Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Pada usia ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial

maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja banyak ragam

gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan

apa yang dikonsumsi yang sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi seorang

remaja. Zaman sekarang sudah sangat beragam penyakit mematikan yang

bermunculan terutama pada wanita dan remaja. Salah satu penyakit mematikan

tersebut adalah kanker payudara. (Sarwono, 2011).

Banyak ditemukan penderita kanker payudara pada usia muda, tidak

sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita tumor di payudaranya.

Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi lebih awal.

Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini sudah ada

tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Soetjiningsih,

2012)

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat

menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi

penyakit yang parah, dan merupakan penyebab utama kematian di dunia (WHO,

2016). Menurut World Health Organization (WHO) (2013) dalam Depkes RI


(2015), insidens kanker pada tahun 2010 sampai 2014 mengalami peningkatkan

dari 12,7 juta kasus meningkat menjadi 14,2 juta kasus. Kanker menjadi penyebab

kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit kardiovaskular (Anggorowati, 2013).

Diperkirakan pada tahun 2030 insidens kanker akan meningkat mencapai 26 juta

orang dan sebanyak 17 juta orang meninggal akibat kanker (Depkes RI, 2015).

Dan kematian terbanyak yang disebabkan oleh kanker adalah perempuan.

Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency forResearch on Cancer

(IARC) (2012), insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 (Depkes RI ,

2015). Insiden dan mortalitas kanker payudara di negara maju cenderung stabil,

sedangkan di negara berkembang cenderung meningkat dari 20% meningkat 31%

akibat perubahan gayahidup dan kurangnya akses deteksi dini dan pengobatan

(DeSantis et al, 2015).

Kejadian penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi Berdasarkan data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2015, prevalensi kejadian tumor atau

kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk. Berdasarkan estimasi

Globocan International Agency forResearch on Cancer (IARC) pada tahun 2014

insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan sedangkan kanker

leher rahim 17 per 100.000 perempuan.

Berdasarkan data dari riskesdas 2013, jumlah penderita kanker terbanyak

adalah Jawa Tengah sebesar 68.638 orang. Sedangkan penderita kanker terbanyak

adalah kanker payudara dengan jumlah penderita kanker payudara di provinsi

Jawa Tengah sebesar 11.511 orang (Depkes RI, 2015).


Data yang diperoleh dari Dinas Kesahatan Kabupaten Semarang (2014),

kejadian penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker yang masih

ditemukan sebanyak 102 kasus, dibandingkan dengan kejadian kanker serviks

sebanyak 55 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang

prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 1,7%. Kanker yang

paling banyak diderita oleh masyarakat adalah kanker payudara dan kanker leher

rahim (serviks). Hal ini dapat disimpulakan bahwa insiden kanker payudara di

RSUD Ungaran mengalami peningkatan yang memang sebelumnya hanya

berjumlah 96 kasus pada tahun 2012.

Peningkatan insiden kanker payudara disebabkan oleh adanya perubahan

keadaan sosial, perubahan gaya hidup, serta perubahan pola menstruasi pada

wanita (Rasjidi, 2010). Faktor perilaku atau gaya hidup yang meliputi merokok,

pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik

merupakan resiko terjadinya penyakit kanker (InfoDatin, 2016).Gaya hidup yang

tidak sehat, misalnya sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak

jahat atau kurang berolahraga, dapat memperbesar risiko terserang kanker

payudara (Rasjidi, 2010). Di Indonesia skrining terhadap kanker payudara masih

bersifat individual sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif.

Sebagai akibatnya pasien dengan kanker payudara stadium lanjut masih cukup

tinggi (Manuaba 2010). Menurut Bustan(2011), rendahnya kesadaran untuk

memeriksakan diri ini tidak hanya terjadi pada wanita dengan pendidikan atau
ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan,

bahkan di kalangan profesi kedokteran sendiri.

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010) seorang

ahli psikologi pendidikan kesehatan membagi perilaku manusia itu menjadi 3

domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori

Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil dari pendidikan kesehatan yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek. Pemberian

pendidikan kesehatan akan mempengaruhi atau menggerakkan seseorang agar

timbul kemauan untuk melakukan sesuatu (Mubarak, 2009).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan

dalam pemberian informasi atau pesan kesehatan untuk memberikan atau

meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan

terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2010).

Dalam memberikan pendidikan kesehatan dalam hal ini peneliti

melakukan pendidikan terkait dengan deteksi dini kanker payurada yang

dinamakan pemerikasaan SADARI. Pemeriksaan SADARI adalah pemeriksaan

yang dilakukan seorang wanita untuk menemukan benjolan atau kelainan pada

payudaranya (NCI,2010). Tujuan utama dari pemeriksaan SADARI adalah

membantumengidentifikasi perubahan abnormal pada payudara sehingga dapat

lebihcepat dilaporkan kepada tenaga kesehatan (ACS, 2010). Pelatihan SADARI

dapat menimbulkan perilaku positif dan dapat membantu wanita agar lebihsensitif
dalam memperhatikan kesehatannya, terutama bagian payudara.Pemeriksaan

SADARI memiliki keuntungan bagi wanita karena wanita akan lebih peka bila

ada perubahan yang mencurigakan pada payudaranya dan membuat timbulnya

kesadaran untuk melakukan diagnosis klinis lebih dini sebelum ada gejala yang

lebih lanjut (Yakout, 2014).

Pengetahuan tentang prosedur SADARI sangat penting diketahui oleh

setiap wanita karenaprosedur SADARI ini merupakan komponenpenting dalam

SADARI (Utami, 2015) Pengetahuan yang baik berkaitan dengan prosedur

SADARI sangat penting dimiliki, SADARI merupakan salah satu alasan

yangmenyebabkan remaja putri mengaplikasikanSADARI (Karayurt et al, 2008).

Aplikasimerupakan kemampuan untuk menggunakanmateri yang telah dipelajari

sebelumnya padasituasi atau kondisi yang nyata (Notoatmodjo ,2010).

Dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI

atau pemeriksaan payudara sendiri juga di lengkapi dengan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi lebih mudah untuk menunjukkan pengertian, ide, dan

prosedur tentang suatu hal yang pernah dipersiapkan dengan teliti untuk

memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan adegan dengan

menggunakan alat peraga, serta menumbuhkan kepercayaan diri yang dimiliki.

Keuntungan dari metode demonstrasi yaitu dapat membuat proses pembelajaran

menjadi lebih jelas dan lebih konkret, lebih mudah memahami sesuatu, lebih

menarik. Peserta didik dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan teori dengan

kenyataan dan dapat melakukan sendiri (Notoatmodjo, 2012).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al- Nagar et al. (2011) di

Universitas Managemen dan Ilmu pengetahuan, Shah Alam, Selangor,Malaysia

menyatakan 55,4% responden pernahmelakukan SADARI, 38,2% mendapat

informasi tentang SADARI melalui TVdan radio. Mereka menyatakan hambatan

dalam melakukan SADARI antaralain kurangnya pengetahuan (20,3%), merasa

tidak ada gejala (14,3%), dan takutterdiagnosa kanker payudara (4,4%). Menurut

Bustan (2011) minimnya penyebaran informasi di masyarakat membuat mereka

tidak menyadari pentingyamelakukan deteksi dini pada kanker.

Penelitian sebelumnya yang mengangkat masalah tentang SADARI,

seperti penelitian Wiwin pada tahun 2017 tentang perbedaan penyuluhan KIE dan

Demonstrasi tentang SADARI pada remaja putri di SMA Klaten, dengan hasil

bahwa pengetahuan siswi setelah dilakukan penyuluhan dengan KIE meningkat

menjadi 17 siswi (56,7%) dari 30 siswi, sedangkan penyuluhan dengan

demostrasi langsung, pengetahuan siswi meningkat menjadi 26 siswi (86,7%) dari

30 siswi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November

2018 dengan menggunakan metode wawancara didapatkan hasil bahwa 2 dari 10

siswa mengetahui pengertian dan tanda gejala dari kanker payudara, sedangkan 8

siswa diantaranya tidak mengetahui. Sedangkan untuk pengetahuan SADARI 10

siswa tidak tahu apa yang dimaksud dengan SADARI yang meliputi pengertian,

waktu, manfaat dan kapan dilakukan. Berdasarkan keterangan dari pimpinan


Pondok Pesantren An – Nur Ungaran mengatakan bahwa belum ada pendidikan

kesehatan mengenai SADARI.

Berdasarkan fenomena yang telah di jabarkan di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Demonstrasi

Pemeriksaan Payudara Sendiri Tingkat Terhadap Pengetahuan Sadari Di Pondok

Pesantren An – Nur Gogik Kecamatan Ungaran.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Beradasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka

permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian adalah adakah

efektifitas demonstrasi pemeriksaan payudara sendiri terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap pada remaja putri di Pondok Pesantren An – Nur Gogik

Kecamatan Ungaran Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektifitas

demonstrasi pemeriksaan payudara sendiri terhadap praktik SADARI pada

remaja putri di Pondok Pesantren An – Nur Gogik Kecamatan Ungaran.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui praktik SADARI sebelum di berikan demonstrasi

pemeriksaan payudara sendiri pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi
b. Mengetahui praktik SADARI sesudah di berikan demonstrasi pemeriksaan

payudara sendiri pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan sumber informasi mengenai demonstrasi

pemeriksaan payudara sendiri.

2. Responden

Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan praktik SADARI bagi

responden sehingga responden dapat melakukan pencegahan sejak dini

dengan melakukan sadari untuk menurunkan angka kejadian kanker payudara

3. Institusi

Menyumbang informasi ilmiah mengenai pemeriksaan payudara sendiri

dengan menggunakan metode demonstrasi dalam deteksi dini kanker

payudara.

4. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah wawasan atau acuan yang dapat

menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai