Anda di halaman 1dari 17

2.1.

Komunikasi Gawat darurat


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

Kosep dasar keperawatan gawat darurat


a. Klien Gawat Darurat : Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress
nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
b. Pasien Gawat Darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label
merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
c. Pasien Gawat Tidak Darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya
pasien dengan Ca stadium akhir.
d. Pasien Darurat Tidak Gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat : Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan
kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk,
pilek.
f. Pasien Meninggal : Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas
terakhir. Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan
penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)


SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem
pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah
sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada
respon cepat yang menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat
dan sistem komunikasi.

a. Fase pra rumah sakit


Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat
yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya yang
pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag
dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih
pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan
pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek
kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat
terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit. Contoh : di jalan terjadi kecelakaan
kemudian penderita gawat darurat ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan
untuk gawat darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di
tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti menolong
menghentikan pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan
kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke
rumah sakit.

b. Fase pelayanan rumah sakit


Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn
yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi
yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini
tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti cairan
yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.

c. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )


Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan
petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu dengan
rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan
penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan
sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban sebut.
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit
tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan, kemudian
rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu
pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

Tujuan komunikasi pada gawat darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994). Tujuan komunikasi terapeutik pada klien
gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami
kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong
dan tidak terjadi hal yang fatal.

Aspek psikologis pada situasi gawat darurat


a. Cemas : Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada
setiap orang tidak sama.
b. Histeris : Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang
tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan
yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
c. Mudah marah : Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu
apa yang harus di perbuat

a. Tehknik komunikasi pada gawat darurat


1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang
kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan
keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang
dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga
kestabilan emosi klien.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya
perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah.
Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.

3. Mengulang Pernyataan Klien


Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.

4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

5. Menyampaikan Hasil Pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat
dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan
klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan

6. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Selama pengkajian dengan klien perawatn harus mengajukan pertanyaan secara
berurutan. Tujuan dari bertanya kepada klien adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien, perawat diusahakan bertanya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan topik
yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks budaya klien.

7. Memfokuskan
Tujuannya untuk membatasi bahan pembicaraan antara perawat dan klien sehingga
pembicaraan menjadi lebih spesifik lagi perawat juga tidak harus memotong pembicaraan jika
klien menyampaikan ,masalah yang penting yang dapat memberikan informasi bari bagi perawat.

8. Menyampaikan Hasil Observasi


Perawat menyampaikan hasil pengamatannya tujuannya apakah klien menerima pesannya
dengan benar.

9. Menawarkan Informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Apabila
ada informasi yang ditutupi oleh dokter perawat perlu mengklarifikasi alasannya dengan
memberikan informasi tambahan. Informasi tambahan ini dapat menumbuhkan rasa percaya klien
terhadap perawat.

10. Diam
Perawat harus memberikan kesempatan untuk diam kepada klien untuk berkomunikasi
terhadapdirinya sendiri, mengorganisasi fikiran dan memproses informasi dalam mengambil
keputusan.

11. Meringkas
Meringkas pembicaraan dapat membantu perawat mengulang aspek penting dalam
interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

b. Prinsip komunikasi gawat darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

c. Strategi dalam komunikasi gawat darurat


1. Fase Pra-Interaksi
Fase pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan
perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Pra-
interaksi :
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
b. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
d. Rencanakan pertemuan pertama.

2. Fase Orientasi
Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
klien atau pasien dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat diagnosa
keperawatan. Fase orientasi terdiri dari:
a. Pengenalan
b. Persetujuan Komunikasi
c. Program Orientasi yang meliputi :
1. Penentuan batas hubungan
2. Pengidentifikasian masalah
3. Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
4. Mengkaji apa yang diharapkan

3. Fase Kerja
Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan yang
dibuat pada tahap orientasi, perawat juga membantu klien mengatasi kecemasan,
meningkatan kemandirian dan tanggungjawab diri sendiri.

4. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan
tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan. Dan juga berfungsi untuk
mengantisipasi masalah yang akan timbul. Pada tahap ini interaksi akan diakhiri.

Contoh Kasus :
1. Pra interaksi
Suatu hari seorang pria berumur 37 tahun mengalami kecelakan sepeda motor dan
mengalami patah tulang dibagian betis. Oleh kerabatnya dibawa kerumah sakit untuk
segera diberi tindakan medis.

2. Oientasi
Setelah keluarga dari pasien sudah menyelesaikan administrasi perawat datang ke
ruang unit gawat darurat dan setelah dokter melakukan penanganan segera pada
ektremitas bagian bawah yang fraktuer perawat melakukan pemeriksaan ulang pada
pasien
Perawat : “selamat pagi pak.”
Pasien : “pagi juga sus.”
Perawat : “perkenalkan saya perawat wiwik yang bertugas pada pagi ini, maaf dengan
bapak siapa?”
Pasien : “bapak andika sus.”
Perawat : “biasanya dipanggil bapak apa ya?”
Pasien : “pak dika aja sus.”
Perawat : “baiklah pak dika, gimana kondisi pagi ini? Apa ada yang dikeluhkan?”
Pasien : “saya merasa nyeri pada bagiann kaki saya yang patah.”
Perawat : “selain itu ada keluhan lain?”
Pasien : “tidak itu saja ners”

3. Fase kerja
Suster : baik l bapak saya akan memeriksa keadaan bapak,yang mana saya akan
memeriksa tekanan darah bapak,suhu badan bapak,sama deyutan nadi bapak
Pasien : Iya sus
Suster : oke,bapak yuda lebih nyaman di periksa posisi berbaring atau posisi duduk
bapak?
Pasien : Duduk aja suster dan (suster pun menaikkan sandaran pada bapak yuda)
Suster : Baik bapak maaf ya bapak (suter memeriksa tekanan darah,suhu
tubuh,detakan jantung pasien)
Suster : Alahamdulillah pemeriksaan nya udah selesai bapak dan (suster
mengembalikan posisi pasien yuda dengan posisi berbaring)
Pasien : Trimakasi suster izza
Suster : Iya bapak, sekarang saya akan menyebutkan hasil pemeriksaannya bapak,
Tekanan darah : (normal) 110per 80
Suhu tubuh : 36
Denyut nadi : 70x permenit
Pasien : Alhamdulillah terimakasi suster
Suster : sama-sama bapak ini telah menjadi kewajiban dan tugas kami bapak sebagai
suster,
Pasien : iya suster
Perawat : Oya, karna bapak disini baru datang, saya disini akan mengorientasikan pada
bapak dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan ini.
Tujuannya untuk menjaga kenyamanan bapak. Apa bapak bersedia?”
Perawat : “sebelumnya, saya akan membaca peraturan untuk ruangan ini terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung,di rumah sakit ini, jam kunjung dibatasi, karna
untuk menjaga kenyamanan klien. Jam kunjung pagi dari jam 09.00-11.00, jam kunjung
sore dari jam 14.00-17.00, pengunjung yang boleh masuk maksimal 2orang, jadi
apabila ada kerabat atau keluarga bapak yang berkunjung lebih dari 2orang, telah
disediakan ruang tunggu didepan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum
dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan?”
Pasien : “nggak ada sus.”
Perawat :“baiklah kalau begitu, kita lanjut ya pak. Selanjutnya saya akan
mengorientasikan lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. tempat tidur ini bisa
dinaikkan bagian atas dan bawahnya, ini ada pemutarnya yang sebelah kanan untuk
menaikkan bagian kaki dan yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. disebelah kanan
tempat tidur ada lemari kecil,disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti
untuk bapak dan ibu, dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi,jadi nanti bapak bisa
mandi atau buang air disana, diatas tempat tidur ada bell,jika bapak membutuhkan
sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan menekan bell. Oya buk, diruangan ini
juga tidak diperkrnankan merokok, dan mohon bantuannya untuk menjaga kebersihan
ruangan ini untuk kenyamanan bersama ya pak.”

4. Terminasi
Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”
Pasien : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”
Perawat: baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu
bapak bisa menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana hijau
tepat di atas kepala bapak.
Pasien: iya ners
Perawat : bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk
memeriksa keadaan bapak.”
Pasien : “iya ners.
Perawat : “saya permisi dulu pak, terimakasih ata kerjasamanya.
Pasien : “iya ners, terimakasih juga.

2.2 Komunikasi Pada Pasien di ICU

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan


menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien
dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan
kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.Ada
karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed
back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat
merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.
Pasien tidak sadar ini pada dasarnya pasien tidak responsif mereka masih dapat
menerima rangsangan. Pendengara dianggap sebagai sensai terkahir yang hilang dengan
ketidaksadaran dan yang menjadi pertama yang berfungsi, faktor ini akan menjadi
pertimbangan mengapa perawat harus tetap berkomunikasi pada pasien tidak sadar
sekalipun.Ada Kharakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, dimana
kita kidak menemukan umpan balik, salah satu elemen komunikasi, ini dikarenakan karena
kondisi pasien yang tidak dapat merespon kembali apa yang sudah kita komunikasikan.

Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar


Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon
dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai
pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien
hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun
dengan berbaring ini pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.

2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran,
tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat
menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan
motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien
untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat
pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat,
perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak
lain halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.

3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya
perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien.
Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi
dan semua hal positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita
dituntut untuk tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara
tidak langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan
pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh
mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik
tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi, apa yang
dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien
terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar
kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.

4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang
akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh
untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien
tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada
klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien.
Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan
terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.

Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu
atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi
dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun,
komunikasi penting adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di
atas. Dibawah ini akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien, terhadap klien
tidak sadar. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan
seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk membantu
sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling membantu. Perawat akan
membantu siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap
memperhatikan hak-haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling
percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi dengan pasien tidak
sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan
membantu dalam komunikasi terapeutik.

a. Teknik Berkomunikasi Dengan ICU


Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga
menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada
pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat
tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan
terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien.
Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih
besar oleh klien.

2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari
pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien
untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

3. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi.
Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada
klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari
status kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat
menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

4. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menujukkan
dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat
membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan
kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal
dapat berupa sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata,
merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada
orang lain. Sentuhan adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah
komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai
pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta
tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri,
yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus
seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena
perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

b. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar


Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan
bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan
penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar
seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu
meresponnya sama sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang perawat sampaikan dekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah
satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien
fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

Strategi komunikasi dengan pasien ICU


Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra interaksi, fase orientasi, fase
kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan
uraian tugas dari petugas, yaitu
1. Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, petugas harus mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan sendiri. Petugas juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional diri.
Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan pertemuan
pertama dengan pasien.

2. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau kontrak
komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program orientasi tersebut
meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah, mengakaji tingkat
kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi
yang akan dilakukan bersama antara petugas dan klien.Tugas petugas pada fase ini adalah
menentukan alasan klien minta pertolongan, kemudian membina rasa percaya,
penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama klien,
mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting dilakukan petugas
pada tahap orientasi ini. Dengan demikian petugas dapat mengidentifikasi masalah klien,
dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan klien.

3. Fase kerja / lanjutan


Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan
faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi
sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara
pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau
meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian
dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi
ketergantungan pasien pada petugas, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati
dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.Tugas petugas pada fase kerja ini
adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Petugas juga perlu
mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif.

4. Fase terminasi
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan
tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas
hubungan yang telah ditentukan. Petugas harus mengantisipasi masalah yang akan timbul
pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung pada petugas. Pada fase ini
memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien
merasa sunyi, menolak dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan tentang terminasi.
Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan realitas perpisahan. Petugas
juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi
perasaan bersama klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain,
yang mungkin terjadi pada fase ini.

Contoh Kasus :
Seorang pasien bernama Tn. A (30 tahun) mengalami koma selama enam bulan.
Sekarang Tn. A dirawat di RS dr. Soebandi dan ditempatkan di ruang ICU. Sebelumnya Tn.
A pernah dirawat di Rs X dalam keadaan koma. Perawatpun melakukan tindakan pemberian
obat melalui injeksi IV.

A. Tahap Pra-interaksi
1. Mempersiapkan :
1. Topik : Pemberian obat melalui injeksi IV pada pasien koma.
2. Subtopik : Menyembuhkan pasien.
3. Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan, diharapkan beberapa lama
kemudian pasien sadar dan kembali seperti keadaan semula.
4. Tujuan jangka pendek : Tidak terjadi penurunan kestabilan dan kesadaran.
5. Sasaran : Pasien koma.
6. Tempat : Di R.S.U.D dr. Soebandi.
7. Waktu : 5 menit.
2. Karakteristik Klien :
1. Nama : Tn. A.
2. Umur : 30 tahun.
3. Jenis kelamin : Laki-laki.
4. Kondisi : Menderita koma selama enam bulan.
5. Riwayat Penyakit : Seorang pasien yang bernama Tn. A adalah kakak dari Ny. B,
sebelumnya Tn. A pernah dirawat dirumah sakit dengan keadaan koma dan sekarang
harus dirawat lagi di RSUD dr. Soebandi di tempatkan diruang ICU.
6. Keadaan umum : Pasien masuk RSUD dr. Soebandi dengan keadaan koma.

B. Tahap Orientasi :
Perawat : Selamat pagi Bu.
Keluarga : Selamat pagi Ners.
Perawat : Bagaimana kabar Tn. A Bu?
Keluarga : Ya begitulah Ners, seperti biasanya masih belum ada perkembangan.
Kakak saya masih belum sadar, padahal Dokter bilang beliau sudah melewati masa
kritis. Tapi kenapa kakak saya belum sadar ya Ners?
Perawat : Sabar ya Bu, lebih baik Ibu banyak berdoa agar Tn. A segera sadar
dan bisa berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Keluarga : Amin, tapi kira-kira sampai berapa lama Ners?
Perawat : Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan Bu, tapi yang pasti
kami akan berusaha merawat Tn. A sebaik mungkin untuk membantu proses
penyembuhan. Ibu, hari ini saya akan memberikan obat pada Tn. A, nanti Tn. A akan
disuntik menggunakan obat ini. (sambil menunjukkan obatnya)
Apakah saya di perbolehkan memberi obat ini pada Tn. A?
Keluarga : Silahkan Ners, lakukan yang terbaik untuk kakak saya.

Lalu perawat masuk ke ruang ICU, kemudian mempersiapkan alat untuk injeksi.
Perawat : Selamat pagi Bapak, perkenalkan saya perawat Sinta yang akan
merawat bapak hari ini. Bapak hari ini saya akan memberikan obat melalui injeksi
IV. (sambil menyentuh pasien)

C. Tahap Kerja
Perawat : Bapak, saya akan menyuntikkan obatnya sekarang ya? (Sambil
menyentuh pasien), Bismillah.

D. Tahap Terminasi
Beberapa menit kemudian perawat telah selesai melakukan tindakan.
Perawat : Bapak saya sudah selesai memberi obat pada Bapak, semoga obat yang
saya masukan bisa membantu bapak agar cepat sembuh dan segera bertemu dengan
keluarga Bapak, karena keluarga Bapak sudah ingin bertemu dengan Bapak lagi.
(sambil menyentuh dan menghadap pasien)
Perawat : Baik bapak, karena saya sudah selesai memberi tindakan, saya pamit
dulu ya? Permisi Bapak.

Perawat keluar dari ruangan dan kembali bertemu dengan keluarga pasien.
Keluarga : Bagaiman keadaan kaka saya Ners?
Perawat : Kondisi kakak Ibu stabil, akan tetapi masih belum ada perkembangan
yang menunjukkan tanda-tanda sadar. Ibu tetap sabar, banyak berdoa untuk
kesembuhan Tn.A. Kalau Ibu tidak pantang menyerah, pasti akan membawa dampak
positif pada kesehatan Tn. A.
Keluarga : Baik Ners, saya ingin kakak saya segera sadar dan bisa berkumpul
dengan keluarga lagi.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu? Kalau Ibu membutuhkan
bantuan saya atau perawat yang lain, silahkan datang ke nursestation ya? Semoga Tn.
A cepat sembuh, Assalamualaikum.
Keluarga : Amin, terimakasih Ners. Waalaikumsalam.

Anda mungkin juga menyukai