Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada abad modern seperti saat ini hampir semua orang mengenal kakao yang

merupakan bahan makanan favorit, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu

keunikan dan keunggulan makanan dari kakao karena sifat kakao dapat meleleh dan

mencair pada suhu permukaan lidah. Bahan makanan dari kakao juga mengandung

gizi yang tinggi karena di dalamnya terdapat protein dan lemak serta unsur-unsur

penting lainnya (Sunanto, 2002).

Dengan adanya manfaat yang cukup besar dari kakao, tanaman kakao perlu

dikembangkan dan diperluas. Perbaikan tekhnik budidaya akan merupakan modal

yang sangat penting bagi rencana perluasan areal ini. Teknik pembibitan yang efisien

dalam menghasilkan bibit atau tanaman yang unggul, metode pemangkasan,

pengaturan jarak tanam, dan usaha untuk mendapatkan hasil yang baik merupakan

syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan produksi yang optimal

(Tumpal, 2010).

Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun

1560 di Minahasa, Sulawesi. Kemudian pada tahun 1859 sudah terdapat 10.000-

12.000 tanaman kakao di Ambon. Dari pohon sebanyak itu dihasilkan 11,6 ton

1
Kakao. Namun, kemudian tanamannya hilang tanpa ada informasi lebih lanjut.

(Hatta, 2007).

Untuk mendapatkan bahan tanam yang unggul kakao diperlukan usaha

pemuliaan tanaman yang dilakukan dalam waktu cukup lama. Upaya tersebut

meliputi kegiatan koleksi plasma nutfah, pengujian klon, persilangan antarklon dan

pengujian keturunan, serta pemilihan individu pohon terpilih untuk menghasilkan

klon baru. (Sunanto, 2002).

Kakao dikenal dua subjenis, yaitu Cacao dan Sphaerocarpum (Chev.) Cuatr.

Subjenis Cacao mempunyai empat forma (taksonomi dibawah subjenis) seperti

berikut ini :

1. Forma Cacao. Anggotanya tipe Criollo dari Amerika Tengah. Bentuk biji bulat,

keeping biji (kotiledon) putih, dan mutunya tinggi.

2. Forma Pentagonum. Hanya dikenal di Meksiko dan Amerika Tengah. Biji bulat

dan besar, kotiledon putih, dan mutunya tinggi.

3. Forma Leiocarpum. Biji bulat atau montok (plum), kotiledon putih atau ungu

pucat, dan mutunya tinggi.

4. Forma Lacandonense. Forma ini termasuk Kakao liar (Tumpal, 2010).

Tanaman muda yang tumbuh sehat dan seragam diperoleh dari bibit yang baik

atau unggul, persiapan lapangan yang matang dan diikuti dengan pemeliharaan yang

teratur. Faktor lingkungan tumbuh yang berpengaruh besar terhadap kecepatan

2
pertumbuhan bibit kakao antara lain curah hujan, temperatur, sinar matahari dan

tanah (Sunanto, 2002).

Sedangkan untuk memperoleh bibit siap tanam yang seragam, perlu di

lakukan sortasi atau pemilihan keseragaman bibit yang digolongkan menjadi bibit-

bibit, baik sedang dan jelek. Bibit yang dikategorikan jelek sebaikya dibuang saja.

Bibit yang baik ditanam di lapangan harus memenuhi mutu baku dari bibit siap di

tanaman.Salah satu perlakuan dalam pengadaan bibit Kakao yang baik adalah

pemberian pupuk sebagai tambahan bahan unsur hara yang dibutuhkan bibit tersebut

(Hatta, 2007).

Pertumbuhan tanaman selama di pembibitan sangat dipengaruhi oleh umur

pemindahan kecambah dan di pengaruhi juga oleh tersedianya unsur-unsur hara

makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Apabila umur pemindahan kecambah

terlalu lama, misalnya lebih dari 13 hari akan menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan dan apabila kekurangan salah satu unsur hara maka tanaman akan

menunjukkan salah satu gejala defisiensi.

Tingkat produksi tanaman kakao sangat ditentukan oleh baiknya perlakuan

yang diberikan selama pertumbuhan dan perkembangannya, terutama selama

pertumbuhan awal di pembibitan. Langkah pertama di pembibitan adalah penyemaian

biji kakao, penyemaian ini dimaksudkan untuk mendapatkan kecambah-kecambah

yang baik dan seragam pertumbuhannya.

3
Pemindahan kecambah ke polibag dilakukan pada umur 4 atau 5 sampai

dengan 12 hari setelah penyemaian, dan biji-biji yang tidak tumbuh setelah 12 hari

harus dibuang (Sunanto, 2002). Sedangkan pemindahan kecambah ke polibag

dilakukan setelah berumur 21 hari (Siregar, 2005). Pemindahan kecambah ke polibag

sering terlambat, hal ini disebabkan karena biji kakao serentak berkecambah (masa

dormansi biji relatif pendek) dan kurangnya tenaga kerja. Akibat keterlambatan ini

menyebabkan rusaknya kecambah tersebut.

Ketersediaan unsur hara sering merupakan faktor pembatas, di mana tanaman

kakao tidak dapat mencukupkan unsur hara bagi konsumsi pertumbuhannya.

Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh unsur hara yang tersedia berada dalam

keadaan optimum dan seimbang. Untuk pemenuhan akan tersedianya unsur hara

dapat ditempuh dengan jalan pemupukan (Siregar, 2005).

Pemupukan bertujuan untuk mengganti unsur hara yang hilang dan

menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan

mutu tanaman (Sarif, 2006).

Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum mengunakan varietas unggul, 

teknik budidaya yang belum sempurna, masalah tanah masam dan pengendalian

hama  penyakit. Salah satu tehnik budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah

masalah pemupukan. Pemupukan dapat mengunakan bahan an organik dan organik.

Pemupukan yang berasal dari bahan an organik dapat menyebabkan kerusakan tanah

4
dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk menambah unsur

hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini karena pupuk organik harganya

murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah satu pupuk organik  yang dapat

digunakan yaitu dengan menggunakan pupuk kandang(Irwandi, 2000).

Pada penelitian ini pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari

pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan

pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh

tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk TSP dan Pupuk

Kandang Lembu. Pupuk fosfor (TSP) dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan

perkembangan perakaran. Jumlah asam nukleat, phytin dan fosfolipida yang cukup

pada awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase piramida tanaman yang

selanjutnya untuk bagian produktif lainnya (Nyakpa, dkk, 2008).

Sedangkan pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan bibit tanaman

kakao. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang mengalami penguraian

oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi

beberapa faktor antara lain, yaitu jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis

makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan sebelum

diaplikasikan. Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan tanah

permukan (top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan

5
daya simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan tanah

(Musnamar, 2006).

Manfaat pupuk kandang bagi tanaman semusim selain untuk menyuburkan

tanaman juga dapat meningkatkan efisensi pengunaan pupuk kimia, sehingga dosis

pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat

secara nyata dikurangi. Kemampuan pupuk kandang untuk menurunkan dosis

penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah

dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (padi, jagung

dan kentang) maupun tanaman sayur – sayuran (kacang panjang, timun, terong

(Rusmaili, 2011).

Pupuk kandang lembu merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air

dan lendir, dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-

bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah,

juga mencukupi keperluan pertumbuhan dan meningkatkan hasil produksi tanaman

seperti jenis sayur-sayuran buah (timun, labu-labuan, belewah). Pupuk kandang sapi,

karena pupuk ini merupakan pupuk dingin sebaiknya pemakaian dilakukan 2 minggu

sebelum tanam (Intan, 2010).

Sedangkan Pupuk Kandang Lembu adalah pupuk yang berasal dari campuran

kotoran sapi dari urine, serta dari sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan.

6
Komposisi pupuk kandang sapi adalah 86 % H2O, 0,60 % N, 0,15 % P2O5, 0,45 %

K2O (Mulyani¸ 2008).

Berdasarkan hal diatas maka saya melakukan penelitian “Pengaruh Pemberian

Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman

Kakao (Theobrama cacao L) Varietas TSH 858 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk TSP terhadap

pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858?

2. Apakah ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk Kandang Lembu

terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858?

3. Apakah ada interaksi perlakuan pemberian pupuk TSP dan pupuk

Kandang Lembu terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas

TSH 858 pada semua parameter yang diamati yaitu, tinggi tanaman,

diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan berat basah tanaman?

7
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk TSP terhadap

pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858.

2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk Kandang Lembu

terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858.

3. Untuk mengetahui interaksi perlakuan pemberian pupuk TSP dan pupuk

Kandang Lembu terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas

TSH 858 pada semua parameter yang diamati yaitu, tinggi tanaman,

diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan berat basah tanaman.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini seperti sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang

membutuhkannya, terutama bagi saya sendiri dan yang bergerak di bidang

budidaya Kakao (Thebroma cacao L).

8
1.5. Kerangka Pemikiran

Tanah yang kurang subur menyebabkan produksi menurun tanaman kakao

(Theobrama cacao L). Produktivitas tanaman kakao di lapangan sangat dipengaruhi

oleh mutu bibit yang digunakan. Kunci keberhasilan budidaya kakao terletak pada

penggunaan bibit unggul yang bermutu. Jika tanaman dikelola dengan teknik

budidaya yang tepat, maka potensi produksi bibit unggul akan terealisasi.

Pertumbuhan bibit kakao yang sehat diperoleh melalui pemeliharaan yang baik

terutama melalui pemberian pupuk yang optimal sangat menentukan pertumbuhan.

Untuk itu dalam penanaman mutlak diperlukan pengolahan tanah dan penambahan

usur hara. Dalam hal ini dapat dilakukan pemanfaatan pupuk TSP dan pupuk kandang

Lembu sebagai solusi yang dapat dilakukan.

Pupuk TSP dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, akan meningkatkan

perkembangan perakaran. Jumlah asam nukleat, phytin dan fosfolipida yang cukup

pada awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase piramida tanaman yang

selanjutnya untuk bagian produktif lainnya (Nyakpa, dkk, 2008).

Sedangkan pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan bibit tanaman

kakao. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang mengalami penguraian

oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi

beberapa faktor antara lain, yaitu jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis

makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan sebelum

9
diaplikasikan. Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan tanah

permukan (top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan

daya simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan tanah

(Musnamar, 2006).

Dalam penelitian ini budidaya kakao merupakan salah satu pemegang kunci

keberhasilan. Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti

yaitu Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu merupakan variabel bebas, serta

pertumbuhan bibit tanaman Kakao merupakan variabel terikat, secara sederhana

kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut:

10
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Pupuk TSP

Pertumbuhan Bibit
Tanaman Kakao

Pupuk
Kandang Lembu
Pelaksanaan Penelitian

Paremeter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman (cm)


Diameter Batang (mm)
Jumlah Daun (helai)
Luas Daun (cm2)
Berat Basah Tanaman (gr)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier

11
1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk TSP terhadap pertumbuhan

bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858.

2. Ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk Kandang Lembu terhadap

pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858.

3. Ada interaksi perlakuan pemberian pupuk TSP dan pupuk Kandang

Lembu terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao Varietas TSH 858

pada semua parameter yang diamati yaitu, tinggi tanaman, diameter

batang, jumlah daun, luas daun, dan berat basah tanaman

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Marbau Selatan, Kecamatan

Marbau, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian

± 54 m dari permukaan laut dan direncanakan penelitian ini dilaksanakan selama 3

bulan yaitu pada bulan Maret 2015 sampai dengan selesai.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Tanaman Kakao

Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku

Streculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao adalah

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Anak Kelas : Dialypetolae

Bangsa : Malvales

Suku : Streculiceae

Marga : Theobroma

Jenis : Thebroma cacao L (Sunanto, 2002).

2.2. Morfologi Tanaman Kakao

2.2.1. Akar

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar

lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman

13
tanah (jeluk) 0-30 cm. Sedangkan 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26%

pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk di

atas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di

luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya

ruwet (intricate) (Tumpal, 2010).

2.2.2. Batang

Tinggi tanaman Kakao dapat mencapai 8-10 meter, tetapi mempunyai

kecendrungan tumbuh lebih pendek jika ditanam tanpa pohon pelindung. Tanaman

Kakao yang berasal dari biji akan tumbuh menjadi tanaman Kakao muda yang

berbatang lurus. Pada umur sekitar 10 bulan batang akan membentuk 3-6 cabang

kipas (fanbranches). Titik-titik pertemuan cabang-cabang tersebut atau letak cabang

primer tumbuh disebut jorquette (jorket, prapatan) tinggi dari permukaan tanah 1-2

meter (Endang, 2006).

2.2.3. Daun

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.

Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas

plagiotro panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Endang, 2006). Sedangkan,

daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun berkisar antara 25-

14
34 cm dan lebarnya 9-12 cm. Daun yang tumbuh pada ujung tunas biasanya berwarna

merah dan disebut daun flush (Endang, 2006).

2.2.4. Bunga

Bunga Kakao tergolong bunga sempurna, yang terdiri atas daun kelopak

(calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (andoecium) sejumlah 10 helai. Diameter

bunga sekitar 1,5 cm. Tumbuhnya secara berkelompok pada bantalan bunga yang

menempel pada batang tua, cabang atau ranting. Bunga yang keluar pada ketiak

akhirnya akan jadi gemuk dan membesar (Endang, 2006).

Tanaman Kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang

dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut

semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan

bunga (cushion) (Sunanto, 2002).

2.2.5. Buah

Buah Kakao terdapat pada pohon atau cabang. Warna buah pada umumnya

sangat beragam. Warna buah yang hijau atau hijau agak putih pada saat buah masih

muda, tetapi warnanya berubah menjadi kuning pada saat buah sudah masak. Buah

Kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Pada waktu muda, biji

menemel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila sudah masak maka biji akan

15
terlepas dari kulit buah. Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih yang

rasanya asam manis (Sunanto, 2002).

Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-

seling. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam

yaitu 20-50 butir per buah. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Saat itu,

ukurannya beragam dari panjang 10-30 cm, bergantung pada kultivar dan faktor-

faktor lingkungan selama perkembangan buah (Endang, 2006).

2.3. Syarat Tumbuh

Pada awalnya kakao tumbuh liar pada hutan belantara yang beriklim tropis

basah dan tumbuh dibawah naungan tanaman hutan. Curah hujan, temperatur, dan

sinar matahari menjadi bagian faktor iklim yang menentukan (Tumpal, 2010).

2.3.1. Iklim

Iklim merupakan faktor yang meliputi curah hujan, suhu, kelembaban udara,

penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antara unsur tersebut mempunyai

hubungan yang rumit. Iklim mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao

(Hatta, 2007).

16
Menunjukkan bahwa keberagaman produksi kakao dari tahun ke tahun lebih

ditentukan oleh sebaran curah hujan daripada oleh unsur iklim yang lain. Jumlah

curah hujan mempengarui pola pertunasan Kakao (flush) (Hatta, 2007).

Curah hujan yang ideal untuk tanaman kakao adalah daerah-daerah bercurah

hujan antara 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan berkaitan dengan masa

pembentukan tunas muda dan produksi. Curah hujan yang sangat tinggi berkaitan erat

dengan serangan penyakit busuk buah (Irwandi, 2000).

Proses fisiologi tanaman kakao juga dapat dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu

udara yang rendah akan menghambat pembentukan tunas dan bunga (Tumpal, 2010).

Sementara itu, suhu udara yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan pucuk dan

mendorong pertumbuhan cabang serta mengakibatkan daun-daun kurang berkembang

(Endang, 2006).

Pengaruh kecepatan angin dalam areal pertanaman kakao juga sangat

menentukan keberhasilan budidaya tanaman kakao. Kecepatan angin yang tinggi dan

berlangsung lama dapat merusak daun tanaman kakao, menjadikan daun tanaman

kakao rontok dan menjadi gundul (Sunanto, 2002).

2.3.2. Tanah

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman

adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur

17
hara makro dan mikro dalam tanah, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation, pH

atau keasaman tanah, dan kadar bahan organik relatif mudah diperbaiki dengan

teknologi yang ada (Irwandi, 2000).

Sifat-sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah pH tanah atau

keasaman tanah antara 5,6-6,8, kadar zat organik, unsur hara, kadar absorbs, dan

kejenuhan basa. Sedangkan sifat-sifat fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah

kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi

tanah. Kemiringan lahan pertanaman juga merupakan sifat fisik yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao (Tumpal, 2010).

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan tertentu antara tiga fraksi tanah,

yaitu pasir, debu, dan lempung. Susunan ketiga komponen tersebut menentukan

kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian di Jawa

Barat menunjukkan bahwa tekstur tanah nyata mempengaruhi daya dukung terhadap

kakao. Semakin tinggi kadar lempungnya, semakin rendah daya dukungnya terhadap

pertumbuhan Kakao (Hardjono, 2006).

Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-

tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-

tanah vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari

segi struktur, tekstur, solom, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya

(Hatta, 2007).

18
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir

hingga laterit merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berilat serta tanah

yang mengandung unsure hara. Tampaknya tanaman kakao tidak memerlukan

kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu (Hatta, 2007).

Syarat tanah ideal untuk tanaman kakao adalah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organic (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. Kakao data ditanam pada berbagai

jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung

berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu

pengelolahan secara sempurna antara lain pengelolahan tanah yang cukup.

(Siregar, 2005).

Tanah yang paling baik untuk tanaman kakao sudah tentu tanah yang subur.

yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga selum cukup menjamin

berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman kakao juga

membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula

(Irwandi, 2000).

Tanah merupakan tempat bertumpunya tanaman agar dapat tubuh dengan

tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah

harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik

19
penanaman kakao di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak

terlalu sempit sehingga tidak mengganggu perakaran.

Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan

gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.

Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke

dalam tanah. Apabila kedalaman penyerapan antara 0,2 – 20 cm berlangsung paling

lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.

Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek

(Tumpal, 2010).

Tanah perlu diperhatikan dalam budidaya kakao yaitu jenis tanah dan derajat

keasaman ( pH ) tanah.

1. Jenis Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebaiknya merupakan tanah yang

gembur, perakaran akan mudah untuk melakukan proses respirasi atau pernapasan.

Tanah yang remah dan berbutir – butir memiliki aerasi dan daya tahan air yang baik.

Selain itu, akar juga akan mudah manembus saat mencari bahan makanan. Tanah

yang baik adalah jenis aluvial dan andosol karena kedua tanah ini mamiliki komposisi

kandungan pasir dan tanah liat yang baik dan seimbang.

20
2. Derajat Keasaman Tanah (pH)

Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao

berkisar antara 4,5 – 7. Pada pH yang terlalu rendah (di bawah 4), tanaman akan

keracunan aluminium (AL) dan besi (Fe) atau kekurangan unsur hara yang penting,

misalnya fosfor. Sementara, pada pH yang terlalu tinggi tanaman juga dapat

kekurangan fosfor karena unsur ini diikat oleh kalsium.

Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan penambahan bahan – bahan kimia

tertentu. Jika tanah terlalu asam, untuk mengatasinya dapat menambahkan kation

basa seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), atau kalium (K). Senyawa yang paling

umum digunakan adalah kation basa CA dalam bentuk kalsium oksida (CaO) atau

lebih populer dengan sebutan kapur kalsit. Selain kapur kalsit, dapat juga digunakan

dolomit. Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam serta mengandung unsur hara

magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg (CO 3)2. Selain

kapur, untuk meningkatkan pH tanah dapat pula menggunakan abu sekam atau abu

kapur. Jumlah kapur yang diberikan disesuaikan dengan pH tanah tersebut.

2.4. Peranan Pupuk TSP (Fosfor) Pada Tanaman

Peran pupuk fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan

memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman muda pada umumnya,

21
dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat

meningkatkan produksi biji-bijian (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).

Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan

perkembangan perakaran. Jumlah asam nukleat, phytin dan fosfolipida yang cukup

pada awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase piramida tanaman yang

selanjutnya untuk bagian produktif lainnya (Nyakpa, dkk., 2008).

Di dalam tanah, fungsi fosfor terhadap tanaman adalah sebagai zat

pembangun dan terikat dalam senyawa – senyawa organis. Hanya sebagian kecil saja

yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion – ion fosfat, sebagai bahan

pembentuk fosfor (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).

Fosfor (P) juga berperan penting bagi pertumbuhan bibit kakao, fosfor

terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fatide. Merupakan bagian dari protoplasma

dan inti sel, sebagai bagian dari inti sel sangat penting bagi pembelahan sel, demikian

pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk

H2PO¯4, dan HPO¯4.

Kekurangan unsur hara (P) ini akan menimbulkan hambatan pada

pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti pada tanaman kakao. Daun-

daunnya berwarna hijau tua atau keabu-abuan mengkilap sering pula terdapat pigmen

merah pada daun bagian bawah, tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip,

22
pembentukan buah jelek merugikan hasil selanjutnya mati. Hal ini di karenakan

pertumbuhan sistem perakaran yang buruk dan kurang berfungsi.

Tanah yang kekurangan fosfor pun akan jelek akibatnya bagi tanaman.

Gejalah yang tampak adalah warna daun seluruhnya berubah kelewat tua dan sering

tanpak mengkilap kemerahan. Tepi daun cabang dan batang terdapat warna merah

ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalau tanaman berubah buahnya

kecil, tampak jelek dan lekas matang. Pada tanah seperti itu perlu diberi pupuk yang

mengandung unsur fosfor. Kalau tidak, tanaman akan tetap bernasib jelek dan ahirnya

mati (Nurhayati, 2006).

Fosfor terdapat dalam bentuk phitim, nuklein dan fosfatide, merupakan bagian

dari protoplasma dan inti sel. Sebagai dari bagian inti sel sangat penting dalam

pembelahan sel, fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO¯4, dan HPO¯4.Bahwa

fosfor di dalam tanah dapat di golongkan dalam dua bentuk, yaitu bentuk organis dan

bentuk anorganis. Di dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat

pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis (Soepardi, 2005).

Fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman mempercepat pertumbuhan akar semai,

dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman

dewasa pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan, pemasakan buah, biji atau

gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

23
Bahwa fosfor didalam tanah dapat digolongkan dalam 2 bentuk yaitu bentuk

organis, dan bentuk anorganis. Di dalam tanah pungsi P terhadap tanaman adalah

sebagai zat penbangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis. Dengan

demikian statis, hanya sebagian kecil saja sesungguhnya yang terdapat dalam bentuk

anorganis sebagai ion-ion fosfat, sebagai bahan pembentuk fosfor terpencar-pencar

dalam tubuh tanaman semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai

senyawa-senyawa fosfat di dalam sitoplasma dan memberan sel. Bagian-bagian tubuh

tanaman yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti dau-daun bunga,

tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung sari, daun buah serta bakal

biji ternyata mengandung P jadi bagian maksud mendorong pembentukan bunga dan

buah sangat banyak di perlukan unsur P (Prajnata, 2002).

Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005). Bibit kakao diberi pupuk, terutama

pupuk untuk memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu fosfor. Pemberian pupuk fosfor

umumnya menggunakan TSP. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis

10 gr per bibit . Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 3 cm dari

batang bibit, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air.

2.5. Peranan Pupuk Kandang Lembu

Pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan bibit tanaman kakao. Pupuk

kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang mengalami penguraian

24
oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi

beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan,

bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan sebelum diaplikasikan.

Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan tanah permukan

(top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya

simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan tanah

(Musnamar, 2006).

Pupuk kandang dipilih yang benar - benar matang, pupuk kandang yang masih

mentah (basah) akan terurai dulu didalam tanah dengan mengeluarkan panas yang

dapat mematikan tanaman. Bila pupuk kandang yang diberikan belum atau tidak

disterilisasi maka dapat merusak tanaman sehingga menyebabkan tanaman mati.

Terdapat 2 jenis pupuk kandang yaitu : padat dan cair yang biasanya dipergunakan

adalah pupuk padat karena lebih mudah mengumpulkanya daripada jenis yang cair.

(Lingga, 2007).

Pupuk Kandang Lembu, disamping mengandung unsur makro seperti

nitrogen, phosphor, dan kalium, juga mengandung unsure mikro seperti kalsium,

magnesium, tembaga, dan sejumlah kecil mangan, coper, dan boron. Kebutuhan

pupuk kandang untuk bibit tanaman kakao yaitu 5 – 10 ton/ha atau sama dengan 0,5 –

1 kg/tanaman (Lingga, 2007).

25
Manfaat dari pada menggunakan pupuk kandang adalah Memperbaiki struktur

tanah, ini terjadi akibat penguraian yang dilakukan organisme tanah terhadap bahan

organik yang terdapat pada pupuk kandang mempunyai sifat pereka yang mengikat

butir - butir tanah menjadi butiran yang lebih besar (Hardjowigono, 2007).

Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang mempunyai daya serap

yang tinggi terhadap air tanah. Karena itu pupuk kandang (kotoran lembu) sering kali

mempunyai pengaruh tanaman pada musim kering karena dapat menyerap air

(Musnawar, 2009).

Menaikan kondisi kehidupan dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh

organisme didalam tanah yang dapat memanfaatkan bahan organik, misalnya pupuk

kandang lembu yang kita berikan pada tanah sebelumnya diserap oleh akar tanaman.

peguraian yang dilakukan oleh jasad renik dengan jalan pembusukan peragian dari

proses pembusukan ini, semakin banyak juga banyak juga jasad renik memperoleh

makanan dan sumber tenaga. Semakin banyak pupuk kandang (kotoran lembu) yang

diberikan, semakin banyak pula jasad renik yang dapat hidup didalam tanah. Tetapi

pemberian pupuk kandang harus tetap disesuaikan dengan tanaman yang kita

budidayakan (Marsono, 2003).

Sebagai sumber zat hara bagi tanaman. Kelebihan pupuk kandang dari pupuk

buatan ialah bahwa pupuk kandang lembu dan kambing. Pemupukan dengan

26
menggunakan pupuk kandang ini memberikan hasil terbaik dari jenis kotoran hewan

yang ada, hal ini di karenakan, sapi dan kambing memakan bermacam - macam jenis

daun. Sehingga kotoran yang dihasilkan banyak mengandung nitrat dan amonia, yang

baik untuk memperbaiki struktur tanah (Marsono, 2003).

Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao diperlukan media

tanam yang cocok, terutama bahan organik yang berasal dari pupuk kandang lembu,

pemberian pupuk kandang untuk bibit tanaman kakao dilakukan pada saat

pengolahan media tanam, penggunaan pupuk kandang lembu sebagai media tanam

yang dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi

mikroorganisme tanah (Rukmana, 2004).

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Erpanus Syahputra (2014), dengan judul “Pengaruh

Pemberian Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao dan Pupuk Urea Terhadap

Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobrama cacao L) Varietas TSH 858 ”. dari

hasil penelitian menunjukkan hasil terbaik pada tanaman kakao terlihat dari tinggi

tanaman sebesar 53,62 cm dan luas daun sebesar 84,16 cm2.

Sedangkan menurut penelitian Rizki Nurmadi Putra (2012), dengan judul

“Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Bayfolan Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)”. dari hasil penelitian

27
menunjukkan hasil terbaik pada tanaman kakao terlihat dari tinggi tanaman sebesar

56,67 cm, jumlah daun sebesar 13,67 helai dan luas daun sebesar 88,50 cm2.

2.6. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Melalui Akar

Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang

diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar

tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar.

Akar akan menghisap hara yang larut dalam air pada kedalaman tertentu,

tergantung pada perkembangan dan kedalaman penetrasi akar. Pada perkembangan

akar yang tidak normal akibat adanya rintangan dalam menembus tanah, maka unsur

hara yang terdapat jauh dibawah jangkauan daya hisap akar tidak akan terserap

(Saifuddin, 2006).

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah :

- Biji Kakao Varietas TSH 858

- Tanah topsoil

- Polibag hitam ukuran 20 x 30 cm

- Pupuk Kandang Lembu

- Pupuk TSP

- Insektisida 8.5 S

- Fungisida Dithane M-45

- Pelepah dan daun Kelapa Sawit

- Air

- Jaring

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

- Cangkul

- Parang

- Dodos

- Gembor

29
- Schliper

- Alat ukur

- Hand sprayer

- Timbangan

- Gergaji, dan

- Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1 Faktor pemberian pupuk TSP dengan 4 taraf yaitu :

- P0 : Tanpa pemberian TSP

- P1 : Pemberian pupuk TSP 8 gr/bibit

- P2 : Pemberian pupuk TSP 10 gr/bibit (Setiawan dan Andoko, 2005).

- P3 : Pemberian pupuk TSP 12 gr/bibit

2. Faktor pemberian pupuk Kandang Lembu dengan 3 taraf yaitu :

- K0 : Tanpa Pemberian Pupuk Kandang Lembu

- K1 : Pemberian Pupuk Kandang Lembu 1 kg/ bibit (Lingga, 2007)

- K2 : Pemberian Pupuk Kandang Lembu 1,5 kg/ bibit

30
3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan Pupuk TSP pada taraf

ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk Kandang Lembu taraf ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari Pupuk TSP pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk Kandang Lembu pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi Pupuk TSP pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk

Kandang Lembu pada taraf ke-k

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan Pupuk TSP pada taraf ke-j dan

pupuk Kandang Lembu pada taraf ke-k (Hanafiah, 2010).

31
Tabel 3.1. Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok.

SK Db JK KT Fhit F0,05

Ulangan r-1 = 2 JKR KTR KTR/KTG 3,89


Perlakuan t-1 = 8 JKT KTT KTT/KTG 2,59
Galat (r-1)(t-1) = 16 JKG KTG    
Total 26 JKT      
Sumber : (Gomez dkk, 2007)

Keterangan :

Apabila F hitung pada analisis ragam menunjukan keragaman nyata maka untuk

melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Scott Knott pada taraf 0,05. Terlebih dahulu menyusun nilai rata-rata perlakuan

menurut urutan besarnya, dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar atau dari

yang terbesar sampai yang terkecil. Menghitung total kumulatif positif dan total

kumulatif negatif dari nilai rata-rata perlakuan. Menghitung nilai Boi untuk setiap

pasangan gugus, kemudian nilai yang maksimum dijadikan sebagai batasan untuk

membagi gugus menjadi dua jika seandainya data perlakuan berbeda nyata maka diuji

lanjut menggunakan Scott Knott (Wijaya, 2011)

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. P0K0 3. P1K0 7. P2K0 10. P3K0


2. P0K1 4. P1K1 8. P2K1 11. P3K1

32
3. P0K2 5. P1K2 9. P2K2 12. P3K2
Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

33
4.1. Persiapan Lahan

4.1.1. Pemilihan lokasi

Tempat pembibitan dilakukan pada lokasi yang memiliki sumber air yang

cukup, areal yang rata dengan drainase harus baik pula, sehingga tidak terjadi

genangan air sewaktu terjadi hujan lebat, dan aman dari gangguan hama binatang

besar maupun serangga.

4.1.2. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan dilakukan sebelum melakukan pembibitan yaitu dengan

mengendalikan gulma, memagar lahan agar terhindar dari serangan hama binatang

besar. Pelaksanaan pembersihan lahan ini dilakukan selama 1 minggu.

4.1.3. Pembuatan naungan

Untuk melindungi tanaman pembibitan dari teriknya matahari dan guyuran air

hujan secara langsung maka pembuatan dibuat secara kolektif. Naungan dibuat

dengan memanjang arah utara selatan, tinggi tiang naungan depan 2 m atau

timur,tiang belakang atau barat setinggi 1,75 m dengan tujuan untuk mendapatkan

sinar matahari pagi. Jarak antar tiang 3 m. Atap dan tiang terbuat dari pelepah kelapa

sawit.

4.1.4. Persiapan media tanam (pengisian polibag)

34
Tanah yang digunakan sebagai media adalah tanah dengan kedalaman 0-20

cm dari permukaan tanah, terlebih dahulu dibersihkan dari sisa akar dan batu-batuan.

Kemudian tanah dimasukkam ke dalam polibag sampai kira-kira 1-2 cm dibawah tepi

atas bibir polibag dan segera disiram dan disusun serta diatur sesuai dengan plotnya

masing-masing.

4.1.5. Menabur pasir

Pada lahan pembenihan atau perkecambahan, kegiatan yang harus dilakukan

adalah dengan memberi pasir setebal 10 cm pada semua lahan persemaian. Lahan

persemaian yang mendukung sangat baik untuk perkecambahan benih kakao.

4.1.6. Drainase

Pada fase ini, pembuatan drainase di pinggir lahan pembibitan sangat penting

untuk mengalirkan air ketika hujan turun. Ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

penggenangan air di daerah pembibitan.

4.2. Persiapan Benih dan Perkecambahan

Benih kakao diambil dari buah yang masak, buah diambil dari batang utama

tanaman kakao. Biji dari buah Kakao untuk benih diambil dibagian tengahnya saja,

35
sedangkan bagian kedua sampingnya dibuang dan diambil hanya biji-biji yang

besarnya seragam.

Bahan tanaman biji Kakao dibersihkan dahulu dari lendir yang menempel

dengan abu sekam padi. Tujuannya supaya biji cepat berkecambah dan supaya

terhindar dari jamur dan serangan penyakit, biji direndam dulu dengan fungisida

Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air selama 5 menit.

4.2.1. Penanaman

Bibit dari persemaian dipindahkan ke dalam polibag pada umur 7-10 hari.

Bibit dipilih yang sehat, seragam, akarnya lurus dan tidak mengalami kerusakan.

Setiap polibag yang sudah berisi medium tumbuh ditanami satu kecambah kakao.

Polibag-polibag disusun dibawah naungan dengan intensitas cahaya yang masuk

65%.

Benih yang telah berumur lebih dari 15 hari belum juga tumbuh harus dibuang

demikian juga kecambah yang akarnya bengkok atau melingkar. Penandaan benih

yang siap dipindahkan hingga keping benih (kotiledon) telah timbul ke atas

permukaan media persemaian atau jika keping telah terbuka sepasang daun kecil

terbentuk, pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan terputusnya akar

tunggang.

Benih yang sudah berkecambah dan memenuhi syarat diambil secara hati-hati

dari persemaian, polibag yang telah disiapkan diberi lubang pada media pembibitan

36
sedalam 2-3 cm. Kemudian kecambah dimasukkan kedalam lubang dan diusahakan

akar dapat berdiri lurus didalam lubang, selanjutnya lubang ditutup dengan tanah.

4.3. Pemeliharaan Bibit

4.3.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pagi sebelum pukul

10.00 WIB dan sore hari sesudah pukul 15.00 WIB. Penyiraman dilakukan

menggunakan gembor ukuran 10 liter air, apabila turun hujan dan polybag telah

mencapai kapasitas lapang tidak perlu dilakukan penyiraman.

4.3.2. Penyiangan

Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan teknis. Diusahakan

pengendalian secara manual setiap 1 bulan sekali atau tergantung kondisi lahan.

4.3.3. Aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang Lembu

Pupuk TSP dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dan

diberikan dengan cara ditanam ditanah dengan jarak 3 cm dari batang atau dibuat

sebuah lingkaran dengan jarak 3 cm dari batang dan pupuk TSP diberikan setiap 2

minggu sekali dengan dosis sebagai berikut :

- P0 : Tanpa pemberian TSP

- P1 : Pemberian pupuk TSP 8 gr/bibit

- P2 : Pemberian pupuk TSP 10 gr/bibit (Setiawan dan Andoko, 2005).

37
- P3 : Pemberian pupuk TSP 12 gr/bibit

Pupuk Kandang Lembu mulai diaplikasikan pada saat pengisian polibag atau

1 kali aplikasi dengan dosis sesuai dengan perlakuan di penelitian yaitu :

- K0 : Tanpa Pemberian Pupuk Kandang Lembu

- K1 : Pemberian Pupuk Kandang Lembu 1 kg/ bibit (Lingga, 2007)

- K2 : Pemberian Pupuk Kandang Lembu 1,5 kg/ bibit

4.3.4. Pengendalian hama dan penyakit

Pengawasan hama atau penyakit dilakukan setiap hari. Diusahakan dengan

cara manual. Apabila gangguan hama ataupun penyakit sudah tingkat yang lebih

berat maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan Insektisida sevin 85 S dengan

konsentrasi 2 gr/liter air, Fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air,

dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali.

4.4. Pengamatan Parameter

4.4.1. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 2 cm dari permukaan tanah sampai

ujung daun yang paling tinggi dengan menggunakan Rol (cm). Pengukuran dilakukan

pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur

38
12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12. Untuk

mempermudah pengukuran dibuat pancang dengan titik nol sejajar dengan leher akar

permukaan tanah.

4.4.2. Diameter batang (mm)

Diameter diukur dengan menggunakan jangka sorong (schliper) yaitu dengan

cara mengukur batang tanaman pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah.

Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah yang berlawanan kemudian

dijumlahkan dan dibagi dua atau dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada saat

tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 12 minggu

pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12.

4.4.3. Jumlah daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun pertama sampai daun terakhir yang telah

membuka sempurna, termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan

pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur

12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12.

4.4.4. Luas daun (cm2)

Cara pengukuran lebar daun diukur pada bagian tengah daun (bagian terlebar),

sedangkan panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ke bagian ujung daun.

Sebelum dilakukan pengukuran luas daun, terlebih dahulu dilakukan pengukuran

panjang daun, lebar daun dan dimasukkan ke dalam rumus, yaitu :

39
P x L x 0,654 (cm)

Keterangan :

P : Panjang daun (cm)

L : Lebar daun (cm)

0,654 : Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan

interval 2 minggu sekali sampai umur 12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada

minggu ke 6, 8, 10, dan 12.

4.4.5. Berat basah tanaman (gr)

Pengamatan berat basah tanaman dilakukan pada akhir penelitian yaitu

dengan membongkar tanaman dari polibag secara hati-hati agar tidak putus.

Kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering anginkan,

setelah itu ditimbang. Pengamatan ini sebaiknya dilakukan pada tanaman sampel plot

yang ditentukan.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

40
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dan data rataan dari pengaruh pemberian

Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu serta interaksi keduanya pada parameter yang

diamati seperti, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan berat

basah tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 20.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 7. Untuk perlakuan Pupuk

TSP pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan Pupuk

Kandang Lembu pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata,

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman bibit Kakao pada

perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman kakao berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

P3K2 sebesar 56,67 cm dan nilai terendah pada K0U0 sebesar 44,00 cm. Dari hasil

rataan pada tinggi tanaman Kakao tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Bibit Kakao Umur 12 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 44.00 46.67 46.67 45.78

P1 47.75 50.58 52.00 50.11

41
P2 51.58 52.50 52.50 52.19

P3 52.75 53.00 56.67 54.14

Rataan 49.02 50.69 51.96 50.56

5.1.2. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai Lampiran 11. Untuk perlakuan Pupuk

TSP dan Pupuk Kandang Lembu pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh tidak

nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang bibit Kakao pada

perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman kakao berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

P3K2 sebesar 5,85 mm dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 5.24 mm. Dari hasil

rataan pada tinggi tanaman Kakao tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 : Rataan Diameter Batang (mm) Bibit Kakao Umur 12 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 5.24 5.31 5.31 5.29

42
P1 5.27 5.58 5.57 5.47

P2 5.50 5.47 5.70 5.56

P3 5.75 5.83 5.85 5.81

Rataan 5.44 5.53 5.62 5.53

5.1.3. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 12 sampai Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk

TSP pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan Pupuk

Kandang Lembu pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata

sedangkan interaksinya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun bibit Kakao pada

perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terrendah pada tanaman kakao berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

P3K2 sebesar 13,67 helai dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 11,17 helai. Dari

hasil rataan pada tinggi tanaman Kakao tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 : Rataan Jumlah Daun (helai) Bibit Kakao Umur 12 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

43
P0 11.17 11.57 11.68 11.47

P1 11.83 11.82 11.91 11.85

P2 11.92 12.26 12.35 12.18

P3 12.40 12.83 13.67 12.97

Rataan 11.83 12.12 12.40 12.12

5.1.4. Luas daun (cm²)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam luas daun umur 6 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 16 sampai Lampiran 19. Untuk perlakuan Pupuk

TSP pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan Pupuk

Kandang Lembu pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata

sedangkan interaksinya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari luas daun bibit Kakao pada

perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada tanaman kakao berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

P3K2 sebesar 88,50 cm2 dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 75,19 cm2. Dari hasil

rataan pada tinggi tanaman Kakao tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 : Rataan Luas Daun (cm²) Bibit Kakao Umur 12 MST

44
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 75.19 77.14 77.65 76.66

P1 80.98 81.12 83.08 81.73

P2 83.58 85.08 82.79 83.82

P3 85.15 86.36 88.50 86.67

Rataan 81.22 82.43 83.01 82.22

5.1.5. Berat basah tanaman (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat basah tanaman umur 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 20.Untuk perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk

Kandang Lembu pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruhnya tidak nyata

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat basah tanaman bibit Kakao

pada perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu dapat dilihat nilai tertinggi

dan nilai terendah pada tanaman kakao berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

P3K2 sebesar 20,61 gr dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 16,98 gr. Dari hasil

rataan pada tinggi tanaman Kakao tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 : Rataan Berat Basah Tanaman (gr) Bibit Kakao Umur 12 MST

45
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 16.98 18.06 18.85 17.96

P1 17.70 18.28 17.82 17.93

P2 17.50 18.89 19.06 18.48

P3 19.07 19.74 20.61 19.80

Rataan 17.81 18.74 19.08 18.55

5.2. Pembahasan Penelitian

5.2.1. Pengaruh pupuk TSP terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh Pupuk TSP terhadap

pertumbuhan bibit tanaman Kakao, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

perlakuan Pupuk TSP berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman

dan luas daun pada umur 12 minggu. Sedangkan terhadap parameter diameter batang,

jumlah daun, dan berat basah tanaman tidak menunjukkan hasil yang nyata pada

umur 12 minggu.

Hal ini disebabkan karena Pupuk TSP yang diberikan dengan dosis 8 gr/bibit,

10 gr/bibit, dan 12 gr/bibit belum mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman

pada parameter diameter batang, jumlah daun, dan berat basah tanaman.

Pemupukan ini dimaksudkan menambah unsur-unsur hara yang kurang dalam

tanah. Kalau dilihat dari laboratorium maka tanah di Indonesia ini pada umumnya

46
kekurangan unsur P, dengan demikian pemberian pupuk TSP selalu memberi respon

yang paling nyata.(Lingga, 2007).

Menurut Sarif (2006), bahwa pemupukan melalui akar hanya dilakukan

sebagai penyerap unsur hara bagi tanaman, akar menjadi pintu gerbang utama bagi

zat-zat hara untuk masuk ke jaringan tanaman. Namun, karena unsur hara hanya

dapat diserap akar tanaman dalam bentuk ion maka sebagian besar pupuk yang

diberikan tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman. Oleh karena itu,

pupuk harus diuraikan dulu menjadi ion-ion yang bermanfaat.

5.2.2. Pengaruh pupuk Kandang Lembu terhadap pertumbuhan bibit tanaman


kakao

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh Pupuk Kandang Lembu

terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao, secara keseluruhan dapat dijelaskan

bahwa perlakuan Pupuk Kandang Lembu berpengaruh nyata terhadap parameter

jumlah daun dan luas daun pada umur 12 minggu. Sedangkan terhadap parameter

tinggi tanaman, diameter batang, dan berat basah tanaman tidak menunjukkan hasil

yang nyata pada umur 12 minggu.

Hal ini disebabkan karena Pupuk Kandang Lembu yang diberikan dengan

dosis 1 kg/bibit dan 1,5 kg/bibit belum mampu untuk mendukung pertumbuhan

tanaman pada parameter diameter batang, dan berat basah tanaman.

47
Menurut Lingga (2007), bahwa Pupuk Kandang Lembu dapat meningkatkan

pertumbuhan vegetatif kalau dosis pemupukan yang diberikan tepat sebab Pupuk

Kandang Lembu dapat merangsang perkembangan tanaman.

Menurut Mulyani (2008), jika Pupuk Kandang Lembu diberikan pada dosis

pemupukan yang jauh lebih tinggi, maka faktor Pupuk Urea dapat menggangu proses

pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman tersebut.

5.2.3. Pengaruh interaksi antara pupuk TSP dan pupuk Kandang Lembu
terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh interaksi antara Pupuk TSP

dan Pupuk Kandang Lembu terhadap pertumbuhan bibit tanaman Kakao, secara

keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perlakuan pengaruh interaksi antara Pupuk TSP

dan Pupuk Kandang Lembu berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun dan berat basah tanaman pada

umur 12 minggu.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya keseimbangan antara Pupuk TSP

dan Pupuk Kandang Lembu untuk mendukung pertumbuhan tanaman, dengan kata

lain Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu bekerja masing-masing di dalam tubuh

tanaman sesuai dengan fungsinya masing-masing.

48
Menurut Marsono (2003), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2008), bahwa pada Pupuk Kandang Lembu terdapat unsur

Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau

mencegah pengisapan kalium (K) yang berlebihan.

49
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada saat tanaman berumur 12 minggu dapat

diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian Pupuk TSP pada umur 12 minggu berpengaruh

sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman dengan nilai F. Hitung

sebesar 13,86 dan luas daun dengan nilai F. Hitung sebesar 8,94,

sedangkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter diameter batang,

jumlah daun, dan berat basah tanaman.

2. Perlakuan pemberian Pupuk Kandang Lembu pada umur 12 minggu

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun

dengan nilai F. Hitung sebesar 4,45 dan luas daun dengan nilai F. Hitung

sebesar 3,65 sedangkan yang tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, dan berat basah

tanaman

3. Interaksi antara Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Lembu pada umur 12

minggu menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata terhadap semua

parameter.

50
6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk TSP dianjurkan dosis 12 gr/bibit.

2. Untuk pemberian Pupuk Kandang Lembu lebih baik dengan dosis 1,5

kg/bibit.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dianjurkan memberi pupuk

TSP dengan dosis 12 gr/bibit dan untuk penggunaan pupuk Kandang

Lembu dengan dosis 1,5 kg/bibit.

51
DAFTAR PUSTAKA

Endang, 2006. Budidaya Kakao. Nuansa,Yogyakarta.

Erpanus Syahputra, 2014, Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao
dan Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao
(Theobrama cacao L) Varietas TSH 858. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Labuhanbatu.

Gomez, 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian; Penerjemah Endang


Sjamsuddin, Justika S. Baharsjah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).

Hatta, 2007. Budidaya Coklat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Yayasan
Kanisius, Yogyakarta.

Hardjono, 2006. Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Kanisius, Jakarta.

Hardjowigono, 2007. Dasar-Dasar ilmu tanah. Erlangga. Jakarta.

Hanafiah. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Intan, 2010. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. Penebar Swadaya
Jakarta.

Irwandi, 2000. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. AgroMedia Pustaka, Semarang.

Kartasapoetra, A. G dan Sutedjo, 2000. Pupuk dan Cara Pemupukannya. Rineka


Cipta, Jakarta.

Lingga, 2007. Aneka Jenis Tanam dan Pengunaanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono, 2003. Serapan Unsur Nitrogen di Dalam Tanah. Depok Estate.

52
Musnawar, E. I. 2009. Pupuk Organik. Penerbit swadaya.

Musnamar, 2006. Manfaat Pupuk Kandang. Penerbit swadaya.

Mulyani, 2008. Peranan Pupuk Nitrogen Terhadap Tanaman Perkebunan. Sinar


Baru Algesindo. Bandung.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., Mamat. A. P., A. G. Amran., Ali, M. G.B. Hong dan N.
Hakim, 2008. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.

Nurhayati, 2006. Peranan Pupuk fosfor Untuk Tanaman Semusim. PT. Argo Media
Pustaka. Depok Estate.

Prajnata. 2002. Mengatasi Permasalahan Bertanam Kakao. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Rizki Nurmadi Putra, 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Bayfolan Dan Pupuk
Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L). Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Labuhanbatu

Rukmana, R 2004. Budidaya Kakao . Kanisius. Yogyakarta.

Rusmaili, 2011. Manfaat Dari Penggunaan Pupuk Organik. Erlangga. Jakarta.

Sarif, 2006. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Saifuddin, 2006. Kunci Bercocok Tanaman Perkebunan Penting di Indonesia. Sinar


Baru Algessindo. Bandung.

Setiawan, D.H., dan A. Andoko., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Kakao.


Agromedia Pustaka, Jakarta.

Siregar, 2005. Budidaya Coklat, Balai Informasi Pertanian. Jawa Barat.

Soepardi, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah. Erlangga. Jakarta.

Sunanto,2002. Pengenalan dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kakao. Pusat


Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.

53
Tumpal, 2010. Budidaya Coklat. PS.Penebar Swadaya, Jakarta.

Wijaya. 2011. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya


Gunung Jati. Cirebon.

54

Anda mungkin juga menyukai