Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidenreng
Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidenreng
Baharuddin Andang
STIKES Muhammadiyah Sidrap
Sidrap, Indonesia
baharuddin.andang@yahoo.com
Abstrak Permasalahan yang dibahas dalam berjalan secara efektif, hal ini dibuktikan sejak
penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan 2009 – 2014 belum ada produk peraturan
Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat daerah yang telah ditetapkan DPRD dibatalkan
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. oleh gubernur atau menteri dalam negeri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian Namun demikian masih ada perda yang sudah
ini bertujuan untuk mengetahui dan lama telah disyahkan tetapi belum
menjelaskan pelaksanaan fungsi legislasi Dewan ditindaklanjuti melalui peraturan bupati yang
Perwakilan Rakyat Daerah. Metode yang luput dari pengawasan DPRD.
digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif
deskriptif atau naturalistik, yaitu untuk Kata Kunci : Pelaksanaan, Fungsi Legislasi,
mengetahui bagaimana pelaksanaan fungsi DPRD.
legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah anggota I. PENDAHULUAN
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Teknik Dalam sistem pemerintahan yang demokratis,
pengumpulan data terdiri atas: 1. Teknik konsep kedaulatan sangat menentukan untuk
Pengumpulan Data Primer dilakukan melalui
wawancara, dokumentasi dan observasi. 2.
dijadikan sebagai parameter. Dalam sistem
Teknik Pengumpulan data sekunder dilakukan tersebut dinyatakan bahwa tidak ada kekuasaan
melalui studi kepustakaan dan studi mutlak dan semua keputusan politik harus
dokumenter. Data diolah dan dianalisis secara mendapatkan persetujuan dari rakyat secara
kualitatif dengan proses sebagai berikut: langsung maupun tidak langsung melalui sistem
pengumpulan data, mereduksi data, perwakilan.
mensistematisasi data. Selanjutnya dilakukan
penafsiran data dihubungkan dengan teori-teori, Lembaga legislatif adalah lembaga yang penting
pendapat-pendapat dan aturan-aturan formal. dalam sebuah sistem politik di sebuah negara,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) khususnya di negara yang menjalankan sistem
Perencanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan politik demokrasi, karena salah satu fungsi dari
Rakyat Daerah belum sepenuhnya berjalan lembaga legislatif adalah fungsi pengawasan
secara optimal. Hal ini disebabkan keterbatasan terhadap lembaga eksekutif. Selain itu, lembaga
anggaran, keterbatasan sumber daya manusia legislatif juga merupakan lembaga yang memiliki
anggota dewan serta tidak tersedianya tenaga
ahli alat kelengkapan dewan yang kompeten;
fungsi yang lebih prinsipil, yaitu to legislate alias
2). Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan membuat undang-undang, Darmawan, (2003:73).
Perwakilan Rakyat Daerah belum berjalan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
Pemerintahan Daerah telah melimpahkan
minimnya perda inisiatif yang dihasilkan; 3)
Evaluasi fungsi legislasi Dewan Perwakilan
kekuasaan baik secara politik maupun secara
Rakyat Daerah efektifitas aturannya sudah administratif kepada daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan sesuai dengan peraturan daerah setiap tahun anggaran. Maka
prakarsa dan inisiatif masyarakat di daerah kecuali yang menjadi fungsi pokok dari DPRD adalah
6 (enam) kewenangan yang masih menjadi pembentukan peraturan daerah sebagai landasan
kewenangan pemerintah pusat antara lain politik hukum bagi pemerintah daerah dalam membuat
luar negeri, moneter dan fiscal nasional, agama, kebijakan publik. Sebagaimana dijelaskan bahwa
pertahanan, keamanan, dan yudisial. Pelimpahan dalam konsep demokrasi menempatkan partisipasi
kewenangan itulah yang disebut dengan “otonomi sebagai intinya, berarti menghendaki
daerah”. diikutsertakannya masyarakat dalam pembuatan
kebijakan publik (public policy).
Pelimpahan kewenangan itu sekaligus juga
memindahkan fokus politik ke daerah karena pusat Untuk memperjuangkan kepentingan dan
kekuasaan tidak hanya dimonopoli oleh aspirasi dari masyarakat tersebut, pemerintah
pemerintah pusat seperti di era Orde Baru daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Sentralisasi), namun telah terdistribusi ke daerah Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai
dan disertai pula dengan pemberian kekuasaan representasi perwakilan rakyat dalam struktur
yang lebih besar kepada Dewan Perwakilan Rakyat kelembangaan pemerintahan daerah. Pemerintah
Daerah dalam menjalankan fungsi Legislasi, daerah menjalankan fungsi pemerintahan dan
Budgeting dan Controling. Karena diharapkan DPRD menjalankan fungsi legislasi, fungsi anggaran
dengan “Otonomi Daerah” Dewan Perwakilan (budgeting) dan fungsi pengawasan (Controlling).
Rakyat Daerah mampu meningkatkan peran
Selanjutnya di Kabupaten Sidenreng Rappang
pembuatan peraturan daerah yang sesuai dengan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses
dinamika perkembangan serta tuntutan dan
pembuatan peraturan daerah khususnya ranperda
kebutuhan hukum masyarakat di daerah.
inisiatif DPRD, hal itu dapat ditunjukkan ketika
DPRD diberi hak prakarsa mengajukan pembahasan ranperda biasanya DPRD
rancangan peraturan daerah (ranperda), hak mengundang unsur-unsur yang mewakili
amandemen (mengubah ranperda baik secara masyarakat seperti LSM, insan pers, tokoh
substansial maupun redaksional), dan hak anggaran masyarakat, mahasiswa dan tokoh pemuda untuk
termasuk mengajukan RAPBD. Sehubungan sharing pendapat. Begitu pula dalam proses
dengan itu Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan perumusan Naskah Akademik dan naskah
Rakyat Daerah dilaksanakan secara teknis dengan Ranperda, DPRD bekerjasama dengan pihak
berpedoman pada peraturan perundang-undangan perguruan tinggi melakukan kajian akademis
yang berlaku. berdasarkan data hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di masyarakat.
Pada hakikatnya fungsi utama dari legislatif
daerah adalah membuat peraturan daerah Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tidak
(legislasi), hal ini juga sejalan dengan fungsi-fungsi terlepas dari dukungan pelaksanaan fungsi
yang lain seperti fungsi pengawasan (controlling) anggaran (budgeting), sebab fungsi penganggaran
yang juga merupakan bagian dari fungsi legislasi, merupakan salah satu fungsi DPRD yang
karena dalam menjalankan fungsi pengawasan diwujudkan dalam penyusunan dan penetapan
tentunya terlebih dahulu melahirkan peraturan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
daerah yang dijadikan sebagai dasar dan acuan bersama-sama dengan pemerintah daerah. Dalam
dalam melakukan pengawasan terhadap melaksanakan fungsi penganggaran tersebut,
pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Begitu DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif dan
juga fungsi angggaran (budgeting) yang merupakan bukan reaktif, sebagai lembaga legitimasi usulan
bagian dari fungsi legislasi karena untuk RAPBD yang diajukan oleh pemerintah daerah.
menetapkan APBD juga ditetapkan dengan
Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Sejalan dengan itu, Wildavsky, (Parsons 2001 :
kinerja legislasinya. 456) menyatakan bahwa analisis kebijakan sebagai
“seni” dan “keterampilan” bertujuan untuk
1. Analisis Kebijakan
mengklarifikasi nilai-nilai yang menginformasikan
Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan baik itu analisis proses pembuatan keputusan
pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan maupun bentuk pengetahuan yang dipakai dalam
kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan proses tersebut. Jadi analisis pembuatan
tentang proses pembuatan kebijakan, analis keputusan dapat dilihat sebagai analisis yang
kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja melibatkan dua dimensi analisis tentang [analysis
kebijakan dan program publik. for] dan analisis di dalam [analysis in] yang salling
terkait satu sama lain.
Analisis kebijakan pada dasarnya sebuah
aktivitas bootstrapping. Tidak ada teori atau model Meskipun kita memisahkannya atau membuat
yang memadai untuk menjelaskan kompleksitas perbedaan antara dua kerangka penjelasan
aktivitas kebijakan di negara modern. Analisis tersebut, kita perlu mengetahui bagaimana model-
harus menerima sifat pluralistis dari penelitian model analisis ini saling tumpangtindih dan saling
baik dari kualitas interdisipliner investigasinya berinteraksi.
maupun dalam hal perlunya toleransi hermeneutic
2. Pembuatan Keputusan dan
terhadap diversitas. Karenanya analis kebijakan
Implementasi Kebijakan
memerlukan pemahaman atas jaringan ide-ide.
Ketika kita menganalisis kebijakan publik kita Pembuatan keputusan banyak dilakukan di
mencoba memahami pemikiran tentang proses berbagai macam organisasi. Pembuatan keputusan
dan problem. itu adalah merupakan salah satu fungsi utama
administrasi atau manager organisasi, termasuk
Secara detail dinyatakan Dunn, (2003: 22-23) manager organisasi publik. Proses pembuatan
bahwa proses analisis kebijakan adalah serangkaian keputusan bukanlah pekerjaan yang mudah dan
aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam proses sederhana. Hal ini telah mengundang banyak para
kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. ahli untuk memikirkan cara atau teknik pembuatan
Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses keputusan yang paling baik.
pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai
serangkaian tahap yang saling bergantung dan Fermana (2009: 38) menyatakan bahwa
diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, keputusan dan pembuatan suatu kebijakan publik
formulasi kebijakan, advokasi kebijakan, harus mengakomodasi tuntutan masyarakat, yang
implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. tuntutan tersebut didelegasikan kepada seseorang
Analsis kebijakan dapat menghasilkan informasi atau kelompok dalam model demokrasi
yang relevan dengan kebijakan pada satu, perwakilan. Selanjutnya dikatakan bahwa pada
beberapa, atau seluruh tahap dari proses intinya keputusan dan pembuatan kebijakan publik
pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe oleh pemerintah adalah public policy consists of
masalah yang dihadapi klien yang dibantunya. political decisions for implementaing program to
achieve societal goal (Kebijakan publik terdiri dari
Analisis keputusan berkaitan dengan apa yang keputusan politis untuk mengimplementasikan
oleh Lassewell diringkaskan sebagai “siapa yang program dalam meraih tujuan demi kepentingan
mendapatkan sesuatu, kapan dan bagaimana ia masyarakat).
mendapatkannya” Lasswell dalam (Parsons, 2001
:247). Analisis pembuatan keputusan adalah Dalam menganalisis proses pembuatan
keputusan dapat dikelompokkan disiplin-disiplin
semacam penjelasan yang bertujuan untuk
tersebut dalam 5 (lima) kategori dan pendekatan
menerangkan atau mendeskripsikan bagaimana
utama, yaitu: (a) kekuasaan, (b) rasionalitas, (c)
satu keputusan atau serangkaian keputusan dibuat.
pilihan publik dan alternatifnya, (d) institusional dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-
dan psikologis. kejadian Mazmanian dan Sabatier, (Widodo,
2011:87).
