dilakukan, kemudian dapat dianalisa untuk mendapatkan
besaran-besaran berikut ini :

Permeabilitas efektif minyak :

qo o Bo
ko = 162.6 5.23
mh

Permeabilitas efektif gas :

qg  g Bg
k g = 162.6 5.24
h

Permeabilitas efektif air

qw  w Bw
k w = 162.6 5.25
mh
17

Pressure Buidup Testing


Mobilitas total :

ko kg kw
(k /  )t = + +
o g w

162.6
= [ Bo qo + Bg (qgt − qo Rs ) + Bw qw ] 5.26
mh

Kompressibilitas total

Ct = SoCo+ SgCg + SwCw + Cf 5.27

Skin Factor :

 P − Pwf  (k /  )t  
S = 151.1 1 jam − log  + 3.23 5.28
 Ct rw
2
 m  

Penurunan tekanan karena adanya skin effect :

 PS = 0.87 mS 5.29

Flow effeciency :

P * − Pwf − Ps
FE = 5.30
P * − Pwf

5.5. ANALISA PRESSURE BUILDUP DI BAWAH PENGARUH


REDISTRIBUSI FASA PADA LUBANG BOR (GAS HUMP EFFECT)

Fenomena redistribusi fasa pada lubang bor terjadi ketika penutupan


sumur di permukaan, gas dan minyak mengalir bersama-sama di dalam tubing.
Karena adanya efek gravitasi maka cairan akan bergerak ke bawah dan gas naik

18

Pressure Buidup Testing


ke permukaan. Oleh karena cairan yang relatif tidak dapat memampat dan gas
yang tidak dapat berkembang di dalam sistim yang tertutup ini, redistribusi fasa ini
akan menambah kenaikan tekanan pada lubang bor. Pada saat awal, tekanan
lubang bor dapat mencapai keadaan yang lebih tinggi dari tekanan formasinya
sendiri dan menyebabkan terjadinya “Hump” di saat awal seperti terlihat pada
Gambar 5.13. Dengan adanya gejala ini, maka metoda konvensional tidak bisa
lagi dilakukan dengan baik.

Gejala ini mulai dikenali dan diselidiki sejak tahun 1958 oleh Stegemeier
dan Matthews dan oleh Pitzer pada tahun 1962. Tetapi analisa matematics yang
”excellent” baru berhasil dikemukanan oleh Fair pada tahun 1981. (Makalahnya
yang berjudul ”Pressure Buildup Analysis with Wellbore Phase Redistribution”
merupakan makalah terbaik, dan dia mendapatkan mendali emas ”Cedric
Ferguson Award” pada tahun 1983 dari SPE).

Fair memecahkan persamaan divisivitas radial seperti peneliti terdahulu


tetapi di sini didefinisikan parameter-parameter baru untuk menangani metode ini,
yaitu :

PD = CD (1 − e − tD /  D ) 5.31

dimana :

khP
PD = 5.32
141.2qB

khC
CD = 5.33
141.2qB

0.000264kt
tD = , dan
Ct rw2

19

Pressure Buidup Testing


0.000264k
D = 5.34
Ct rw2

Besaran-besaran baru tersebut adalah

C = phase redistribution parameter, psi.

P = phase redistribution pressure, psi.

 = phase redistribution time parameters, psi.

Dengan menggunakan Numerical Laplace Inverter (Com. Of the ACM,


Vol. 13, Thn. 1970, hal 47), persamaan tersebut diselesaikan di bawah berbagai
syarat batas. Sebagian solusinya dapat dilihat pada Gambar 5.14 sampai dengan
5.18. Gambar-gambar ini dapat digunakan untuk metoda “type curve matching”
seperti yang telah diterangkan terdahulu untuk memperoleh karakteristik reservoir
(k,s, Cs) maupun parameter redistribusi fasa.

5.6. ANALISA PRESSURE BUILDUP UNTUK ALIRAN FLUIDA SPHERICAL

Metoda analisa pressure buildup yang telah dibicarakan selama ini selalu
menganggap aliran radial terjadi selama pengujian. Oleh karena itu dasar-dasar
analisa selalu memakai persamaan divisivitas radial.

