Bab I Cabai Dedy Suwandi
Bab I Cabai Dedy Suwandi
PENDAHULUAN
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman perdu dari family terong- terongan
yang memiliki nama ilmiah Capsicum frutescens L. Cabai rawit berasal dari benua
Cabai rawit merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan
secara komersial di Negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah
memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2001). Cabai yang dibudidayakan secara luas
di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai besar dan cabai keriting,
(Prajnata, 2002).
bahan yang dibutuhkan sehari- hari pada setiap rumah tangga sebagai bumbu dapur.
Rasanya pedas dan banyak mengandung vitamin C. Cabai rawit juga banyak
digunakan untuk industri makanan kaleng, saus dan industri obat- obatan
(Prajnanta, 2008).
1
Tanaman cabai rawit banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.
Masyarakat pada umumnya hanya beberapa jenis saja yakni cabai besar, cabai
keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai rawit memiliki banyak
kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
Cabai rawit memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan cabai merah lainnya.
Walaupun begitu, rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran
tinggi dan juga tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur,
dan sarang serta tidak tergenang air dengan pH tanah yang ideal sekitar 5-6.
(Setiadi, 2002).
komoditi eksport yang tinggi nilainya. Untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi,
tersedianya unsur- unsur hara di dalam tanah, baik unsur hara makro maupun mikro.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat dipenuhi dengan pemupukan, dimana
2
Unsur hara terpenting yang harus ditambahkan ke dalam tanah dapat
berbentuk pupuk adalah unsur hara N, P dan K. Ini disebabkan karena selain ke tiga
unsur ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, juga ketersediannya dalam
tanah dalam jumlah yang terbatas. Selain unsur hara esensial N, P dan K fungsinya
tidak dapat digantikan dengan unsur hara yang lain. Apabila salah satu unsur tersebut
tidak tersedia, maka pertumbuhan tanaman, baik fase vegetatif maupun fase generatif
beberapa hal seperti waktu pemupukan dan penempatan pupuk dengan tepat,
sehingga unsur hara yang diberikan pada tanaman dapat di serap dan digunakan oleh
diberikan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/ tanaman atau 15 ton/ha sebelum
Sedang di Sumatera Utara dianjurkan dengan dosis 200 kg urea, 200 kg TSP dan 100
bertambah, sehubungan dengan polusi lingkungan dan harga pupuk yang semakin
meningkat. Jika diperoleh efisiensi pemupukan yang tinggi, maka semakin sedikit
pupuk yang tercuci. Hara nitrogen dalam bentuk nitrat di dalam tanah mudah tercuci.
3
Peran unsur hara nitrogen pada tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun menjadi lebih lebar dan lebih hijau serta
meningkatkan kadar protein pada tanaman. Sedang unsur hara P adalah mempercepat
(Mulyani, 2008
pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan
pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh
tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk UREA dan Pupuk SP-
36. Pupuk Urea merupakan pupuk N yang terbuat dari gas amoniak dan gas asam
arang.Persenyawaan kedua zat ini mengandung N 46%. Urea termasuk pupuk yang
higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap
Pemberian pupuk Urea dalam tanah, dengan bantuan enzim urea akan segera
keduanya berbentuk gas dan mudah hilang dari tanah. Namun demikian amonia
4
Sedangkan pupuk SP-36 (Fosfor) merupakan unsur yang mobil dan bilamana
terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman, maka Fosfor pada jaringan-jaringan
tua akan di translokasikan ke jaringan yang masih efektif. Apabila terjadi kekurangan
dalam bentuk ion silfat (SO42-) yang tidak banyak terdapat dalam tanah mineral.
Karena bermuatan negatif ion sulfat mudah hilang dari daerah perakaran karena
tercuci oleh aliran air. Khususnya terjadi pada tanah berpasir. Sebagian besar sulfur di
dalam tanah berasal dari bahan organik yang telah terdekomposisi, sulfur elemental
(bubuk/batu belerang) dari aktivitas vulkanis dan partikel dari cerobong asap pabrik
Pupuk Urea Dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai
5
3. Apakah ada interaksi atas pemberian pupuk Urea dan Pupuk SP-36
6
2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang
penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang
Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 merupakan variabel bebas, serta pertumbuhan dan
kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut:
7
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran
Pupuk Urea
Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai
Rawit
Pupuk SP-36
Pelaksanaan Penelitian
Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok
Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
8
1.6. Hipotesis Penelitian
dan jenis tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Metachlamidae
Ordo : Polemoniales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Untuk budidaya tanaman cabai rawit perlu pemilihan lokasi pertanaman yang
tepat agar hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang diinginkan. Tanaman cabai
10
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat,
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya.
Sebagian besar sentra produsen cabai rawit berada didataran tinggi dengan ketinggian
Tanaman cabai rawit tidak tahan hujan. Terhadap sinar matahari yang terik
pun tidak tahan. Inilah sebabnya, cabai rawit lebih memuaskan ditanam di daerah
yang kering dan sejuk dari pegunungan, dari pada dataran rendah. Walaupun di
dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang
memuaskan, namun di daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar. Rata-rata suhu
yang baik adalah 210 – 280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya
sedikit. Suhu panas terutama diperlukan pada waktu berbunga. (Prajnanta, 2008).
2.2.1. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah tanah humus, jelas lapisan padas lebih dari 1
m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah
vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah
vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi
11
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah
berpasir hingga laterit merah dan podzolit kuning, tanah abu gunung, tanah berliat.
Tampaknya tanaman cabai tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun
topografi tertentu.
Syarat tanah ideal untuk tanaman cabai adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam
tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. cabai dapat ditanam pada berbagai
jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung
berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu
(Sunarjono, 2011)
Tanah yang paling baik untuk tanaman cabai sudah tentu tanah yang subur.
yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin
berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman cabai juga
membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula (Agus, 2002).
tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah
harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
12
penanaman cabai rawit di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak
Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang
tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan
gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.
Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke
lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.
Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek
(Setiadi, 2002).
Faktor tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai rawit yaitu jenis
tanah dan derajat keasaman (pH) tanah. Mulai dari tanah andosol yang berwarna
gelap (menunjukkan kaya bahan organik) sampai tanah latosol, regosol, ultisol hingga
grumosol dapat ditanami cabai. Namun bagaimanapun juga tanah yang paling sesuai
untuk cabai keriting adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat
dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah
mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia ( Foth, 2001).
Tanah yang terlalu liat kurang baik untuk ditanami cabai rawit karena sulit
diolah dan drainasenya jelek sehingga pernapasan akar tanaman dapat terganggu.
Tanah yang liat dan padat juga menyulitkan akar dalam mencari makanan. Tanah
13
yang biasa selalu banyak pasir kurang baik untuk cabai rawit karena mempunyai daya
memegang air (water holding capacity) yang rendah, akibatnya tanah cepat kering
meskipun sering diairi dan bila dipupuk maka akan mudah tercuci atau hilang.
Penambahan pupuk kandang 18-27 ton/ha akan memperbaiki struktur tanah yang
remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai keriting
(Foth, 2001).
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai
keriting berkisar antara 5,5 - 6,8 dengan pH optimum 6,0 - 6,5 pada umumnya tanah
di Indonesia ber-pH optimum 6,0 - 6,5 Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5 sehingga tanah ber-pH 6,0 – 6,5 sering kali
dipengaruhi Ph.
dapat ditambahkan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis) dapat
14
2.2.2. Air
Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai keriting. Air
berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat didalam tanah, sebagai media
pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh
(pemasakan makanan) dan proses pernafasan (respirasi) (Marsono dan Sigit 2001).
Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya
mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara fungsional
air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat yang dapat
membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman (Agus, 2002).
mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan
tumbuh-tumbuhan.
Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai rawit juga sangat membutuhkan
air. Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam
Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.
Sel – sel tanaman cabai sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman cabai
15
pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan
mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.
2.2.3. Iklim
Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai keriting adalah
1. Angin
Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi
tanaman dari terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang
pada saat mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul
penyerbukan, meskipun peranannya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang
Namun angin yang kencang justru akan merugikan karena dapat merusak
pertanaman. Cabang atau dahan akan mudah patah. Bunga yang saatnya diserbuki
menjadi tak tersebuki sehingga banyak yang rontok. Untuk itulah diperlukan
maupun gelagar, baik yang terbuat dari bilahan bambu dengan tali.
16
2. Curah Hujan
Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Air hujan yang menggenang di parit akan menyulitkan
pernafasan tanaman. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan
dilakukan dengan:
3. Cahaya Matahari
bunga, serta pembentukan dan pemasakan bunga cabai yang penting dari matahari
tanaman akan terhambat dengan ciri-ciri : pertumbuhan meninggi, daun lemas, batang
17
sekulen (berair), bunga yang dihasilkan sedikit, umur panen lebih lama, dan kualitas
antara 10 - 12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia hal ini akan terpenuhi karena
lama penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 53 menit dan sampai 12 jam 7
menit, sedangkan pada lintang 10 0, lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai
11 jam 33 menit. Cabai ini termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga
Tanaman cabai rawit menghendaki suhu dan kelembaban yang tertentu. Suhu
untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 – 300 C. Pada suhu < 15 0 C dan >
32 0 C. Buah yang dihasilkan kurang baik. Sebaiknya lokasi penanaman cabai rawit
dibawah ketinggian 1.400 m dpl. Cabai rawit memerlukan kelembaban relatif 80%
dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Adanya curah hujan yang
tinggi akan meningkatkan kelembaban dari sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban
dan bakteri.
18
2.3. Morfologi Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai rawit merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah
sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh
dengan cita rasa pedas. Cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang berumur
Tanaman cabai rawit terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah
sebagai bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian tubuh tumbuhan
(Agus, 2002 ).
2.3.1. Akar
Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri atas
akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral
19
- Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya
2.3.2. Batang
banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak
melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat
Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada
batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna
coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim.
Secara umum batang pada tanaman cabai memiliki fungsi sebagai berikut:
akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan.
20
- Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga
daun.
2.3.3. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun
yang berbentuk oval, lonjong . Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau
muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada
bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan
daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai
fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula
(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis
penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya
berlangsung melalui daun. Melalui Transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap
21
air akan dikeluarkan melalui sCabaia ke udara. Adanya transpirasi menyebabkan
aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus
2.3.4. Bunga
Bunga tanaman cabai rawit juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang
sama, yaitu bentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub
kelas Ateridae ( berbunga bintang ). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya
ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 - 20 mm.
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga
betina dalam waktu yang sama ( atau hampir sama ) sehingga tanaman dapat
melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih
baik, penyerbukan silang lebih di utamakan. Karena itu, tanaman cabai rawit yang di
tanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman
22
Penyerbukan tanaman cabai rawit biasanya dibantu angin atau lebah.
Kecepatan angin yang di butuhkan untuk penyerbukan antara 10-20 km/jam (angin
sepoi-sepoi). Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan
penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai rawit yang paling banyak
dikenal dan memiliki banyak variasi. Buah cabai rawit terbagi dalam 11 tipe bentuk,
yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate
bell, ancho, banana, dan blocky bel. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai rawit,
Bentuk buah cabai rawit, lurus kecil dan berwarna merah cerah sehingga
selalu kelihatan segar, ukuran buah 2,5 cm, panjang dan diameter 0,9 cm. Daya
simpan tahan lebih lama dan tahan terhadap transportasi jauh. (Agus, 2002).
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH 2 CONH2,
23
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap
air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.
Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu
nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna
dalam pembentukan Fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan
berbagai persenyawaan organik lainya. Pupuk nitrogen atau pupuk buatan adalah
jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara
yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya
satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya
Pupuk nitrogen dalam bentuk urea sudah menjadi kebutuhan bagi tanaman.
pemupupukan. Karena pupuk merupakan salah satu unsur hara yang di butuhkan
24
Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman mentimun di perlukan
pemupukkan yang tepat sesuai anjuran. Strategi pemberian unsur hara N yang
mencukupi hara tanaman, maka peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui
melapuk, yang ternyata dapat menyuburkan tanah sehingga tanah tersebut mampu
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
fotosintesa
lain-lain
25
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini
3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari
5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak
sebelum waktunya.
Menurut Sarif (1996), Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif
karena :
- Mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar tanaman belum sempat
menyerapnya
Bibit cabai rawit perlu diberi pupuk, terutama pupuk untuk memacu
26
menggunakan Urea. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis 12 gr
batang bibit, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air (Asep, 2011).
Peran pupuk Fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan
Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat
statis, hanya sebagian kecil saja yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion
fosfat, sebagai bahan pembentuk pospor yang terpencar-pencar dalam tubuh tanaman
Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi
kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua
unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman dan gejalanya sulit diketahui
27
sebagaimana gejala-gejala yang kelihatan pada tanaman-tanaman yang kurang unsur
Untuk dasar pupuk SP-36 di tanaman cabai rawit yaitu sebanyak 8 gram
pertanaman disebar merata dengan tanah tergantung jarak tanamannya. Pupuk SP-36
tersebut diberikan setelah tanaman berumur 10 hari dibedengan atau 10 hari setelah
dipindahkan dari tempat penyemaian ke tempat lahan tanaman cabai rawit tersebut
(Rukmana, 2008).
Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang
diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar
tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar
melalui 3 proses yaitu aliran massa, difusi, dan intersepsi akar. (Purnomo,1995).
Cara masuknya unsur hara menuju akar tanaman melalui intersepsi akar,
difusi dan aliran massa yaitu gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan
akar tanaman bersama gerakan massa air. Air beserta unsur hara yang terlarut
didalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara
dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak sebagai akibat
difusi, intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting, yaitu unsur
28
BAB III
METODE PENELITIAN
- Tanah topsoil
- Pupuk Urea
- Pupuk SP-36
Decis 2,5 EC
- Baktersida Agrimycin/Agrept
- Air
29
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
- Cangkul
- Parang
- Parang babat
- Gembor
- Schliper
- Alat ukur
- Hand sprayer
- Timbangan
- Gergaji, dan
- Alat tulis.
Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah
- U0 : Tanpa perlakuan
30
2. Faktor pemberian pupuk SP-36 dengan 3 taraf yaitu :
- F0 : Tanpa Perlakuan
sebagai berikut :
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk Urea pada taraf
(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk Urea pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk SP-36
∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk Urea pada taraf ke-j dan
31
Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :
(t-1) (n-1) ≥ 15
(12-1) (n-1) ≥ 15
11 (n-1) ≥ 15
11- n (11) ≥ 15
11- n ≥ 15 + 11
n ≥ 26/11
n = 2,36
n = 3 ulangan
32
Jarak antar plot : 30 cm
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.
33
Bedengan atau guludan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih
tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan bertanam
pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan
tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit. Setelah media lahan
4.1.3. Drainase
Pada bedengan deretan di beri pagar kayu atau papan penahan erosi apabila
hujan tiba dan gangguan lainnya. Pembuatan parit drainase sebagai jalur aliran air
Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih varietas cabai rawit Bara.
Bersertifikat cap panah merah dari PT. East Seed Indonesia dengan Kepmentan No. :
Bara merupakan varietas cabai rawit bersari bebas. Varietas ini bisa ditanam di
Karakteristik tanaman :
● Tinggi tanaman : 55 cm
34
● Panen pertama : 100 HST
Keunggulan tanaman :
● Produksi tinggi.
● Tahan layu bakteri dan toleran terhadap serangan layu cendawan Phytophthora
terbawa benih ada 3 macam perlakuan benih yang biasa dilakukan yaitu:
perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat kuku selama 4 – 5 jam.
35
Setelah itu benih dibungkus dengan handuk basah atau kertas Koran yang
dibasahi, kemudian diperam dalam kaleng, handuk atau Koran tersebut dijaga
4-6 jam, kemudian pemeraman sama dengan perendaman dengan air hangat.
3. Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida yaitu benih yang masih
dimasukkan sepucuk sendok teh fungisida Derasol dan sepucuk sendok teh
sampai seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih
Tanah untuk mengisi polibag adalah tanah Top Soil yang terlebih dahulu
dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti gulma, akar, dan batu-batuan. Kemudian
tanah tersebut diisikan kedalam polibag lalu diberi sampai ketinggian 2 cm dibawah
permukaan bagian atas polibag. Polibag yang akan digunakan berwarna hitam dengan
ukuran 40 x 50 cm.
36
4.5. Pemindahan Kecambah Kedalam Polibag
Setelah benih dibibitkan, pada umur sekitar 15-24 hari bibit dipindahkan ke
polibag. Bibit dipindahkan dengan cara mencabut dan menyertakan tanah sekitar akar
agar akar tidak rusak, lalu bibit dimasukkan kedalam polibag yang sudah disiapkan
lubang tanamnya dengan cara manual yang disesuaikan dengan panjang akar dan
tinggi bibit, kemudian tanah disekelilingnya dipadatkan dengan jari tangan agar tidak
atas permukaan tanah dalam polibag, dengan dosis disesuaikan terhadap perlakuan
masing-masing. Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 diberikan setelah tanaman berumur 1
4.7.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan pada sore hari, banyak
air yang diberikan pada tiap tanaman dalam polibag harus sama. Jika hujan turun
37
cukup lebat atau tanah dalam polibag masih cukup lembap maka tidak perlu
dilakukan penyiraman.
4.7.2. Penyisipan
Penyisipan adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau
tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang
pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi
Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sengaja disisakan
atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang
digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang
4.7.3. Penyiangan
Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada
saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap porus
Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan
38
interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal
tanaman percobaan.
insektisida perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Desis 2,5 EC dan fungisida
Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali, dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan
Tanaman sampel dalam setiap plot diambil secara acak sebanyak 3 tanaman.
Tinggi tanaman di ukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun tertinggi
atau terpanjang dengan dipasang patok pada tanaman sample untuk menentukan titik
nol dari permukaan tanah. Dimana setiap tamanan sampel dihitung tinggi tanaman
39
dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah tanaman berumur 4
minggu setelah tanaman ditanam dilapangan, dengan interval 2 minggu sekali yaitu
mengukur batang tanaman pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah, dengan cara
mengukur 2 arah berlawanan yaitu arah kiri dan kanan, kemudian dijumlahkan dan
Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka sempurna, termasuk
daun yang gugur juga dihitung. Dimana setiap tanaman sampel dihitung jumlah daun
dan kemudian dirata-ratakan. Penghitungan daun mulai dilakukan pada saat tanaman
40
4.9.4. Berat buah pertanaman sampel (gr)
Berat buah pertanaman sampel yang dihitung yaitu berat buah yang paling
besar ditimbang dari setiap pertanaman sampel setelah itu dijumlahkan dan dirata-
ratakaan, penghitungan berat buah pertanaman sampel dilakukan pada saat panen atau
diakhir penelitian.
Berat buah perplot dihitung yaitu dengan cara dimana semua buah yang ada
Penghitungan berat buah perplot dilakukan pada saat panen atau diakhir penelitian.
41
BAB V
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh
pemberian Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 serta interaksi keduanya pada parameter
yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat buah
pertanaman sampel, berat buah perplot dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dangan
Lampiran 17.
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 6 sampai 12
minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 7. Untuk perlakuan Pupuk
Urea pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan Pupuk SP-
42
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman cabai pada perlakuan
Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada
tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 56,28 cm
dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 40,83 cm. Dari hasil rataan pada tinggi
Perlakuan F0 F1 F2 Rataan
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 6 sampai 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 8 sampai lampiran 11. Untuk perlakuan Pupuk
Urea dan Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh tidak nyata
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang cabai pada
perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah
pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 5,69
43
mm dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 3,55 mm. Dari hasil rataan pada diameter
Perlakuan F0 F1 F2 Rataan
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 2 sampai 12
minggu dapat dilihat pada Lampiran 12 sampai Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk
Urea dan Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun cabai pada perlakuan
Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada
tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 214,00
44
helai dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 124,89 helai. Dari hasil rataan pada
Perlakuan F0 F1 F2 Rataan
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah pertanaman sampel
umur 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 16. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada
umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk perlakuan
Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan
45
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah pertanaman sampel cabai
pada perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai
terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar
26,80 gr dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 21,27 gr. Dari hasil rataan pada berat
buah pertanaman sampel cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. : Rataan Berat Buah Pertanaman Sampel Cabai Umur 12 MST.
Perlakuan F0 F1 F2 Rataan
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah perplot umur 12
minggu dapat dilihat pada Lampiran 17. Untuk perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah perplot cabai pada
perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah
46
pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 231,47 gr
dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 185,27 gr. Dari hasil rataan pada berat buah
Perlakuan F0 F1 F2 Rataan
5.2. Pembahasan
5.2.1 Pengaruh Pupuk Urea terhadap tertumbuhan dan produksi tanaman cabai
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa
perlakuan Pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat buah
47
jumlah daun, dan berat buah perplot tidak menunjukkan hasil yang nyata pada umur
12 minggu,
Pupuk Urea menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat buah
pertanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian Pupuk Urea yang mengandung
Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein, lemak vitamin dan zat lainnya
pertanaman sampel. Apabila berat buah pertanaman sampel semakin tinggi maka
akan mengakibatkan berat buah pertanaman sampel akan semakin tinggi juga. Dalam
hal ini berat buah pertanaman sampel sangat nyata akibat pemberian Pupuk Urea,
dengan demikian dapat dimengerti bahwa berat buah pertanaman sampel sangat
nyata.
Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan berat buah perplot di akibatkan
karena dipengaruhi oleh factor genetik dan faktor lingkungan (Lingga, 2007). Hal ini
dapat dimengerti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
48
Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa Pupuk SP-36 memberikan
pengaruh yang sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, serta berpengaruh nyata
terhadap berat buah pertanaman sampel. Namun demikian diameter batang, jumlah
Pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata pada umur 6-12 MST terhadap tinggi
tanaman. Hal in disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,
dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan
timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan
cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga
pada perlakuan F2 (8,5 gr/tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat
populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin tinggi sebagai berusaha
lebih tinggi.
buah pertanaman sampel. Hal ini di duga karena Pupuk SP-36 yang semakin banyak,
Pupuk SP-36 yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, jumlah
daun dan berat buah perplot. Hal ini di duga karena diameter batang, jumlah daun dan
49
berat buah perplot dikendalikan oleh factor genetic, factor lingkungan dan tanaman
itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (2008), yang menyatakan genotif
Pengaruh Pupuk SP-36 yang tidak nyata pada berat buah perplot. Hal ini
diduga karena ukuran setiap biji hampir sama karena berasal varietas yang sama, hal
ini juga di pengaruhi oleh faktor genetik. Sehubungan dengan itu Mulyani (2008)
juga menyatakan bahwa ukuran biji dominan dikendalikan oleh faktor genetik di
5.2.3. Interaksi pemberian Pupuk Urea dengan Pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman cabai.
Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk Urea dan Pupuk SP-36
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.
faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor bekerja sendiri-sendiri.
Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk Urea tidak dipengaruhi
- Struktur tanah
50
- Derajat keasaman tanah (pH), dan
- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Menurut Mulyani (2008), bahwa pada Pupuk SP-36 terdapat unsur Natrium
yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau mencegah
BAB VI
6.1. Kesimpulan
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, namun ada juga pengaruh yang
51
3. Interaksi Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap
6.2. Saran
(U3).
2. Untuk pemberian Pupuk SP-36 lebih baik dengan dengan dosis 8,5
gr/tanaman (F2).
52
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2002. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Foth H.D.2001. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Diterjamahkan Purbayanti, E.D, Lukiwati,
D.R, dan Trimulatsih, R. Gaja Mada University Press, Yogyakarta.
Hanafiah Kemas Ali. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
53
Prajnanta, 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
54