Selanjutnya, salah satu tahapan penting dalam
siklus kebijakan publik adalah implementasi Untuk mengkaji dengan baik suatu
kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya implementasi kebijakan publik maka perlu
merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diketahui variabel dan faktor-faktor yang
diputuskan oleh legislatif atau para pengambil mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu
keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang model kebijakan guna menyederhanakan
berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan.
tahapan implementasi menjadi begitu penting Terdapat banyak model yang dapat dipakai untuk
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa menganalisis sebuah implementasi kebijakan,
jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan diantaranya adalah model implementasi yang
benar. Dengan kata lain implementasi merupakan dikemukakan oleh George Edward III.
tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara
Edward melihat implementasi kebijakan sebagai
maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu
suatu proses yang dinamis, dimana terdapat
sendiri.
banyak faktor yang saling berinteraksi dan
Terdapat beberapa konsep mengenai mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-
implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui
beberapa ahli. Secara Etimologis, implementasi bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut
menurut kamus Webster yang dikutib oleh terhadap implementasi. Oleh karena itu, Edward
Solichin Abdul Wahab bahwa konsep menegaskan bahwa dalam studi implementasi
implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan
implement.. Dalam kamus besar Webster, to pokok yaitu: 1) Apakah yang menjadi prasyarat
implement (mengimplementasikan) berarti to bagi implementasi kebijakan ? 2) Apakah yang
provide the means for carrying out (menyediakan menjadi faktor utama dalam keberhasilan
sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give implementasi kebijakan?
practical effect to (untuk menimbulkan
Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward
dampak/akibat terhadap sesuatu. Webster,
mengajukan empat faktor yang berperan penting
(Wahab 2006:64).
dalam pencapaian keberhasilan implementasi.
Pengertian implementasi selain menurut “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Webster di atas, juga didefinisikan menurut Van atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu
Meter dan Van Horn bahwa: Implementasi adalah faktor communication, resources, disposition,
“tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh dan bureucratic structure. “ Edward, (Widodo,
individu/pejabat atau kelompok-kelompok 2011:96-110).
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
Sejalan dengan Model Kebijakan Edward III,
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
Meter dan Horn (Indiahono, 2009:38-39),
dalam keputusan kebijakan” (Van Meter dan Van
Horn, (Wahab, 2006:65). menyatakan bahwa beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi implementasi dan kinerja kebijakan
Definisi lain juga diutarakan oleh Mazmanian sebagai berikut: (1) standard dan sasaran
dan Sabatier yang menjelaskan makna kebijakan, (2) kinerja kebijakan, (3) sumber daya,
implementasi dengan mengatakan bahwa: hakikat (4) komunikasi antar badan pelaksana, (5)
utama implementasi kebijakan adalah memahami karakteristik badan pelaksana, (6) lingkungan
apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu sosial, ekonomi dan politik, (7) sikap pelaksana.
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan.
Subarsono, (2010:87) menyatakan bahwa
Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha
untuk mengadministrasikan-nya dan menimbulkan dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik
sebuah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh undang, dan dalam pembahasan suatu rancangan
banyak orang, bukan satu orang saja. Walaupun undang-undang. Partisipasi itu kemudian
pembuat kebijakan (policy makers) adalah lembaga meningkat dengan memberikan masukan kepada
formal pemerintah, namun masyarakat adalah fraksi-fraksi atau langsung kepada anggota DPR.
bagian yang ada di dalamnya. Peningkatan partisipasi juga terllihat dengan
seringnya diadakan seminar-seminar atau kegiatan
Berkaitan dengan partisipasi kuantitatif dan
semacamnya yang berkaitan dengan rancangan
kualitatif, secara detail diklasifikasikan Muhajirin,
undang-undang.
(Imron, 2008) bahwa partisipasi masyarakat
digolongkan ke dalam tipologinya, ialah partisipasi Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun
kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi 2011 Pasal 96 (1) Masyarakat berhak memberikan
kuantitatif menunjuk kepada frekuensi masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
keikutsertaan terhadap implementasi pembentukan peraturan perundang-undangan. (2)
kebijaksanaan, sementara partisipasi kualitatif Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
menunjuk kepada tingkat dan derajatnya. dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a.
rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja;
Lembaga Legislatif sebagai wadah perpanjangan
c. sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya,
tangan dari partai politik sekaligus menjadi wadah
dan/atau diskusi. (3) Masyarakat sebagaimana
rakyat berorganisasi dan menyalurkan aspirasinya
dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan
sudah seharusnya semakin memainkan peran
atau kelompok orang yang mempunyai
penting mendorong terciptanya partisipasi publik
kepentingan atas substansi rancangan peraturan
yang berkualitas.
perundang-undangan, (4) Untuk memudahkan
Dari aspek sosiologis, dikemukakan masyarakat dalam memberikan masukan secara
Koentjoroningrat, (Imron, 2008) bahwa partisipasi lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada
masyarakat berdasarkan posisi individu dalam ayat (1), setiap rancangan peraturan perundang-
kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh
dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; masyarakat.
kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai
Prinsip partisipatif menunjukkan bahwa
individu dalam aktivitas bersama pembangunan.
masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari
Sejalan dengan itu, Haricahyono, (2001:47), satu kebijakan publik harus turut serta di dalam
menyatakan bahwa partisipasi adalah suatu usaha proses pengambilan keputusan. Dengan kata lain,
terorganisir dari para warga negara untuk masyarakat menikmati manfaat kebijakan publik
mempengaruhi bentuk jalannya kebijakan yang tersebut bukan semata-mata produk kebijakan
diambil oleh pemerintah. Setiap negara mempunyai tersebut tetapi dari keikutsertaan dalam
ruang dan atensi tersendiri terhadap kemungkinan- prosesnya. Prinsip partisipatif dalam penyusunan
kemungkinan partisipasi politik warga negaranya. kebijakan publik membantu terselenggaranya
proses perumusan kebijakan yang tepat sesuai
Dari perspektif proses pembuatan regulasi,
dengan kebutuhan, dan memudahkan penentuan
Hikam, (Maria Farida Indrati, 2006:146)
prioritas (transparansi).
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
rangka pembentukan undang-undang sudah mulai
6. Konsep Legislasi, Fungsi Legislasi dan Badan
terbangun”. Awalnya partisipasi masyarakat
Legislasi Daerah
dimulai dengan pemberian masukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, baik melalui komisi Konsep yang dapat memenuhi tuntutan
atau Badan Legislasi, mulai dari penyusunan kebutuhan masyarakat pada negara demokrasi
program legislasi, penyiapan rancangan undang- adalah menyangkut ‘perwakilan politik’. Dalam hal
ini diuraikan Arbi Sanit (1985), bahwa: “Konsep diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah
perwakilan politik terdiri dari dua aspek, yaitu bersama kepala daerah. Untuk memudahkan
demokrasi perwakilan dan pemerintahan pelaksanaan fungsi legislasi di DPRD, maka
perwakilan”. Kiranya dengan hal tersebut maka dibentuk satu alat kelengkapan yaitu Badan
konsepsi negara demokrasi menunjukkan bahwa Legislasi Daerah. Badan Legislasi Daerah
sumber kekuasaan negara adalah rakyat, oleh merupakan alat kelengkapan yang bersifat tetap
karena itu dalam konsep negara demokrasi yang dibentuk dalam rapat paripurna DPRD.
kekuasaan itu berada di tangan rakyat. Susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah
dibentuk pada masa keanggotaan DPRD dan
Posisi legislatif di dalam sistem politik Indonesia
permulaan tahun sidang.
yaitu sebagai badan pemerintahan yang sangat
berpengaruh terhadap jalannya suatu sistem Dalam hal fungsi legislatif yang dimiliki oleh
politik. Dalam menjalankan perannya badan DPR dan DPRD, menunjukkan bahwa dirinya
legislatif melakukan rekruitmen politik dan sebagai badan perwakilan rakyat dituntut untuk
komunikasi politik. Rekruitmen politik di jalankan senantiasa mampu menampung aspirasi dan
badan legislatif dengan partai politik sedangkan kepentingan masyarakat yang diwakilinya dengan
komunikasi politik dijalankan dengan badan cara memasukannya ke dalam undang-undang,
eksekutif guna membahas perumusan kebijakan. peraturan daerah dan APBN/APBD yang
dihasilkannya. Memuaskan kehendak masyarakat
Legislasi daerah adalah instrumen perencanaan
atau kemauan umum adalah esensi dari fungsi
program di daerah termasuk di dalamnya adalah
anggota serta badan legislatif selaku wakil rakyat.
pembentukan ranperda. Proses pembentukan
ranperda setidaknya melalui dua jalur. Pertama, Badan Legislasi Daerah dibentuk oleh DPRD
melalui prakarsa eksekutif, dimana sebuah dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang
rancangan masuk ke DPRD dari pemerintah bersifat tetap. DPRD menetapkan susunan dan
daerah untuk dibahas pada rapat dewan dan keanggotaan pada permulaan masa keanggotaan
dianalisis apakah layak untuk ditindak lanjuti dalam DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah
pansus. Kedua adalah melalui inisiatif DPRD anggota ditetapkan dalam rapat Paripurna DPRD
berdasarkan skala prioritas yang telah disusun menurut perimbangan dan pemerataan jumlah
selama tahun berjalan di dalam Program Legislasi anggota tiap-tiap fraksi.
Daerah (Prolegda).
Selanjutnya tugas dan kewenangan Badan
Fungsi legislasi adalah salah satu fungsi utama Legislasi Daerah menurut Peraturan DPRD
yang dimiliki lembaga legislatif yang berkaitan Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 1 tahun
dengan kegiatan pembentukan kebijakan publik 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
yang disepakati bersama oleh para wakil rakyat Rakyat Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang
atas nama seluruh rakyat yang diwakili. Hanya saja, sebagai berikut:
agar kebijakan-kebijakan itu bersifat mengikat,
a) Penyusunan rancangan program legislasi
maka dituangkan dalam bentuk hukum tertentu
daerah yang memuat daftar urutan
sebagai ‘legislative acts’, yaitu dalam bentuk prioritas rancangan peraturan daerah
undang-undang. Karena itu, fungsi legislasi itu beserta alasannya untuk setiap tahun
disebut sebagai fungsi pembentukan peraturan anggaran di lingkungan DPRD.
perundang-undangan.
b) Koordinasi untuk pembentukan program
Fungsi ini hanya dimiliki anggota DPR atau legislasi daerah antara DPRD dan
anggota DPRD, yang tidak dimiliki lembaga pemerintah daerah,
pemerintahan yang lain. Fungsi legislasi DPRD
Daerah untuk mengembangkan potensi dan legislasi daerah tapi pembahasan dan
kreativitasnya dalam proses perencanaan dan penetapannya sebagai perda pada tahun 2012.
perumusan ranperda inisiatif yang lebih baik. Pada tahun 2012 Ranperda yang diprogramkan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 hanya 1 perda inisiatif yang diselesaikan pada
tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan tahun 2013, sedangkan 3 ranperda lainnya dibahas
Perundang-undangan, Proses perencanaan dan ditetapkan pada awal tahun 2014.
pelaksanaan fungsi legislagi DPRD diawali dengan Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa
pelaksanaan Workshop DPRD dan pemerintah masih banyaknya produk peraturan daerah yang
daerah untuk membahas program legislasi daerah merupakan prakarsa pemerintah daerah
(Prolegda) jangka waktu 1 tahun didasarkan skala dibandingkan dengan inisiatif dari DPRD
prioritas sebelum penetapan Ranperda tentang disebabkan sinergisme kemitraan dan kesetaraan
APBD. antara legislatif dan eksekutif belum dapat berjalan
Penyusunan Prolegda antara DPRD secara optimal. Kesetaraan hubungan tersebut
dikoordinir oleh DPRD melalui Balegda. seringkali dimaknai lain, yang dapat mengurangi
Sedangkan Penyusunan Prolegda di lingkungan fungsi dan kewenangan dewan. Padahal jika
pemerintah daerah dikoordiniri oleh Bagian merujuk pada pasal 3 (a) Peraturan Pemerintah
Hukum Sekretariat Daerah dengan No. 16 tahun 2010 yang menyatakan bahwa
mengikutsertakan instansi terkait. Sebagai hasil “DPRD mempunyai tugas dan wewenang
rumusan bersama, maka disepakati program membentuk peraturan daerah”. Maksudnya bahwa
legislasi daerah yang dimuat dalam tabel berikut “leading sector” pembentukan peraturan daerah
ini: seharusnya ada di tangan DPRD
Namun demikian, kenyataan menunjukkan
Tabel 1 bahwa dalam kurun waktu 5 tahun anggaran,
Daftar Prolegda Kabupaten Sidenreng Rappang
prosentase peraturan daerah inisiatif DPRD
tahun 2010 – 2014
masih sangat rendah dibanding peraturan daerah
No Tahun Jumlah Prolegda Realisasi prakarsa pemerintah daerah, yaitu hanya 24 %.
Hal tersebut menjadi indikator masih rendahnya
1. 2010 33 25 peran anggota dewan dalam melaksanakan fungsi
2. 2011 27 15 legislasi.
3. 2012 18 14 Kondisi tersebut kontradiktif dengan
4. 2013 23 12
5. 2014 25 2
tuntutan dari regulasi dan harapan masyarakat
Total 126 68 agar anggota DPRD dapat melaksanakan fungsi,
Sumber : Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kab. Sidrap tugas dan kewenangannya secara optimal.
Anggota DPRD dituntut untuk tanggap terhadap
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak kepentingan rakyat yang diwakilinya, dan
semua program legislasi daerah dapat organisasi politik tempatnya berkiprah.
direalisasikan dengan baik. Pada tahun 2010 dari Berdasarkan peraturan DPRD Nomor 1
33 program legislasi daerah 25 berhasil tahun 2010 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten
direalisasikan menjadi perda, sedangkan, pada Sidenreng Rappang pasal 101 ayat (3) Rancangan
tahun 2014 dari 25 prolegda sampai bulan Mei peraturan daerah diajukan berdasarkan program
baru 2 yang terealisasi. legislasi daerah. Selanjutnya dijelaskan dalam ayat
Perlu diketahui bahwa tidak adanya perda (4) Dalam keadaan tertentu, DPRD atau bupati
inisiatif pada tahun 2009 disebabkan ketika itu dapat mengajukan rancangan peraturan daerah di
anggota DPRD baru saja dilantik pada tanggal 29 luar program legislasi daerah.
Septermber 2009, sedangkan tahun 2011 baru Hasil wawancara dengan Kepala Bagian
sebatas pengusulan 4 ranperda dalam program Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang menyatakan bahwa: “Hubungan yang aktif di dalam rapat-rapat pembahasan ranperda
harmonis dan sinergitas antara anggota DPRD dan APBD disebabkan faktor malas dan keterbatasan
pemerintah daerah sangat mempengaruhi proses sumber daya manusia yang dimiliki, akibatnya
pembuatan perda. Hal ini dilakukan sejak proses sering terjadi pembicaraan yang tidak fokus pada
perumusan prolegda yang disepakati bersama substansi dan bahkan tidak jarang rapat tidak
antara DPRD dan pemerintah daerah melalui memenuhi korum berdasarkan Peraturan DPRD
forum WorkShop. Namun demikian dalam nomor 1 tahun 2010.
keadaan tertentu dapat dilakukan di luar dari
Terkait dengan pelaksanaan fungsi legislasi,
prolegda.
DPRD dalam mengalokasikan anggaran yang
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan
mendukung pelaksanaan program legislasi daerah
hubungan harmonis dan sinergitas antara anggota
yang telah disepakati bersama antara DPRD dan
DPRD dan pemerintah daerah dalam perumusan
pemerintah daerah melalui Work shop kemudian
program legislasi daerah sangat menentukan baik
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD. Untuk
secara kuantitas maupun kualitas perencanaan
mendukung kelancaran pelaksanaan program
ranperda setiap tahunnya.
legislasi dalam bentuk kegiatan penyusunan draft
Hasil wawancara yang telah dilakukan
inisiatif, DPRD mengalokasikan anggaran sebesar
kepada beberapa anggota Badan Legislasi DPRD,
Rp. 40 juta per perda di Sekretariat DPRD yang
mereka menyatakan bahwa keberadaan Badan
ditetapkan melalui Perda APBD. Jadi sukses
Legislasi Daerah DPRD sangat membantu dalam
tidaknya pelaksanaan fungsi legislasi ini juga sangat
melakukan verifikasi terhadap Naskah Akademik
tergantung dari dukungan anggaran yang tersedia
dan naskah ranperda sebelum dibahas melalui
melalui penetapan APBD.
rapat pansus. Dari jawaban di atas
mengindikasikan bahwa betapa besar peran dan Sebagai informasi dukungan anggaran yang
manfaat dari badan legislasi daerah, namun dialokasikan khusus untuk perjalanan dinas anggota
demikian, kenyataan menunjukkan bahwa dalam DPRD dalam rangka pembahasan Ranperda selama
proses pembentukan ranperda inisiatif DPRD, 1 tahun anggaran dapat dilihat dalam tabel berikut
masih sangat minim bila dibandingkan dengan ini:
perda prakarsa pemerintah daerah. Hal ini dapat Tabel 3
dilihat dalam tabel berikut ini: Rincian Anggaran Belanja Langsung Perjalanan Dinas
Tabel 2 Pembahasan Ranperda tahun 2013
Daftar Anggaran Peraturan Daerah tahun 2009 – 2014
Kode Rincian Perhitungan
Rek. Uraian Volume Harga Jumlah (Rp)
Tahun Perda Total Perda Total
Satuan
N Anggar Prakarsa Anggaran Inisiatif Anggaran
o an Pemda (Rp) DPRD (Rp) 1.20.0 Kunjungan
4.15.0 kerja
1. 2009 10 46.500.000 0 0
6.5.2. Pembahasan
2. 2010 23 451.364.000 3 120.000.000
2.15.0 Rancangan
3. 2011 17 327.000.000 0 0 2 Peraturan 12 x 1 14.600.000 Rp. 175.200.000
4. 2012 3 73.079.000 4 160.000.000 Daerah 9 x 2 x1 12.110.000 Rp. 217.980.000
5. 2013 7 169.200.000 1 40.000.000 Ketua 10 x 1 8.741.000 Rp. 87.410.000
6. 2014 5 155.246.000 3 160.000.000 Wakil Ketua 7 x 27 8.600.000 Rp.1.625.400.000
45 11 Sekretaris 4x6 7.370.000 Rp. 176.880.000
Sumber : Bagian Hukum Sekretariat DPRD Kabupaten Anggota 2 x 15 5.745.000 Rp. 172.350.000
Sidenreng Rappang Struktural
Pendamping
Idealnya setiap anggota DPRD memahami Rp.2.455.220.000
makna anggaran itu sendiri dengan baik. Tapi Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun
Anggaran 2014.
kenyataannya masih banyak personil anggota
DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang yang tidak
Sumber Lain
[1.] Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. tentang
Otonomi Daerah.
[2.] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. tentang
Pemeritahan Daerah.
[3.] Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional.
[4.] Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. tentang
Keuangan Negara.
[5.] Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009. tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD.
[6.] Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
[7.] Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
[8.] Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan
Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
[9.] Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
[10.] Permendagri Nomor 01 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
[11.] Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 01 tahun 2010
tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Sidenreng Rappang.