Anda di halaman 1dari 16

Cintya Amalia 1102019047

L2S5 Kelompok 3

Sasaran Belajar :

1. MM. Arbovirus

1.1 definisi

Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus yang hidup bertahan di alam melalui
kontak biologis antara inang vertebrata yang peka dan arthropoda yang hidup dengan
mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal, tungau, dan lain-lain.

1.2 klasifikasi dan morfologi

Morfologi

1. Flaviviridae

2. Bunyaviridae
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

3. Togaviridae

4. Reoviridae

1.3 cara transmisi

Penyakit zoonotik virus Arbo dapat menyebar karena peran vektor potensial dalam
penularannya. Nyamuk berperan sebagai vektor potensial dalam melanjutkan proses
siklus hidup virus dan memindahkannya dari induk semang penderita ke induk semang
rentan tanpa menyebabkan penyakit pada tubuh nyamuk (Forman et al. 2008). Transmisi
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

virus berlangsung melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi oleh virus Arbo.
Nyamuk yang terinfeksi oleh virus Arbo dapat mentransmisikan virus sepanjang nyamuk
tersebut tetap terinfeksi. Mulai dari midgut ke kelenjar liur, berbagai organ nyamuk dan
sel telah terbukti terinfeksi virus Arbo seperti trakea, otot, kardia serta kepala dan
nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus kepada generasi berikutnya
melalui transovarian. Nyamuk anautogenous betina perlu makan darah dari induk semang
vertebrata untuk proses produksinya. Oleh karena itu, nyamuk betina jenis ini dapat
bertindak sebagai vektor (Reiter 2010; Kean et al. 2015). Induk semang yang terinfeksi
virus Arbo seperti virus Dengue selanjutnya menjadi sumber virus bagi nyamuk lain
ketika menghisap darah induk semang tersebut.

Transmisi didahului oleh replikasi biologis virus di dalam tubuh vektor arthropoda
(Pfeffer & Dobler 2009; Hall et al. 2012). Virus yang masuk ke tubuh induk semang
melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah sampai timbul gejala
seperti demam. Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi darah induk semang
disebut sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah
induk semang dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk dan
berkembang selama 8-10 hari sebelum virus Arbo siap ditularkan kepada induk semang
lain. Virus di dalam darah selama fase viremia akan diperbanyak pada jaringan vektor
arthropoda potensial dengan meningkatkan titer virus dalam kelenjar air liur, kemudian
menggigit induk semang dengan memindahkan virus melalui air liur (Preiser 2010;
Weaver & Reisen 2010). Rentang waktu yang di perlukan untuk inkubasi ekstrinsik
tergantung pada kondisi lingkungan terutama temperatur sekitar. Virus dalam darah yang
diisap juga masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri
dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk di dalam kelenjar air liurnya. Setelah
nyamuk betina mencerna makanan darah yang terinfeksi, maka perlu masa inkubasi
ekstrinsik 5-10 hari sebelum virus dilepaskan dalam air liur. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap
tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dipindahkan dari nyamuk ke induk semang
lain (Glass 2005).
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

Ilustrasi skema penularan penyakit zoonotik virus Arbo (Gambar 1) menunjukkan bahwa
unggas/hewan liar yang terinfeksi harus berinteraksi terlebih dahulu dengan vektor agar
dapat menularkan virus Arbo ke hewan lain dan atau manusia (Michael & Woodruff
2008; Bahri & Syafriati 2011). Pada kasus tersebut menunjukkan bahwa air liur dari
vektor arthropoda dapat memainkan peran penting dalam mekanisme transmisi patogen
(Darpel et al. 2011). Sebagai contoh, virus West Nile (Schneider et al. 2006) dapat
menular melalui air liur vektor arthropodanya dan tergantung pada konsentrasi virus di
air liur. Hal ini melibatkan modulasi kekebalan-respon, yang berperan mengatur sitokin
antivirus tertentu. Efek ini diperkirakan dipengaruhi oleh komponen air liur serangga
respon kekebalan tubuh mamalia (Schneider & Higgs 2008).

2. MM. Infeksi virus dengue

2.1 Definisi

 Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virusdengue.
 Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian

2.2 Klasifikasi

i. Demam dengue (kasus probable)

Pasien dengan demam tinggi akut/mendadak dengan minimal dua dari gejala berikut ini: Sakit
kepala, nyeri retroorbital, nyeri otot, nyeri sendi/nyeri tulang, rash, manifestasi perdarahan (Tes
tourniquet positif, petekie, epistaksis), leukopenia. Kriteria laboratorium antibodi HI t1.280 atau
tes ELISA IgM/IgG positif pada masa konvalesens atau adanya konfirmasi kasus dengue di
daerah yang sama.

ii. Demam berdarah dengue

Pasien dengan 2 gejala klinis dan 2 gejala laboratorium sebagai berikut: Demam tinggi
mendadak selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan minimal torniket positif, jumlah trombosit di
bawah 100.000/ cumm, hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit t20%) atau adanya bukti
kebocoran plasma lain, seperti asites, efusi pleura, kadar protein/albumin/ kolesterol serum yang
rendah. Albumin d3,5 ng% atau kolesterol <100 mg% pada pasien anak nonmalnutrisi
dipertimbangkan sebagai bukti tidak langsung adanya kebocoran plasma. Hepatomegali tidak
dimasukkan di dalam definisi kasus, karena bergantung dari waktu pemeriksaan dan berbedabeda
antar pemeriksa.
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

iii. Sindroma syok dengue

Memenuhi semua (ke-4) kriteria DBD, ditambah dengan bukti adanya kegagalan sirkulasi yang
ditunjukkan dengan adanya nadi yang cepat dan lemah dan tekanan nadi yang menyempit (t
(<20mmHg (2,7kPa)), atau dengan manifestasi hipotensi (berdasarkan nilai normal untuk umur),
akral dingin, sembab dan gelisah

i. Diagnosis presumtif dengue adalah dengan ditemukannya demam dan dua dari kriteria berikut,
anoreksia dan mual, ruam, pegal-pegal atau nyeri, tanda peringatan, leukopenia, tes torniket (+),
ditambah dengan adanya riwayat orang sekitar yang terinfeksi dengue atau tinggal di / bepergian
ke daerah endemis dengue.

ii. Dengue tanpa tanda peringatan memenuhi kriteria untuk diagnosis presumtif dengue tanpa
tanda peringatan

iii. Dengue dengan tanda peringatan memenuhi kriteria untuk diagnosis presumtif dengue,
dimana salah satu manifestasinya termasuk dalam tanda peringatan, yaitu nyeri perut atau tegang
pada perut, muntah yang persisten, secara klinis didapatkan adanya akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, letargi atau gelisah, pembesaran hati > 2cm, secara laboratorium didapatkan adanya
peningkatan hematokrit yang bersamaan dengan turunnya trombosit secara drastic

iv. Infeksi dengue berat.

 Kebocoran plasma berat yang mengakibatkan:


o Syok (sindrom syok dengue)
o - Akumulasi cairan dengan distres pernafasan
 Perdarahan hebat
 Gangguan organ spesifik yang berat:
o Hati: peningkatan AST atau ALT t1000
o SSP: gangguan kesadaran - Jantung dan organ-organ lainnya
2.3 Etiologi

2.4 Patofisiologi

2.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam
berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan
berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch
lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah
masa krisis 1-hari.
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

I. Gejala awal termasuk:

a. Nafsu makan menurun


b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot e. Perasaan sakit umum f. Muntah

II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

a. Bercak darah di bawah kulit


b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized

d. Memburuknya gejala awal

III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:

a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat

b. Berkeringat

Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:

 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o uji bendung positif
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena
 Pembesaran hati
 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary
refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah

d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.

2.6 Diagnosis Dan Diagnosis Banding

Dasar diagnosis DBD (WHO 1997) :


Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain
(petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesisatau melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun, tekanan darah
menurun disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.

Laboratorium
Trombositopenia (<100.000/ul) dan hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal).
Derajat demam :
I. Demam dengan uji bendung positif
II. Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
III. Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah
IV. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

Pemeriksaan penunjang :
Lakukan pemeriksaan Hb, hematokrit, hitung trombosit, uji serologi HI (Haemagglutination
inhibiting antibody), dengue blot.

Diagnosis serologis

Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis infeksi
dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement fixation (CF), uji netralisasi (NT),
imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent assay capture (MAC-ELISA),
dan imunoglobulin G langsung ELISA. Terlepas dari uji yang digunakan, diagnosis
serologi tegas tergantung signifikan (empat kali lipat atau lebih) kenaikan titer antibodi
spesifik antara sampel serum fase akut dan fase sembuh. Antigen baterai untuk sebagian
besar tes serologi harus mencakup semua serotipe dengue empat virus, flavivirus lain
(seperti virus demam kuning, virus ensefalitis Jepang, atau St Louis ensefalitis virus),
nonflavivirus (seperti virus Chikungunya atau timur kuda virus ensefalitis ), dan idealnya,
kontrol jaringan antigen yang tidak terinfeksi.
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena sensitif, mudah untuk
dilakukan, hanya membutuhkan peralatan minim, dan sangat tepat jika dilakukan dengan
benar. Karena antibodi HI bertahan untuk waktu yang lama (hingga 48 tahun dan
mungkin lebih lama), tes ini ideal untuk studi seroepidemiologic.

Tes CF tidak sering digunakan untuk pemeriksaan diagnostic serologis secara


rutin. Karena lebih sulit untuk dilakukan, dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan
karena itu tidak digunakan di sebagian besar laboratorium dengue.

NT adalah tes serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Protokol yang paling umum digunakan di laboratorium dengue adalah serum
pengenceran pengurangan plak NT. Secara umum, titer antibodi penetral-naik pada waktu
yang sama atau sedikit lebih lambat dari titer antibodi HI dan ELISA tetapi lebih cepat
daripada titer antibodi CF dan bertahan selama setidaknya 48 tahun.

MAC ELISA adalah tes serologis yang sangat sering digunakan untuk
mendiagnosis dengue yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu. Karena mudah dan
cepat. Anti dengue IgM berkembang menjadi sedikit lebih cepat daripada antibody IgG.
Kespesifikan dari MAC-ELISA sama dengan HI.

PCR

Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah dikembangkan untuk sejumlah virus


RNA dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki potensi untuk merevolusi diagnosis
laboratorium; untuk demam berdarah, RT- PCR menyediakan diagnosis-serotipe spesifik
yang cepat. Metode ini cepat, sensitif, sederhana, dan direproduksi jika dikontrol dengan
baik dan dapat digunakan untuk mendeteksi RNA virus dalam sampel manusia klinis,
jaringan otopsi, atau nyamuk. Meskipun RT-PCR memiliki sensitivitas yang mirip
dengan sistem isolasi virus yang menggunakan C6 / 36 kultur sel, penanganan yang
buruk, penyimpanan yang buruk, dan adanya antibodi biasanya tidak mempengaruhi hasil
PCR seperti yang mereka lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan primer
dari lokasi yang berbeda dalam genom dan pendekatan yang berbeda untuk mendeteksi
produk RT-PCR telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir.

Harus ditekankan, bagaimanapun RT-PCR tidak boleh digunakan sebagai


pengganti isolasi virus. Ketersediaan virus isolat penting untuk karakteristik perbedaan
strain virus, karena informasi ini sangat penting untuk pengawasan dan patogenesis studi
virus. Sayangnya, banyak laboratorium sekarang melakukan tes RT-PCR tanpa kontrol
yang tepat kualitas, yaitu, isolasi virus atau pengujian serologis. Sejak RT-PCR sangat
sensitif terhadap kontaminasi amplikon, tanpa kontrol yang tepat hasil positif palsu dapat
terjadi. Perbaikan dalam teknologi ini, bagaimanapun, harus membuatnya lebih berguna
di masa depan.
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

Diagnosis Banding

1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau
penyakit protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis chikungunya,
malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan
antara DBD dengan penyakit lain.

2. DBD harus dibedakan pada deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh
anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila
dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa
demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular,
injeksi kojungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif,
petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.

3. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi,
misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis, anak sejak semula kelihatan sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas terdapat
leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada hitung jenis).
Pemeriksaan laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi
bakteri dengan virus. Pada meningitis meningkokokus jelas terdapat rangsangan
meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.

4. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh
karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari pertama,
diagnosis ITP sulit dibedakan dendgan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat
menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi, dan pada fase penyembuhan DBD jumlah
trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.

5. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam
tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi
dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia aplastik anak
sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder.

2.7 Tatalaksana

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok


Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

Anak dirawat di rumah sakit


 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–
48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
 Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian
yang terlalu sedikit.

2.8 Komplikasi

Jika tidak tertangani dengan baik, komplikasi demam berdarah yang fatal bisa terjadi. Salah
satunya adalah sindrom syok dengue atau dengue shock syndrome (DSS).
DSS tidak hanya menimbulkan gejala demam berdarah biasa, namun disertai juga dengan
gejala-gejala syok seperti:
 Hipotensi (tekanan darah turun)
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

 Kesulitan bernapas
 Denyut nadi melemah
 Berkeringat dingin
 Pupil mata melebar
Kondisi ini tidak bisa sembuh hanya dengan dibiarkan. Pasalnya, DSS bisa menyebabkan
kegagalan fungsi organ, sehingga mungkin bisa berujung pada kematian.

2.9 Prognosis

Prognosis demam dengue (dengue fever/DF) umumnya baik, dengan angka mortalitas
kurang dari 1 %, namun apabila terjadi syok, maka angka mortalitas bisa lebih buruk.

3. MM Vektor Virus Dengue

3.1 Morfologi dan Daur Hidup

1) Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus


a. Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna putih saat pertama kali di keluarkan, lalu menjadi
berwarna coklat kehitaman. Telur berbentuk oval, dengan panjang kurang lebih 0,5 mm.
Saat diletakkan telur berwarna putih, 15 menit kemudian telur berubah warna menjadi
abu-abu kemudian menjadi hitam. Telur menetas dalam waktu 1-2 hari dan TPA yang
disukai adalah yang berisi air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung
(Sucipto, 2011).

b. Larva (jentik)
Larva Aedes aegypti terdiri dari kepala, toraks dan abdomen, yang bergerak
sangat lincah dan sangat sensitif terhadap getaran dan cahaya. Jentik-jentik nyamuk
dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air dan pada waktu
istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar
dinding tempat penampung air sedangkan Aedes albopictus hidup dan berkembang di
kebun dan semak-semak (Sembel, 2009).
Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
instar II : berukuran 2,5-3,8 mm
instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
instar IV : berukuran paling besar 5 mm.
larva mengambil makanannya di dasar TPA sehingga di sebut bottom feeder, dan
mengambil oksigen di udara. Larva menjadi pupa membutuhkan waktu 7 – 9 hari
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

untuk larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat hidup pada suhu sekitar 25ºC -
30ºC (Kemenkes RI, 2014).

c. Pupa
Pupa berbentuk seperti “koma” lebih besar namun lebih ramping dibanding
jentiknya. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
Gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Masa stadium pupa Aedes
aegypti normalnya berlangsung antara 2 hari (Kemenkes RI, 2014).

d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada
bagian badan dan kaki. Vektor DBD adalah nyamuk Aedes aegypti betina. Perbedaan
morfologi antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan yang jantan terletak pada
perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan memiliki antena berbulu lebat
sedangkan yang betina berbulu agak jarang/tidak lebat. Umur nyamuk betina 8-15 hari,
nyamuk jantan 3-6 hari dan seekor nyamuk betina Aedes aegypti setelah 3 hari
menghisap darah mampu menghasilkan 80-125 butir telur dengan rata-rata 100 butir
telur (Sucipto, 2011).
Nyamuk Aedes albopictus dewasa mempunyai ciri-ciri fisik sebagai berikut torak
mempunyai gambaran sebuah pita putih longitudinal. Albopictus yang juga berwarna
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Sembel, 2009).

Daur hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorphosis
sempurna, yaitu : telur-jentik (larva)-pupa-nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di
dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ± 2 hari setelah
telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 608 hari, dan stadium kepompong
(pupa) berlangsung antara 24 hari. Pertumbuhan dan telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10
hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan (Kemenkes RI, 2014).

3.2 Perilaku Vektor Virus Dengue

Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada waktu siang hari seperti Aedes aegypti dan Aedes
albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat- tempat penampungan air bersih
atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga (di rumah, sekolah, kantor,
atau di pekuburan), kaleng-kaleng, atau kantung-kantung plastic bekas, di atas lantai gedung
terbuka, talang rumah, bambu pagar, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan, tempurung
kelapa, ban-ban bekas, dan semua bentuk container yang dapat menampung air bersih. Jentik-
jentik nyamuk (nyamuk muda) dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat
penampungan air tersebut. Kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vector utama
penyakit demam berdarah (Sembel, 2009).

3.3 Epidemiologi

Aedes aegypti L adalah spesies nyamuk tropis dan subtropics yang ditemukan dibumi,
biasanya antara garis lintang 35 U dan 35 S, kira-kira berhubungan dengan musim dingin
isothenn 10 C. Meski, Aedes aegypti L telah ditemukan sampai sejauh 45 U, invasi ini telah
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

terjadi selama musim hangat. Dan nyamuk tidak hidup pada musim dingin. Distribusi Aedes
aegypti L juga dibatasi oleh ketinggian. Ini biasanya tidak ditemukan di atas ketinggian 1000 m
tetapi lelah dilaporkan pada ketinggian 2121 m di India (Ester, 1999).

Aedes aegypti L tersebar luas diseluruh Indonesia, spesies ini ditemukan di kota-kota,
pelabuahan yang penduduknya padat, juga ditemukan didaerah pedesaan yang terletak disekitar
kota pelabuhan. Penyebaran Aedes aegypti L dari pelabuhan ke desa disebabkan karena larva
Aedes aegypti L terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda-benda berisi air hujan
yang mengandung larva nyamuk ini

3.4 Cara Penularan

3.5 Pencegahan

Langkah utama mencegah terjadinya wabah DBD adalah menjaga kebersihan lingkungan.
Selama bertahun-tahun, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mendorong masyarakat
melakukan pencegahan DBD 3M. Saat ini, langkah pencegahan DBD 3M telah berkembang
menjadi pencegahan DBD 5M. Berikut berbagai langkah pencegahan DBD yang dapat Anda
lakukan untuk melindungi keluarga dari risiko DBD.
1.  Menguras Tempat Penampungan Air

Bagi Anda yang menggunakan bak mandi, dianjurkan mengurasnya secara berkala, minimal
sekali dalam seminggu. Dalam situs CNN Indonesia, Guru Besar Divisi Infeksi dan Penyakit
Tropis Departemen Ilmu Kesehatan FKUI-RSCM, Sri Rezeki Hadinegoro, menjelaskan tindakan
menguras bak mandi bertujuan memutus siklus hidup nyamuk yang hanya berumur 2–3 bulan
dari telur hingga dewasa dan mati. 

Ia menambahkan, telur nyamuk Aedes aegypti menetas dua hari setelah menyentuh air. Setiap
hari, nyamuk bertelur sebanyak tiga kali. Bisa dibayangkan bila air tidak pernah dikuras, berapa
banyak jentik yang hidup dan menjadi nyamuk.

Setelah menguras bak mandi, pastikan Anda juga membersihkan dindingnya karena kadang telur
nyamuk juga menempel di situ. Setelah itu, taburi air dengan bubuk larvasida yang berfungsi
membunuh telur dan jentik nyamuk di genangan air sebelum menjadi dewasa.

2.  Menutup Rapat Tempat Penampungan Air

Langkah ini merupakan bagian dari pencegahan DBD 3M. Bak mandi biasanya memang tidak
ditutup. Namun, Anda dapat menutup tempat penampungan air lainnya, terutama yang berukuran
kecil seperti ember, baskom, atau gentong. Tutup rapat agar nyamuk tidak bisa masuk dan
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

berkembang biak di dalamnya. Jangan lupa juga untuk mengurasnya secara berkala, setidaknya
dua kali dalam seminggu, dan menaburi air dengan bubuk larvasida.

3.  Mengubur Barang Bekas

Barang-barang bekas yang menumpuk dan lama tidak digunakan juga bisa menjadi tempat
tinggal nyamuk Aedes aegypti. Karena itu, jangan biarkan barang-barang bekas menumpuk
begitu saja. Anda dapat menguburnya atau mendaur ulangnya untuk kegunaan lain.

4.  Menggunakan Obat Anti-Nyamuk

Bila musim hujan datang dan risiko DBD meningkat, Anda dapat menggunakan obat anti-
nyamuk di rumah. Selain obat nyamuk bakar, kini juga ada obat nyamuk elektrik yang dapat
mengusir nyamuk, serta obat nyamuk semprot.
Selain obat nyamuk, Anda juga bisa menggunakan losion anti-nyamuk yang dioleskan di bagian
tubuh yang tidak tertutup pakaian. Oleskan losion ini pada pagi dan sore hari, saat Aedes
aegypti sedang aktif mencari mangsa. Bisa jadi, Anda perlu mengulang pengolesan losion
beberapa kali. Ikuti petunjuk pemakaian losion yang tertera di kemasannya.
5.  Mengenakan Pakaian Tertutup saat ke Luar Rumah
Anda juga dapat melakukan pencegahan DBD dengan mengenakan pakaian yang menutupi
seluruh lengan maupun kaki. Langkah ini merupakan bagian dari pencegahan DBD 5M.
Kenakan pakaian tertutup terutama saat Anda ke luar rumah.
6.  Menggunakan Kelambu
Selain memberantas sarang nyamuk di sekitar dan di dalam rumah, Anda juga bisa melakukan
langkah-langkah pencegahan DBD lainnya, seperti menggunakan kelambu saat tidur.
Penggunaan kelambu dapat melindungi Anda dari gigitan Aedes aegypti saat tidur.
7.  Meletakkan Tanaman Pengusir Nyamuk di Dalam Rumah
Ternyata ada beberapa jenis tanaman yang efektif membuat nyamuk tidak betah berada di dalam
rumah Anda. Contoh tanaman pengusir nyamuk yaitu serai wangi, lemon balm, lavender, catnip,
dan geranium. 
Cukup letakkan tanaman di dalam pot kecil di lokasi yang strategis, seperti di sudut ruangan, di
dekat jendela, atau di dekat pintu masuk. Ruangan tidak hanya terbebas dari nyamuk, tetapi juga
tampak lebih indah dan segar. Untuk tanaman yang tidak bisa ditanam di pot, seperti serai
dan lemon balm, dapat ditanam di pekarangan rumah.
8.  Menghentikan Kebiasaan Menggantung Pakaian
Cintya Amalia 1102019047
L2S5 Kelompok 3

Gantungan pakaian ternyata merupakan salah satu tempat tinggal favorit nyamuk. Ada baiknya
Anda menghindari menggantung terlalu banyak pakaian di gantungan, terutama yang terletak di
belakang pintu yang gelap dan lembap. Nyamuk senang tinggal di area gelap dan lembap.
Pakaian pun sebaiknya tidak digantung berhari-hari agar nyamuk tidak menjadi terlalu nyaman
hingga bersarang di tumpukan pakaian. 
Biasanya petugas RT atau RW akan berkoordinasi dengan petugas kelurahan dan kecamatan
untuk melakukan fogging atau pengasapan. Fogging adalah proses penyemprotan pestisida atau
insektisida kimia dalam bentuk aerosol untuk membunuh nyamuk.
Pelaksanaan fogging tidak bisa sembarangan dan harus mengikuti peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan fogging yang tidak sesuai aturan bisa jadi berbahaya dan sia-sia. Fogging harus
dilakukan pada waktu nyamuk Aedes aegypti sedang aktif mencari mangsa, yaitu antara pukul 8–
11 pagi dan 2–5 sore.

Wabah DBD juga banyak menyerang anak. Maka itu, orang tua perlu mewaspadai penyakit ini
dan melakukan langkah-langkah pencegahan DBD pada anak. Umumnya, pencegahan DBD
pada anak serupa dengan pencegahan pada orang dewasa. Berikut panduan bagi orang tua:
 Jaga kebersihan lingkungan, rumah, dan kamar anak.
 Ingatkan anak agar tidak menumpuk pakaian atau barang-barangnya karena tumpukan itu
dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk.
 Ingatkan anak untuk mengenakan pakaian tertutup saat ia keluar rumah.
 Saat menggunakan losion anti-nyamuk pada anak, ikuti panduan yang tertera di
kemasannya.
 Losion anti-nyamuk tidak boleh dioleskan pada bayi berusia di bawah 2 bulan.
 Hindari mengoleskan losion ke bagian tubuh anak yang sedang terluka.
 Hindari menggunakan produk antinyamuk yang menggantung minyak lemon
eucalyptus (OLE) atau para-menthane-diol (PMD) untuk anak yang berusia di bawah 3
tahun.
 Untuk produk antinyamuk semprot (spray), orang tua perlu menyemprotkannya ke
tangan mereka lebih dulu, baru dioleskan ke wajah anak.
 Berikan vaksinasi Dengue. Vaksin ini masih belum tersedia secara luas, tetapi sudah
disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Perlindungan dari vaksin
Dengue paling efektif bila diberikan kepada anak berusia 9–16 tahun. Vaksin ini belum
dapat diberikan kepada anak yang berusia di bawah 9 tahun. 
 Berikan anak makanan kaya vitamin C yang dapat meningkatkan imunitasnya, seperti
buah jambu biji.

Anda mungkin juga menyukai