Anda di halaman 1dari 8

AKAD

TRANSAKSI
DALAM
FIQH
MUAMALAH

DISUSUN OLEH

IKA PUTRI UTAMI


17803244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DEFINISI
AKAD

Kata akad berasal dari bahasa arab Aqad adalah pertalian ijab (pernyataan
"aqd". Kata akad di Indonesia sering kali melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan
dipersamakan dengan istilah perjanjian. menerima ikatan) sesuai dengan kehendak
Kata akad, secara epistemology bermakna syariat yang berpengaruh pada objek
mengikat, menyambung atau perikatan (Abidin, Radd Al-Muthar). Akad
menghubungkan (Ar-Rabt) (Al-Fath, 1913). didefinisikan sebagai
Secara terminology, akad memiliki makna hubungan/keterkaitan antara ijab dan
khusus.dalam konsep fikih muamalah, qabul atas diskursus yang dibenarkan oleh
kontrak lebih dikenal dengan sebutan syara' dan akan menimbulkan implikasi
aqad, yang menurut fuqaha' (ahli hukum hukum tertentu (Djuwaini, 2010). Menurut
islam) berari perikatan antar ijab dan Syamsul Anwar perjanjian didefiniskan
qabul dengan cara-cara yang disyariatkan sebagai pertemuan ijab dan qabul yang
dan mempunyai dampak terhadap apa dibenarkan oleh syara' yang menimbulkan
yang diakadkan tersebut (Ash-Shiddiqy, akibat hukum terhadap objeknya (Az-
1974). Menurut pasal 262 Mursyid Al- Zhaili, 1989).
Hairan, akad merupakan pertemuan ijab
yang diajukan oleh salah satu pihak
dengan qabul dari pihak lain yang
menimbulkan akibat hukum pada objek
akad (Basya, 1983).
JENIS
AKAD:
Para ahli hukum islam membagi akad
menjadi dua jenis, yaitu akad bernama dan BERNAMA
akad tidak bernama (belum diberi nama).
DAN TIDAK
Akad bernama adalah akad yang sudah
ada namanya tersendiri, seperti nama BERNAMA
akad mudharabah, musyarakah,
murabahah dan lain-lainnya. Konsep-
konsep akad ini telah dibahas panjang
lebar oleh fuqaha (ahli hukum islam) di Kebebasan berkontrak dimaksud dalam
kitab-kitab fikih klasik. Adapun akad tidak nash-nash Al-Quran dan sunah nabi serta
bernama adalah akad yang belum dinamai, kaidah-kaidah fikih. Ketiga dalil tersebut
sebab ulama belum membahasnya. Akad menunjukkan bahwa hukum islam
ini sebagai tuntutan orang-orang modern menganut asas kebebasan berkontrak.
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, Dalam Al-Quran surat A-Maidah (5) ayat 1,
seperti akad pembuatan rumah, akad jual- Allah berfirman: berdasarkan pada ayat
beli di supermarket, akad jual beli secara tersebut disimpulkan tentang asas
online dan akad lainnya. Menurut al-kasani kebebasan berkontrak. Perintah dalam
ada beberapa akad bernama sebagaimana ayat ini menunjukkan wajib untuk
uraian berikut ini: (1) sewa menyewa (al- memenuhi akad-akad yang telah dibuat.
ijarah), (2) penempaan (al-istisha), (3) jual Sehingga dari ayat ini dapat disimpulkan
beli (al-bai'), (4) penanggungan (al- bahwa akad apa saja baik bernama,
kafalah), (5) pemidahan utang (al- maupun tidak bernama, wajib untuk
hawalah), (6) pemberian kuasa (al- dipenuhi. Dalam hadis nabi dinyatakan
wakalah), (7) perdamaian (as-sulh), (8) "orang-orang muslim itu terikat kepada
persekutuan (as-syurkah) (9) bagi hasil (al- syarat-syarat (janji-janji) mereka".
mudharabah), (10) hibah (al-hibah), (11) Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
gadai (ar-rahn), (12) penggarapan tanah dipahami bahwa orang-orang muslim
(al-muzara'ah), (13) pemeliharaan tanaman diperbolehkan membuat akad yang baru,
(al-musaqah), (14) penitipan (al-wadi'ah), hanya saja akan tersebut tidak boleh
(15) pinjam pakai (al-'ariyah), (16) bertentangan dengan syara'. Adapun cara
pembagian (al-qismah), (17) wasiat-wasiat mengetahui apakah akad yang dibuat
(al-wasaya), (18) perutangan (al-qard). tersebut sesuai syariah atau tidak, maka
akad tersebut harus memenuhi rukun dan
syarat akad, sebagaimana penjelasan
berikut.
Kedua, ta'adud (berbilang, lebih dari satu
pihak). Akad tidak dibuat oleh diri sendiri
RUKUN harus melibatkan orang lain. Perjanjian
AKAD tidak tercipta dengan hanya ada satu
pihak yang membuat ijab saja atau Kabul
saja, sebab dalam setiap akad selalu harus
ada dua pihak.
Setelah disepakati bahwa umat islam 2.Formula akad (sighat al-'aqd: ijab dan
dibebaskan untuk membuat akad, maka akad qabul)
tersebut harus memenuhi rukun yang telah Rukun yang kedua adalah pernyataan
dirumuskan para ulama. Kaidah fikih kehendak yang lazim disebut shighat
menyatakan, "pada dasarnya akad itu al-‘aqd, yaitu terdiri dari ijab dan qabul.
adalah kesepakatan kedua belah pihak dan Ijab adalah pernyataan kehendak yang
akibat hukumnya adalah apa yang mereka pertama kali muncul dari suatu pihak untuk
ikatkan diri mereka melalui janji. Kaidah ini melahirkan suatu tindakan hukum,
jelas menunjukkan kebebasan berkontrak sedangkan qabul adalah pernyataan
karena perjanjian itu dinyatakan sebagai kehendak yang menyetujui ijab dan yang
berdasarkan kata sepakat para pihak dan dengannya tercipta suatu akad. Rukun
akibat hukumnya adalah apa yang dibuat akad yang kedua ini mensyaratkan dua
oleh para pihak sendiri melalui janji. syarat. Pertama, adanya persesuaian ijab
Agar akad sah menurut islam, maka harus dan qabul yang menandai adanya
memenuhi rukun dan syarat. Mazhab Syafi’I, persesuaian kehendak sehingga terwujud
Maliki, dan Hambali, mendefinisikan rukun kata sepakat. Kedua, kesatuan majelis
sebagai unsur-unsur yang membentuk akad. akad, dimana kesepakatan itu dicapai
Menurut ketiga mazhab ini, rukun akad dalam satu majelis.
terdiri dari empat unsur, yaitu: 3.Objek akad (ma'qud 'alaih/mahal al-
1.Para pihak (al-‘aqidani) 'aqd)
Para pihak pembuat akad adalah orang- Ada tiga syarat yang harus dipenuhi
orang yang atas keinginan pribadinya dalam objek akad, yaitu objek akad dapat
bersepakat membuat akad perjanjian. Ada diserahkan, objek akad tertentu atau
dua syarat yang harus dipenuhi bagi para dapat ditentukan, dan objek akad dapat
pembuat akad. Pertama, pembuat akad ditransaksikan (berupa benda yang
harus tamyiz (dewasa). Kedewasan bernilai dan dimiliki).
seseorang bisa diukur dengan kecakapan 4.Tujuan akad (maudhu' al-'aqd)
hukum (al-ahliyah). Kecakapan hukum adalah Tujuan akad adalah ujung akhir yang ingin
kelayakan menerima hukum dan bertindak dituju oleh kedua pihak yang membuat
hukum atau sebagai kelayakan seseorang akad. Tujuan akad jual beli adalah
untuk menerima hak dan kewajiban dan perpindahan kepemilikan dari penjual ke
untuk diakui tindakan-tindakannya secara pembeli. Syarat dari tujuan akad adalah
hukum syariah. akad tersebut tidak bertentangan dengan
syara’.
SYARAT- Selain syarat-syarat tersebut, maka ada
SYARAT syarat lain yang menurut wahbah zuhaili
AKAD dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, syarat
shahih adalah syarat yang sesuai dengan
Syarat akad secara umum dapat dibagi subtansi akad, mendukung dan memperkuat
menjadi dua macam, yaitu syarat adanya substansi akad, dibenarkan oleh syara atau
(terbentuknya) akad dan syarat sahnya akad. sesuai kebiasaan masyarakat (‘urf).
Syarat adanya akad menuntut apabila syarat Contohnya menyaratkan penjual untuk
ini tidak terpenuhi, maka akad dianggap tidak membayar harga barang. Kedua, syarat
ada atau tidak terbentuk dan akadnya fasid, yaitu syarat yang tidak sesuai dengan
disebut batal. Syarat sahnya akad, yaitu substansinya atau mendukung akad.
syarat dimana apabila tidak terpenuhi tidak Contohnya penjual mensyaratkan agar ia
berarti lantas akad tidak ada, atau tidak bisa menempati rumah yang dijualnya
terbentuk. Bisa saja akanya ada dan telah selama setahun. Ketiga, syarat fasid yaitu
terbentuk karena syarat adanya syarat yang tidak memenuhi kriteria syarat
(terbentuknya) telah terpenuhi, hanya saja shahih, dan tidak memberikan nilai manfaat
akan dianggap belum sempurna dan masih bagi salah satu pihak atau lainnya,
memiliki kekurangan, dan dalam keadaan Contohnya mensyaratkan pembeli untuk
demikian akad tersebut oleh ahli-ahli hukum tidak menaiki mobilnya dengan seseorang
Hanafi disebut dengan akad fasid dan harus tertentu (Djuwaini, 2010).
dibatalkan. Akad sah, dari segi kekuatan hukum
Syarat-syarat adanya (ayurut al-in'iqad) dibedakan lagi menjadi, (1) akad mauquf,
meliputi tujuh macam, diantaranya: yaitu akad yang tergantung kepada izin
1.Bertemunya ijab dan qabul (adanya kata pihak ketiga, misalnya wali dalam kasus
sepakat antara para pihak) akad yang dibuat anak dibawah
2.Bersatunya majlis akad perwaliannya; (2) akad nafiz, yaitu akad
3.Berbilangnya para pihak yang didalamnya masih terdapat khiyar (hak
4.Berakal/tamyiz opsi memilih) salah satu pihak; dan (3) akad
5.Objek adan dapat diserahkan lazim, yang merupakan akad yang paling
6.Objek akad ditentukan sempurna wujudnya dan bisa melahirkan
Objek dapat ditransaksikan atau dapat akibat hukum penuh, dimana tidak lagi
menerima hukum akad (mutaqawwim). bergantung kepada izin pihak ke tiga atau
Syarat sahnya akad ada lima macam, yaitu: tidak lagi mengundang unsur opsi/pilihan
1.Tidak ada paksaan (ikrah) (khiyar) salah satu pihak. Berdasarkan segi
2.Tidak menimbulkan kerugian (dharar) kekuatan hukumnya, akad dapat diurutkan
3.Tidak mengandung ketidakjelasan (gharar) menjadi lima jenjang dari yang paling lemah
4.Tidak mengandung riba ke yang paling kuat yaitu akad batil, akad
5.Tidak mengandung syarat fasid fasid, akad mauqul, akad nafiz, dan akad
Apabila syarat ada dan syarat sahnya akad lazim. Dua yang pertama termasuk kategori
telah terpenuhi, maka akad tersebut akad yang tidak sah dan tiga macam
tergolong akad yang sah. terakhir termasuk kategori akad sah.
HAL-HAL
YANG Maksud paksaan berat adalah paksaan
MEMBATAL yang menekan di mana seseorang tidak lagi
KAN AKAD memiliki pilihan apa-apa selain mengerjakan
apa yang dipaksakan itu, misalnya orang
yang dipaksa itu akan diancam akan
dibunuh atau dirusak anggota badannya
atau dimusnahkan seluruh harta
Ada hal-hal yang sering kali membatalkan
kekayaannya. Sedangkan paksaan ringan
sahnya akad. Hal-hal ini berada pada diri
adalah paksaan dengan merusak anggota
para pihak yang membuat akad. Setiap pihak
badan atau tidak memusnahkan seluruh
yang membuat akad harus berada pada
harta kekayaan, misalnya diancam terhadap
posisi yang merdeka dan dengan
nama baik, tidak naik pangkat, atau
kehendaknya sendiri. Dengan kehendak murni
ancaman akan dibukakan rahasianya.
dari diri sendiri dimaksudkan kehendak yang
1.Penipuan (at-tagrir/at-tadlis atau bedrog)
dinyatakan secara bebas dan dalam suasana
Ahli hukum islam mendefinisikan penipuan
yang wajar serta tidak dipengaruhi oleh
sebagai tindakan mengelabui oleh salah
unsur-unsur yang menyesatkan pertimbangan
satu pihak terhadap pihak lain dengan
dan kehendak para pihak. Hal-hal yang
perkataan atau perbuatan bohong untuk
menyesatkan dan membuat kehendak menjadi
mendorongnya memberikan perizinan
cacat, sehingga oleh karena itu, perjanjian
dimana kalau bukan karena tindakan itu ia
yang dibuat menjadi cacat, dan sering
tidak akan memberikan perjanjiannya. Dasar
disebut dengan istilah cacat kehendak
pelarangan penipuan dalam perjanjian islam
Uraian cacat kehendak berikut lebih
dalam hadis:
mengikuti pendapat Syamsul Anwar.
"Dari Abu Hurairah (dilaporkan bahwa) ia
1.Paksaan (al-ikrahatau dwang)
mengatakan: Rasulullah SAW pernah lewat
Paksaan, dalam islam diartikan sebagai
pada seseorang yang sedang menjual
tekanan atau ancaman terhadap seseorang
bahan makanan, lalu Rasulullah
dengan menggunakan cara-cara yang
memasukkan tangannya ke dalam bahan
menakutkan orang itu sehingga terdorong
makanan itu, lalu ternyata bahan makanan
untuk melakukan atau tidak melakukan
tersebut tipuan. Maka Rasulullah bersbda,
sesuatu. Dasar hukum paksaan ini sebagai
"tidak termasuk golongan kami orang yang
alasan pembatalan akad dalam hukum islam
menipu".
adalah sabda Nabi, Sesungguhnya Allah
menghapus dari umatku kekeliruan
(kekhilafan), kelupaan, dan hal-hal yang
dipaksakan kepada mereka. Dalam hukum
islam paksaan dibagi menjadi dua macam
dilihat dari segi berat ringannya, yaitu
paksaan berat (al-ikrah al-mulji’) dan paksaan
ringan (al-ikrah ghairul al-mulji’).
HAL-HAL
YANG
MEMBATAL
KAN AKAD

Dalam hukum islam, penipuan dibagi menjadi 1.Kekhilafan (al-ghalat atau dwaling)
dua yaitu penipuan dengan perbuatan (tagrir Kekhilafan adalah suatu keadaan dalam diri
al-fi'il) dan penipuan dengan perkataan seseorang yang mendorongmu untuk
(tagrir al-qaul). Hal pertama mengandung menggambrkan sesuatu tidak sebagaimana
unsur tipu muslihat, yaitu suatu penipuan kenyataannya. Dengan kata lin kekhilafan
melalui perbuatan yang dilakukan oleh salah adalah gambaran keliru pada salah satu
satu pihak untuk menyesatkan pihak lain dan pihak terhadap objek atau pihak lawan
mendorongnya untuk menutup perjanjian dalam perjanjian. Gambaran keliru ini
dengan ketiadaan keseimbangan prestasi, mendorong seseorang menutup perjanjian
sekalipun ketiadaan keseimbangan prestasi dimana kalua bukan karena gambaran keliru
itu kecil. Dalam hadis Nabi terdapat contoh itu ia tidak akan menutup perjanjian, atau
mengenai perbuatan tipu muslihat ini, seperti setidaknya tidak dengan syarat yang telah
larangan menahan air susu binatang (unta, dia beli (yang semula dikiranya lukisan
sapi, dan kambing) untuk memperlihatkan pelukis ternama ternyata bukan) atau
bahwa binatang tersebut banyak susunya setidaknya, tidak dengan harga yang telah
pada saat dilihat oleh pembeli sehingga ia dibayarnya seandainya ia tidak telah keliru
terdorong untuk membelinya. Menurut hadis atau salah pengertian mengenai lukisan itu.
tersebut, apabila seseorang tertipu dengan
cara demikian, maka ia memiliki pengembalian
(khiyar ar-rad), dalam arti bila ia
menghendaki meneruskan akad semacam itu
ia dapat membatalkannya, tetapi apabila ia
menerimanya dengan rela, maka akad
semacam itu sah.
DALIL
TENTANG
AKAD/PER
JANJIAN

Sumber keabsahan akad di dalam islam 2.Al-Hadis


didasarkan pada Al-Quran dan al-Hadis. Manusia diperbolehkan untuk membuat
Disamping itu juga dukungan oleh sumber akad juga didasarkan pada dalil Hadis.
hukum islam yang lain seperti ijma’ Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
(kesepakatan ulama) dan juga qiyas (teori al-Hakim dari sahabat Abu Hurairah, Rasul
perbandingan hukum). Ketika berbican soal bersabda: "Orang-orang muslim itu
perjanjian, maka tak lepas dari persoalan senantiasa terikat kepada syarat-syarat
apakah umat islam diperbolehkan membuat (janii-janji) mereka". Hadis ini menunjukkan
akad yang baru. Persoalan ini dibahas dalam bahwa syarat-syarat atau janji-janji apa
konsep asas kebebasan berkontrak atau akad saja dapat dibuat dan wajib untuk dipenuhi.
(al-mabda' hurriyah at-ta'aqud). Sumber Selain itu, juga merujuk pada hadis Nabi
hukum islam dalam akad dijelaskan sebagai Muhammad SAW yang berbunyi
berikut: "Sesungguhnya jual beli itu berdasarkan
1.Al-Quran kata sepakat" (Hadis Riwayat Ibn Hibban
Dalil Al-Quran yang bisa digunakan untuk da Ibn Majah).
merujuk kebolehan akad adalah surat Al-
Maidah Ayat 1.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
akad-akad itu. (QS A-Maidah [5]: 1)
Selain ayat diatas, Al-Quran surat An-Nisa'
ayat 29 yang berbunyi:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu makan harta sesamamu dengan jalan
batil, kecuali dalam perdagangan dengan
cara tukar- menukar berdasarkan perizinan
timbal balik (kata sepakat) di antara kamu.
(QS An-Nisa' [4]: 29)

Anda mungkin juga menyukai