Harus diakui bahwa “Radial Horner Analysis” ini sudah sedemikian umum
dipakai sehingga orang tidak sadar lagi bahwa pertama-tama yang harus
diyakinkan adalah menjawab pertanyaan: apakah type aliran yang terjadi di
reservoir? Apabila alirannya bukan radial, maka sudah barang tentu “radial Horner
Analysis” ini tidak dapat lagi digunakan. Apabila dipaksakan untuk digunakan,

20

Pressure Buidup Testing


maka didapatkan hasil yang tidak memadai dan hasilnya tidak mewakili sama
sekali atas performance reservoir yang diamati.

Aliran fluida hemispherical terjadi pada kondisi di bawah ini :

1. Zona produksi hanya diperforasi sebahagian saja.

2. Lubang bor tidak menembus seluruh interval produktif.

Kedua kasus di atas dapat dilihat pada Gambar 2-1.

Untuk kondisi aliran spherical yang terjadi pada reservoir menuju ke


lubang bor, Culham menurunkan persamaan yang dapat digunakan untuk
menganalisa sentara tekanan yang terjadi.

Persmaan distribusi tekanan untuk reservoir tak terbatas yang


mempunyai sifat-sifat di bawah ini :

 Homogen dan isotropik

 Tekanan awal yang seragam di seluruh tempat di reservoir

 Karakteristik fluida dan batuan yang tidak berubah sepanjang waktu, dapat
dilukiskan sebagai berikut:

1   2 P  B P
r = 5.35
r 2 r  r   t

Berdasarkan syarat-syarat batas dan awal yang cocok untuk kondisi di


atas, persamaan 5.35 mempunyai solusi sebagai berikut :

AqBO  Br 2  12 
P(r , t ) = Pi − erf    5.36
2kr  4t  
 

Setelah dilakukan prinsip superposisi, maka

21

Pressure Buidup Testing


 
 2   Br 2  2  
1 1
AqBO   Br 2
  
P(r , t + t ) = Pi −  erfc  − erfc   5.37
4kr   4 (t + t )     4t   

Menurut Carslaw dan Jaeger, pendekatan erfc (x) adalah :

2
erfc( x)  1 − x untuk x < 0.1

menggunakan pendekatan di atas, maka persamaan 5.37 dapat diubah menjadi :

A B qBO  1 1 
P(r , t + t ) = Pi −  −  5.38
4 2 k   t t + t 
3

Persamaan yang terakhir ini adalah dasar persamaan pressure buildup untuk
kondisi aliran hemispherical.

Jadi untuk melakukan analisa Horner, yang harus dilakukan adalah

 1   1 
memplot antara Pws dan  −  . Kemudian :
 t   t + t 

Permeabilitas dihitung berdasarkan :

3 A B qBO C
k 2
= 3 5.39
4 m
2

Skin factor dihitung berdasarkan :

Brw2  Pt − Pwf 1 


S=  +  − 1.0 5.40
  m t 

Menurut Moran dan Finklea, rw harus diubah oleh rew berikut ini :

b
rew = 5.41
 b 
2 ln 
 rwr 

22

Pressure Buidup Testing


dimana,

b = ketebalan zona formasi yang terbuka untuk aliran

rwr = jari-jari lubang bor yang sebenarnya (silindris)

Untuk aliran hemispherical, b harus diganti dengan 2 b. Tekanan statik reservoir


diperkirakan dengan mengekstrapolasi garis lurus yang terjadi ke harga

 1 1 
 − =0
 t t + t 

Radius of investigation adalah :

S = 10rwr2 t DS 5.42

Simbol-simbol di dalam persamaan 5.39 sampai 5.42 untuk satuan lapangan


adalah :

A = 887.22

B = 477.02

 = k/(  C)

0.000264kt
tDS =
Crwr2

23

Pressure Buidup Testing


24

Pressure Buidup Testing


25

Pressure Buidup Testing


26

Pressure Buidup Testing


27

Pressure Buidup Testing


28

Pressure Buidup Testing


29

Pressure Buidup Testing


30

Pressure Buidup Testing


31

Pressure Buidup Testing


32

Pressure Buidup Testing


33

Pressure Buidup Testing


34

Pressure Buidup Testing


35

Pressure Buidup Testing


36

Pressure Buidup Testing


37

Pressure Buidup Testing


38

Pressure Buidup Testing


39

Pressure Buidup Testing


40

Pressure Buidup Testing


41

Pressure Buidup Testing


42

Pressure Buidup Testing


43

Pressure Buidup Testing


44

Pressure Buidup Testing


45

Pressure Buidup Testing


46

Pressure Buidup Testing


47

Pressure Buidup Testing

Anda mungkin juga menyukai