Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASPEK-ASPEK EJAAN

Dosen Pengampuh : Elly Anjarsari, S.Si, M.Pd


Disusun Oleh :
1. Fatimah Putri Aulia (192110006)
2. M. Syifaul Qulub (192110007)
3. Mega Ariska (192110009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Makalah yang berjudul Aspek Ejaan dalam Karya
Tulis Ilmiah.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampuh Elly Anjarsari, S.Si., M.Pd yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 28 September 2021

Fatimah putri Aulia


M. Syifaul Qulub
Mega Ariska
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar tercipta
keteraturan bentuk dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka makna yang ingin
disampaikan akan jelas dan tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami makna tersebut. Ejaan
yang benar harus selalu dipelajari, dimengerti, dan diterapkan dalam 2 pelajaran bahasa
Indonesia agar bahasa Indonesia dapat digunakan dengan benar. Penggunaan bahasa yang benar
menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI ) merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam hal tulis-menulis.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kesalahan penggunaan huruf yang terdapat dalam tulisan teks ?
2. Bagaimana bentuk kesalahan penulisan kata yang terdapat dalam tulisan teks ?
3. Bagaimana bentuk kesalahan penulisan tanda baca yang terdapat dalam tulisan teks ?
3. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bentuk kesalahan penggunaan huruf yang terdapat dalam tulisan teks
2. Mendeskripkan bentuk kesalahan penulisan kata yang terdapat dalam tulisan teks
3. Mendiskripkan bentuk kesalahan penggunaan tanda baca yang terdapat di tulisan teks
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGERTIAN EJAAN
Ejaan adalah sebuah aturan yang didalamnya menggambarkan adanya aturan tanda baca ejaan
cenderung menekankan pada tata suara dalam bahasa. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan. Dalam language planning proses ini dikenal dengan istilah elaborasi, yaitu
pembuatan aturan-aturan kaidah kebahasaan seperti dalam kaidah penulisan (ortografis).

PENERAPAN EJAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH


Dalam penulisan karya tulis ilmiah di samping perbendaharaan kata dan tata bahasa,
ejaan memegang peranan yang cukup penting agar tulisan yang dibuat tertata dengan baik.
Permasalahan ejaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah meliputi pemakaian huruf,
pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
pemakaian tanda baca dibahas dalam topik makalah yang berjudul “Penerapan Ejaan Bahasa
Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah” dikaji dengan menggunakan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pemakaian huruf meliputi pemakaian huruf vokal dan konsonan, baik gabungan vokal
maupun konsonan. Gabungan vokal yang disebut diftong tidak dipisahkan, tetapi merupakan satu
kesatuan. Demikian pula gabungan konsonan yang merupakan satu kesatuan fonem tidak
dipisahkan.
Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan
kata yang dicetak miring dianggap penting. Kenyataannya, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring dalam penulisan karya ilmiah sering menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan.
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah
penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang, partikel, singkatan dan
akronim, serta angka dan bilangan.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dipilah
menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia
dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pemakaian tanda baca yang dianalisis dalam makalah ini adalah pemakaian tanda titik;
tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik
ganda ”...”; dan tanda petik tunggal `...`.
ASPEK-ASPEK EJAAN
Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:

 aspek fonologis yang dimana didalam sebuah kalimat ada yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
 aspek morfologi yang  dimana didalam sebuah kalimat ada yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfemis
 aspek sintaksis  dimana didalam sebuah kalimat ada yang menyangkut penanda ujaran
berupa tanda baca.

Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

1. Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah


fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian yang dibagi menjadi
Dua kaida.
2. Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan,
antara lain:
 Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak
bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d
untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/. berbeda dengan Grafem i di
muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.
 Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.
 Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal
walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya
penulisan Jum’at.
 Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama,
misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.
 Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi
bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.
 Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya,
misalnya Michael dan New York.

MACAM-MACAM EJAAN

1. Ejaan Balai Pustakan


Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena
pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta
cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

Ejaan ini dulunya diciptakan oleh van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai
Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947 dulunya ejaan ini disebut Ejaan
van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu
oleh Engku Nawawi.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan balai pustaka:

a. Huruf y ditulis dengan j.


b. Huruf u ditlus dengan oe
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
d. Huruf j di tulis dengan dj.
e. Huruf c ditulis dengan tj.
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.

2. Ejaan Swandi

Ejaan Swandi atau Republik merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van Ophuysen
yang mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa
disebut Ejaan Soewandi, karena waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau
dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.

3. Ejaan Pembaharuan

Ejaan pemabaharuan adalah suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan
Republik dengan Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin
menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Adanya pembaharuan yang disarankan
panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah
berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah
mengetuai kepanitiaan ejaan itu.

Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil
merumuskan patokan-patokan ejaan baru, membuat standar satu fonem satu huruf, dan
diftong ai, au,  dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak
digunakan dalam kata berulang yang  memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun
belum pernah diberlakukan.

4. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), penyusunan ejaan ini disusun pada tahun 1959 atas
kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia
Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini mmengalami insiden yang ndak jauh berbeda  dari
Ejaan Pembaharuan.
Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia
yang kedua pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara adanya rumusan Ejaan Melindo adalah
merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum
sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik
Indonesia dengan pihak Malaysia.

Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara.
Secara ‘kan ya Indonesia dan Malaysia bahasanya mirip-mirip, Tapi sayang, ejaan ini pun gagal
diresmikan akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia waktu itu

5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh Panitianya
masih campuran antara Indonesia dan Malaysia Para pelaksananya pun di samping terdiri dari
panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september 1967 Isinya
juga nggak  jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya).

6. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015, Pada waktu pidato kenegaraan untuk
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17
Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia.

Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai
oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada
Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.

Ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain:
tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan
huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang
kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.

Pokok-Pokok Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia

(a) Pemakaian huruf


(b) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
(c) Penulisan kata
(d) Penulisan unsur serapan
(e) Pemakaian tanda baca.
a. Pemakaian huruf

Pemakaian Huruf Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis ilmiah sering
mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris.

Secara umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati kaidah-kaidah berikut.

 Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-in, pa-ut, po-in
 Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu, misalnya:
ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta-khir, ca-ri, ke-ci-pir, me-du-la.
 Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam-bung, ge-ring-sing.
 Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua, misalnya: in-stru-
men-tal, des-krip-si, bang-krut.

b. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah sering
menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan. Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan
karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang dicetak miring dianggap penting.

Contoh:
(a) Penambahan Program Studi di Universitas dilakukan untuk ...
(b) Sebagai calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur mereka ...
(c) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang wajib menaati Awig-Awig ...
(d) Mereka berlayar ke Teluk dan menyeberangi Selat sehingga perjalanan ...

c. Penulisan Kata

Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah
penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang, Partikel, singkatan dan akronim,
serta angka dan bilangan.

d. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dipilah
menjadu dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia
dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya: reshuffle
[rie`syafel] dan shuttle cock [syatel`kak], sedangkan unsur serapan serapan yang pelafalan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asingnya hanya
diubah 15 seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

5. Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian itu dibahas
dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait dengan penulisan karya tulis
ilmiah dibicarakan, di antaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda titik
dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal `...`.
6. Tanda Titik [.]
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar,
misalnya:
 Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia.
 Pemakaian Huruf.
 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring.
 Penulisan Kata.
 Pemakaian Unsur Serapan.
 Pemakaian Tanda Baca.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu, misalnya: 1.30.10 jam (1 jam, 30 menit, 10 detik), 0.45.55 (45 menit, 55 detik),
dan 0.0.30 (30 detik). Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka, misalnya: Putra, Anak Agung Putu, 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa
Sumba di Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertasi Program Doktor
Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya, misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah
5.300 orang.

6.Tanda Koma [,]


Tanda koma dipakai di antaraa unsur-unsur dalam suatu rincian atau pembilangan, misalnya:
 Ibu membeli sayur, daging, dan tahu
Tanda titik dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, sedangkan, misalnya: Sistem pendidikan nasional
membuat pembelajar dalam bidang teori, tetapi kurang dalam bidang praktik; Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena itu,; jadi,; dengan demikian,; bahkan,; akan
tetapi,;Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi,
misalnya: Dewa Made Beratha, Gubernur Bali melakukan sidak ke beberapa daerah kabupaten;
Tanda titik dipakai -- untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat, misalnya: Atas perhatian Bapak/ibu/Sdr., saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai