Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap individu. Belajar
mempunyai peran yang penting dalam kehidupan karena dengan belajar manusia
bisa memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan yang baru untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik. Belajar sudah menjadi tanggung jawab setiap siswa dan hasil
belajar yang diperoleh tergantung pada diri individu sendiri, belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan
untuk dirinya. Menurut Slameto (2010:2) “Belajar merupakan suatu proses usaha
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Artinya, belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, yang menyangkup sikap,
pengetahuan, dan keterampian yang lebih baru secara keseluruhan dari hasil
pengalaman yang telah diperolehnya berdasarkan dari lingkungannya.
Belajar erat kaitannya dengan pendidikan karena pada dasarnya belajar
bertujuan untuk menjadikan manusia yang berpendidikan, pendidikan sangat penting
guna meghasilkan sumber daya manusia yang baik dengan kualitas pendidikan yang
baik pula, guna mengikuti perkembangan zaman yang kian maju.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal I “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pada kenyataannya tidak semua peserta didik berhasil dalam hal belajar,
bahkan tidak sedikit dari peserta didik mengalami kesulitan belajar mulai dari
peserta didik yang mempunyai intelegensi rendah, sedang, bahkan tinggi sekalipun
tidak menutup kemungkinan mengalami hambatan dalam belajarnya. Hasil belajar
yang didapatkan oleh siswa dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang masih kurang

1
2

baik, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Maka dari itu seharusnya siswa dapat meningkatkan rutinitas
belajarnya agar dapat memperoleh prestasi belajar yang baik.
Penelitian yang dilakukan Lestari (1996) mengungkapkan permasalahan
belajar yang dialami oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya
adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan beberapa perilaku negatif seperti
membolos, mencontek dan tidak mau bertanya ketika menghadapi kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran. Pada tingkat tertentu memang ada beberapa peserta
didik yang mampu untuk mengatasi kesulitan dalam belajarnya. Namun pada kondisi
tertentu masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan
bantuan pendidikan juga orang lain guna mengatasi kesulitan yang sedang
dialaminya. Peserta didik pada Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengambil
jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak bisa dipungkiri bahwa akan menjumpai
mata pelajaran akuntansi.
Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, serta pengikhtisaran
kejadian-kejadian ekonomi dengan suatu perlakuan yang logis yang bertujuan
menyediakan informasi keuangan, yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan. Proses akuntansi dimulai dari transaksi kemudian direkam dalam suatu
dokumen, selanjutnya dicatat dalam buku jurnal dan buku tambahan/buku besar
pembantu, selanjutnya ke buku besar sampai dengan Laporan Keuangan
(Islahuzzaman, 2012:22). Banyak peserta didik yang menganggap akuntansi adalah
mata pelajaran yang sulit karna banyak siklus dalam akuntansi yang harus dipahami
dan tidak menutup kemungkinan masih banyak peserta didik yang kesulitan untuk
memahami soal untuk membuat suatu jurnal. Hasil observasi menunjukkan bahwa
nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) yang diperoleh siswa kelas XI IPS pada mata
pelajaran akuntansi masih kurang dari KKM. Dari 109 siswa, hanya 21 siswa yang
nilainya di atas KKM atau dapat dikatakan hanya 19% yang memiliki kompetensi
yang layak. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper
masih banyak yang mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu kesulitan dalam
3

belajar harus diatasi guna untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran, ada
faktor internal dan faktor eksternal.
Masalah kesulitan belajar yang dialami siswa merupakan masalah penting
yang harus mendapatkan perhatian khusus, dikatakan demikian karena kesulitan
belajar yang dialami siswa akan berdampak negatif, baik dalam diri siswa maupun
lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk kecemasan siswa, yang
menjadikan siswa sering membolos, mencontek, pindah sekolah maupun keluar dari
sekolah akibat merasa malu apabila nilai yang diperolehnya tertinggal dari teman-
temannya dan sering mendapatkan nilai yang kurang bagus. Kesulitan belajar siswa
dalam pembelajaran akuntansi akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan
dicapai. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal dalam proses belajar
mengajar dapat dipengaruhi oleh variasi mengajar guru dalam pembelajaran
akuntansi, tapi berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada sejauh
mana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah faktor variasi mengajar guru dan faktor
keaktifan siswa dalam pembelajaran dikelas, hal tersebut yang dapat menjadikan
perbedaan penerimaan materi pada masing-masing siswa yang akan berpengaruh
pada perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian untuk menganalisis kesulitan belajar dengan berjudul
"ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKUNTANSI DITINJAU DARI VARIASI MENGAJAR GURU DAN
KEAKTIFAN SISWA KELAS XI IPS PADA SISWA SMAN 1 CEPER TAHUN
AJARAN 2017/2018".

B. Identifikasi Masalah
Dari judul penelitian diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang
timbul karena variabel tersebut yaitu :
4

1. Masih ada 88 siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan jurnal dalam


pembelajaran akuntansi.
2. Hasil belajar yang didapat siswa dalam mata pelajaran akuntansi belum
maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hasil belajar siswa yang belum
memenuhi KKM sebanyak 88 siswa.
3. Kesulitan belajar siswa harus diatasi untuk mencegah dampak negatif dari
kesulitan belajar.

C. Pembatasan Masalah
Agar lebih memudahkan peneliti untuk melakukan penelitiannya maka perlu
adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu masalah-masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada :
1. Variasi mengajar guru dibatasi pada indikator-indikator berupa; variasi suara,
memusatkan perhatian, kesenyapan sejenak, mengadakan kontak, gerakan badan
dan mimik, mengubah posisi, variasi penggunaan media dan bahan ajar, variasi
pola interaksi dan kegiatan.
2. Keaktifan siswa dibatasi pada indikator-indikator; keterlibatan dalam pemecahan
masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru jika tidak memahami persoalan
yang sedang dihadapi, berusaha mencari informasi yang dibutuhkan untuk
pemecahan masalah, melatih diri dalam pemecahan masalah atau soal, menilai
kemampuan diri dengan hasil yang sudah diperolehnya, kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang sudah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas maupun persoalan yang sedang dihadapinya.
3. Kesulitan belajar siswa dibatasi pada indikator-indikator; hasil belajar,
keseimbangan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang dilakukan,
keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar, kewajaran sikap,
perilaku yang menyimpang, gejala emosional.
4. Objek penelitian ini dilakukan di SMAN 1 CEPER siswa kelas XI IPS Tahun
Ajaran 2017/2018.
5

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah variasi mengajar guru berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa pada
mata pelajaran akuntansi?
2. Apakah keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran dikelas berpengaruh
terhadap kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi?
3. Apakah variasi mengajar guru dan keaktifan siswa secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesulitan belajar siswa dalam
pembelajaran akuntansi?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi mengajar guru terhadap kesulitan belajar
siswa pada pembelajaran akuntansi.
2. Untuk mengetahui pengaruh keaktifan siswa terhadap kesulitan belajar siswa
pada pembelajaran akuntansi.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa terhadap
kesulitan belajar siswa pada pembelajaran akuntansi.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan di dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori
pembelajaran terutama yang terkait dengan variasi mengajar dan keaktifan siswa,
dan juga untuk menyediakan data bagi peneliti selanjutnya.
6

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan dan juga wawasan penulis yang
akan menjadi calon pendidik mengenai variasi mengajar guru dan keaktifan
siswa terhadap kesulitan belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Supaya siswa mempunyai gambaran informasi tentang kesulitan
belajar yang dialaminya dan diharapkan siswa sadar tentang arti pentingnya
belajar secara rutin dan berkonsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung
agar dapat tercapainya hasil yang diharapkan.
c. Bagi Guru
Sebagai informasi bagi guru mata pelajaran yang bersangkutan agar
dapat meningkatkan variasi mengajarnya dan lebih berhati-hati dalam
penyampaian materi agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan
baik dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga tidak terjadi kesulitan belajar
dalam pembelajaran akuntansi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kajian Tentang Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Akuntansi
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu hambatan yang dialami siswa
karena beberapa hal dan ditandai dengan hasil belajar yang rendah atau
dibawah norma yang sudah ditetapkan. Menurut Djamarah (2008:235)
“kesulitan belajar merupakan kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar disebabkan karena adanya suatu ancaman, hambatan, ataupun
gangguan belajar”. Menurut Mulyadi (2010:6) “kesulitan belajar adalah suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”. Sedangkan menurut
Samisih (2014:63) “kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada
diri individu di mana prestasi belajar tidak sesuai dengan kriteria standar
yang telah ditetapkan”.
b. Pengertian Pembelajaran Akuntansi
Menurut Majid (2013:5), “Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua
dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan
diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan dan penguasaan
sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar”.
Proses pembelajaran mencakup kegiatan peserta didik dalam menerima,
mencapai, mengolah informasi, berbuat dan bersikap, menetapkan dan
mengatur perilaku.
Menurut Islahuzzaman (2012:22), “Akuntansi adalah proses
pencatatan, pengklasifikasian, serta pengikhtisaran kejadian-kejadian
ekonomi dengan suatu perlakuan yang logis yang bertujuan menyediakan
informasi keuangan, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

7
8

Proses akuntansi dimulai dari transaksi kemudian direkam dalam suatu


dokumen, selanjutnya dicatat dalam buku jurnal dan buku tambahan/buku
besar pembantu, selanjutnya ke buku besar sampai dengan Laporan
Keuangan”.
Orientasi pendidikan ke arah penyelenggaraan kurikulum 2013
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang
mensyaratkan terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Jadi dalam pembelajaran akuntansi
dibutuhkan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan guna
pelaksanaan pembukuan dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga mata
pelajaran akuntansi membutuhkan pemahaman konsep yang menyeluruh dan
ketelitian dalam pembukuannya.
Fungsi dari pembelajaran akuntansi yaitu untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, ketelitian, jujur, dan bertanggung jawab
melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi
keuangan, dan penyusunan laporan keuangan. Jadi guru dituntut untuk dapat
mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam proses
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswanya, guru
bukan lagi menstranfer pengetahuan kepada siswa, tetapi membantu agar
siswa membentuk sendiri pengetahuannya.
c. Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Untuk menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya
dalam pembelajaran akuntansi, maka diperlukan suatu patokan untuk
menetapkan gejala kesulitan belajar itu sendiri. Dengan patokan ini dapat
diketahui batas dimana siswa mengalami kesulitan belajar.
Menurut Mulyadi (2010:8) menyebutkan patokan gejala kesulitan
belajar, antara lain :
9

1) Tingkat pencapaian tujuan


Hasil belajar merupakan ukuran dalam tingkat pencapaian tujuan,
seseorang dapat dikatakan berhasil apabila dapat menguasai 60% dari
tujuan yang harus dicapai. Dengan demikian kesulitan belajar yang
dialami siswa dapat diketahui.
2) Perbandingan antara potensi dengan prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung dari tingkat
potensinya baik dalam bakat maupun kecerdasannya. Siswa yang
mempunyai potensi tinggi cenderung mendapatkan prestasi yang tinggi
dan sebaliknya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya
dalam pembelajaran akuntansi ialah jika terdapat perbedaan yang besar
antara potensi dengan prestasinya.
3) Kedudukan dalam kelompok
Siswa yang prestasinya menduduki urutan paling bawah dalam
kelompoknya atau paling tidak menduduki 25% urutan dari bawah
dianggap mengalami kesulitan belajar. Misalnya dari 40 siswa yang
sudah diurutkan kedudukannya berdasarkan prestasi, maka yang
mengalami kesulitan belajar sebanyak 10 siswa.
4) Tingkah laku yang nampak
Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat dari tingkah laku
siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memperoleh hasil belajar
yang rendah akan menunjukkan tingkah laku yang menyimpang.
d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Slameto (2010:54) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan
siswa kesulitan dalam belajarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu :
1) Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang melakukan aktivitas belajar, yang meliputi :
10

a) Faktor jasmani, terdiri dari : faktor kesehatan dan cacat tubuh.


Kesehatan merupakan keadaan atau hal yang sehat pada diri
seseorang. Kesehatan siswa akan berpengaruh pada proses belajarnya.
Sebagai contoh siswa menjadi cepat lelah, pusing, kurang
bersemangat, mengantuk, dan tidur didalam kelas yang menjadikan
siswa tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.
Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang kurang baik maupun
kurang sempurnanya tubuh/badan seseorang., misal kondisi pada
panca indra seperti adanya gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran maka proses belajar akan terganggu apabila kondisi
siswa tidak sehat/sakit.
b) Faktor psikologis, terdiri dari :
(1) Intelegensi
Kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
dengan efektif dan cepat sehingga tingkat intelegensi besar
pengaruhnya pada kemajuan belajar.
(2) Perhatian
Tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek, agar
mendapatkan hasil belajar yang baik maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap materi yang sedang dipelajari
(3) Minat
Kecenderungan yang tetap dalam memperhatikan dan
mempunyai keinginan untuk melakukan beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus menerus dengan
rasa senang. Minat sangat besar pengaruhnya dalam belajar,
karena apabila materi yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa maka siswa cenderung tidak tertarik untuk belajar. Hal
seperti ini dapat menimbulkan kesulitan dalam belajarnya.
11

(4) Bakat
Bakat pada diri siswa yang sesuai dengan pengetahuan
maupun pelajaran dapat dikembangkan dengan latihan-latihan
agar dapat menghasilkan suatu prestasi. Karena apabila materi
pelajaran sesuai dengan bakat siswa, maka hasil belajar siswa
dipastikan akan lebih baik.
(5) Motif
Kecenderungan yang muncul pada diri seseorang secara
sadar maupun tidak sadar dalam melakukan tindakan dengan
tujuan tertentu. Jadi motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang
akan dicapai, apabila siswa mempunyai motivasi pada materi
pelajaran tertentu maka siswa akan lebih semangat dalam
belajarnya.
(6) Kematangan
Suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap dalam melaksanakan
kecakapan baru.
(7) Kesiapan
Pemberian respon atau reaksi terhadap suatu hal. Jadi
kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar harus
diperhatikan, karena siswa yang sudah siap dalam mengikuti
pembelajaran akan lebih mudah untuk menangkap maupun
merespon materi yang diberikan oleh guru.
c) Faktor kelelahan, terdiri dari :
(1) Kelelahan jasmani
Yang dapat dilihat dari gerakan atau kondisi tubuh yang
lemah dan lunglai yang mengakibatkan siswa ingin
membaringkan badan dan bermalas-malasan.
12

(2) Kelelahan rohani


Dapat dilihat dengan keadaan siswa yang mulai merasa
bosan, jenuh, dan lesu sehingga dorongan dan minat siswa untuk
belajar menjadi hilang.
2) Faktor ekstern
a. Faktor keluarga, pengaruh keluarga dalam aktivitas belajar siswa
yaitu:
(1) Cara orang tua mendidik. Orang tua yang sering sekali apatis
terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, tidak mengatur waktu untuk belajar anak, dan tidak
melengkapi alat belajar dapat mengakibatkan siswa kurang
berhasil dalam belajarnya.
(2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang
terpenting yaitu relasi orang tua dengan anak, demi melancarkan
kegiatan belajar maka diperlukan relasi yang baik di dalam
keluarga.
(3) Suasana rumah tangga. Suasana rumah yang gaduh dan ribut
mengakibatkan anak tidak dapat konsentrasi dalam belajarnya.
(4) Keadaan ekonomi keluarga. Selain kebutuhan pokok seperti
makan, berpakaian, perlindungan kesehatan, dan sebagainya juga
diperlukan fasilitas belajar seperti meja belajar, penerangan, alat
tulis, dan sebagainya. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi maka kegiatan belajar anak akan terganggu yang akan
berpengaruh terhadap hasil belajar anak.
b. Faktor sekolah terdiri dari :
(1) Metode mengajar. Metode yang diterapkan guru pada proses
pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap situasi
belajar
13

(2) Kurikulum. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kurikulum


adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan dalam lembaga
pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat dan diatas rata-rata
kemampuan siswa akan mengakibatkan siswa mengalami
kesulitan belajar
(3) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah mencakup seluruh anggota
dan kegiatan sekolah, seperti kedisiplinan guru dalam mengajar,
kedisiplinan kebersihan gedung sekolah, kedisiplinan karyawan
dalam pekerjaan administrasi, kedisiplinan kepala sekolah dalam
pengelolaan seluruh anggota sekolah. Jika guru dan karyawan
dapat disiplin maka siswa juga akan ikut disipin, hal semacam ini
akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
(4) Relasi guru dengan siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan
siswa dalam proses pembelajarannya menyebabkan siswa menjadi
merasa jauh dengan guru sehingga siswa tidak dapat berpartisipasi
aktif dalam belajar.
(5) Alat pelajaran. Alat pelajaran erat kaitannya dengan proses
belajar, karena alat belajar yang dipakai oleh guru dalam
menyampaikan bahan ajar akan digunakan juga oleh siswa dalam
menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap
akan dapat melancarkan proses belajar seperti tersedianya buku
perpustakaan, kelengkapan alat dan media ruang praktikum.
(6) Waktu sekolah, yaitu waktu yang terjadi dalam proses belajar
mengajar disekolah. Pada umumnya proses belajar mengajar
dilakukan pada pagi sampai sore hari, pembelajaran yang terjadi
pada siang hari dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan
belajar karena tidak dapat dipungkiri kondisi siswa pada siang
hari menjadi tidak stabil. Tidak jarang siswa sudah melai lelah
14

dan merasa ngantuk, maka pengaturan jadwal mempunyai


dampak yang besar bagi keberhasilan siswa.
(7) Metode belajar yang salah. Seperti halnya siswa yang hanya
belajar ketika akan ulangan atau ujian, siswa yang belajar terus
menerus sebelum ulangan atau ujian berlangsung tanpa istirahat
mengakibatkan siswa mnejadi kelelahan atau bahkan sakit. Hal
semacam ini tidak efektif dalam belajar guru seharusnya membina
siswa agar belajar setiap hari dengan pembagian waktu yang
tepat, dengan cara belajar yang seperti akan menginkatkan hasil
belajar siswa.
(8) Tugas rumah yang terlalu banyak. Apabila tugas rumah yang
diberikan guru terlalu banyak akan menjadikan siswa tidak
mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan lain.
c. Faktor masyarakat
Jika pembelajaran sekolah sudah selesai maka siswa pasti akan
berada dalam lingkup masyarakat, faktor tersebut mencakup kegiatan
yang ada pada masyarakat. Kegiatan siswa yang dilakukan di
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadi
siswa namun jika siswa mengambil terlalu banyak kegiatan yang ada
di masyarakat akan mengganggu belajarnya terlebih jika siswa
menjadi kehilangan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas
sekolah.
e. Indikator Kesulitan Belajar
Menurut Mulyadi (2010:7) indikator kesulitan belajar terdiri dari :
1) Hasil belajar
Yang dimaksud adalah ketuntasan siswa dalam menyelesaikan
tugas belajarnya dengan baik.
15

Deskriptor hasil belajar meliputi :


a) Capaian nilai
b) Menyelesaikan tugas
2) Keseimbangan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang dilakukan
Yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan
belajarnya guna mendapatkan hasil belajar yang baik.
Dekriptor keseimbangan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang
dilakukan meliputi :
a) Hasil nilai ulangan harian
b) Kesungguhan mengerjakan tugas
3) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas kegiatan belajar
Yang dimaksud adalah dapat dilihat dari lambatnya siswa dalam
melakukan kegiatan belajar yang menjadikan siswa tertinggal dari siswa
yang lain.
Deskriptor keterlambatan dalam mengerjakan tugas kegiatan belajar
meliputi :
a) Mencatat
b) Menganalisis soal
4) Kewajaran sikap
Yang dimaksud adalah sikap tidak menentu yang ditunjukkan
siswa kepada orang lain entah kepada teman maupun gurunya.
Deskriptor kewajaran sikap meliputi :
a) Apatis
b) Kesopanan
5) Perilaku yang menyimpang
Yang dimaksud adalah sikap maupun tingkah laku yang
ditunjukkan seorang siswa yang bisa menimbulkan masalah bagi dirinya.
16

Deskriptor perilaku yang menyimpang meliputi :


a) Kehadiran siswa
b) Kedisiplinan
6) Gejala emosional
Yang dimaksud adalah reaksi yang ditunjukkan siswa akibat
suasana pembelajaran di kelas.
Deskriptor gejala emosi meliputi :
a) Merasa bosan
2. Kajian Variasi Mengajar Guru
a. Pengertian Variasi Mengajar
Menurut Majid (2013:261) “Variasi merupakan suatu cara yang
membuat siswa agar tetap berkonsentrasi dan mempunyai motivasi, sehingga
kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik”. Menurut Hasibuan dan
Moedjiono (2008:03) “Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran”.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik merupakan hal yang diharapkan semua siswa. Namun masih ada
guru yang tidak memperhatikan hal itu, banyak guru yang masih monoton
dalam proses pembelajarannya tidak ada variasi dalam gaya mengajar yang
mengakibatkan siswa cepat bosan dengan suasana belajar sehingga siswa
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Cara mengajar guru
sangat berpengaruh terhadap pembelajaran di dalam kelas, guru yang
menggunakan variasi dalam proses pembelajarannya dapat membuat minat
belajar siswa menjadi tinggi dan meningkatkan antusiasme pada siswa.
b. Tujuan Variasi Mengajar
Menurut Djamarah dan Zain (2010:161) adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi dalam
proses belajar mengajar.
2) Memberikan kesempatan untuk kemungkinan berfungsinya motivasi.
17

3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.


4) Memberikan kemungkinan dalam pilihan dan fasilitas belajar individu.
5) Mendorong anak didik untuk terus belajar.
c. Prinsip variasi mengajar
Variasi mengajar harus direncanakan dengan jelas berdasarkan pada
tujuan pembelajaran. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran seorang
guru dituntut memiliki suatu prinsip dalam variasi mengajar agar
pembelajaran dapat lebih menyenangkan.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008:66) beberapa prinsip yang
perlu dipahami dalam variasi mengajar:
1) Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif
2) Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat
3) Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur
dan direncanakan sebelumnya
4) Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan
balikan siswa
d. Indikator Variasi Mengajar
Menurut Majid (2013:266-272) terdapat beberapa indikator dalam
variasi mengajar. Dibawah ini telah diuraikan penjelasan tentang masing-
masing indikator variasi mengajar:
1) Variasi gaya mengajar
Variasi ini dilakukan dengan enam cara, yaitu :
a) Variasi suara
Yang dimaksud adalah variasi lisan dalam menyampaikan
materi di dalam kelas guna meningkatkan daya tangkap siswa.
Deskriptor variasi suara meliputi:
(1) Nada
(2) Penekanan
18

b) Memusatkan perhatian
Yang dimaksud adalah pemusatan dengan lisan yang dilakukan
oleh guru kepada siswa dan diharapkan dapat meningkatkan
konsentrasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Deskriptor memusatkan perhatian meliput:
(1) Ketegasan
(2) Pujian
c) Kesenyapan sejenak
Yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan guru pada saat
terjadi aktivitas di dalam kelas guna menarik perhatian siswa.
Deskriptor kesenyapan sejenak meliputi:
(1) Kegaduhan
(2) Waktu untuk berfikir dan bertanya
(3) Mencatat
d) Mengadakan kontak
Yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan guru untuk
berinteraksi dengan siswa pada saat pembelajaran di kelas.
Deskriptor mengadakan kontak meliputi:
(1) Menyapa
(2) Menyebar pandangan
e) Variasi gerakan badan dan mimik
Yang dimaksud adalah guru menggunakan gerakan tubuh dan
ekspresi pada saat memberikan proses belajar mengajar.
Deskriptor variasi gerakan badan dan mimik meliputi:
(1) Ekspresi wajah
(2) Gerakan tangan
19

f) Mengubah posisi
Yang dimaksud adalah perubahan posisi yang berpindah-
pindah dilakukan guru guna agar dapat meningkatkan perhatian
siswa.
Deskriptor mengubah posisi meliputi:
(1) Menghampiri siswa
(2) Pergerakan posisi dari depan ke belakang
2) Variasi penggunaan media dan bahan pelajaran
Yang dimaksud adalah guru menggunakan media dalam
pembelajaran dengan tujuan agar pembelajaran lebih menarik, sehingga
siswa tidak mudah bosan.
Deskriptor variasi penggunaan media dan bahan pelajaran meliputi :
(1) Media penglihatan powerpoint
(2) Media dengar rekaman
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan
Yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan guru guna
membuat siswa agar lebih memahami materi yang telah disampaikan.
Deskriptor variasi pola interaksi dan kegiatan meliputi:
(1) Mengulang materi
(2) Mengarahkan siswa
3. Kajian Keaktifan Siswa
a. Pengertian Keaktifan Siswa
Keaktifan adalah giat, rajin, dan selalu berusaha dengan sungguh-
sungguh, karena pada saat guru menyampaikan materi guru diharapkan
mampu untuk membuat siswa menjadi aktif, baik aktif secara jasmani
maupun rohani. Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2008:17), “keaktifan
adalah pada waktu guru mengajar dan harus mengusahakan agar dapat
beraktifitas jasmani maupun rohani”. Keaktifan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam tanya jawab, mengerjakan tugas,
20

mampu bekerja sama dengan teman saat berdiskusi, memecahkan suatu


masalah, dan mengemukaan pendapat. Dalam proses pembelajaran siswa
dituntut untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui berbagai
interaksi dan juga pengalaman dalam belajar.
Menurut Sagala (2006:124), keaktifan jasmani maupun rohani meliputi:
1) Keaktifan indera : pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain.
2) Keaktifan akal : akal anak harus aktif guna untuk memecahkan masalah,
menimbang-nimbang, mengambil keputusan dan menyusun pendapat.
3) Keaktifan ingatan : pada saat proses pembelajaran anak harus aktif dalam
menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya
dalam ingatan, kemudian pada saat tertentu anak dapat mengutarakannya
kembali.
4) Keaktifan emosi : dalam hal ini murid hendaklah senantiasa mengikuti
pembelajaran.
Hal ini menunjukkan adanya suatu aktivitas dalam proses belajar
mengajar, untuk itu setiap individu harus aktif tanpa adanya suatu aktivitas
maka proses belajar tidak akan terjadi.
a. Jenis-jenis keaktifan belajar
Menurut Rohani (2010:8) jenis-jenis keaktifan belajar terdiri dari 8
kelompok, yaitu :
1) Kegiatan visual (visual activities) : membaca, memperlihatkan
gambar, memperhatikan demonstrasi orang lain.
2) Kegiatan lisan (oral activities) : Kemampuan menyatakan,
merumuskan, diskusi, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat.
3) Kegiatan mendengarkan (listening activities) : mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan diskusi, mendengarkan percakapan.
4) Kegiatan menulis (writing activities): menulis cerita, mengerjakan
soal, menyusun laporan, mengisi angket.
21

5) Kegiatan menggambar (drawing activities) : melukis, membuat


grafik, pola, diagram, gambar.
6) Kegiatan motorik (motor activities) : melakukan percobaan, membuat
kontruksi, mode.
7) Kegiatan mental (mental activities) : mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, melihat hubungan, membuat keputusan.
8) Kegiatan emosional (emotional activities) : menaruh minat, merasa
bosan, berani, gembira, gurup, senang.
b. Indikator Keaktifan Siswa
Menurut Sudjana (2010:61), mengemukakan keaktifan siswa dalam
proses belajar dapat dilihat dari :
1) Keikutsertaan melaksanakan tugas belajarnya
Yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam pelaksanaan
tugas-tugas pada pembelajaran yang melakukan kegiatan
memperhatikan, mencatat, dan mendengarkan materi yang
disampaikan guru.
Deskriptor keikutsertaan melaksanakan tugas belajarnya meliputi :
a) Memperhatikan dengan seksama penjelasan materi yang
disampaikan guru.
b) Mencatat materi dan mengerjakan soal latihan yang diberikan
guru.
c) Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru.
2) Keterlibatan dalam pemecahan masalah
Yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam keikutsertaan
menyelesaikan permasalahan yang sedang di bahas di kelas.
Deskriptor keterlibatan dalam pemecahan masalah meliputi :
a) Berpartisipasi aktif dalam memecahkan suatu masalah pada
kelompok.
b) Memberikan pendapat pada kelompok lain.
22

c) Menjawab pertanyaan yang diberikan.


3) Bertanya kepada siswa lain maupun guru jika tidak memahami
persoalan yang sedang dihadapi
Yang dimaksud adalah apabila siswa tidak memahami
penjelasan maupun materi yang telah disampaikan guru, hendaknya
siswa dapat bertanya kepada siswa lain maupun guru yang
bersangkutan secara langsung.
Deskriptor bertanya kepada siswa lain maupun guru jika tidak
memahami persoalan yang sedang dihadapi meliputi :
a) Bertanya kepada teman maupun guru jika mendapati materi yang
belum dipahami.
b) Berbahasa yang sopan apabila bertanya.
4) Berusaha untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah
Yang dimaksud adalah usaha siswa dalam mencari cara untuk
memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan guna memecahkan
suatu masalah ataupun soal.
Deskriptor berusaha untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah meliputi :
a) Mencari bahan belajar dari buku lain.
b) Bertanya kepada guru yang bersangkutan untuk mencari suatu
informasi yang dubutuhkan.
5) Melatih diri dalam memecahkan masalah ataupun soal
Yang dimaksud adalah siswa dapat menyelesaikan masalah
maupun soal yang terdapat di dalam buku secara mandiri.
Deskriptor belatih diri dalam memecahkan masalah ataupun soal
meliputi :
a) Belatih soal-soal.
23

b) Berusaha memecahkan suatu masalah yang ditemukan pada soal


dengan rasa percaya diri.
6) Menilai kemampuan diri dengan hasil yang sudah diperolehnya
Yang dimaksud adalah siswa menilai kemampuan dirinya
dengan cara mencoba mengerjakan soal-soal setelah guru selesai
menjelaskan materi.
Deskriptor menilai kemampuan diri dengan hasil yang sudah
diperolehnya meliputi :
a) Mengerjakan tugas dari guru secara mandiri.
b) Dapat membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan
guru.
7) Kesempatan menggunakan dan menerapkan apa yang sudah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas maupun persoalan yang
sedang dihadapinya
Yang dimaksud adalah dengan menggunakan maupun
menerapkan langkah-langkah yang sudah diberikan guru dalam
mengerjakan soal maupun menyelesaikan suatu masalah pada saat
pembelajaran dikelas.
Deskriptor kesempatan menggunakan dan menerapkan apa yang
sudah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas maupun persoalan
yang sedang dihadapinya meliputi :
a) Dapat bekerjasama secara kelompok dalam menyelesaikan
masalah ataupun persoalan.
b) Menggunakan cara yang lebih efektif dalam menyelesaikan
masalah atupun persoalan dengan kelompok.
24

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini mengacu pada penelitian yang
pernah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti lain yang dianggap relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endrawati dengan judul hasil belajar
akuntansi perbankan ditinjau dari keaktifan belajar dan kemandirian belajar pada
mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keaktifan belajar terhadap hasil
belajar akuntansi perbankan tahun 2011. Hasil analisis regresi linier ganda
memperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,511 > 1,981 dan nilai signifikansi < 0,50, yaitu
0,013 dengan sumbangan efektif sebesar 16,2%.
2. Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Kurniawitama dengan judul pengaruh
variasi mengajar guru dan keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo
Tahun Ajaran 2014/2015 yang menyatakan bahwa dari variasi mengajar guru
dan keaktifan siswa secara bersama-sama terdapat pengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VII di MTs Negeri Sukoharjo. Hasil
analisis regresi linier ganda (uji F) diketahui bahwa f hitung > ftabel, yaitu 141,021 >
3,000 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000.

C. Kerangka Berfikir
Menurut Sugiyono (2009:88) “kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting”. Untuk memperjelas pelaksanaa
penelitian sekaligus untuk pemahaman dan penganalisaan maka perlu dikemukakan
gambar berupa kerangka pemikiran seperti berikut :
25

1. Pengaruh variasi mengajar guru terhadap kesulitan belajar.


Kesulitan belajar erat hubungannya dengan hasil belajar yang diperoleh
siswa, karena kesulitan belajar merupakan hambatan bagi siswa dalam proses
pembelajaran untuk mecapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar dapat
dipengaruhi oleh variasi mengajar guru, variasi mengajar guru dalam proses
belajar mengajar memungkinkan siswa untuk menjadi dinamis dalam belajar,
mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa,
menolong penerimaan pelajaran, dan memberikan stimulasi. Mengacu peada
penelitian Ismail (2015) menyimpulkan bahwa ada pengaruh variasi mengajar
terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas V MIS Kertijayan
Kabupaten Pekalongan. Cara mengajar guru sangat berpengaruh terhadap
pembelajaran di dalam kelas, guru yang menggunakan variasi dalam proses
pembelajarannya dapat membuat minat belajar siswa menjadi tinggi dan
meningkatkan antusiasme pada siswa. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan
siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, dengan mendapatkan hasil
belajar yang baik maka dapat dilihat bahwa variasi mengajar memungkinkan
siswa untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya.
Dari pernyataan diatas diduga variasi mengajar guru berpengaruh terhadap
hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Kurniawitama (2015) yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif variasi mengajar guru terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015. Pengaruh positif yang dimaksud adalah
karena dengan adanya variasi mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa
ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif sebesar 63%, maka variasi
mengajar dalam proses pembelajaran harus dipertahankan dan dikembangkan.
Diperkuat dengan pernyataan Ibadi (2009) bahwa variasi mengajar berpengaruh
positif terhadap hasil belajar ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif
sebesar 20,50%. Dapat diartikan bahwa menurut presepsi mahasiswa tentang
variasi mengajar dosen terhadap hasil belajar dalam mata kuliah teknik
26

permesinan telah melaksanakan pembelajaran dengan variasi mengajar tergolong


dalam kategori tinggi.
2. Pengaruh keaktifan siswa terhadap kesulitan belajar.
Pada dasarnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar sesuai yang
diinginkan maka siswa harus meningkatkan kekatifan dalam belajarnya, selain
itu siswa juga harus meningkatkan rutinitas belajar agar dapat menunjukkan
keberhasilan dalam proses belajarnya dan dapat mencapai tujuan. Tujuan yang
dimaksud yaitu siswa paham dengan materi yang diajarkan sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan belajar. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Anggraini
(2015) menyimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan statistika siswa kelas
X MIA1 SMAN 1 Godean. Dengan meningkatkan keaktifan belajar maka
memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, karena
hasil belajar yang baik merupakan penanda bahwa siswa tidak mengalami
kesulitan belajar dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Dari pernyataan di atas di duga keaktifan belajar berpengaruh terhadap
hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Endrawati (2014) yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif keaktifan belajar terhadap hasil belajar
mahasiswa mata kuliah akuntansi perbankan di Universitas Muhammadiyah
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan keaktifan belajar siswa maka akan
berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga akan menuntun
siswa untuk dapat memahami materi pelajaran. Oleh karena itu agar siswa tidak
mengalami kesulitan belajar perlu adanya keaktifan belajar siswa dalam proses
belajar mengajar di kelas. Di perkuat dengan pernyataan Devi (2013) bahwa ada
pengaruh positif keaktifan siswa terhadap hasil belajar ekonomi. Artinya
semakin tinggi keaktifan siswa maka hasil belajar ekonomi yang di peroleh juga
akan semakin tinggi.
27

3. Pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa terhadap kesulitan belajar.
Kegiatan dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar
dan siswa berperan sebagai peserta didik. Dengan demikian dalam pembelajaran
di kelas diperlukannya variasi mengajar guru guna menarik perhatian siswa
untuk mengikuti proses belajar mengajar agar siswa tidak merasa bosan dan
jenuh karena cara mengajar guru yang monoton. Pernyataan tersebut diperkuat
oleh Kurniawitama (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara
variasi mengajar guru terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VII
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015.
Namun berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pula
pada sejauhmana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif
bertanya, berlatih soal, mencoba memecahkan masalah, dan sebagainya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Endrawati (2014)
bahwa keaktifan siswa berpengaruh terhadap hasil belajar. Pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik merupakan hal yang diharapkan seluruh siswa. Cara
mengajar guru sangat berpengaruh terhadap pembelajaran di dalam kelas, guru
yang menggunakan variasi dalam pembelajarannya dapat membuat minat siswa
menjadi tinggi dan meningkatkan antusiasme pada siswa.
Guru yang menggunakan variasi mengajar dalam proses belajar mengajar
dan disertai dengan keaktifan siswa maka kemungkinan terjadinya kesulitan
dalam belajar akan lebih sedikit, karena kedua unsur agar proses belajar
mengajar terlaksana dengan baik sudah terpenuhi.
28

Berdasarkan penjelasan yang ditelah diuraikan diatas, maka dalam


penelitian ini dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut:

Variasi Mengajar Guru


(X1) (1)
(3)
Kesulitan Belajar Siswa
(Y)
Keaktifan siswa
(X2) (2)

Gambar 2.1
Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan Siswa Terhadap Kesulitan Belajar
Siswa
Keterangan :
Dari kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa variabel variasi
mengajar guru (X1) mempunyai pengaruh terhadap kesulitan belajar siswa (Y).
Variabel keaktifan siswa (X2) berpengaruh pengaruh terhadap kesulitan belajar
siswa (Y). Selain itu, variabel tentang variasi mengajar guru (X1) dan keaktifan
siswa (X2) terdapat pengaruh terhadap kesulitan belajar siswa (Y). Penelitian ini
akan menguji adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel bebas
dan variable terikat.

D. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:93) “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis dalam penelitian ini
yaitu :
29

1. Adanya pengaruh variasi mengajar guru dalam pembelajaran akuntansi terhadap


kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper.
2. Adanya pengaruh keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi terhadap
kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper.
3. Adanya pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa terhadap kesulitan
belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif merupakan “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:23).
Sedangkan berdasarkan explanasinya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bersifat menggambarkan suatu
fenomena, peristiwa, gejala baik menggunakan data kuantitaif maupun kualitatif”
(Sugiyono, 2014:336).
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sasaran dalam penelitian ini adalah
mencari atau menggambarkan tentang kesulitan belajar yang ditinjau dari variasi
mengajar guru dan keaktifan siswa pada kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper. Dimana
data yang diperoleh dari sampel penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan
metode statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ceper
yang berlokasi di Kajen, Ceper, Klaten.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan
bulan Juni 2018.

30
31

C. Populasi, Sampel, dan Sampling


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014:62) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas
XI Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di SMA Negeri 1 Ceper, yang terdiri dari 5
kelas. Jumlah keseluruhan siswa kelas XI Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
sebanyak 109 siswa. Agar lebih jelas maka data siswa untuk masing-masing
kelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah populasi tiap kelas

1 XI IPS 1 22 siswa
2 XI IPS 2 20 siswa
3 XI IPS 3 23 siswa
4 XI IPS 4 22 siswa
5 XI IPS 5 22 siswa
Jumlah 109 siswa

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2014:63), “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini
penentuan besarnya sampel dengan menggunakan tabel Krejcie didasarkan atas
kesalahan 5%, yang artinya sampel yang diperoleh memiliki tingkat kepercayaan
32

95%. Berikut contoh tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
dengan taraf kesalahan 5% berdasarkan tabel Krejcie:
Tabel 3.2
Tabel Krejcie
Jumlah Populasi (N) Sampel (S)
90 73
95 76
100 80
110 86
120 92
Berdasarkan tabel Krejcie di atas jumlah populasi adalah 109 dengan
menggunakan kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% maka populasi berada
di antara 100-110 dan sampel yang didapat adalah 80 siswa. Jadi, dalam
penelitian ini diambil sampel sebanyak 80 siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper.
3. Sampling
Menurut Sugiyono (2014:64), teknik sampling adalah teknik
penggambilan sampel yang dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini teknik
sampling yang digunakan adalah proporsional random sampling dengan cara
undian. Dalam random sampling setiap kelas akan diambil sampel sebagaimana
jumlah yang ditentukan. Agar pengambilan sampel proporsional, maka distribusi
sampel penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.3
Distribusi Sampel
Populasi Sampel
33

XI IPS 1 = 22 siswa 22
x 80 = 16
109
XI IPS 2 = 20 siswa 20
x 80 = 15
109
XI IPS 3 = 23 siswa 23
x 80 = 17
109
XI IPS 4 = 22 siswa 22
x 80 = 16
109
XI IPS 5 = 22 siswa 22
x 80 = 16
109
Jumlah : 80
n
Rumus: x jumlah sampel
k

Keterangan :

n = jumlah mahasiswa tiap kelas

k = jumlah seluruh mahasiswa (populasi)

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh sejumlah 80 siswa,


masing-masing kelas akan di ambil sampel sebagaimana jumlah yang ditentukan
dengan menggunakan metode random sampling.

D. Definisi Operasional Variabel


Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang digunakan oleh peneliti
agar dalam pengumpulan data dapat terarah sesuai tujuan penelitian. Menurut
Sugiyono (2009:58), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Adapun variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen (Bebas)
34

Menurut Sugiyono (2009:59) “Variabel bebas adalah merupakan variabel


yang mempengaruhi atau yang menjadikan sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependent (terikat)”.
a. Variasi mengajar guru (X1), indikatornya meliputi :
1) Variasi suara
2) Memusatkan perhatian
3) Kesenyapan sejenak
4) Mengadakan kontak
5) Variasi gerakan badan dan mimik
6) Mengubah posisi
7) Variasi media dan bahan pelajaran
8) Variasi pola interaksi dan kegiatan
b. Keaktifan siswa (X2), indikatornya meliputi :
1) Keikutsertaan melaksanakan tugas belajarnya
2) Keterlibatan dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada siswa lain maupun guru jika tidak memahami persoalan
yang sedang dihadapi
4) Berusaha untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah
5) Melatih diri dalam memecahkan masalah ataupun soal
6) Menilai kemampuan diri dengan hasil yang sudah diperolehnya
7) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang sudah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas maupun persoalan yang sedang
dihadapinya.

2. Variabel Dependen (Terikat)


Menurut Sugiyono (2009:59) “Variabel terikat adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi akibat dari andanya variabel bebas”.
35

a. Kesulitan belajar (Y), indikatornya meliputi :


1. Hasil belajar
2. Keseimbangan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang dilakukan
3. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar
4. Kewajaran sikap
5. Perilaku yang menyimpang
6. Gejala emosional

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian maka teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231), “Dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal ataupun variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, malajah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya”. Dalam
penelitian ini data yang diperoleh berupa profil umum SMAN 1 Ceper
dokumentasi berupa daftar nama dan nilai UTS mata pelajaran Akuntansi Tahun
Ajaran 2017/2018.
2. Metode Angket (Kuisioner)
Menurut Arikunto (2006:151), angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam artian
laporan tentang pribadinya. Menurut Arikunto angket dibedakan menjadi 2, yaitu
:
a. Angket terbuka, yaitu yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri
b. Angket tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawaban sehingga responden
tinggal memilihnya
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket terutup karena
pertanyaan dan jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden
36

hanya perlu memilih atau melingkari jawaban tanpa perlu menyebutkan alasan
atau uraian jawaban pada jawaban yang dianggapnya paling benar. Daftar
pertanyaan dan jawaban yang disediakan mengenai variasi mengajar guru,
keaktifan siswa dan kesulitan belajar.
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala rating scale.
Menurut Riduwan (2010:20) “rating scale yaitu data mentah yang didapat
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif”.
Penilaian untuk pernyataan item menggunakan skor 1 sampai 5 pada kolom skor
sebagai berikut :
1) Pernyataan positif
Sangat buruk Sangat baik
1 2 3 4 5
2) Pernyataan negatif
Sangat baik Sangat buruk
1 2 3 4 5

Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket
Variabel Indikator Deskriptor Nomor
37

Item
Variasi 1. Variasi suara a. Nada 1
mengajar b. Penekanan 2
2. Memusatkan a. Ketegasan 3
perhatian b. Pujian 4
3. Kesenyapan a. Kegaduhan 5
sejenak b. Waktu untuk berfikir dan 6
bertanya
c. Mencatat 7
4. Mengadakan a. Menyapa 8
kontak b. Menyebar pandangan 9
5. Variasi gerakan a. Ekspresi wajah 10
badan atau mimik b. Gerakan tangan 11
6. Mengubah posisi a. Menghampiri siswa 12
b. Pergerakan posisi dari depan 13
7. Variasi media ke belakang
dan bahan a. Media powerpoint 14
pelajaran b. Media rekaman 15
8. Variasi pola a. Mengulang materi 16
interaksi dan b. Mengarahkan siswa 17
kegiatan
Keaktifan 1. Keikutsertaan a. Memperhatikan dengan 1
siswa melaksanakan seksama penjelasan materi
tugas belajarnya yang disampaikan guru
b. Mencatat materi dan 2
mengerjakan soal latihan
yang diberikan guru
c. Mendengarkan penjelasan 3
materi yang disampaikan
38

guru
a. Berpartisipasi aktif dalam 4
2. Keterlibatan
memecahkan suatu masalah
dalam pemecahan
pada kelompok
masalah
b. Memberikan pendapat pada 5
pemecahan masalah
c. Menjawab pertanyaan yang 6
diberikan
a. Bertanya kepada teman
maupun guru jika mendapati
3. Bertanya kepada materi yang belum dipahami 7
siswa lain b. Berbahasa yang sopan apabila
maupun guru jika bertanya
tidak memahami 8
persoalan yang a. Mencari bahan belajar dari
sedang dihadapi buku lain
4. Berusaha untuk b. Bertanya kepada guru yang 9
mencari bersangkutan untuk mencari
informasi yang suatu informasi yang 10
dibutuhkan untuk dibutuhkan
memecahkan a. Berlatih soal-soal
masalah b. Berusaha memecahkan suatu
5. Melatih diri masalah yang ditemukan pada 11
dalam soal dengan rasa percaya diri 12
memecahkan
masalah ataupun a. Mengerjakan tugas dari guru
soal secara mandiri
6. Menilai b. Dapat membuat kesimpulan 13
kemampuan diri
39

dengan hasil yang dari materi yang telah


sudah disampaikan guru 14
diperolehnya a. Dapat bekerja secara
7. Kesempatan kelompok dalam
menggunakan menyelesaikan masalah 15
atau menerapkan ataupun persoalan
apa yang sudah b. Menggunakan cara yang lebih
diperolehnya efektif dalam menyelesaikan
dalam masalah ataupun persoalan 16
menyelesaikan dengan kelompok
tugas maupun
persoalan yang
sedang
dihadapinya
Kesulitan 1. Hasil belajar a. Capaian nilai 1
belajar b. Menyelesaikan tugas yang 2
diberikan
2. Keseimbangan a. Hasil nilai ulangan 3,4
antara hasil yang b. Kesungguhan mengerjakan 5
dicapai dengan tugas
usaha yang
dilakukan
3. Keterlambatan a. Mencatat 6
dalam b. Menganalisis soal 7
mengerjakan
tugas-tugas
kegiatan belajar
4. Kewajaran sikap a. Apatis 8
40

b. Kesopanan 9,10
5. Perilaku yang a. Kehadiran siswa 11
menyimpang b. Kedisiplinan 12,13
6. Gejala emosional a. Merasa bosan 14

F. Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Arikunto (2006:160) “instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh penelitian untuk mengumpulkan data agar data tersebut
lebih mudah untuk di olah”. Variasi instrumen yang baik diharuskan untuk dapat
memenuhi prasyarat yaitu valid dan reliabel.
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Sebuah
instrumen dapat di katakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan
diukurnya. Adapun rumus validitas menggunakan product moment, meliputi :
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy : 2
√ { N ∑ X −( ∑ X ) } ¿ ¿ ¿
2

Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
X : Skor item
Y : Skor total
N : Jumlah responden
Apabila rhitung>rtabel pada taraf signifikansi 5% berarti item pertanyaan valid,
sebaliknya jika rhitung<rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, yaitu angket
variasi mengajar guru, keaktifan siswa dan kesulitan belajar. Sebelum digunakan
sebagai alat uji, angket tersebut harus diuji validitas agar diperoleh angket yang
valid. Subjek uji coba dalam instrumen penelitian ini adalah 20 siswa XI IPS
41

SMAN 1 Ceper angkatan 2017/2018. Adapun ringkasan hasil uji validitas yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 21 adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.5
Ringkasan Uji Validitas Variasi Mengajar Guru
No Item rxy Keterangan
1 0,903 Valid
2 0,926 Valid
3 0,779 Valid
4 0,545 Valid
5 0,562 Valid
6 0,820 Valid
7 0,790 Valid
8 0,883 Valid
9 0,804 Valid
10 0,793 Valid
11 0,885 Valid
12 0,693 Valid
13 0,601 Valid
14 0,816 Valid
15 0,797 Valid
16 0,839 Valid
17 0,592 Valid

Tabel 3.6
Ringkasan Uji Validitas Keaktifan Siswa
No Item rxy Keterangan
1 0,776 Valid
2 0,845 Valid
3 0,892 Valid
4 0,589 Valid
5 0,839 Valid
6 0,877 Valid
7 0,724 Valid
8 0,886 Valid
9 0,866 Valid
10 0,398 Valid
42

11 0,737 Valid
12 0,826 Valid
13 0,774 Valid
14 0,484 Valid
15 0,457 Valid
16 0,533 Valid

Tabel 3.7
Ringkasan Uji Validitas Kesulitan Belajar
No Item rxy Keterangan
1 0,721 Valid
2 0,479 Valid
3 0,700 Valid
4 0,689 Valid
5 0,612 Valid
6 0,462 Valid
7 0,473 Valid
8 0,755 Valid
9 0,651 Valid
10 0,513 Valid
11 0,658 Valid
12 0,635 Valid
13 0,525 Valid
14 0,607 Valid

2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006:178) “Reliabilitas adalah bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik”. Dalam penelitian ini uji reliabilitas angket
menggunakan koefisien reabilitas Alpha dari Cronbach dengan rumus:

∑ ❑2b
r11 =[ ][
k
k−1
1−
❑2t ]
Keterangan:
r1 = Reliabilitas instrumen
43

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


∑ ❑2b = Jumlah varians butir

❑2t = Varians total

Dasar pengambilan keputusan :


Hasil output nilai alpha cronbach’s dibanding dengan nilai rtabel. Apabila
rhitung>rtabel maka butir soal tersebut dapat dinyatakan reliabel, sebaliknya apabila
rhitung<rtabel maka butir soal dapat dinyatakan tidak reliabel. Kriteria besarnya
koefisien reliabilitas menurut Arikunto (2006:196) adalah :
0,80> r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60> r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40> r11 ≤ 0,60 reliabilitas cukup
0,20> r11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah
0,00> r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 21.
Uji coba dalam penelitian ini dikenakan sebanyak 20 siswa.
Tabel 3.8
Uji Reliabilitas Angket
Variabel Alpha r (0,05:20) Kesimpulan Kategori
Variasi 0,951 0,361 Reliabel Sangat
Mengajar Tinggi
Guru
Keaktifan 0,938 0,361 Reliabel Sangat
Siswa Tinggi
Kesulitan 0,869 0,361 Reliabel Sangat
Belajar Tinggi

G. Teknik Uji Prasyarat Analisis


44

1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian mengenai normal tidaknya distribusi
suatu data. Pada penelitian ini pengujian normalitas digunakan untuk menguji
data variasi mengajar guru (X1), keaktifan siswa (X2), dan kesulitan belajar (Y).
Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika nilai Signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka data berdistribusi
tidak normal.
b. Jika nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka data berdistribusi
normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linieritas digunakan untuk menguji
linier tidaknya suatu data yang dianalisis. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka dikatakan hubungan antara variabel X
dengan Y adalah tidak linier.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dikatakan hubungan antara variabel X
dengan Y adalah linier.
3. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2012:105) Multikolinearitas merupakan pengujian
apakah regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (Independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Apabila variabel-variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel
ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas
45

yang masih dapat di tolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan
tingkat kolonieritas 0.95.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2012:110) Autokorelasi merupakan pengujian apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ii timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada data runtutan waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala
autokorelasi yaitu dengan menggunakan nilai DW (Durbin Watson).
Hipotesis :
Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )
H1 : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
Tabel 3.9
Pengambilan Keputusan
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No desicison 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, Positif Tidak ditolak du < d <4 – du
atau negatif
5. Uji Heteroskedastisitas
46

Menurut Ghozali (2012:139) Heteroskedastisitas merupakan pengujian


apakah regresi dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada
tidaknya Heteroskedastisitas dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acar serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi INCOME berdasarkan masukan
variabel independen SIZE, EARNS, WEALTH, dan SAVING.

H. Teknik Analisis Data


1. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Menurut Sugiyono (2009:277) Analisis regresi berganda digunakan
untuk dapat mengetahui perubahan variabel Y yang disebabkan oleh variabel
X. Adapun analisis regresi berganda dapat dihitung menggunakan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y = Kesulitan belajar
X1 = Variasi mengajar
X2 = Keaktifan siswa
α = Konstanta
47

b1, b2 = Koefisien arah regresi


e = Variabel Gangguan

b. Uji Signifikansi secara Parsial (Uji t)


Uji parsial digunakan untuk dapat mengetahui pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-
langkah pengujian adalah sebagai berikut:
1) Perumusan hipotesis
Ho :β = 0 tidak ada pengaruh variabel X tehadap variabel Y
Ho :β ≠ 0 ada pengaruh variabel X tehadap variabel Y
2) Menentukan level of significant ɑ = 0,05
3) Kriteria pengujian statistik
Ho diterima apabila : -ttabel≤thitung≤ttabel
Ho ditolak apabila : thitung>ttabelatau –thitung<-ttabel

b− β
4) Nilai t hitung =
Sb
Keterangan:
b = koefisien regresi
Sb = standart error koefisien regresi
β = nilai beta
5) Kesimpulan
48

Dengan perbandingan antara thitung dengan ttabel maka dapat diambil


kesimpulan bahwa Ho diterima atau Ho ditolak.
c. Uji Signifikansi secara Simultan (Uji F)
Uji f ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variable bebas
secara bersama-sama terhadap variable terikat. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Perumusan hipotesis
Ho :β1 = β2 = 0 : tidak ada pengaruh antara variabel X dengan variabel
Y.
Ha :β1 ≠ β2 ≠ 0 : ada pengaruh antara variabel X dengan variabel Y.
2) Menentukan level of significant ɑ = 0,05 atau 5%
3) Kriteria pengujian statistik
Ho diterima apabila Fhitung≤Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung>Ftabel

4) Perhitungan nilai F
JKreg=bl ∑ xly
JK=∑ y 2−Jkreg
Jkreg / k
F=
JK /(n−k−1)
Keterangan:
Jkreg : ∑ kuadrat regresi
JK : ∑ kuadrat residu
K : Banyak variabel/prediktor
n : Jumlah sampel
49

5) Kesimpulan
Dengan dilakukan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel, jika
Fhitung˃Ftabel maka akan dapat dikatakan bahwa variabel independent
dengan variable dependent secara bersama-sama terdapat pengaruh dan
sebaliknya jika Fhitung˂Ftabel tidak ada pengaruh.
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis ini digunakan untuk dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang
ditunjukkan dalam prosentase. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
b1 ∑ X +b
R2 = 1

2
2 X2 Y

∑Y
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
b1,b2 = Koefisien regresi
Y = Kesulitan belajar
X1 = Variasi mengajar
X2 = Keaktifan siswa
e. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
1) Sumbangan Relatif (SR)
Menurut Hadi (2004:41) “Sumbangan relatif adalah untuk dapat
mengetahui seberapa besar sumbangan sumbangan dari masing-masing
variabel prediktor terhadap kriterium Y”.
a 1 (∑ x 1 y )
SR % X 1= x 100 %
J K reg

a 2 ( ∑ x2 y )
SR % X 2 = x 100 %
J K reg
50

Keterangan:
SR % X1 = Sumbangan relatif X1
SR % X2 = Sumbangan relatif X2
a1 = Jumlah produk antara X1
a2 = Jumlah produk antara X2
∑ x1 y = Jumlah produk antara x1 dan y

∑ x2 y = Jumlah produk antara x2 dan y


2) Sumbangan Efektif (SE)
Untuk mencari Sumbangan Efektif menggunakan rumus sebagai berikut :
SE% X =SR % X 1 . R1
1

SE% X =SR % X 2 . R2
2

Keterangan:
SR % X1 = Sumbangan relatif X1
SR % X2 = Sumbangan relatif X2
R2 = Koefisien korelasi determinasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Tempat yang dijadikan penelitian adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ceper.
Alamat di Kajen, Ceper, Klaten.
1. Profil SMA Negeri 1 Ceper, sebagai berikut :
a. Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Ceper
Alamat : Kajen
Kabupaten : Klaten
Provinsi : Jawa Tengah
Akreditasi : Akreditasi A
Jenjang : SMA
Status : Negeri
Kodepos : 57465
Email : sman1ceperklaten@yahoo.co.id
Nomor Telepon : 0272-3101635
NSS : 301031013083
NPSN : 20309683
SK Pendirian Sekolah : 0216/0/1992
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
Unggul dalam mutu akademis, non akademis, disiplin, beriman, dan berbudi
pekerti luhur serta kompetitif di era global.
b. Misi
1) Tercipta lingkungan sekolah yang kondusif untuk proses belajar
mengajar.

52
53

2) Berprestasi dibidang akademik baik tingkat kotamadya maupun


provinsi.
3) Sebahagian besar lulusnya masuk perguruan tinggi ternama.
4) Prosentase kenaikan kelas dan kelulusan ujian nasional mencapai 100%.
5) Berprestasi dibidang non akademik.
6) Tercipta budaya mutu untuk semua warga sekolah.
7) Tercipta warga sekolah yang taat beribadah dan menghargai perbedaan
keyakinan yang berbeda.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu segala sesuatu yang
mendukung dan menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di SMA
Negeri 1 Ceper. Adapun sarana dan prasarana sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Pendidikan Kepala Sekolah dan Guru
a. Kepala Sekolah

Jenis Pend.
Usia
No Jabatan Nama Kelamin Akhir
L P
Kepala Drs. Agus Cahyana
1 v
Sekolah Budi S

b. Guru

Jumlah dan Status Guru


Tingkat
No GT/PNS GTT/Guru Bantu Jumlah
Pendidikan
L P L P
1 S2 2 1 3
2 S1 19 26 2 47
54

Jumlah 21 27 2 50

Tabel 4.2
Daftar Ruang Kelas
Jumlah Ruang
Jumlah yang
Kondisi
digunakan
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
Baik 7 5 6 18
Rusak Ringan - - - -
Rusak Sedang - - - -
Rusak Berat - - - -

Tabel 4.3
Data Sarana Dan Prasarana Sekolah
Jenis Ruangan Jumlah (buah) Kondisi

1. Perpustakaan 1 Baik

2. Lab IPA 1 Baik

3. Lab Komputer 2 Baik

4. Seni Musik 1 Baik

5. Kepala Sekolah 1 Baik

6. Guru 1 Baik

7. Wakil Kepala Sekolah 1 Baik

8. Tata Usaha 1 Baik

9. Tamu 1 Baik

10. Gudang 1 Baik


55

11. Dapur 1 Baik

12. Kamar Mandi Guru 2 Baik

13. Kamar Mandi Siswa 8 Baik

14. BK 1 Baik

15. UKS 1 Baik

16. PMR dan Pramuka 1 Baik

17. Osis 1 Baik

18. Ibadah 1 Baik

19. Koperasi 1 Baik

20. Kantin 3 Baik

Berdasarkan pandangan guru yang bersangkutan, siswa SMAN 1 Ceper


memiliki karakteristik yang berbeda-beda terutama kelas XI IPS. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung siswa yang aktif hanya 30% dan 70% pasif.
Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan motivasi kepada siswa serta
dukungan dari masing-masing orang tua kepada anaknya. Jika dilihat dari situasi
dan kondisi rata-rata orang tua siswa termasuk pada golongan kalangan
menengah ke atas.

Siswa SMAN 1 Ceper kelas XI rata-rata berusia 16 tahun sampai dengan


17 tahun. Perilaku siswa di SMAN 1 Ceper terutama kelas XI IPS masih banyak
siswa yang nakal dan beberapa sering membolos namun rata-rata siswa di
SMAN 1 Ceper bersikap sopan dan mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah.
Dilihat dari pekerjaan orang tua bisa dikategorikan kalangan menengah ke atas.

B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Hasil Angket Variabel Variasi Mengajar Guru (X1)
56

Hasil penyebaran angket yang penulis sampaikan kepada 80 Siswa SMAN


1 Ceper, mengenai Variasi Mengajar Guru sebanyak 17 pernyataan. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai tertinggi sebesar 66, nilai terendah sebesar 34, nilai rata-
rata sebesar 47,51, median atau nilai tengah sebesar 47,50, modus atau nilai
paling sering muncul adalah 52 dan standar deviasi atau penyimpangan dari rata-
rata sebesar 6,743. Hasil uji statistik ada di lampiran 9 yang disajikan dalam tabel
di bawah ini.

Tabel 4.4
Hasil Statistik Variasi Mengajar Guru
Keterangan Variasi Mengajar Guru

Mean 47,51

Median 47,50

Mode 52

Std. Deviation 6,743

Minimum 34

Maximum 66
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00

Untuk mempermudah memahami data Variasi Mengajar Guru maka data


disajikan dalam bentuk gambar histogram dan poligon sebagai berikut :
57

Gambar 4.1
Histogram dan Poligon Variasi Mengajar Guru
2. Deskripsi Data Hasil Angket Keaktifan belajar siswa (X2)
Hasil penyebaran angket yang penulis sampaikan kepada 80 siswa
SMAN 1 Ceper, mengenai Keaktifan belajar siswa sebanyak 16 pernyataan.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai tertinggi sebesar 59, nilai terendah sebesar
31, nilai rata-rata sebesar 42,28, median atau nilai tengah sebesar 42, modus
atau nilai paling sering muncul adalah 44 dan standar deviasi atau
penyimpangan dari rata-rata sebesar 6,059. Hasil uji statistik ada yang
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Statistik Keaktifan belajar siswa
58

Keterangan Keaktifan belajar siswa

Mean 42,28
Median 42,00
Mode 44
Std. Deviation 6,059
Minimum 31
Maximum 59
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00

Data Keaktifan belajar siswa maka data disajikan dalam bentuk gambar
histogram dan poligon sebagai berikut :

Gambar 4.2
Histogram dan Poligon Keaktifan belajar siswa
3. Deskripsi Data Kesulitan belajar siswa
Kesulitan belajar siswa Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa sebanyak 80.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai tertinggi sebesar 40, nilai terendah sebesar 15,
rata-rata atau mean sebesar 29,76, median atau nilai tengah sebesar 30, modus
59

atau nilai yang paling sering muncul sebesar 40 dan nilai standart deviasi sebesar
4,961. Hasil uji statistik ada disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.6
Hasil Statistik Kesulitan belajar siswa
Keterangan Kesulitan belajar siswa

Mean 29,76

Median 30,00

Mode 30

Std. Deviation 4,961

Minimum 15

Maximum 40
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00

Selanjutnya untuk mempermudah memahami data Kesulitan dalam


mengerjakan, maka data disajikan dalam bentuk gambar histogram dan poligon
sebagai berikut :
60

Gambar 4.3.
Histogram dan Poligon Kesulitan belajar siswa

C. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari sampel
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan menggunakan teknik uji Liliefors atau dalam program
SPSS 21.00 lebih dikenal dengan Kolmograf-Smirnov. Kriteria dari uji
normalitas adalah, bahwa data berdistribusi normal nilai probabilitas signifikansi
> 0,05. Hasil uji Normalitas ada di lampiran 10 yang disajikan dalam tabel di
bawah ini.
61

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Tingkat
Probabilita
Variabel N s Kesalahan Kesimpulan
signifikansi
(α)
Variasi Mengajar Guru 80 0,200 0,05 Normal
Keaktifan belajar siswa 80 0,200 0,05 Normal
Kesulitan belajar siswa 80 0,077 0,05 Normal
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00
Berdasarkan tabel di atas bahwa variabel Variasi Mengajar Guru, keaktifan
belajar siswa dan Kesulitan belajar siswa menunjukkan nilai probabilitas
signifikansi > 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing
variabel memiliki distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal
2. Uji Linieritas
Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan
antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Kriteria uji linieritas
adalah bahwa hubungan yang terjadi berbentuk linier jika nilai Fhitung < Ftabel atau
nilai signifikansi > 0,05. Hasil uji Linieritas ada di lampiran yang disajikan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.8
Ringkasan Uji Linieritas
Tingkat
Variabel Sign. Keterangan
Kesalahan
Variasi Mengajar Guru 0,687 0,05 Linier
Keaktifan belajar siswa 0,196 0,05 Linier
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00
62

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (P Value Sig.)
pada baris Deviation from Linearity untuk Variasi Mengajar Guru sebesar 0,687
dan Keaktifan belajar siswa sebesar 0,196. Karena signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel Variasi Mengajar Guru (X) dan
Keaktifan belajar siswa (X2) dan Kesulitan belajar siswa (Y) terdapat hubungan
yang linear.

3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah variabel independen
yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model terdapat hubungan
yang sempurna atau tidak. Pengujian Multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. VIF > 10, atau tolerance < 0,1 terjadi multikolinearitas


b. VIF < 10, atau tolerance > 0,1 tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Toleranc
Variabel VIF α Keterangan
e
Variasi Mengajar Guru 0,749 1,334 10 Tidak terjadi multikolinieritas
Keaktifan belajar siswa 0,749 1,334 10 Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber : Data primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa VIF < 10 dan nilai
toleransi > 0,1, sehingga tidak terjadi multikolinieritas.

4. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Model regresi yang baik yaitu yang homoskedastisitas, yakni variance
63

dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain bersifat tetap. Deteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.


b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
Ringkasan hasil perhitungan data selengkapnya disajikan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 4.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
taraf
Variabel Sig. Kesimpulan
signifikansi
Variasi Mengajar Guru 0,05 0,077 Bebas Heteroskedastisitas
Keaktifan belajar siswa 0,05 0,061 Bebas Heteroskedastisitas
Sumber : Data primer diolah, 2018

5. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari
serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu
(jika datanya time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan (jika
datanya cross sectional). Autokorelasi terjadi apabila ada kesalahan pengganggu
(error of diturbance/ui) suatu periode berkorelasi dengan kesalahan periode
sebelumnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya korelasi adalah uji
Durbin-Watson. Adapun untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi adalah dengan
menggunakan metode Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat ditampilkan
dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.11
64

Hasil Uji Autokorelasi


Durbin-Watson Ketentuan Kesimpulan
1,975 1.500 - 2,500 Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai Durbin Watson sebesar 1,975,
dimana hasil ini terletak 1,500 - 2,500, sehingga tidak terjadi autokorelasi positif
atau negatif.

D. Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis untuk mengetahui
pengaruh dari Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan belajar siswa terhadap
Kesulitan belajar siswa. Alat analisis ini dibantu menggunakan program
komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21.00. Hasil uji analisis
regresi linier berganda ada di lampiran 10 yang disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model B t Sig.

(Constant) 61,495

Variasi Mengajar Guru -0,388 -6,576 0,000

Keaktifan belajar siswa -0,314 -4,784 0,000


Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS versi 21.00

Dalam analisis regresi linier berganda ini, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Y = a + b 1X + b2X2 + e
65

Dimana :

Y = Kesulitan belajar siswa

X = Variasi Mengajar Guru

X2 = Keaktifan belajar siswa

b = Koefisien Regresi

e = Variabel Gangguan

Dari hasil tersebut, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:


Y = 61,495 - 0,388X1 - 0,314X2
a = 61,495 Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan
bahwa nilai variabel variasi mengajar guru dan keaktifan belajar
siswa dianggap konstan, maka akan mempengaruhi kesulitan
belajar siswa
b1 = -0,388 Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan
pengaruh positif yaitu apabila variasi mengajar guru semakin
baik maka kesulitan belajar semakin rendah.
b2 = -0,314 Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan
pengaruh positif yaitu apabila keaktifan siswa semakin
meningkat maka kesulitan belajar semakin rendah.
2. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh masing-maing
variabel bebas (Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan belajar siswa), sehingga
dapat diketahui apakah dugaan yang sudah ada dapat diterima atau tidak secara
individu adalah:
a. Uji t yang berkaitan dengan Variasi Mengajar Guru (X) terhadap
Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper (Y)
Langkah-langkah pengujian :
66

1) Komposisi hipotesis
H0 : 1 = 0, berarti tidak ada pengaruh Variasi Mengajar Guru
terhadap Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI
IPS SMAN 1 Ceper.
H1 : 1  0, berarti ada pengaruh Variasi Mengajar Guru terhadap
Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI IPS SMAN
1 Ceper.
2) Level of significant = 0,05
3) Nilai t tabel = t /2; (n-k-1)
= t 0,025; 80 - 2 - 1
= -1,991
Ho diterima apabila -t tabel < thitung <-ttabel
Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel
4) Nilai t hitung
Dari hasil perhitungan komputer SPSS versi 21.00 dapat diperoleh
thitung sebesar -6,576.

D a e ra h D i
d ite rim a
D a e ra h D i to la k D a e ra h D i to la k

-6,576 -1,991 -1,991

5) Kesimpulan
Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil dari t hitung = -6,576 >
ttabel = -1,991, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh yang signifikan Variasi Mengajar Guru terhadap Kesulitan
belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 yang
menyatakan “Adanya pengaruh variasi mengajar guru dalam
67

pembelajaran akuntansi terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS


pada siswa SMAN 1 Ceper” terbukti kebenarannya.
b. Uji t yang berkaitan dengan Keaktifan belajar siswa (X 2) terhadap
Kesulitan belajar siswa (Y)
Langkah-langkah pengujian :
1) Komposisi hipotesis
H0 : 2 = 0, berarti tidak ada pengaruh Keaktifan belajar siswa
terhadap Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI
IPS di SMAN 1 Ceper.
H1 : 2  0, berarti ada pengaruh Keaktifan belajar siswa terhadap
Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI IPS di
SMAN 1 Ceper.
2) Level of significant = 0,05
3) Nilai t tabel = t /2; (n-k-1)
= t 0,025; 80 - 2 - 1
= -1,991
Ho diterima apabila -t tabel < thitung <-ttabel
Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel
4) Nilai t hitung
Dari hasil perhitungan komputer SPSS versi 21.00 dapat diperoleh
thitung sebesar -4,784.

D a e ra h D i
d ite rim a
D a e ra h D i to la k D a e ra h D i to la k

5) Kesimpulan
-4,784 -1,991 -1,991
Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil dari t hitung = -4,784 >
ttabel = -1,991, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada
68

pengaruh yang signifikan Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan


belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 yang
menyatakan “Adanya pengaruh keaktifan siswa dalam pembelajaran
akuntansi terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa
SMAN 1 Ceper” terbukti kebenarannya.
3. Uji F
Uji F untuk mengetahui apakah Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan
belajar siswa secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti
(signifikan) terhadap Kesulitan belajar siswa pada Siswa kelas XI IPS SMAN
1 Ceper.
Langkah-langkah pengujian :
a. Komposisi hipotesis
Ho : 1 = 2 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan Variasi Mengajar
Guru dan Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan
belajar siswa secara individu pada Siswa kelas XI IPS di
SMAN 1 Ceper secara bersama-sama.
H1 : 1  2  0, ada pengaruh yang signifikan Variasi Mengajar Guru dan
Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan belajar siswa
secara individu pada Siswa kelas XI IPS di SMAN 1
Ceper secara bersama-sama.
b. Level of signifikan = 0,05 = 5%
c. Nilai F tabel = F 0,05; (n - k - 1) = 0,05; (80 – 2 – 1)
F 0,05 : 3,115
d. Mencari nilai F hitung
2
R /k
Fhitung = 2
(1−R )/(n−k−1 )
0 ,629 /2
Fhitung =
(1−0 ,629 )/(77 )
69

Fhitung = 65,138 (hasil komputer SPSS versi 21.00)


Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
K = Banyaknya prediktor, yaitu X 1 dan X2
N = Banyaknya sampel

D a e ra h D i
d ite rim a
D a e ra h D i to la k D a e ra h D i to la k
3,115 65,138

e. Kesimpulan
Dengan didapatnya F hitung = 65,138 > Ftabel = 3,115, maka Ho ditolak
sehingga secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan Variasi
Mengajar Guru (X 1) dan Keaktifan belajar siswa (X 2) terhadap Kesulitan
belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 3 yang
menyatakan “ Adanya pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa
terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper”
terbukti kebenarannya.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui berapa besar
variasi Y yang dapat dijelaskan oleh variasi X, yaitu untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh Variasi Mengajar Guru (X 1) dan Keaktifan belajar
siswa (X2) terhadap Kesulitan belajar siswa (Y) secara bersama-sama. Dari
hasil perhitungan komputer program SPSS versi 21.00 diperoleh R 2 = 0,629,
ini dapat diartikan bahwa 62,9% perubahan/variasi Y Kesulitan belajar siswa
SMAN 1 Ceper) dikarenakan oleh adanya perubahan/variasi variabel X
(Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan belajar siswa) sedangkan 37,1%
selebihnya dikarenakan oleh adanya pengaruh variabel lain.
5. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
70

Sumbangan Relatif hasil perhitungan SR Variasi Mengajar Guru (X 1)


sebesar 60,4% dan Keaktifan belajar siswa (X 2) sebesar 39,5%.
Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) untuk Variasi Mengajar Guru (X 1)
sebesar 38% dan Keaktifan belajar siswa (X 2) sebesar 24,9%.

E. Pembahasan
1. Pengaruh Variasi Mengajar Guru terhadap Kesulitan belajar siswa pada Siswa
Kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper
Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh hasil nilai koefisien sebesar b1 =
-0,388, berarti besar nilai koefisien regresi untuk variabel variasi mengajar
guru sebesar -0,388. Hal ini berarti apabila variasi mengajar guru semakin baik
maka kesulitan belajar semakin rendah. Variasi mengajar guru berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS di SMAN
1 Ceper. Hal ini terbukti dari hasil uji t dapat diperoleh nilai thitung = -6,576 >
ttabel = -1,991, sehingga ada pengaruh yang signifikan Variasi Mengajar Guru
terhadap Kesulitan belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
1 yang menyatakan “Adanya pengaruh variasi mengajar guru dalam
pembelajaran akuntansi terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa
SMAN 1 Ceper” terbukti kebenarannya.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan adanya kesamaan penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawitama (2015) Ibadi (2009) bahwa variasi mengajar
berpengaruh positif terhadap kesulitan belajar. Kesulitan belajar erat
hubungannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, karena kesulitan belajar
merupakan hambatan bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk mecapai hasil
belajar yang baik. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh variasi mengajar guru,
variasi mengajar guru dalam proses belajar mengajar memungkinkan siswa untuk
menjadi dinamis dalam belajar, mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa,
menarik perhatian siswa, menolong penerimaan pelajaran, dan memberikan
stimulasi. Mengacu peada penelitian Ismail (2015) menyimpulkan bahwa ada
71

pengaruh variasi mengajar terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas
V MIS Kertijayan Kabupaten Pekalongan. Cara mengajar guru sangat
berpengaruh terhadap pembelajaran di dalam kelas, guru yang menggunakan
variasi dalam proses pembelajarannya dapat membuat minat belajar siswa
menjadi tinggi dan meningkatkan antusiasme pada siswa. Dengan kondisi seperti
ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, dengan
mendapatkan hasil belajar yang baik maka dapat dilihat bahwa variasi mengajar
memungkinkan siswa untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya.
2. Pengaruh Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan belajar siswa pada Siswa
kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper
Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh hasil nilai koefisien sebesar
-0,314, berarti besar nilai koefisien regresi untuk variabel keaktifan siswa sebesar
-0,314. Hal ini berarti apabila keaktifan siswa semakin meningkat maka kesulitan
belajar semakin rendah. Keaktifan siswa berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Ceper. Hal ini terbukti
dari hasil uji t dapat diperoleh nilai thitung = -4,784 > ttabel = -1,991, sehingga
ada pengaruh yang signifikan Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan
belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan
“ Adanya pengaruh keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi terhadap
kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper” terbukti
kebenarannya.
Dari pernyataan di atas di duga keaktifan belajar berpengaruh terhadap
hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Endrawati (2014) yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif keaktifan belajar terhadap hasil belajar
mahasiswa mata kuliah akuntansi perbankan di Universitas Muhammadiyah
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan keaktifan belajar siswa maka akan
berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga akan menuntun
siswa untuk dapat memahami materi pelajaran. Oleh karena itu agar siswa tidak
mengalami kesulitan belajar perlu adanya keaktifan belajar siswa dalam proses
72

belajar mengajar di kelas. Diperkuat dengan pernyataan Devi (2013) bahwa ada
pengaruh positif keaktifan siswa terhadap hasil belajar ekonomi. Artinya
semakin tinggi keaktifan siswa maka hasil belajar ekonomi yang di peroleh juga
akan semakin tinggi.
Pada dasarnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar sesuai yang
diinginkan maka siswa harus meningkatkan kekatifan dalam belajarnya, selain
itu siswa juga harus meningkatkan rutinitas belajar agar dapat menunjukkan
keberhasilan dalam proses belajarnya dan dapat mencapai tujuan. Tujuan yang
dimaksud yaitu siswa paham dengan materi yang diajarkan sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan belajar. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Anggraini
(2015) menyimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan statistika siswa kelas
X MIA1 SMAN 1 Godean. Dengan meningkatkan keaktifan belajar maka
memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, karena
hasil belajar yang baik merupakan penanda bahwa siswa tidak mengalami
kesulitan belajar dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
3. Pengaruh Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan belajar siswa terhadap Kesulitan
belajar siswa pada Siswa kelas XI Jurusan Akuntansi di SMAN 1 Ceper
Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh hasil nilai koefisien sebesar
61,495, artinya kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh variabel variasi mengajar
guru dan keaktifan siswa. Apabila variasi mengajar guru semakin baik dan
keaktifan siswa semakin meningkat maka kesulitan belajar siswa akan rendah. Hal
ini terbukti dari hasil analisis analisis uji F dapat diperoleh hasil nilai Fhitung =
65,138 > Ftabel = 3,115, sehingga secara bersama-sama ada pengaruh yang
signifikan Variasi Mengajar Guru (X 1) dan Keaktifan belajar siswa (X 2)
terhadap Kesulitan belajar siswa. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
3 yang menyatakan Adanya pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa
terhadap kesulitan belajar siswa kelas XI IPS pada siswa SMAN 1 Ceper”
73

terbukti kebenarannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang


dilakukan Endrawati (2014) bahwa keaktifan siswa berpengaruh terhadap hasil
belajar.
Kegiatan dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar
dan siswa berperan sebagai peserta didik. Dengan demikian dalam pembelajaran
di kelas diperlukannya variasi mengajar guru guna menarik perhatian siswa
untuk mengikuti proses belajar mengajar agar siswa tidak merasa bosan dan
jenuh karena cara mengajar guru yang monoton. Pernyataan tersebut diperkuat
oleh Kurniawitama (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara
variasi mengajar guru terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VII
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015.
Namun berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pula
pada sejauhmana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif
bertanya, berlatih soal, mencoba memecahkan masalah, dan sebagainya.
Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik merupakan hal yang diharapkan
seluruh siswa. Cara mengajar guru sangat berpengaruh terhadap pembelajaran di
dalam kelas, guru yang menggunakan variasi dalam pembelajarannya dapat
membuat minat siswa menjadi tinggi dan meningkatkan antusiasme pada siswa.
Guru yang menggunakan variasi mengajar dalam proses belajar mengajar
dan disertai dengan keaktifan siswa maka kemungkinan terjadinya kesulitan
dalam belajar akan lebih sedikit, karena kedua unsur agar proses belajar
mengajar terlaksana dengan baik sudah terpenuhi.

F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari Penelitian yang dilaksanakan ini memiliki keterbatasan.
Keterbatasan ini perlu diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang
maupun pembaca. Keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
74

1. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan


kuisioner dalam pengambilan jawaban dari responden, sehingga penulis tidak
mengawasi secara langsung atas pengisian jawaban tersebut. Kemungkinan
jawaban dari responden tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya
dikarenakan kondisi-kondisi tertentu masing-masing responden.
2. Faktor pengaruh Kesulitan belajar siswa, terbatas pada variabel Variasi
Mengajar Guru dan Keaktifan belajar siswa, sehingga cakupannya kurang
luas untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen
sumberdaya manusia.
3. Lingkup penelitian terbatas pada satu tempat saja yaitu Siswa di
SMAN 1 Ceper dan waktu yang digunakan dalam penelitian terbatas ,
sehingga hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan universitas lainnya yang
sejenis dan hasil penelitian kurang maksimal.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh negatif variasi mengajar guru terhadap kesulitan belajar siswa
pada pembelajaran akuntansi. Variasi mengajar guru memberikan sumbangan
efektif sebesar 38% terhadap hasil belajar.
2. Ada pengaruh negatif keaktifan siswa terhadap kesulitan belajar dalam
pembelajaran akuntansi. Keaktifan siswa memberikan sumbangan efektif
24,9% terhadap hasil belajar.
3. Ada pengaruh variasi mengajar guru dan keaktifan siswa terhadap kesulitan
belajar dalam pembelajaran akuntansi. Variasi mengajar guru memberikan
sumbangan efektif sebesar 38% dan keaktifan siswa memberikan sumbangan
efektif sebesar 24,9% terhadap hasil belajar.

B. Implikasi Penelitian
Temuan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variasi
mengajar guru dan keaktifan belajar siswa berpengaruh terhadap kesulitan belajar
siswa, sebagai berikut.
1. Ada pengaruh variasi mengajar guru terhadap kesulitan belajar siswa, dengan
adanya variasi mengajar guru yang baik dalam pembelajaran akuntansi maka
kesulitan belajar yang dialami siswa akan rendah.
2. Keaktifan siswa terhadap kesulitan belajar siswa, dengan meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi maka kesulitan belajar yang
dialami siswa akan rendah.

75
76

C. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran kepada:

1. Bagi para peneliti


Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya mengembangkan penelitian
ini dengan menambah variabel lain karena masih banyak faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah agar dapat
memotivasi guru untuk melakukan variasi mengajar dalam pembelajaran dan
agar dapat tercapainya tujuan pendidikan sesuai yang diinginkan.
3. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi para
guru di SMAN 1 Ceper khususnya dalam variasi mengajar guru serta bagi guru
diharapkan selalu melakukan evaluasi terkait dengan kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran, agar siswa mendapatkan hasil belajar
sesuai yang diinginkan. Dimana selama ini hasil belajar siswa telah secara
maksimal dicapai sehingga diperlukan adanya suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.

4. Bagi Siswa
Diharapkan siswa bisa lebih meningkatan keaktifan belajar dengan rajin
belajar dan bertanya kepada guru tentang materi yang belum dimengerti sehingga
dapat mengurangi adanya kesulitan belajar dan agar dapat mencapai hasil belajar
yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Novita Rizki. 2015. Pengaruh Motivasi dan Keaktifan Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas X
MIA1 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi thesis.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Devi, Yunia Mita. 2013. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Ditinjau Dari Keaktifan Siswa
dalam Proses Belajar Mengajar dan Fasilitas Belajar Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Endrawati, Susi. (2014). Hasil Belajar Akuntansi Perbankan Ditinjau Dari Keaktifan
Belajar dan Kemandirian Belajar Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tahun Angkatan 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ibadi, Mahfud. 2009. Pengaruh Presepsi Mahasiswa tentang Variasi Mengajar Dosen
Terhadap Hasil Belajar dalam Mata Kuliah Teknik Permesinan. Jurnal Nasional.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Islahuzzaman. 2012. Istilah-Istilah Akuntansi dan Auditing. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ismail, Ghofar. 2015. Pengaruh Variasi Mengajar Terhadap Hasil Belajar Mata
Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MIS Kertijayan Kabupaten Pekalongan Tahun
Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pekalongan: Program Studi Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri.

Kurniawitama, Ade. 2015. Pengaruh Variasi Mengajar Guru dan Keaktifan Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

77
78

Sosial Kelas VII Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Ajaran


2014/2015. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moedjiono dan Hasibuan. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan


Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

Murtiyasa, Budi dkk. 2014. Pedoman Menulis Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samisih. 2014. Peran Guru Kelas dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa Sekolah
Dasar Melalui Layanan Bimbingan Belajar. Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha,
ISSN; 2356-3443 Vol. 1 No. 1 Juli 2014.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung:
Alfabeta.

Sutrisno, Hadi. 2004. Metodologi Reseacrh Jilid III. Yogyakarta: Andi.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai