Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman perdu dari family terong- terongan

yang memiliki nama ilmiah Capsicum frutescens L. Cabai rawit berasal dari benua

Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke Negara-negara benua Amerika,

Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia (Agus, 2002).

Cabai rawit merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan

secara komersial di Negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah

didomestikasi, namun hanya Capsicum annuum L. dan C. frutescens L. yang

memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2001). Cabai yang dibudidayakan secara luas

di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai besar dan cabai keriting,

misalnya, termasuk spesies C. annuum sedangkan cabai rawit termasuk C. frutecens

(Prajnata, 2002).

Cabai rawit ( Capsicum frutescens L ) termasuk sayuran buah dan merupakan

bahan yang dibutuhkan sehari- hari pada setiap rumah tangga sebagai bumbu dapur.

Rasanya pedas dan banyak mengandung vitamin C. Cabai rawit juga banyak

digunakan untuk industri makanan kaleng, saus dan industri obat- obatan

(Prajnanta, 2008).

1
Tanaman cabai rawit banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.

Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya.

Masyarakat pada umumnya hanya beberapa jenis saja yakni cabai besar, cabai

keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai rawit memiliki banyak

kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium,

vitamin A, B1 dan vitamin C (Prajnanta, 2008)

Cabai rawit memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan cabai merah lainnya.

Walaupun begitu, rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya

kecil sehingga disebut cabai rawit (Agus, 2002)

Tanaman cabai rawit dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran

tinggi dan juga tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur,

dan sarang serta tidak tergenang air dengan pH tanah yang ideal sekitar 5-6.

(Setiadi, 2002).

Disamping sebagai konsumsi dalam negeri, cabai rawit juga merupakan

komoditi eksport yang tinggi nilainya. Untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi,

banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan, salah satu diantaranya adalah

tersedianya unsur- unsur hara di dalam tanah, baik unsur hara makro maupun mikro.

Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat dipenuhi dengan pemupukan, dimana

pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah hingga pertumbuhan

tanaman lebih baik (Prajnata, 2002).

2
Unsur hara terpenting yang harus ditambahkan ke dalam tanah dapat

berbentuk pupuk adalah unsur hara N, P dan K. Ini disebabkan karena selain ke tiga

unsur ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, juga ketersediannya dalam

tanah dalam jumlah yang terbatas. Selain unsur hara esensial N, P dan K fungsinya

tidak dapat digantikan dengan unsur hara yang lain. Apabila salah satu unsur tersebut

tidak tersedia, maka pertumbuhan tanaman, baik fase vegetatif maupun fase generatif

bisa jadi terbatas (Lingga, 2007)

Pemupukan yang efektif membutuhkan persyaratan kwantitatif yang memiliki

beberapa hal seperti waktu pemupukan dan penempatan pupuk dengan tepat,

sehingga unsur hara yang diberikan pada tanaman dapat di serap dan digunakan oleh

tanaman untuk meningkatkan kualitas produksi (Mulyani, 2008)

Sunarjono ( 2011 ) menganjurkan agar pemupukan pada tanaman cabai rawit

diberikan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/ tanaman atau 15 ton/ha sebelum

bertanam. Dan pupuk buatan sebanyak 90 kg N, 92 kg P2O5, 46 kg K2O per hektar.

Sedang di Sumatera Utara dianjurkan dengan dosis 200 kg urea, 200 kg TSP dan 100

kg KCl¬ per hektar.

Perhatian para ahli terhadap efisiensi pemupukan nitrogen semakin

bertambah, sehubungan dengan polusi lingkungan dan harga pupuk yang semakin

meningkat. Jika diperoleh efisiensi pemupukan yang tinggi, maka semakin sedikit

pupuk yang tercuci. Hara nitrogen dalam bentuk nitrat di dalam tanah mudah tercuci.

3
Peran unsur hara nitrogen pada tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun menjadi lebih lebar dan lebih hijau serta

meningkatkan kadar protein pada tanaman. Sedang unsur hara P adalah mempercepat

pertumbuhan akar, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi dewasa serta dapat mempercepat pertumbuhan dan pemasakan buah

(Mulyani, 2008

Pada penelitian ini pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari

pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan

pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh

tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk UREA dan Pupuk SP-

36. Pupuk Urea merupakan pupuk N yang terbuat dari gas amoniak dan gas asam

arang.Persenyawaan kedua zat ini mengandung N 46%. Urea termasuk pupuk yang

higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap

air dari udara (Lingga, 2007).

Pemberian pupuk Urea dalam tanah, dengan bantuan enzim urea akan segera

dihidrolisis menjadi ammonia dan karbondioksida. Amonia dan karbondioksida,

keduanya berbentuk gas dan mudah hilang dari tanah. Namun demikian amonia

mudah bereaksi dengan air membentuk hidroksi ammonium, sehingga untuk

sementara tidak akan hilang dari tanah (Sarif, 1996).

4
Sedangkan pupuk SP-36 (Fosfor) merupakan unsur yang mobil dan bilamana

terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman, maka Fosfor pada jaringan-jaringan

tua akan di translokasikan ke jaringan yang masih efektif. Apabila terjadi kekurangan

unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman menyerap sulfur

dalam bentuk ion silfat (SO42-) yang tidak banyak terdapat dalam tanah mineral.

Karena bermuatan negatif ion sulfat mudah hilang dari daerah perakaran karena

tercuci oleh aliran air. Khususnya terjadi pada tanah berpasir. Sebagian besar sulfur di

dalam tanah berasal dari bahan organik yang telah terdekomposisi, sulfur elemental

(bubuk/batu belerang) dari aktivitas vulkanis dan partikel dari cerobong asap pabrik

yang terbawa ketanah oleh hujan (Novizan, 2007).

Berdasarkan hal diatas maka saya melakukan penelitian “Pengaruh Pemberian

Pupuk Urea Dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai

Rawit (Capsicum Frutescens L)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L)?

2. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L)?

5
3. Apakah ada interaksi atas pemberian pupuk Urea dan Pupuk SP-36

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit

(Capsicum Frutescens L)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

2. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian Pupuk SP-36 terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu interaksi antara pemberian

Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

6
2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang

membutuhkannya, terutama bagi saya sendiri dan yang bergerak dibidang

budidaya Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses secara penelitian langsung.

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti yaitu

Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 merupakan variabel bebas, serta pertumbuhan dan

produksi tanaman Cabai Rawit merupakan variabel terikat, secara sederhana

kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut:

7
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk Urea

Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai
Rawit

Pupuk SP-36
Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman (cm)


Diameter Batang (mm)
Jumlah Daun (helai)
Berat Buah Pertanaman Sampel (gr)
Berat buah perplot (gr)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier

8
1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh Pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

2. Ada pengaruh Pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

3. Ada pengaruh interaksi pupuk Urea dan pupuk SP-36 terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L).

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Desa Bandar Gula Utara, Kelurahan Pulo

Padang, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar

dan jenis tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika

Sistematika tanaman cabai rawit menurut klasifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Metachlamidae

Ordo : Polemoniales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L (Setiadi, 2002)

2.2. Syarat Tumbuh

Untuk budidaya tanaman cabai rawit perlu pemilihan lokasi pertanaman yang

tepat agar hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang diinginkan. Tanaman cabai

rawit memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai dengan hidupnya, walaupun

tanaman ini memiliki daya penyesuaian yang cukup baik.

10
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat,

mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya.

Sebagian besar sentra produsen cabai rawit berada didataran tinggi dengan ketinggian

antara 1.000 – 1.250 meter dari permukaan laut (dpl).

Tanaman cabai rawit tidak tahan hujan. Terhadap sinar matahari yang terik

pun tidak tahan. Inilah sebabnya, cabai rawit lebih memuaskan ditanam di daerah

yang kering dan sejuk dari pegunungan, dari pada dataran rendah. Walaupun di

dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang

memuaskan, namun di daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar. Rata-rata suhu

yang baik adalah 210 – 280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya

sedikit. Suhu panas terutama diperlukan pada waktu berbunga. (Prajnanta, 2008).

2.2.1. Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah tanah humus, jelas lapisan padas lebih dari 1

m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,

dapat tumbuh pada hingga 8,0.(Agus, 2002)

Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah

vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah

vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi

struktur, tekstur, solom, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya .

11
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah

berpasir hingga laterit merah dan podzolit kuning, tanah abu gunung, tanah berliat.

Tampaknya tanaman cabai tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun

topografi tertentu.

Syarat tanah ideal untuk tanaman cabai adalah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. cabai dapat ditanam pada berbagai

jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung

berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu

pengelolahan secara sempurna antara lain pengelolahan tanah yang cukup.

(Sunarjono, 2011)

Tanah yang paling baik untuk tanaman cabai sudah tentu tanah yang subur.

yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin

berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman cabai juga

membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula (Agus, 2002).

Tanah merupakan tempat bertumpunya tanaman agar dapat tumbuh dengan

tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah

harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik

12
penanaman cabai rawit di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak

terlalu sempit sehingga tidak mengganggu perakaran.

Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan

gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.

Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke

dalam tanah. Apabila kedalaman penyerapan antara 0,2 – 20 cm berlangsung paling

lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.

Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek

(Setiadi, 2002).

Faktor tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai rawit yaitu jenis

tanah dan derajat keasaman (pH) tanah. Mulai dari tanah andosol yang berwarna

gelap (menunjukkan kaya bahan organik) sampai tanah latosol, regosol, ultisol hingga

grumosol dapat ditanami cabai. Namun bagaimanapun juga tanah yang paling sesuai

untuk cabai keriting adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat

dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah

mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia ( Foth, 2001).

Tanah yang terlalu liat kurang baik untuk ditanami cabai rawit karena sulit

diolah dan drainasenya jelek sehingga pernapasan akar tanaman dapat terganggu.

Tanah yang liat dan padat juga menyulitkan akar dalam mencari makanan. Tanah

13
yang biasa selalu banyak pasir kurang baik untuk cabai rawit karena mempunyai daya

memegang air (water holding capacity) yang rendah, akibatnya tanah cepat kering

meskipun sering diairi dan bila dipupuk maka akan mudah tercuci atau hilang.

Penambahan pupuk kandang 18-27 ton/ha akan memperbaiki struktur tanah yang

remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai keriting

(Foth, 2001).

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai

keriting berkisar antara 5,5 - 6,8 dengan pH optimum 6,0 - 6,5 pada umumnya tanah

di Indonesia ber-pH optimum 6,0 - 6,5 Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH

rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5 sehingga tanah ber-pH 6,0 – 6,5 sering kali

dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak asam.

Derajat keasaman tanah merupakan faktor penting yang harus dipahami

sebelum dilakukan teknis budidaya:

1. Mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman amat

dipengaruhi Ph.

2. Kemungkinan adanya unsur beracun dapat diketahui melalui ph.

3. Perkembangan mikro organisme dipengaruhi Ph.

Mayoritas tanah di Indonesia tergolong asam. Untuk meningkatkan pH tanah

dapat ditambahkan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis) dapat

diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (S) (Foth, 2001).

14
2.2.2. Air

Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai keriting. Air

berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat didalam tanah, sebagai media

pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh

tanaman. Peranannya pun cukup penting dalam proses fotosintensis

(pemasakan makanan) dan proses pernafasan (respirasi) (Marsono dan Sigit 2001).

Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya

mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara fungsional

air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat yang dapat

membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman (Agus, 2002).

Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan.

Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai rawit juga sangat membutuhkan

air. Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam

tanah, pelarut sel tanaman, dan bahan pembentuk senyawa baru.

Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.

Sel – sel tanaman cabai sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman cabai

15
pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan

mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.

2.2.3. Iklim

Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai keriting adalah

angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban.

1. Angin

Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi

tanaman dari terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang

pada saat mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul

dipertanaman, dalam keadaan ini angin berperan penting sebagai perantara

penyerbukan, meskipun peranannya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang

kencang akan merugikan karena dapat merusak tanaman.

Namun angin yang kencang justru akan merugikan karena dapat merusak

pertanaman. Cabang atau dahan akan mudah patah. Bunga yang saatnya diserbuki

menjadi tak tersebuki sehingga banyak yang rontok. Untuk itulah diperlukan

antisipasi pengaturan mikroklimat dengan pemberian penopang tanaman berupa air

maupun gelagar, baik yang terbuat dari bilahan bambu dengan tali.

(Marsono dan Sigit, 2001).

16
2. Curah Hujan

Pada umumnya dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman temperatur dan

kelembapan lingkungan merupakan faktor penting. Tanaman cabai tidak menyukai

curah hujan yang lebat

Cabai rawit memerlukan curah hujan sebanyak 1.500 – 2.500 mm/tahun.

Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak

terserbuki oleh lebah. Air hujan yang menggenang di parit akan menyulitkan

pernafasan tanaman. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan

kelembaban disekitar pertanaman.

Pengaturan iklim mikro untuk menekan resiko kegagalan karena hujan

dilakukan dengan:

1. Membuat parit/got pembuangan air yang lebih lebar dan dalam.

2. Membuat bedengan yang lebih tinggi.

3. Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar.

3. Cahaya Matahari

Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan

bunga, serta pembentukan dan pemasakan bunga cabai yang penting dari matahari

adalah intensitas cahaya. Untuk pembungaan yang normal, cabai keriting

memerlukan intensitas cahaya yang cukup banyak. Apabila ternaungi pertumbuhan

tanaman akan terhambat dengan ciri-ciri : pertumbuhan meninggi, daun lemas, batang

17
sekulen (berair), bunga yang dihasilkan sedikit, umur panen lebih lama, dan kualitas

maupun kuantitas produksi sangat kurang.

Lama penyinaran (fotoperodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai keriting

antara 10 - 12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia hal ini akan terpenuhi karena

lama penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 53 menit dan sampai 12 jam 7

menit, sedangkan pada lintang 10 0, lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai

11 jam 33 menit. Cabai ini termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga

sepanjang tahun baik pada hari-hari pendek maupun hari-hari panjang.

(Marsono dan Sigit, 2001).

4. Suhu dan Kelembaban

Tanaman cabai rawit menghendaki suhu dan kelembaban yang tertentu. Suhu

untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 – 300 C. Pada suhu < 15 0 C dan >

32 0 C. Buah yang dihasilkan kurang baik. Sebaiknya lokasi penanaman cabai rawit

dibawah ketinggian 1.400 m dpl. Cabai rawit memerlukan kelembaban relatif 80%

dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Adanya curah hujan yang

tinggi akan meningkatkan kelembaban dari sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban

yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri. Pseudomonas

solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembangbiakan cendawan

dan bakteri.

18
2.3. Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah

sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh

dengan cita rasa pedas. Cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang berumur

pendek, tetapi umumnya tumbuh setahun berbentuk perdu.

Tanaman cabai rawit terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah

sebagai bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian tubuh tumbuhan

tersebut berperan dalam aktivitas hidup tumbuhan, seperti penyerapan air,

pernapasan, fotosintesis, pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan

(Agus, 2002 ).

2.3.1. Akar

Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri atas

akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-

serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral

menyebar 35-45 cm. (Setiadi, 2002).

Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai berikut:

- Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat

hara) dari dalam tanah.

19
- Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya

tumbuhan di tempat hidupnya.

- Pada beberapa jenis tumbuhan akar berfungsi sebagai alat

bernapas, misalnya pada tumbuhan bakau. (Novizan, 2007).

2.3.2. Batang

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu.

Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk

banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak

melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat

mencapai 2 meter bahkan lebih.

Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada

batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna

coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan

jaringan parenkim.

Secara umum batang pada tanaman cabai memiliki fungsi sebagai berikut:

- Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari

akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh

bagian tumbuhan.

20
- Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga

daun.

2.3.3. Daun

Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun

yang berbentuk oval, lonjong . Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau

muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada

bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan

daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai

antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 - 5 cm.

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat

fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula

(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis

dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan melalui stomata

daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel daun.

Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa

penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya

berlangsung melalui daun. Melalui Transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap

21
air akan dikeluarkan melalui sCabaia ke udara. Adanya transpirasi menyebabkan

aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus

menerus. (Prajnata, 2002).

2.3.4. Bunga

Bunga tanaman cabai rawit juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang

sama, yaitu bentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub

kelas Ateridae ( berbunga bintang ). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam

keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya

terdapat 2 - 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam

ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 - 20 mm.

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu

tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga

betina dalam waktu yang sama ( atau hampir sama ) sehingga tanaman dapat

melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih

baik, penyerbukan silang lebih di utamakan. Karena itu, tanaman cabai rawit yang di

tanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman

cabai rawit yang ditanam sendirian.

22
Penyerbukan tanaman cabai rawit biasanya dibantu angin atau lebah.

Kecepatan angin yang di butuhkan untuk penyerbukan antara 10-20 km/jam (angin

sepoi-sepoi). Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan

penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga

tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.

2.3.5. Buah dan biji

Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai rawit yang paling banyak

dikenal dan memiliki banyak variasi. Buah cabai rawit terbagi dalam 11 tipe bentuk,

yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate

bell, ancho, banana, dan blocky bel. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai rawit,

dimana tipe elongate bell dan blocky beel dianggap sama.

Bentuk buah cabai rawit, lurus kecil dan berwarna merah cerah sehingga

selalu kelihatan segar, ukuran buah 2,5 cm, panjang dan diameter 0,9 cm. Daya

simpan tahan lebih lama dan tahan terhadap transportasi jauh. (Agus, 2002).

2.4. Peranan Pupuk Urea (Nitrogen)

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar

tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk

Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH 2 CONH2,

23
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap

air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.

Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg

Urea mengandung 46 kg Nitrogen (Lingga, 2007).

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah untuk merangsang

pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu

nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna

dalam pembentukan Fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan

berbagai persenyawaan organik lainya. Pupuk nitrogen atau pupuk buatan adalah

jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia

sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara

yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya

satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya

mengandung unsur nitrogen.

Pupuk nitrogen dalam bentuk urea sudah menjadi kebutuhan bagi tanaman.

Untuk mengetahui kebutuhan hara pada tanaman mentimun perlu dilakukan

pemupupukan. Karena pupuk merupakan salah satu unsur hara yang di butuhkan

tanaman terutama unsur N.

24
Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman mentimun di perlukan

pemupukkan yang tepat sesuai anjuran. Strategi pemberian unsur hara N yang

optimal bertujuan agar pemupupukan dilakukan sesuai kebutuhan tanaman sehingga

dapat mengurangi kehilangan N dan meningkatkan serapan N oleh tanaman. Untuk

mencukupi hara tanaman, maka peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui

daur ulang nutrisi tanaman, harus di optimalkan mengandalkan perbaikan aktivitas

biologis, serta fisik dan kimia tanah.

Nitrogen berasal dari organik (sisa-sisa tanaman / sampah tanaman) yang

melapuk, yang ternyata dapat menyuburkan tanah sehingga tanah tersebut mampu

untuk pertumbuhan tanaman dan memberikan hasil bagi pertumbuhan mentimun.

Pelapukan-pelapukan yang telah melangsung membentuk pupuk organik, sedangkan

N yang berasal dari pupuk buatan, misalnya Urea.

Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar

kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau

daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses

fotosintesa

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman atau tinggi, jumlah anakan, cabang dan

lain-lain

3. Menambah kandungan protein tanaman

25
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,

tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.

Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :

1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan

2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini

dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun

3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari

daun bagian bawah terus ke bagian atas

4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil

5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak

sebelum waktunya.

Menurut Sarif (1996), Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif

karena :

- Mudah diserap tumbuhan lain yang tidak diinginkan

- Mudah hanyut dari tanah akibat erosi dan pencucian

- Mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar tanaman belum sempat

menyerapnya

- Mudah hancur karena dipergunakan oleh mikroorganisme dalam tanah.

Bibit cabai rawit perlu diberi pupuk, terutama pupuk untuk memacu

pertumbuhan vegetatif, yaitu nitrogen. Pemberian pupuk nitrogen umumnya

26
menggunakan Urea. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis 12 gr

pertanaman . Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 3 cm dari

batang bibit, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air (Asep, 2011).

2.5. Peranan Pupuk SP-36 (Fosfor)

Peran pupuk Fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan

memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman muda pada umumnya.

Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat

meningkatkan produksi biji-bijian (Mulyani, 2008).

Di dalam tanah, fungsi Fosfor terhadap tanaman adalah sebagai zat

pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis dengan demikian adalah

statis, hanya sebagian kecil saja yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion

fosfat, sebagai bahan pembentuk pospor yang terpencar-pencar dalam tubuh tanaman

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi

kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua

akan di translokasikan ke jaringan yang masih efektif. Apabila terjadi kekurangan

unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman dan gejalanya sulit diketahui

27
sebagaimana gejala-gejala yang kelihatan pada tanaman-tanaman yang kurang unsur

Nitrogen dan Kalium (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Untuk dasar pupuk SP-36 di tanaman cabai rawit yaitu sebanyak 8 gram

pertanaman disebar merata dengan tanah tergantung jarak tanamannya. Pupuk SP-36

tersebut diberikan setelah tanaman berumur 10 hari dibedengan atau 10 hari setelah

dipindahkan dari tempat penyemaian ke tempat lahan tanaman cabai rawit tersebut

(Rukmana, 2008).

2.6. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Melalui Tanah

Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang

diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar

tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar

melalui 3 proses yaitu aliran massa, difusi, dan intersepsi akar. (Purnomo,1995).

Cara masuknya unsur hara menuju akar tanaman melalui intersepsi akar,

difusi dan aliran massa yaitu gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan

akar tanaman bersama gerakan massa air. Air beserta unsur hara yang terlarut

didalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara

dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak sebagai akibat

difusi, intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting, yaitu unsur

hara Ca. (Foth, 2001).

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah :

- Benih Cabai Rawit varietas BARA

- Tanah topsoil

- Polibag hitam ukuran 40 x 50 cm

- Pupuk Urea

- Pupuk SP-36

- Insektisida Perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan

Decis 2,5 EC

- Fungisida Derasol 60 Wp dan Dithane M-45

- Baktersida Agrimycin/Agrept

- Air

29
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

- Cangkul

- Parang

- Parang babat

- Gembor

- Schliper

- Alat ukur

- Hand sprayer

- Timbangan

- Gergaji, dan

- Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Faktor pemberian pupuk Urea dengan 4 taraf yaitu :

- U0 : Tanpa perlakuan

- U1 : Pemberian pupuk Urea 10 gr/tanaman

- U2 : Pemberian pupuk Urea 12 gr/ tanaman

- U3 : Pemberian pupuk Urea 15 gr/ tanaman

30
2. Faktor pemberian pupuk SP-36 dengan 3 taraf yaitu :

- F0 : Tanpa Perlakuan

- F1 : Pemberian Pupuk SP-36 7,5 gr/tanaman

- F2 : Pemberian Pupuk SP-36 8,5 gr/tanaman

3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk Urea pada taraf

ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk SP-36 taraf ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari pupuk Urea pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk SP-36 pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk Urea pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk SP-36

pada taraf ke-k

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk Urea pada taraf ke-j dan

pupuk SP-36 pada taraf ke-k (Hanafiah, 2010)

31
Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. U0F0 3. U1F0 7. U2F0 10. U3F0


2. U0F1 4. U1F1 8. U2F1 11. U3F1
3. U0F2 5. U1F2 9. U2F2 12. U3F2

Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

32
Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Persiapan Lapangan

4.1.1. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan pada intinya membersihkan lahan dari segala macam

gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan

pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan

menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.

Lahan persemaian dan pembibitan (tempat bibit di polibag) di bersihkan dari

gulma atau semak-semak lainnya, batu/kerikil disingkirkan dari areal dan

pembersihan bekas sisa-sisa kayu atau kotoran lainnya.

4.1.2 Pembuatan bedengan

33
Bedengan atau guludan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih

tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan bertanam

pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan

tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit. Setelah media lahan

disiapkan lalu pembuatan bedengan sederhana untuk bedengan polibag dengan

ukuran 200 cm dan lebar 120 cm dengan ketinggian 15 cm.

4.1.3. Drainase

Pada bedengan deretan di beri pagar kayu atau papan penahan erosi apabila

hujan tiba dan gangguan lainnya. Pembuatan parit drainase sebagai jalur aliran air

hujan begitu juga dengan media polibag di beri parit drainase.

4.2. Persiapan Bahan Tanaman

Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih varietas cabai rawit Bara.

Bersertifikat cap panah merah dari PT. East Seed Indonesia dengan Kepmentan No. :

872/Kpts/ TP.240/7/1999. Daya tumbuh 85 % kemurnian genetik 98 %. Cabai rawit

Bara merupakan varietas cabai rawit bersari bebas. Varietas ini bisa ditanam di

dataran rendah sampai dataran tinggi.

Karakteristik tanaman :

● Tinggi tanaman : 55 cm

● Sosok tanaman : Rimbun

34
● Panen pertama : 100 HST

● Ukuran Buah : 4 cm x 0,7 cm

● Warna buah : Hijau muda – merah cerah

● Produksi : 0,5 kg/tanaman

Keunggulan tanaman :

● Sangat genjah, terutama jika dibandingkan dengan C.frutescens.

● Produksi tinggi.

● Umur produksi panjang, tetapi tidak selamanya C.frutescens.

● Tahan layu bakteri dan toleran terhadap serangan layu cendawan Phytophthora

dan berbagai virus.

● Daya simpan buah 5 - 6 hari (Prajnanta, 2008).

4.3. Pengecambahan Biji

Untuk memudahkan perkecambahan biji dan mematikan bibit penyakit yang

terbawa benih ada 3 macam perlakuan benih yang biasa dilakukan yaitu:

1. Perendaman dengan air hangat yang bertujuan untuk mempermudah

perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat kuku selama 4 – 5 jam.

35
Setelah itu benih dibungkus dengan handuk basah atau kertas Koran yang

dibasahi, kemudian diperam dalam kaleng, handuk atau Koran tersebut dijaga

kelembapannya. Setelah 3-4 hari benih telah berkecambah sepanjang 0,5-1 mm

dan siap di semaikan.

2. Perendaman dengan larutan fungisida Derasol 60 WP atau Dithene M 45 dan

bakterisida Agrimycin/ Agrept yang dicampur air. Perendaman dilakukan selama

4-6 jam, kemudian pemeraman sama dengan perendaman dengan air hangat.

3. Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida yaitu benih yang masih

dalam kantong kemasan dibuka/digunting salah satu ujungnya, kemudian

dimasukkan sepucuk sendok teh fungisida Derasol dan sepucuk sendok teh

bakterisida Agrimicin. Bungkus kemasan dilipat, kemudian di kocok-kocok

sampai seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih

siap ditanam di polibag. (Karta Sapoetra Ance, 2003)

4.4. Pengisian Tanah Kedalam Polibag

Tanah untuk mengisi polibag adalah tanah Top Soil yang terlebih dahulu

dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti gulma, akar, dan batu-batuan. Kemudian

tanah tersebut diisikan kedalam polibag lalu diberi sampai ketinggian 2 cm dibawah

permukaan bagian atas polibag. Polibag yang akan digunakan berwarna hitam dengan

ukuran 40 x 50 cm.

36
4.5. Pemindahan Kecambah Kedalam Polibag

Setelah benih dibibitkan, pada umur sekitar 15-24 hari bibit dipindahkan ke

polibag. Bibit dipindahkan dengan cara mencabut dan menyertakan tanah sekitar akar

agar akar tidak rusak, lalu bibit dimasukkan kedalam polibag yang sudah disiapkan

lubang tanamnya dengan cara manual yang disesuaikan dengan panjang akar dan

tinggi bibit, kemudian tanah disekelilingnya dipadatkan dengan jari tangan agar tidak

berongga udara disekitar akar.

4.6. Pemberian Pupuk Urea dan Pupuk SP-36

Pemberian Pupuk Urea dan Pupuk SP-36diberikan dengan cara menyebar di

atas permukaan tanah dalam polibag, dengan dosis disesuaikan terhadap perlakuan

masing-masing. Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 diberikan setelah tanaman berumur 1

minggu, dengan interval 1 minggu sekali.

4.7. Pemeliharaan Tanaman.

4.7.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan pada sore hari, banyak

air yang diberikan pada tiap tanaman dalam polibag harus sama. Jika hujan turun

37
cukup lebat atau tanah dalam polibag masih cukup lembap maka tidak perlu

dilakukan penyiraman.

4.7.2. Penyisipan

Penyisipan adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau

yang pertumbuhannya tidak normal. Penyisipan biasanya dilakukan 1 minggu setelah

tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang

pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi

disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.

Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sengaja disisakan

atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang

digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang

tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4.7.3. Penyiangan

Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada

saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap porus

Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan

38
interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal

tanaman percobaan.

4.7.4. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk mengendalikan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan

insektisida perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Desis 2,5 EC dan fungisida

Derasol 60 WP dan Dhithane M-45, masing-masing dengan konsentrasi 0,2%.

Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali, dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan

dari pada menunggu adanya serangan hama dan penyakit.

4.8. Penetapan Tanaman Sampel

Tanaman sampel dalam setiap plot diambil secara acak sebanyak 3 tanaman.

4.9. Pengamatan Parameter

4.9.1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman di ukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun tertinggi

atau terpanjang dengan dipasang patok pada tanaman sample untuk menentukan titik

nol dari permukaan tanah. Dimana setiap tamanan sampel dihitung tinggi tanaman

39
dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah tanaman berumur 4

minggu setelah tanaman ditanam dilapangan, dengan interval 2 minggu sekali yaitu

pada minggu ke 4, 6, 8, 10, dan 12.

4.9.2. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong (schliper) yaitu

mengukur batang tanaman pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah, dengan cara

mengukur 2 arah berlawanan yaitu arah kiri dan kanan, kemudian dijumlahkan dan

dirata- ratakan. Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran maka setiap

tanaman sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 4

minggu setelah tanam dilapangan penelitian, dengan interval waktu 2 minggu

sekali, yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 10, dan 12

4.9.3. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka sempurna, termasuk

daun yang gugur juga dihitung. Dimana setiap tanaman sampel dihitung jumlah daun

dan kemudian dirata-ratakan. Penghitungan daun mulai dilakukan pada saat tanaman

berumur 2 minggu setelah tanaman dilapangan dengan interval waktu 2 minggu

sekali, yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 10, dan 12.

40
4.9.4. Berat buah pertanaman sampel (gr)

Berat buah pertanaman sampel yang dihitung yaitu berat buah yang paling

besar ditimbang dari setiap pertanaman sampel setelah itu dijumlahkan dan dirata-

ratakaan, penghitungan berat buah pertanaman sampel dilakukan pada saat panen atau

diakhir penelitian.

4.9.5. Berat buah perplot (gr)

Berat buah perplot dihitung yaitu dengan cara dimana semua buah yang ada

dimasing-masing plot ditimbang setelah itu dijumlahkan dan dirata-ratakan.

Penghitungan berat buah perplot dilakukan pada saat panen atau diakhir penelitian.

41
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 serta interaksi keduanya pada parameter

yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat buah

pertanaman sampel, berat buah perplot dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dangan

Lampiran 17.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 7. Untuk perlakuan Pupuk

Urea pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan Pupuk SP-

36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

42
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman cabai pada perlakuan

Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada

tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 56,28 cm

dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 40,83 cm. Dari hasil rataan pada tinggi

tanaman cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan F0 F1 F2 Rataan

U0 40.83 42.62 42.78 42.08

U1 44.72 48.00 48.99 47.24

U2 49.84 50.60 50.49 50.31

U3 52.24 53.10 56.28 53.87

Rataan 46.91 48.58 49.64 48.37

5.1.2. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada lampiran 8 sampai lampiran 11. Untuk perlakuan Pupuk

Urea dan Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh tidak nyata

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang cabai pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 5,69

43
mm dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 3,55 mm. Dari hasil rataan pada diameter

batang cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. : Rataan Diameter Batang (mm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan F0 F1 F2 Rataan

U0 3.55 3.89 3.95 3.80

U1 4.59 4.62 4.58 4.59

U2 4.68 4.55 4.69 4.64

U3 5.11 5.00 5.69 5.27

Rataan 4.48 4.52 4.73 4.58

5.1.3. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 2 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 12 sampai Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk

Urea dan Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak

nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun cabai pada perlakuan

Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada

tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 214,00

44
helai dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 124,89 helai. Dari hasil rataan pada

jumlah daun cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Daun (helai) cabai Umur 12 MST.

Perlakuan F0 F1 F2 Rataan

U0 124.89 153.00 143.44 140.44

U1 148.88 158.88 147.55 151.77

U2 155.55 159.44 162.66 159.22

U3 185.33 184.44 214.00 194.59

Rataan 153.66 163.94 166.91 161.50

5.1.4. Berat buah pertanaman sampel (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah pertanaman sampel

umur 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 16. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada

umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk perlakuan

Pupuk SP-36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

45
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah pertanaman sampel cabai

pada perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar

26,80 gr dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 21,27 gr. Dari hasil rataan pada berat

buah pertanaman sampel cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. : Rataan Berat Buah Pertanaman Sampel Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan F0 F1 F2 Rataan

U0 21.27 22.33 23.53 22.38

U1 24.00 23.00 24.07 23.69

U2 24.80 24.87 25.60 25.09

U3 26.07 26.40 26.80 26.42

Rataan 24.03 24.15 25.00 24.39

5.1.5. Berat buah perplot (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah perplot umur 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 17. Untuk perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-

36 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah perplot cabai pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

46
pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3F2 sebesar 231,47 gr

dan nilai terendah pada U0F0 sebesar 185,27 gr. Dari hasil rataan pada berat buah

perplot cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. : Rataan Berat Buah Perplot Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan F0 F1 F2 Rataan

U0 185.27 199.09 205.07 196.48

U1 202.88 218.34 201.66 207.63

U2 207.43 209.05 206.07 207.52

U3 207.33 210.45 231.47 216.42

Rataan 200.73 209.23 211.07 207.01

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh Pupuk Urea terhadap tertumbuhan dan produksi tanaman cabai

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh Pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

perlakuan Pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat buah

pertanaman sampel sedangkan terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang,

47
jumlah daun, dan berat buah perplot tidak menunjukkan hasil yang nyata pada umur

12 minggu,

Pupuk Urea menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat buah

pertanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian Pupuk Urea yang mengandung

banyak Nitrogen dapat mengakibatkan proses fotositensis, dengan adanya Nitrogen

maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan ke buah untuk pembesarannya.

Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein, lemak vitamin dan zat lainnya

akan disimpan dalam pembentukan buah.

Pengaruh pemberian Pupuk Urea sangat nyata terhadap berat buah

pertanaman sampel. Apabila berat buah pertanaman sampel semakin tinggi maka

akan mengakibatkan berat buah pertanaman sampel akan semakin tinggi juga. Dalam

hal ini berat buah pertanaman sampel sangat nyata akibat pemberian Pupuk Urea,

dengan demikian dapat dimengerti bahwa berat buah pertanaman sampel sangat

nyata.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan berat buah perplot di akibatkan

karena dipengaruhi oleh factor genetik dan faktor lingkungan (Lingga, 2007). Hal ini

dapat dimengerti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

satu varietas, sehingga potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh Pupuk SP-36terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

48
Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa Pupuk SP-36 memberikan

pengaruh yang sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, serta berpengaruh nyata

terhadap berat buah pertanaman sampel. Namun demikian diameter batang, jumlah

daun dan berat buah perplot pengaruhnya tidak nyata.

Pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata pada umur 6-12 MST terhadap tinggi

tanaman. Hal in disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,

dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan

timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan

cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga

pertumbuhan tanaman (tinggi) meningkat. Terlihat bahwa tanaman tertinggi adalah

pada perlakuan F2 (8,5 gr/tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat

populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin tinggi sebagai berusaha

untuk mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan respon tanaman tumbuh

lebih tinggi.

Perlakuan Pupuk SP-36 menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat

buah pertanaman sampel. Hal ini di duga karena Pupuk SP-36 yang semakin banyak,

dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil tersebut digunakan untuk

meningkatkan berat buah pertanaman sampel.

Pupuk SP-36 yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, jumlah

daun dan berat buah perplot. Hal ini di duga karena diameter batang, jumlah daun dan

49
berat buah perplot dikendalikan oleh factor genetic, factor lingkungan dan tanaman

itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (2008), yang menyatakan genotif

dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah dan menentukan potensial untuk

jumlah bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian fotosintat.

Pengaruh Pupuk SP-36 yang tidak nyata pada berat buah perplot. Hal ini

diduga karena ukuran setiap biji hampir sama karena berasal varietas yang sama, hal

ini juga di pengaruhi oleh faktor genetik. Sehubungan dengan itu Mulyani (2008)

juga menyatakan bahwa ukuran biji dominan dikendalikan oleh faktor genetik di

bandingkan faktor lingkungan.

5.2.3. Interaksi pemberian Pupuk Urea dengan Pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman cabai.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk Urea dan Pupuk SP-36

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Menurut Mulyani (2008) menyatakan bahwa dibandingkan faktor lain, sehingga

faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor bekerja sendiri-sendiri.

Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk Urea tidak dipengaruhi

oleh Pupuk SP-36 demikian sebaliknya.

Menurut Lingga (2007), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

50
- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2008), bahwa pada Pupuk SP-36 terdapat unsur Natrium

yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau mencegah

pengisapan kalium (K) yang berlebihan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian Pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter berat buah pertanaman sampel sedangkan pengaruh yang tidak

nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang jumlah daun

dan berat buah perplot.

2. Perlakuan pemberian Pupuk SP-36 menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata terhadap parameter tinggi tanaman, namun ada juga pengaruh yang

nyata terhadap parameter berat buah pertanaman sampel Sedangkan yang

tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter

batang, jumlah daun dan berat buah perplot.

51
3. Interaksi Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap

semua parameter yang diamati.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk Urea dianjurkan dengan dosis 15 gr/tanaman

(U3).

2. Untuk pemberian Pupuk SP-36 lebih baik dengan dengan dosis 8,5

gr/tanaman (F2).

3. Untuk penelitian lebih lanjut dianjurkan sebaiknya memberi Pupuk Urea

dengan taraf diatas 15 gr/tanaman dan untuk penggunaan Pupuk SP-36

dengan taraf dimulai 8,5 gr/tanaman.

52
DAFTAR PUSTAKA

Asep. 2011. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agus. 2002. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Anonim.2012. Menuju Pertanian Tangguh, Jakarta.

Foth H.D.2001. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Diterjamahkan Purbayanti, E.D, Lukiwati,
D.R, dan Trimulatsih, R. Gaja Mada University Press, Yogyakarta.

Hanafiah Kemas Ali. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.

Karta Sapoetra Ance. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta.

Lingga, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Mulyani, 2008, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta

Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta.

53
Prajnanta, 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Prajnata,2002. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purnomo. 1995. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas


Indonesia, Jakarta.

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta.

Rukmana, R. 2008. Budidaya Tanaman Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sunarjono, H. H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

54

Anda mungkin juga menyukai