Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
KATA PENGANTAR
Hal-hal yang diuraikan dalam Laporan perjalanan dinas ini meliputi pendahuluan,
metode penelaahan, pelaksanaan dan hasil penelaahan serta rekomendasi pemanfaatan jasa
lingkungan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. Metode Pelaksanaan
3. Sumber Data
4. Analisa Pendugaan
5. Pembahasan
6. Penutup
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka menyeimbangkan dan menselaraskan pembangunan ekonomi,
sosial, budaya dan lingkungan serta upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang
dilakukan melalui penurunan emisi karbon yang berasal dari deforestasi dan degradasi
hutan, Presiden mengeluarkan instruksi yang berisi penundaan perizinan baru di kawasan
hutan melalui Inpres No. 10 tahun 2011 tanggal 20 Mei 2011 dan Inpres No. 6 tahun
2013 tanggal 13 Mei 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Setelah sebelumnya, Presiden
mengeluarkan Perpres No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional penurunan
emisi Gas Rumah kaca (RAN-GRK) dan Perpres No. 71 tahun 2011 tentang inventarisasi
GRK.
Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden ini merupakan salah satu bentuk
komitmen pemerintah pada tahun 2009, dimana Indonesia menjadi salah satu negara
berkembang pertama yang secara resmi menyampaikan komitmen mengurangi emisi
secara sukarela. Komitmen penurunan emisi ini adalah sebesar 26 persen dari skenario
bussiness as usual (BAU) pada tahun 2020 dengan sumber daya sendiri atau 41 persen
jika mendapatkan bantuan internasional.
Menteri Kehutanan menindaklanjuti melalui Kepmenhut No. SK.323/menhut-
II/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin
Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntujaan
Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain. Penundaan perizinan ini terus dilakukan dan
diperbaharui setiap enam bulan oleh Kementerian Kehutanan.
Berdasarkan Inpres tersebut, dipersiapkan sebuah satuan tugas pembentukan
kelembagaan REDD+, yang saat ini telah berhasil dibentuk menjadi Badan Pengelola
REDD+ pada tahun 2013 melalui Keputusan Presiden nomor 5 tahun 2013.
Berbagai mekanisme REDD yang dirumuskan hingga saat ini ternyata masih belum
dapat diaplikasikan dengan berbagai alasan dan kendala. Salah satunya adalah tingkat
keakurasian dan ketepatan pendugaan cadangan karbon dan kompensasi biaya yang
ditimbulkan atau dibutuhkan dalam pelaksanaan mekanisme REDD tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu kiranya dilakukan pendugaan
cadangan karbon pada kawasan hutan, terutama lahan gambut di dalam kawasan hutan
yang memiliki cadangan karbon sangat tinggi, sehingga diperoleh data awal yang dapat
digunakan dalam perencanaan pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan di masa
mendatang saat mekanisme REDD telah dapat diaplikasikan.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan penelaahan pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan
berupa cadangan karbon pada lahan gambut di kawasan hutan adalah untuk mengetahui
seberapa besar cadangan karbon yang tersimpan pada lahan gambut di dalam kawasan
hutan Provinsi Kalimantan Selatan.
Tujuan penelaahan ini adalah untuk memberikan suatu gambaran awal sebagai
bahan perencanaan pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan di Provinsi Kalimantan
Selatan.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
2. Metode Pelaksanaan
2.1. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sepanjang tahun 2014 di luar jam dinas.
2.2. Metode
Penelaahan pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan cadangan karbon pada
lahan gambut di kawasan hutan Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
- Pengumpulan data spasial dan non spasial yang merupakan data/informasi
resmi dari instansi terkait.
- Pemilihan metode pendugaan karbon tersimpan
b. Tahap analisis
Analisis data yang dilakukan meliputi;
- Analisis data spasial
Analasis spasial yang dilakukan meliputi fungsi analisis SIG ( adjust,
overlay, clip, eraser, merger, dll) terhadap seluruh data spasial, sehingga
dapat diketahui lokasi dan luas lahan gambut di dalam kawasan hutan
pada setiap kabupaten.
Analisa pendugaan menggunakan aplikasi SIG dengan model yang disusun
oleh penulis sebagai berikut Model yang dikembangan oleh penulis sebagai
berikut :
Dimana :
KC = kandungan karbon dalam ton
B = bobot isi (BD) tanah gambut dalam g/cc atau ton/m3
A = luas tanah gambut dalam m2
D = ketebalan/kedalaman gambut dalam m
C = kadar karbon (C-organik) dalam persen
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
3. Tinjauan Pustaka
3.1. Pengertian Lahan Rawa dan Lahan Gambut
Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya dengan bahan
organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbantuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau
cekungan yang drainase buruk.
Lahan gambut adalah bagian dari lahan rawa. Lahan rawa adalah lahan yang
menempati posisi peralihan antara daratan dan sistem perairan. Lahan ini
sepanjang tahun adat selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air
(waterlogged) atau tergenang. Dalam PP No. 27 tahun 1991,lahan rawa adalah
lahan yang tergenang air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau
musiman akibat drainase alamiah yang terhambat dan mempunyai ciri-ciri khusus
baik fisik,kimiawi,maupun biologis. Keputusan Menteri PU No. 64/PRT/1993
menerangkan bahwa lahan rawa dibedakan menjadi (a) rawa pasang surut/rawa
pantai dan (b) rawa non pasang surut/rawa pedalaman.lahan rawa tersebut terdiri
atas lahan rawa tanah mineral, dan lahan rawa gambut.
Beberapa istilah lahan yang terdapat akumulasi bahan organik antara lain :
- Lahan gambut (peatland); lahan yang tanahnya kaya dengan sisa tanaman
yang terdekomposisi sebagian, dengan kadar C organik tanah > 18% dan
ketebalan > 50 cm. Tanah yang berada pada lahan gambut disebut tanah
gambut. Lahan gambut banyak terdapat pada lahan basah (wetland).
Tanah gambut tropis mempunyai kisaran ketebalan 0,5->15 m dan yang
terbanyak antara 2-8 m. Lumut, rumput-rumputan, belukar dan pohon-
pohonan dapat berkontribusi dalam pembentukan gambut dalam
pembentukan gambut dalam keadaan jenuh air.
- Bog; lahan rawa yang ditutupi gambut yang tidak memiliki aliran air masuk
maupun keluar secara nyata, yang bisa mendukung proses acidophilic
mosses khususnya spagnum,
- Fen; lahan rawa yang ditutupi gambut yang menerima limpasan air
drainase dari tanah mineral di sekitarnya dan biasanya mendukung kondisi
vegetasi rawa.
- Peatland; istilah umum untuk lahan rawa yang ditutupi oleh sisa tanaman
yang sebagian terdekomposisi.
- Mire; istilah umum untuk rawa yang tertutup oleh gambut
- Moor; sama dengan lahan gambut. Yang meliputi high moor adalah bog
yang berbentuk seperti kubah, sedangkan low moor adalah lahan gambut
berbentuk cekungan atau bagian depresi yang permukaannya tidak
melebihi tepinya.
- Bahan organik (organic matter); bahan yang berasal dari makhluk hidup
yang dapat terdekomposisi atau merupakan hasil dekomposisi atau bahan
yang terdiri dari senyawa organik.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
- Berat isi (BI) atau Bulk Density (BD); adaah berat kering tanah per satuan
volume (termasuk padatan dan pori tanah yang terisi gas dan air).
- Biomasa (biomass); masa (berat) dari organisme yang hidup terdiri dari
tanaman dan hewan yang terdapat pada suatu areal (t/ha).
- Cadangan karbon (carbon stock); jumlah berat karbon yang tersimpan di
dala ekosistem pada waktu tertentu, baik berupa biomasa tanaman,
tanaman yang mati, maupun karbon di dalam tanah.
- Kandungan bahan organik tanah (soil organic matter content, SOM); masa
bahan organik tanah untuk setiap satuan berat kering tanah (%).
- Kandungan karbon organik tanah (soil organic carbon content, C-org); masa
karbon untuk setiap satuan berat tanah (%).
- Karbon (carbon); unsur kimia bukan logam dengan simbol atom C yang
banyak terdapat di dalam semua bahan organik dan di dalam bahan
anorganik tertentu.
- Nekromasa atau tanaman yang mati (necromass/dead organic matter);
berat dari makhluk hidup yang telah mati dalam keadaan kering oven,
dalam satuan t/ha atau Mg/ha. Nekromasa terdiri atas sisa tanaman yang
terdapat di atas permukaan tanah, namun sebagiannya bisa saja terkubur
di dalam tanah. Penambahan nekromasa bisa terjadi karena matinya satu
pohon atau lebih atau bisa karena matinya pohon dari lokasi tertentu
karena kerusakan skala besar disebabkan kebakaran, serangan hama atau
penyakit dan karena angin.
- Neraca karbon (carbon budget); neraca dari terjadinya perpindahan karbon
dari satu penyimpanan karbon (carbon pool) ke penyimpanan lainnya pada
suatu siklus karbon tertentu, misalnya secara atmosfir dengan biosfir dan
tanah.
- Penyerapan karbon (carbon sequestration); proses penyerapan karbon dari
atmosfir ke penyimpanan karbon tertentu seperti tanah dan tanaman.
- Penyimpanan carbon (carbon pool); reservoir atau subsistem yang
mempunyai kemampuan menyimpan dan atau membebaskan karbon
adalah biomasa tanaman, hasil kayu, tanah dan atmosfir.
- Tanah gambut (peat soil); tanah yang terbentuk dari sisa tanaman yang
terdekomposisi sebagian, dengan kandungan C organik > 18% dan
ketebalan > 50 cm.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
- Saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan
asalnya tidak dikenali, bewarna coklat tua sampai hutan dan bila diremas
kandungan seratnya < 15%.
- Hemik (stengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bahan
asalnya masih bisa dikenali, bewarna coklat, dan bila diremas bahan
seratnya 15 – 75 %.
- Fibrik (metah) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih
bisa dikenali, bewarna coklat dan bila diremas > 75 % seratnya masih
tersisa.
Hasil Pengamatan
No
Kedalaman (cm) Db (t/m3) %C Cd (t/m3) Simpanan C
1. 0 – 40 0,10 30 0,03 120
2. 40 – 100 0,15 40 0,08 360
3. 100 – 160 0,12 40 0,05 288
4. 160 – 200 0,15 45 0,07 270
5. 200 – 250 0,16 35 0,06 280
6. 250 – 300 0,14 50 0,07 350
7. 300 – 350 0,13 58 0,08 377
8. 350 – 355 0,12 50 0,07 330
9. 355 – 400 0,14 50 0,07 315
10. 400 – 450 0,12 55 0,07 330
11. 450 – 470 0,13 25 0,03 65
Rata-rata jumlah (t C/ha) 0,13 43 0,06 3.085
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Berdasarkan ketebalan atau kedalaman lapisan gambut, tanah gambut dibedakan
atas empat kelas, yakni gambut dangkal (50 - 100 cm), gambut sedang (101-200
cm), gambut dalam (201-400 cm) dan gambut sangat dalam (>400 cm).
Sedangkan tanah yang memiliki gambut dengan ketebalan kurang dari 0,50 m,
atau ketebalan gambutnya sangat dangkal, dalam taksonomi tanah tidak lagi
tergolong sebagai tanah gambut (histosols). Tanah demikian disebut tanah
mineral bergambut (peaty soil).
Dalam keadaan hutan alami lahan gambut merupakan penyerap CO2. Hutan
gambut alami, yang tidak terpengaruh drainase dan kemarau panjang, tumbuh
secara perlahan dengan kecepatan 0-3 mm/th karena adanya batang pohon mati
atau ranting yang menumpik di atasnya dan melapuk secara lambat. Namun
apabila hutan gambut dibuka dan didrainase maka lahan gambut berubah fungsi
menjadi penyerap sumber emisi gas karbon (CO2) yang merupakan salah satu gas
rumah kaca terpenting.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
4. Analisis Pendugaan
4.1. Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan data yang diliris oleh Wetslands (Canadian International Development
Agency), luas lahan gambut di Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar
dijumpai di sepanjang sungai Barito di Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan.
Lahan gambut tersebut umumnya menempati dataran gambut rawa belakang
sungai dan cekungan-dataran danau yang merupakan rawa belakang sungai
Barito. Vegetasi yang dominan adalah hutan rawa dan rumput rawa. Kedalaman
gambut bervariasi dari sangat dangkal, dangkal, sedang sampai dalam.
Berdasarkan hasil inventarisasi berbasis teknologi penginderaan jauh dan sistem
informasi geografi, luas lahan gambut di Provinsi Kalsel adalah seluas 331.629 ha
atau sekitar 5,75% dari luas lahan gambut di Kalimantan.
Berdasarkan tingkat kematangannya, tanah gambut Kalimantan dibedakan
menjadi 3 tingkat kematangan, yaitu Fibrists, Hemists dan Saprists.
Gambut
No. Proporsi Luas
Ketebalan Jenis gambut
1. Sangat dangkal / Hemists/Mineral 80/20 76.785
sangat tipis
2. Dangkal / Tipis Hemists/Mineral 50/50 18.100
3. Hemists/Mineral 20/80 32.340
4. Saprists/Mineral 20/80 28.928
5. Sedang Hemists/Fibrists 10/90 9.976
6. Saprists/Hemists/Mineral 25/25/50 68.790
7. Dalam / tebal Hemists/Fibrists 60/40 32.669
8. Saprists/Hemists/Mineral 30/30/40 64.041
Dangkal
Sedang 79.368
78.766 24%
24%
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Gambut Luas per Kabupaten
No. Jenis Proporsi Bjb Batola HSS HST HSU Tapin Tblg Tala
Ketebalan
gambut
1. Sangat H/M 80/20 16.103 3.545 17.276 - 2.384 37.477 - - 76.785
dangkal /
sangat tipis
2. Dangkal / Tipis H/M 50/50 10.663 7.436 - - - - - 1 18.100
3. H/M 20/80 - - 8.511 13.501 42 10.286 - - 32.340
4. S/M 20/80 - 28.928 - - - - - - 28.928
5. Sedang H/F 10/90 - - - 1.974 8.002 - - - 9.976
6. S/H/M 25/25/50 14.049 - 33.551 1.380 - 19.526 - 284 68.790
7. Dalam / tebal H/F 60/40 - - - - 24.332 - 8.337 32.669
8. S/H/M 30/30/40 1.965 949 15.634 - - 45.493 - - 64.041
42.780 40.858 74.972 16.855 34.760 112.782 8.337 285 331.629
Tabalong Tala
8.337
3%
Luas Lahan Gambut 285
0%
Banjarbaru
42.780
Tapin Batola
13%
112.782 40.858
34% 12%
HSS
HSU 74.972
34.760 HST 23%
10% 16.855
5%
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
gambut dangkal 36.364 ha, dan gambut dalam 949 ha. Tingkat
kematanganatau asosiasi gambut termasuk Hemists/Fibrists, dan
Saprists/Hemists.
HST; 1,59
Banjarbaru; 5,56 Batola; 2,51 Tala; 0,07
HSS; 12,96
Tapin; 17,73
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
5. Pembahasan
5.1. Luas Lahan Gambut
Lahan gambut secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Selatan seluas 331.629
ha atau mencapai 8,84 % dari luas Provinsi Kalsel atau sekitar 5,75% dari
keseluruhan luas lahan gambut yang ada di Pulau Kalimantan. Sedangkan luas
lahan gambut yang berada di dalam kawasan hutan dan tidak dibebani dengan
hak pemanfaatan serta merupakan areal moratorium perizinan sesuai dengan
PIPIB tahun 2011 adalah seluas 305.167 ha atau 17,14% dari luas total kawasan
hutan Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2014, lahan gambut yang berada
di dalam kawasan hutan dan tetap dipertahankan sebagai hutan semakin
berkurang, hanya mencapai 37.061 ha, atau 2,08% dari luas total kawasan hutan
Prov. Kalsel. Dengan demikian, terdapat penurunan luas sebesar 268.106 ha atau
sebesar 87,86% dari luas semula di tahun 2011.
Luas
No. Ketebalan/Kedalaman Kawasan Kawasan
Provinsi
2011 2014
1. Sangat dangkal 76.785 71.023 1.745
2. Dangkal 79.368 74.150 28.989
3. Sedang 78.766 77.594 6.327
4. Dalam 96.710 82.400 -
Jumlah 331.629 305.167 37.061
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas pengurangan luas lahan gambut yang
terbesar adalah gambut dalam seluas 82.400 ha atau 100% dari tahun 2011.
Sedangkan pada gambut sangat dangkal mengalami penurunan seluas 69.278 ha
(97,54%), gambut dangkal seluas 45.161 ha (60,90%), dan gambut sedang
seluas 71.267 ha (91,85%).
350000
300000
250000
Dalam
200000
Sedang
150000
Dangkal
100000
Sangat dangkal
50000
0
Provinsi Kawasan 2011 Kawasan 2014
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Penurunan luas lahan gambut di dalam kawasan hutan ini tidak disebabkan karena
adanya perizinan pemanfaatan di bidang kehutanan, namun lebih disebabkan
karena update kondisi riil di lapangan, dimana pada beberapa lokasi terdapat
pemanfaatan lahan gambut untuk bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan
pemukiman. Selain itu juga terdapat alih fungsi untuk kepentingan perkebunan
kelapa sawit di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Namun demikian, tidak seluruh
lahan gambut yang tidak termasuk dalam areal moratorium, telah dimanfaatkan
untuk kepentingan berbagai usaha. Terdapat beberapa lokasi yang meskipun tidak
termasuk dalam areal moratorium namun tetap tidak dimanfaatkan.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah cadangan karbon pada lahan
gambut sangat dipengaruhi gambut dalam (200-400 cm), yang menyumbang 70%
cadangan karbon provinsi dan 65% cadangan karbon lahan gambut di kawasan
hutan. Kontribusi selanjutnya disumbangkan oleh lahan gambut dengan
kedalaman sedang, sebesar 20% untuk provinsi dan 22% di kawasan hutan.
Lahan gambut dangkal menyumbang cadangan karbon sebesar 10% untuk
provinsi dan 6% untuk kawasan hutan, dan sisanya disumbangkan oleh lahan
gambut sangat dangkal.
Kontribusi cadangan karbon pada kawasan hutan mengalami perubahan pada
tahun 2014, dimana kontribusi terbesar disumbangkan oleh lahan gambut dengan
kedalaman dangkal sebesar 68%, gambut sedang sebesar 30% dan gambut
sangat dangkal 2%, sedangkan gambut dalam tidak berkontribusi lagi pada tahun
2014.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
100
90
80
70
60 Dalam
50 Sedang
40 Dangkal
30
Sangat Dangkal
20
10
0
Prov Kalsel Kawasan 2011 Kawasan 2014
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa cadangan karbon pada lahan
gambut yang terdapat di dalam kawasan hutan sebesar 44,31% pada tahun 2011,
dan menurun hanya menjadi 2,48% pada tahun 2014 dari total cadangan karbon
keseluruhan di Provinsi Kalsel. Penurunan cadangan karbon terbesar sangat
dipengaruhi dari hilangnya areal gambut dalam yang merupakan 65% dari
cadangan karbon lahan gambut di kawasan hutan.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Adapun fungsi dan manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari lahan gambut
meliputi :
a. Pengaturan hidrologi
- Pengaturan banjir dan arus larian
- Pencegahan intrusi air laut
- Pasokan air
b. Stabilisasi iklim
- Penyimpanan karbon
- Habitat hidup liar
- Habitat tumbuhan
- Bentang alam
- Alam liar
- Sumber hasil alam
- Bahan baku energi
- Lahan budidaya
- Penelitian dan pendidikan
- Lingkungan sosial dan budaya
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
6. Penutup
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaahan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Lahan gambut di Provinsi Kalimantan Selatan seluas 331.629 ha atau 8,84 %
dari luas daratan Provinsi Kalimantan Selatan. Lahan gambut yang berada di
dalam kawasan hutan tahun 2011 seluas 305.167 ha atau sebesar 44,31% dari
luas keseluruhan lahan gambut di Prov. Kalsel. Pada tahun 2014, lahan
gambut mengalami penurunan luas berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Izin
Baru, menjadi seluas 37.061 ha atau seluas 2,08% dari luas lahan gambut di
Prov. Kalsel.
b. Jumlah cadangan karbon pada lahan gambut di Prov. Kalsel mencapai 85,94
juta ton. Cadangan karbon pada lahan gambut di dalam kawasan hutan pada
tahun 2011 mencapai 38,07 juta ton, dan pada tahun 2014 hanya mencapai
2,13 juta ton.
c. Kontibusi cadangan karbon disumbang oleh gambut dalam (65%-70%),
gambut sedang (20%-22%), gambut dangkal (6%-10%) dan gambut sangat
dangkal (2%-5%). Sedangkan pada tahun 2014, terjadi perubahan kontribusi
cadangan karbon pada kawasan hutan menjadi gambut dangkal (68%),
gambut sedang (30%) dan gambut sangat dangkal (2%).
d. Penurunan cadangan karbon paling banyak dipengaruhi lahan gambut dalam
yang tidak lagi masuk dalam moratorium PIPIB, disebabkan update kondisi riil
di lapangan yang telah dimanfaatkan menjadi areal pertanian, perkebunan,
perikanan, pemukiman, maupun usaha di bidang lainnya, serta karena adanya
alih fungsi kawasan hutan.
e. Usaha kawasan yang memungkinkan diterapkan pada lahan gambut berupa
jasa lingkungan, jasa wisata maupun jasa lainnya sesuai dengan rekomendasi
pemanfaatan yang diperoleh dari kajian valuasi ekonomi pada ekosistem
gambut.
6.2. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan, antara lain adalah :
a. Perlu adanya model perhitungan dengan memanfaatkan tehnologi Sistem
Informasi Geografis (SIG) dengan parameter yang lebih kompleks.
b. Perlu adanya usaha valuasi ekonomi terhadap ekosistem gambut, sehingga
diperoleh informasi manfaat dan rekomendasi usaha yang memungkinkan
untuk pemanfaatan kawasan lahan gambut.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Fungsi dan Manfaat Hutan Rawa gambut
(Permeneg LH No. 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Gambut)
Fungsi ManfaatdanPenggunaan
PengaturanHidrologi
Pengaturan Mitigasi banjir dan kekeringan di wilayah hilir. Gambut
banjirdan memiliki porositas yang tinggi sehingga mempunyai daya
aruslarian serap air yang sangat besar. Menurut jenisnya, gambut
saprik,hemik,danfibrikdapatmenampungairberturut- turut
sebesar 451% (empat ratus lima puluh satu per seratus),450-
850%(empatratuslimapuluhhinggadelapan
ratuslimapuluhperseratus),danlebihdari850%(delapan ratus
lima puluh per seratus) dari bobot keringnya atau
hingga90%(sembilanpuluhperseratus)darivolumenya.
Karenasifatnyaitu,gambutmemilikikemampuansebagai
penambat(reservoir)airtawaryangcukupbesarsehingga dapat
menahanbanjir saat musim hujan dan sebaliknya
melepaskanairtersebutpadamusimkemarau.
Pencegahan Kegiatan pertanian di wilayah pasang surut akan
instrusiair memperolehmanfaatbesardarikeberadaanrawagambutdi
laut wilayahhulu,sebagai sumber airtawaruntukirigasidan
memasok airtawarsecaraterusmenerusgunamenghindari
ataumitigasiintrusiairasin.
Pasokanair Dibeberapawilayahpedesaanpesisir,rawagambutbisajadi
merupakan sumber air yang dapat digunakan untuk
keperluan minumdanirigasiuntukbeberapa bulanselama
setahun.
Stabilisasiiklim
Penyimpanan Nilai keanekaragaman hayati yang dapat ditangkap
karbon diperkirakansebesarUS$3(tiga)perhektarpertahun,
tidaktermasuk nilaiintrinsikjenis,potensiekowisataserta
bahan-bahan farmasi yang dapat dipasarkan secara
internasional (Tacconi2003).Hutanrawagambutdiasia
tenggarasemakinmenunjukkan peranpentingnyasebagai
bankgen,terutamakarenasemakinmenyusutnya peran
hutandataranrendahakibatkegiatanpembalakan dan konversi
lahan.Bagiberbagai jenissatwa,lahangambut menyediakan
habitatyangsangatpenting,khususnyapada wilayah yang
bersambung dengan air tawar dan hutan bakau.
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
Fungsi ManfaatdanPenggunaan
Habitathidup Meskipun tidak sebanyak di ekosistem hutan tropis,
liar ekosistemlahangambutmenyediakan habitatpentingyang
unikbagiberbagaijenissatwadantumbuhan, beberapa
diantaranya hanya terbatas pada ekosistem gambut. Di
Taman Nasional Berbak Jambi tercatat sekitar 250 (dua
ratuslimapuluh)jenisburungtermasuk 22(duapuluhdua)
jenisburungbermigrasi.
Sungaiberairhitamjugamemilikitingkatendemismeikan
yang sangat tinggi. Di samping itu, lahan gambut juga
merupakan habitat ikan air tawar yang merupakan
komoditasdengannilaiekonomitinggidanpentinguntuk
dikembangkan,baiksebagaiikankonsumsimaupunsebagai
ikanornamental.Beberapajenisikanyangmemilikinilai ekonomi
tinggi, termasuk gabus (chana striata), toman
(channamicropeltes),jelawat,dantapah(wallagoleeri).
Sementaraitu,beberapajenissatwatelahtermasukdalam
kategori langka dan terancampunah serta memiliki nilai
ekologis yang luar biasa dan tidak tergantikan, sehingga
sangatsulituntukdikuantifikasisecarafinansial.Beberapa jenis
tersebut diantaranya adalah harimau sumatera
(pantheratigris),beruangmadu(helarctosmalayanus),gajah
sumatera (elephas maximus), dan orang utan (pongo
pymaeus). Seluruh jenis tersebut dilindungi berdasarkan
peraturan perlindungan di Indonesia serta masuk dalam
appendixICITESdanIUCN RedListdalamkatagoriendanger
species.
Habitat Tidak kurang dari 300 (tiga ratus) jenis tumbuhantelah
tumbuhan tercatatdihutanrawagambut Sumatera.DiTamanNasional
BerbakJambi,misalnyakawasaninimerupakan pelabuhan
bagikeanekaragaman genetisdanekologisdataranrendah
pesisirdiSumatera. Sejauhinitelahtercatattidakkurang
dari260(duaratusenampuluh)jenistumbuhan(termasuk
150jenispohondan23jenispalem),sejauhinimerupakan
jumlahjenisterbanyakyangpernahdiketahui
Bentangalam Hutanrawagambutmenempatikawasanyangkhususpada
bentangalamdataranrendah,membentuk mosaikekologi
yangtersusun daritipevegetasikhaspadahutanbakau, diantara
hamparan pantai tua, pinggiran sungai serta
pertemuandenganhutanrawaairtawar
Alamliar Hutanrawagambutmemilikinilaialamliaryangluarbiasa,
jauh dari keramaiandan hiruk pikuk perkotaan. Hal ini
merupakan modal yang sangat berharga untuk
pengembanganpariwisataalam.
Sumberhasil Rawagambutmenyediakansumberalamyangluarbiasa,
alam termasukberbagaijenistumbuhan kayuyangmemilikinilai
ekonomitinggi,seperti ramin (gonystylusbancanus),jelutung
(dyeracostulata)danmeranti(shoreaspp).
Beberapa studi sosial-ekonomi menunjukkan bahwa
ketergantungan masyarakatsekitarterhadaphutanrawa
gambutdapatmencapai hingga80%(delapanpuluhper seratus)
dan ini lebih tinggi dari ketergantunganmereka
terhadapusahapertanian.
Bahan baku Di negarasub tropis, gambut dimanfatkan untuk keperluan
energi energimaupun keperluan lainsepertimediatanaman dan
bahanindustri,sedangkandidaerahtropisjarangdilakukan.
Penggunaan gambut sebagai sumber energi tropis relatif
tidaklestarikarenaprosespulihnyagambutsangatlama dan
kandunganenerginyarelatifrendahsehinggasecaraekonomi
tidakmenguntungkan.
Selainpertimbangan ekonomi,pemanfaatan gambutjuga harus
mempertimbangkan fungsi kawasan lain, fungsi
Lahan hidrologidalamsatuunithidrologi,pengendali
Denganprinsipkehati-hatianyangtinggisertacermatdaniklim,fungsi
Budidaya kehatiataufungsigambutlainnya,sehingga
tepatdisesuaikandengankesesuaian fungsi-fungsi
lahannya,gambutjuga
tersebut dijadikan
dapat tidak akansebagai
hilang yang justru
lahan akan menambah
budidaya, sejauh
bebanekonominya
pembukaannyatidakmenggunakansistempembakaranyang
dapatmembahayakan
Penelitian Gabungandariberbagaikekayaan,nilaifungsitersebutdi
dan atasmenjadikan hutanrawagambutsebagaitipeekosistem yang
pendidikan sangat menarik untuk kegiatan pendidikan dan
pelatihan
Tri Joko Pitoyo | Penelaahan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan – Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Kawasan Hutan
TABEL 1
LUAS LAHAN GAMBUT DAN KANDUNGAN KARBON DI KALIMANTAN
AREA OF PEATLAND AND CARBON CONTENT IN KALIMANTAN
2000 - 2002
Luas dan kandungan karbon per Propinsi
Area and carbon content in each Province
Total
Kedalaman/ Jenis gambut Proporsi Simbol Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan
No. Ketebalan (%) Luas Kandungan C Luas Kandungan C Luas Kandungan C Luas Kandungan C Luas Kandungan C
Ha Juta ton C Ha Juta ton C Ha Juta ton C Ha Juta ton C Ha Juta ton C
Depth/ Peat Types Proportion Symbol Area C Content Area C Content Area C Content Area C Content Area C Content
Thickness Ha Million ton C Ha Million ton C Ha Million ton C Ha Million ton C Ha Million ton C
1 Sangat Dangkal/Sangat Tipis Hemists/ mineral 80 / 20 HO 36,673.00 0.98 75,990.00 2.02 -- -- 76,785.00 2.04 189,448.00 5.04
Very Shallow/Very Thin
(< 50 cm)
2 Hemists/ Fibrists 60 / 40 H1a 125,435.00 77.17 246,316.00 72.74 49,562.00 19.20 -- -- 421,313.00 169.11
3 Hemists/ Fibrists/ mineral 50 / 30 / 20 H1b 225,486.00 111.81 45,610.00 10.57 4,539.00 1.40 -- -- 275,635.00 123.78
4 Dangkal/Tipis Hemists/ mineral 80 / 20 H1c 44,484.00 24.49 79,055.00 13.12 24,121.00 6.97 -- -- 147,660.00 44.58
5 Shallow / Thin Hemists/ Saprists/ mineral 40 / 30 / 30 H1d 8,793.00 3.82 124,874.00 43.59 -- -- -- -- 133,667.00 47.41
6 (50-100 cm) Hemists/ mineral 50 / 50 H1e 1,078.00 0.37 106,649.00 11.07 -- -- 18,100.00 2.27 125,827.00 13.71
7 Hemists/ mineral 20 / 80 H1i 32,896.00 4.53 353,229.00 14.66 186,337.00 13.46 32,340.00 1.62 604,802.00 34.27
8 Saprists/ mineral 20 / 80 S1i -- -- 2,753.00 0.29 -- -- 28,928.00 1.22 31,681.00 1.51
9 Hemists/ Fibrists 60 / 40 H2a 737,111.00 1,067.09 459,371.00 301.41 25,528.00 18.18 -- -- 1,222,010.00 1,386.67
10 Sedang Hemists/ Fibrists/ mineral 50 / 30 / 20 H2b -- -- -- -- 86,983.00 53.71 -- -- 86,983.00 53.71
11 Moderate Hemists/ Fibrists/ Saprists 40 / 30 / 30 H2d -- -- 3,028.00 3.00 -- -- -- -- 3,028.00 3.00
12 (100-200 cm) Hemists/ mineral 10 / 90 H2j -- -- -- -- -- -- 9,976.00 3.01 9,976.00 3.01
13 Saprists/ Hemists/ mineral 25 / 25 / 50 S2g -- -- -- -- -- -- 68,790.00 15.88 68,790.00 15.88
14 Dalam/Tebal Hemists/ Fibrists 60 / 40 H3a 213,705.00 539.41 574,978.00 665.98 128,561.00 350.54 32,669.00 42.15 949,913.00 1,598.08
15 Deep/Thick Hemists/ Fibrists/ mineral 50 / 30 / 20 H3b -- -- -- -- 91,142.00 201.90 -- -- 91,142.00 201.90
16 (200-400 cm) Saprists/ Hemists/ mineral 30 / 30 / 40 S3f -- -- -- -- -- -- 64,041.00 17.74 64,041.00 17.74
17 Sangat Dalam/Sangat Tebal Hemists/ Fibrists 60 / 40 H4a 304,319.00 1,795.52 661,093.00 3,066.36 100,224.00 546.55 -- -- 1,065,636.00 5,408.42
Very Deep/Very Thick
(400 - 800 cm)
18 Dalam Sekali/Tebal Sekali Hemists/ Fibrists 60 / 40 H5a -- -- 277,694.00 2,146.72 -- -- -- -- 277,694.00 2,146.72
Extremely Deep/Extremely Thick
(800 - 1200 cm)
Jumlah 1,729,980.00 3,625.19 3,010,640.00 6,351.52 696,997.00 1,211.91 331,629.00 85.94 5,769,246.00 11,273.66
% 29.99 32.15 52.18 56.34 12.08 10.75 5.75 0.76 100.00 100.00
10
TABEL 4
LUAS LAHAN GAMBUT DAN KANDUNGAN KARBON PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
AREA OF PEATLAND AND CARBON CONTENT IN SOUTH KALIMANTAN PROVINCE
2000 - 2002
18
TABEL 4
LUAS LAHAN GAMBUT DAN KANDUNGAN KARBON PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
AREA OF PEATLAND AND CARBON CONTENT IN SOUTH KALIMANTAN PROVINCE
2000 - 2002 (CONTINUED)
19