Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga


sering disebut juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana
bahan-bahan organic mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber
energy. Menurut J.H.Crawford (2003), kompos adalah hasil penguraian tidak
lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau an
aerobic (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).
Secara alami bahanbahan organic yang berada di alam akan mengalami
proses penguraian (dekomposisi) dengan bantuan mikroba maupun biota yang
ada didalam tanah. Namun proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologiteknologi
pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang dan
teknologi tinggi (canggih). Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan ini meniru berdasarkan pada proses penguraian yang terjadi
secara alami. Hanya saja pada saat proses penguraianya dioptimalkan dengan
sedemikian rupa sehingga proses penggomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efesien.Teknologi pengomposan pada saat ini menjadi sangat
penting terutama dalam mengatasi permasalahan limbah organic, seperti
sampah dikota-kota besar, limbah organik industry, serta li mbah pertanian
dan perkebunan.
Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk anorganik yang terus
melambung. Disamping itu pemakaian pupuk kimia yang terus menerus
membuat tanah menjadi keras dan tandus, sehingga keseimbangan Ekosistem
mikroorganisme dan cacing tanah terganggu bahkan akan menyebabkan mati
(punah). Penggunakan pupuk organik (berupa kompos) mendapat perhatian
dari semua kalangan karena bahan baku pembuatan kompos ini selalu tersedia
secara berlimpah di alam. Selain itu pupuk kompos mampu memperbaiki sifat
fisik, kimiawi, dan biologi tanah.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Tiori

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan


sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur,
sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang
melebihi 30 (Sutedjo, 2002).
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih
mentah apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak
bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar
bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya
sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk
mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)
Proses pengomposan akan segera terjadi dan berlangsung setelah bahan-
bahan mentah tercampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap
awal, oksigen dan senyawa-senyawa lainnya yang muda terdegradasi akan
segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofik, sehingga suhu pada tumpukan
kompos akan meningkat dengan cepat, diikuti dengan meningakatnya pH
pada kompos. Pada saat proses dekomposisi berlangsung maka
suhu akan meningkat diatas 500-70oC. Suhu ini akan tetap tinggi
selama waktu tertentu, dan mikroba yang aktif pada kondisi suhu tinggi ini
adalah mikroba Termofik. Pada saat inilah terjadi proses
dekomposisi/penguraian bahan-bahan organic sangat aktif oleh mikroba.
Dengan bantuan oksigen mikrobamikroba yang berada didalam
tumpukan kompos menguraikan bahan organic menjadi CO2, uap air
sehingga  tumpukan kompos menjadi panas.
Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu secara berangsur-angsur
akan mengalami penurunan, dan pada saat inilah terjadi
proses pematangan kompos. Pematangan kompos tingkat lanjut akan
membentuk kompleks liat humus. Selama proses pengomposan, bahan-bahan
organic yang digunakan dalam pembuatan kompos akan mengalami
penyusutan volume maupun biomassa bahan. Penyusutan volume ini bisa
mencapai 30-40% dari volume bobot awal bahan.
Pada dasarnya   semua   bahanbahan   organik   padat   dapat  
dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah
organik pasar/kota, kertas, dan limbah-limbah pabrik/industry. Proses
pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama hingga 3 bulan.
Sehingga di akhir-akhir ini banyak dikembangkan pupuk organik yang dibuat
secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba dekomposer yang telah
diketahui sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses
pelarutan mineral-mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa
kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam-garam yang dapat diserap oleh
akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa kompleks batuan akan
terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat sehingga menjadi tersedia bagi
tanaman (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).
Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki keunggulan antara lain
cepat masa fermentasinya , irit biaya dan kompos yang dihasilkan memiliki
karakter kompos yang baik misalnya bau warna dan C/N ratio kompos. Dari
hasil percobaan kompos yang menggunakan bahan baku limbah tumbuhan
kacang tanah menghasilkan kompos dengan mutu yang baik, jika dilihat dari
tekstur, warna, bau, C/N ratio dan hasil uji coba pada tanaman (Siti
Umniyatie,dkk, 1999).
Manfaat dari pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara
makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan
mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat
membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak
menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1.Alat dan Bahan

Bahan
Alat

 Ember plastic berukuran 50  Gulma/rumput, pelepah kelapa


liter yang ada tutupnya sawit,jangkos,sekam padi,taik sapi
sebanyak 5 buah
 Gunting
 Parang
 Alat pengaduk
 Tali rapia

3.2.Langkah kerja pembuatan kompos

a) Langkah pertama siapkan bahan baku dan peralatan.


Bahan baku : gulma , pelepah kelapa sawit, jangkos, sekam padi, tai sapi
Alat : parang, ember plastic, karung goni,alat pengaduk
b) Langkah kedua : potong/cacah gulma dan pelepah kelapa sawit hingga
berukuran kecil
c) Langkah ke tiga setiap bahan untuk kompos di masukan ke dalam setiap
bak,
d) Langkah ke empat setiap bahan di tambahkan dengan mikroba
e) Langkah ke lima bahan bahan yang sudah di campur mikroba di aduk rata
f) Langkah ke enam bahan yang sudah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Pengamatan pada praktikum ini dilakukan setelah 1 minggu, adapun hasil
pengamatan yang di peroleh selama 1 bulan adalah sebagai berikut :

4.2.Pembahasan
Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifikal oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik).
Pada pembuatan kompos ini melalui metode Komposter (ember plastik) dan
menggunakan bahan baku dari sampah dapur (Sayuran dan buah-buahan), sampah
daun-daun kering (Serbuk gergaji, serutan kayu, jerami, sekam padi, dan kulit
jagung), serta EM4 (Efective Mikroorganisme) dan Moretan (yang dibuat pada
praktikum 1).
Adapun fungsi-fungsi yang dimiliki dari berbagai bahan yang digunakan
diantaranya yaitu : serbuk gergaji memiliki daya serap air, dan mengandung unsur
karbon yang tinggi, selain itu serbuk gergaji ini dapat di jadikan sebagai bahan
baku pembuatan kompos. Semakin halus ukuran partikel serbuk gergaji,
maka daya serap air dan bau yang dimilikinya semakin besar. Sedangkan sekam
padi dan jerami berfungsi untuk mengikat logam berat dan dapat menggemburkan
tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara di
dalamnya, sekam padi mempunyai kandungan kadar air dalam jumlah yang relatif
kecil. Selain itu ukuran partikel sekam yang relatif kecil dan ringan juga
mempengaruhi dan diperlukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan EM4
(Effective Microorganisme), EM4 merupakan suatu cairan yang berwarna
kecoklatan dan memiliki aroma yang manis asam (segar) yang dimana
didalamnya terdapat campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi proses
penyerapan dan persediaan akan unsur hara.
Persiapan awal yang dilakukan dalam pembuatan kompos ini adalah
menyiapkan bahan-bahan, kemudian bahan bahan tersebut yang berukuran besar
seperti daun-daunan, jerami, dan kulit jagung dicacah dengan menggunakan pisau
atau gunting dengan ukuran 0.5-1 cm, agar bentukbahan menjadi lebih kecil dan
mudah hancur. Setelah bahan dicacah dan di campurkan, bahan-bahan tersebut
dimasukan kedalam komposter (ember plastic), dan diberikan aktivator EM4
sebanyak 2,5 ml yang di larutkan dalam air sebanyak 240 ml dan larutan moretan
sebanyak 240 ml. Larutan EM4 dan moretan ini digunakan karena dapat
mengolah dan menguraikan bahan-bahan organik dengan cepat selama fermentasi
dan hasil yang dibuat  tidak akan menguluarkan aroma yang busuk melainkan
mengeluarkan aroma yang segar.
Aroma awal dari pembuatan kompos yang tercium adalah berbau khas dari
bahan-bahan seperti serbuk gergaji dan sekam, warnanya coklat kemerahan dan
sedikit berwarna cream akibat dari jerami dan kulit jagung, teksturnya kasar, dan
suhunya dingin.
Pengamatan kompos dilakukan seminggu sekali selama satu bulan, dan hasil
pengamatan pada minggu pertama ketika di buka tutupnya terdapat uap,yang
tercium adalah berbau menyengat, asam segar serbuk gergaji yang menyengat,
warnanya coklat, suhunya pada bagian tengah panas sekitar 40-500C, ketika kopos
di balikan berasap,  ini terjadi karenaadanya proses pertukaran O2, teksturnya
kasar (potongan sampah masih terlihat jelas), hal ini menunjukkan bahwa kompos
belum matang.
Sedangkan pada minggu kedua saat tutup dibuka masih ada uap air, bau sudah
tidak terlalu menyengat, berbau khas sekam dan kayu, warnanya menjadi coklat
tua, suhunya hangat sekitar 35-450C, teksturnya kasar (potongan sampah agak
hancur), lebih mudah hancur ketika diaduk, dan terdapat mikroorganisme serta
tanaman yang tumbuh berkecambah. Dilihat dari tektur dan suhu hal ini
menujukan bahwa kompos masih belum matang juga.
Pada minggu ketiga, pada saat tutup dibuka masih beruap, aroma kompos bau
seperti tanah, warnanya menjadi coklat kehitaman, suhunya agak dingin, dan
teksturnya semakin mudah hancur dan agak kering hal ini menujukan proses
pematangan dan kompos mengalami penyusutan atau berkurang.
Dan pada pengamatan keempat,pada saat tutup dibuka ada sedikit uap
air, aroma kompos bau tanah, warnanya coklat kehitaman semakin pekat, suhunya
dingin berkisar 300C hal ini terjadi karena pembuatan kompos telah melewati
proses hidrolisis, teksturnya kering, mudah hancur, agak halus dan remah. Disini
kompos sudah dapat dikatakan sudah matang.

BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Pembuatan kompos yang berasal dari sampah sayuran dan daun kering
dipengaruhi oleh faktor, suhu, sumber karbon dan nitrogen, kelembaban, aerasi
dan ukuran partikel dan penambahan aktivator yang digunakan. Kompos yang
telah matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi  coklat kehitaman
menyerupai tanah, teksturnya menyerupai tanah (remah), suhunya tidak beda jauh
dengan suhu ruangan. Biasanya volume kompos yang sudah jadi akan
mengalamu penyusutan dari berat awal.
Namun hasil dari penelitiaan yang dilakukan hasil akhir dalam pembuatan
kompos ini adalah aroma berbau tanah, susu berkisar diantara 30 0C, teksturnya
agak kasar dan remah, berwarna coklat pekat seperti tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, Y. H, 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya. 8 : 30-
33
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Nyoman P. Aryantha, dkk. 2010. Kompos. Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu
Hayati. LPPM-ITB. Dept. Biologi - FMIPA-ITB.
Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah : untuk Pupuk dan Pestisida organic.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Siti Umniyatie,dkk. 1999. Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba
Efektif (Effective Microorganisms 4). Laporan PPM UNY: Karya Alternatif
Mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai