Zdocs - Tips - Revisi 1 Setelah Sidang
Zdocs - Tips - Revisi 1 Setelah Sidang
SKRIPSI
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR BUNGA LAWANG (Illicium verum
Hook.f) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST
(BSLT)
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Strata Satu
KEASLIAN SKRIPSI
Saya mahasiswa Jurusan Kedokteran, Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana,
Nama Mahasiswa : Cresentia Irene Iskandar
Nomor Induk Mahasiswa : 102014161
Jurusan : Kedokteran
Dengan ini menyatakan bahwa karya skripsi yang saya buat dengan judul “UJI
TOKSISITAS EKSTRAK AIR BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook.f) DENGAN
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)” adalah :
1. Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan lapangan
dan buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi pada karya tugas
akhir saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas lain, kecuali pada bagian-
bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan yang
tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir saya.
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka karya tugas
akhir ini batal.
Jakarta, 12 Februari 2018
Yang membuat pernyataan
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-Nya,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “ UJI TOKSISITAS EKSTRAK
AIR BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook.f) DENGAN METODE BRINE SHRIMP
LETHALITY TEST (BSLT) ” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
akademik guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Strata Satu Universitas Kristen Krida
Wacana. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan serta doa dari
berbagai pihak, Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Dra. Rina Priastini,
MKes selaku Pembimbing Utama, beliau selain memberi bimbingan, juga sangat banyak
membantu penulis dari sebelum penelitian hingga penulisan Skripsi ini. Selain itu, penulis
juga menghaturkan terimakasih kepada dr. Ninik Wibawani selaku Pembimbing Pendamping,
yang juga banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada Pimpinan
Fakultas Kedokteran Ukrida yang telah memberikan dukungan dan penyediaan fasilitas dan
kebijaksanaan yang sangat membantu mahasiswa untuk melaksanakan penelitian, penulis
sampaikan banyak terimakasih. Selanjutnya, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
tim penelitian dan staf laboran Fakultas Kedokteran Ukrida, yang selalu menjadi tim yang
solid. Kepada kedua orangtua penulis, yang selalu menjadi pendukung dan motivator dari
awal menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, juga menjadi inspirasi penulis dalam
menentukan judul ini. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per
satu, terimakasih untuk segala bantuan, dukungan dan fasilitas yang telah diberikan. Akhir
kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis.
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Segala pujian,
hormat dan kemuliaan hanya bagi nama-Nya.
NIM :102014161
Fakultas :Kedokteran
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini,
Universitas Kristen Krida Wacana berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
ABSTRAK
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook.f)
DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
102014161
Penggunaan obat-obat moderen sebagai pengobatan sekarang sudah banyak di gunakan oleh
masyarakat. Hampir sebagian besar dari obat-obat tersebut terbuat dari bahan sintetik atau
kimia yang dapat menimbulkan berbagai efek samping. Oleh karena itu, tidak sedikit juga
masyarakat yang kini mulai beralih menggunakan pengobatan tradisional salah satunya
dengan menggunakan tanaman-tanaman herbal. Bunga lawang merupakan salah satu contoh
tanaman yang cukup banyak digunakan oleh masyarakat khususnya di Asia dan dipakai
untuk mengobati sakit perut, perut kembung, antispasmodik, ekspektoran dan diuretik. Selain
itu beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa bunga lawang juga efek antioksidan. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis toksik dari infusa bunga lawang terhadap
larva Artemia salina dengan metode BSLT. Dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah
200 µg/mL, 400 µg/mL, 800 µg/mL, 1600 µg/mL dan 3200 µg/mL. Hasil dari penelitian ini
didapatkan kematian terbanyak larva Artemia salina adalah pada konsentrasi 3200 µg/mL
dengan persentase kematian sebesar 53%. Untuk memastikan ada tidaknya efek toksik
terhadap pemberian infusa bunga lawang maka dilakukan Uji Probit. Pada Uji Probit
diperoleh nilai LC50 adalah 4.507 µg/mL. Dari hasil penelitian maka dapat dikatakan bahwa
infusa bunga lawang tidak memiliki sifat toksik terhadap larva Artemia salina hal ini
dikarenakan nilai LC50 pada infusa bunga lawang > 1000 µg/mL.
Kata Kunci: Bunga Lawang, Illicium verum, Toksisitas Akut, LC50, BSLT, pekak
Referensi: 21 (1982-2016)
viii
ABSTRACT
TOXICITY TEST OF WATER EXTRACTION OF BUNGA LAWANG (Illicium verum
Hook.f) WITH BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) METHOD
The use of modern medicine as a treatment is now widely used by the community. Most of
these drugs are made of synthetic or chemical materials that can cause various side effects.
Therefore, people begin to use traditional medicine for alternative treatment by using herbs.
Bunga lawang is one example of a plant that is quite widely used by people, especially in
Asian and used to treat stomach pain, flatulence, antispasmodic, expectorant and diuretic. In
addition, several studies have also shown that Bunga lawang is also has an antioxidant effect.
In this study aims to determine the toxic dose of Bunga lawang infused to Artemia salina
larvae with BSLT method. The doses used in this study were 200 µg/mL, 400 µg/mL, 800
µg/mL, 1600 µg/mL dan 3200 µg/mL. The results of this study, obtained the most deaths
Artemia salina larvae is at a concentration of 3200 μg / mL with a percentage of death of
53%. To ascertain the presence or absence of toxic effect on infusion of Bunga lawang, Probit
Test is done. In Probit Test obtained LC50 value is 4.507 μg / mL. From the results of the
research it can be said that Bunga lawang infused has no toxic effect to the Artemia salina
this is because the value of LC50 of Bunga lawang infused > 1000 μg / mL.
Key Word: Bunga Lawang, Illicium verum, Acute Toxicity, LC50, BSLT, star anise
Reference: 21 (1982-2016)
ix
DAFTAR ISI
SKRIPSI ................................................................................................................................. i
BAB I ..................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ................................................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................... 4
2.1 Uji Toksisitas ........................................................................................................................... 4
2.2 Bunga Lawang ......................................................................................................................... 6
x
2.2.1 Deskripsi............................................................................................................................ 6
2.2.2 Klasifikasi.......................................................................................................................... 7
2.2.3 Manfaat dan Kandungan................................................................................................. 8
2.2.3.1 Antivirus......................................................................................................................... 9
2.2.3.2 Antimikroba................................................................................................................. 10
2.2.3.3 Antifungal .................................................................................................................... 10
2.2.3.4 Anti insektisida ............................................................................................................ 11
2.2.3.5 Antioksidan .................................................................................................................. 11
2.3 Artemia salina ........................................................................................................................ 11
2.3.1 Deskripsi.......................................................................................................................... 12
2.3.2 Siklus hidup .................................................................................................................... 13
2.3.3 Klasifikasi........................................................................................................................ 15
2.4 Metode BSLT ......................................................................................................................... 15
2.5 Kerangka Teori ..................................................................................................................... 16
2.6 Kerangka Konsep .................................................................................................................. 17
BAB IV ................................................................................................................................ 24
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................................................... 24
4.2 Pembahasan ........................................................................................................................... 27
BAB V .................................................................................................................................. 30
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 30
5.2 Keterbatasan Penelitian.................................................................................................. 30
5.3 Saran................................................................................................................................. 30
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Beberapa Kandungan Zat yang Terdapat pada Buah Illicium verum....................... 8
Tabel 2. 2 Komposisi Zat pada Minyak Atsiri Bunga Lawang ..................................................... 9
Tabel 2. 3 Modalitas Reproduksi Artemia salina ......................................................................... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Mortalitas Larva Artemia salina .................................................................... 33
Lampiran 2. Uji Probit Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang ........................ 33
Lampiran 3. Uji One Way Anova Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang ....... 38
Lampiran 4. Uji BNT Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang........................... 39
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ............................................................................................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam sebagai salah satu pengobatan tradisional telah banyak
digunakan oleh masyarakat. Di beberapa negara Asia dan Afrika, sekitar 80% masyarakat
bergantung pada pengobatan tradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan
budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang secara turun-
temurun telah diwariskan sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat
digunakan lebih luas lagi oleh masyarakat. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
bahan obat yaitu umbi, akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan sebagainya. Obat-obat herbal
ini biasanya digunakan sebagai alternatif pengobatan, khususnya bagi masyarakat yang
tinggal di daerah pedesaan selain karena alami, mudah didapat, harga yang murah dan
memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat-obatan berbahan kimia.
Menkes menyatakan, salah satu tantangan utama dalam penggunaan obat tradisional di
Indonesia adalah presepsi konsumen yang cenderung menganggap bahwa obat tradisioinal
(herbal) selalu aman.2
Bunga lawang (Illicium verum) merupakan suatu tanaman hijau berukuran sedang
yang memiliki bunga berwarna ungu-kemerahan dan memiliki bentuk seperti bintang. Bunga
lawang banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis di Asia terutama di China Selatan
dan Vietnam.4 Bunga lawang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu / rempah
masakan dan juga untuk pengobatan tradisional untuk mengobati sakit perut, sepsis, perut
kembung, antispasmodik, stimulan, antireumatik, ekspektoran dan diuretik. Selain itu
beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa bunga lawang juga berfungsi sebagai
antibakteria, antifungal dan juga memiliki efek antioksidan. Zaman dulu, masyarakat juga
merekomendasikan bunga lawang untuk mempermudah kelahiran dan untuk meningkatkan
libido, selain itu juga untuk menghilangkan ketidak nyamanan saat menopause.5,6 Di
Indonesia sendiri, kegunaan dari bunga lawang hingga saat ini masih kurang dipublikasikan.
Oleh karena itu, salah satu tujuan lain penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi lebih dalam
mengenai bunga lawang khususnya di Indonesia.
kesehatan dan rumah sakit untuk pengobatan H5N1. Pada suatu penelitian, dikatakan bahwa
dampak pemberian Oseltamivir terhadap infeksi virus H5N1 dalam 48 jam pertama
menunjukkan hasil yang signifikan dalam hal angka harapan hidup, dimana menurunkan
tingkat kematian melalui penghambatan penyebaran infeksi bahkan jika pengobatan
diberikan terlambat hingga 6-8 hari setelah onset.8
1.3 Hipotesis
Penggunaan bunga lawang sebagai obat tradisional bersifat toksik terhadap larva
Artemia Salina dalam dosis tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji toksisitas akut digunakan untuk mengukur efek samping yang terjadi dalam waktu
singkat setelah pemberian dosis tunggal yang meningkat secara teratur pada beberapa
kelompok hewan dari jenis yang sama. Pengamatan kematian hewan coba dalam waktu 24
jam digunakan untuk menghitung Lethal Dose 50 (LD50) dan hewan coba dipelihara selama
14 hari. Pengujian ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis hewan, sekurang-kurangnya
jenis hewan pengerat dan satu jenis hewan bukan pengerat. Uji toksisitas akut merupakan
prasyarat formal keamanan calon fitofarmaka (obat) sebelum digunakan pada masyarakat.
Spektrum toksikologi yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kemungkinan adanya
efek toksik pada sistem organ vital seperti kardiovaskular, susunan saraf gastroiniestinaple,
pernafasan dan lain-lain. Jika suatu sediaan fitofarmakan mempunyai efek toksis pada sistem
ini, umumnya akan terdeteksi pada tahap uji toksisitas akut. 3,10
Efek yang ditemui dengan uji toksisitas akut umumnya berupa mortalitas atau
morbiditas. Dari sudut pandang kuantitatif, efek ini diukur sebagai Lethal Dose 50 (LD50),
Effective Dose 50 (ED50), Lethal Concentration 50 (LC50) atau Effective Concentration 50
(EC50). LD50 dan ED50 mewakili dosis dari suatu bahan / senyawa yang dapat menyebabkan
kematian (LD50) atau dosis efektif (ED50) pada 50% populasi yang mendapat perlakuan. LC50
dan EC50 mewakili konsentrasi dari suatu bahan / senyawa terhadap organisme yang terpapar
yang dapat menyebabkan kematian (LC50) atau konsentrasi efektif (EC50) pada 50% populasi
yang terpapar. LD50 dan ED50 biasanya dinormalisasikan terhadap berat badan hewan
misalnya miligram senyawa/kilogram berat badan. Sedangkan LC50 dan EC50 biasanya
dinormalisasikan terhadap lingkungan dimana organisme tersebut terpapar misalnya
miligram senyawa / liter untuk organisme air. Langkah-langkah uji toksisitas ini digunakan
untuk menetapkan tingkat toksisitas untuk suatu bahan kimia. Hasil uji toksisitas akut ini
juga digunakan untuk mengidentifikasi dosis kimia untuk menjadi subletal dan evaluasi
toksisitas kronik. Akhirnya, hasil dari uji toksisitas akut ini juga dapat digunakan untuk
memberikan informasi mengenai cara kerja dari suatu toksin.11
Uji toksisitas subkronik dibuat berdasarkan hasil uji toksisitas akut. Uji ini dapat
memberikan gambaran mengenai toksisitas calon fitofarmaka pada penggunaan berulang
untuk jangka waktu yang relatif lebih panjang. Uji ini biasanya dilakukan 28 sampai 90 hari
terhadap hewan coba tikus atau anjing pada pemberian secara oral, 21 sampai 28 hari pada
pemberian secara dermal dan 28 sampai 90 hari pada pemberian secara inhalasi. Pemeriksaan
organ vital seperti hepar, ginjal, paru, otak, sistem hematologi dikerjakan dengan metode
standar (baku), termasuk pemeriksaan histopatologi. Bila pada hasil pemeriksaan uji
toksisitas akut terlihat adanya gejala toksik pada organ hati dan atau ginjal maka parameter
perlu dilengkapi dengan parameter biokimia mengenai hati dan ginjal.3,10
2.2.1 Deskripsi
Bunga lawang memiliki pohon yang berukuran sedang yaitu memiliki tinggi 8-15 m
dan diameter 30 cm dengan batang yang bulat lurus, hijau dan cabang yang licin. Memiliki
kulit batang berwarna putih hingga abu-abu terang. Daun bunga lawang memiliki panjang 6-
12 cm, berselang-seling, sederhana, keras, bersinar, licin, biasanya penuh pada satu bundel
pada akhir percabangan. Memiliki bunga yang besar, terdapat 2 alat reproduksi, berdiameter
1-1,5 cm, berwarna pink muda hingga merah atau kuning-kehijauan dan soliter. Buah bunga
lawang seperti berkapsul, memiliki bentuk seperti bintang yang terdiri dari 5 hingga 10
kelopak dengan rata-rata sekitar 8 kelopak. Setiap kelopak merupakan tempat biji. Buah
bunga lawang biasanya dipetik sebelum matang dan kering. Biji bunga lawang memiliki
warna coklat mengkilap atau kemerahan dengan kandungan minyak atsiri yang tinggi.6
2.2.2 Klasifikasi
Taksonomi Illicium verum6
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Austrobaileyales
Family : Illiciaceae
Genus : Illicium
Tabel 2. 1 Beberapa Kandungan Zat yang Terdapat pada Buah Illicium verum6
Analisis kandungan dari minyak atsiri bunga lawang dengan GCMS (Gas
Chromatography-Mass Spectrometry Analysis) mengidentifikasi 13 komponen,
dipresentasikan 95,74% oleh hydro-distilled essential oils. Komponen utamanya berupa
trans-anethole (82,7%), carryo-phyllene (4,8%) dan limonene (2,3%). Hasil ini juga sama
dengan penelitian lainnya, bahwa kandungan utama dari minyak bunga lawang adalah trans-
anethole dengan nilai berkisar 86,0% sampai 93,0%. Selain itu juga dilaporkan hal yang sama
dengan nilai berkisar antara 86,66% hingga 94,21%.4
2.2.3.1 Antivirus
Shikimic Acid merupakan peralihan hidroaromatik pada jalur umum biosintesis
aromatik asam amino pada tumbuhan, bakteri dan jamur. Shikimic Acid yang terkandung di
dalam bunga lawang digunakan sebagai prekursor untuk sintesis antiflu yaitu Oseltamivir
(Tamiflu), suatu inhibitor untuk virus influenza H1N1 pada flu babi, virus influenza tipe A
dan B dan virus influenza H5N1 pada flu burung.6,14 Shikimic Acid ini berasal dari esktraksi
pada kelopak buah bunga lawang. Ekstrak Shikimic Acid ini dapat dipisahkan dari buah
bunga lawang (sekitar lima menit) dengan menggunakan air panas pada suhu 120 oC atau
lebih untuk mendapatkan hasil 100%. Hasil ekstraksi Shikimic Acid mendekati 97%
diperoleh dengan menggunakan air pada suhu 70 oC dengan waktu yang sedikit lebih panjang
(sekitar sepuluh menit) dibandingkan dengan pada suhu 120 0C.6
2.2.3.2 Antimikroba
Ekstrak etanol mentah dari buah bunga lawang menunjukkan aktivitas antimikroba
terhadap S. aureus ATCC 25923, E. coli ATCC 2592, P. aeruginosa ATCC 27853, C. albicans
ATCC, A. mentagrophyte. Ekstrak mentah hexane dan dichloromethane menunjukkan
aktivitas antibakterial terhadap S. aureus ATCC 25923. Aktivitas antimikroba oleh ekstrak
buah bunga lawang ini karena adanya kandungan anethole.6 Selain itu phenolic dan flavonoid
juga diteliti memiliki aktivitas sebagai antimikroba.4
2.2.3.3 Antifungal
Minyak atsiri bunga lawang mampu menghambat pertumbuhan miselium dari B.
cinerea dan C. gloeosporioides hingga 90%.6 Secara Gas Chromatography-Mass
Spectrometry dan bioassay, menunjukkan kandungan trans-anethole pada I. verum
merupakan kandungan utama yang berfungsi sebagai antifungal. Selain itu, trans-anethole
juga memiliki manfaat sebagai anti insektisida, larvasida dan antimikroba.4-6 Ekstrak I. verum
pada konsentrasi 4mg/ml mampu menghambat pertumbuhan E. flucosum dan T.
mentagrophytes. Ekstrak I. verum pada konsentrasi 16 mg/ml mampu mengontrol
pertumbuhan Dermatophyte. Selain itu ekstrak I. verum juga mampu menghambat
pertumbuhan A. niger yang merupakan salah satu jamur saprofit yang diketahui
menghasilkan mycotoxin pada produk pertanian dan makanan.6
Minyak atsiri bunga lawang menunjukkan efektifitas sebagai antifungal dan mampu
menghambat secara sempurna (100%) pertumbuhan jamur F. Graminearum, F. solani dan F.
oxysporum pada konsentrasi rendah 100 ppm. Di sisi lain, F. verticillioides mampu dihambat
65,11% pada konsentrasi 100 ppm dan secara sempurna pada konsentrasi 400 ppm. Pada
konsentrasi 100 ppm mampu menghambat A. flavus 83,2%, A. parasiticus 72.8% dan
dihambat sempurna pada konsentrasi 200 ppm.4
2.2.3.5 Antioksidan
Antioksidan memiliki fungsi melindungi sel dari kerusakan yang diinduksi oleh stres
oksidatif dimana yang menyebabkan terjadinya penuaan, penyakit degeneratif dan kanker.
Tingginya kandungan polyphenols mempengaruhi tingkat aktivitas antioksidan suatu buah
dan sayur.4 Aktivitas antioksigenik pada bunga lawang dan ekstraknya memiliki potensi
antioksidan yang tinggi, hal ini disebabkan karena tingginya kadar phenolic (10,025 ppm)
dan flavonoids (5500 ppm).4,6
salina.15 Pertama kali ditemukan di Danau Urmia pada 982 oleh seorang fotografer Iran dan
kemudian pada 1756 Schlosser berhasil memfoto Artemia salina jantan dan betina.16
Artemia salina merupakan salah satu organisme yang digunakan untuk uji toksisitas
terhadap berbagai bahan kimia. Selain itu juga banyak digunakan pada industri akuakultur
terutama pada tahap larva sebagai makanan hidup untuk banyak spesies ikan dan kerang-
kerangan.15,16
2.3.1 Deskripsi
Tubuh Artemia salina terdiri atas 3 segmen yaitu kepala, toraks dan abdominal.
Perbedaan morfologi jantan dan betina berada pada jarak maksimal antara komposisi mata,
panjang dari antena utama, lebar dari segmen abdominal ketiga, total panjang badan,
diameter komposisi mata, dan panjang abdomen.15
Artemia salina jantan dewasa memiliki panjang sekitar 8-10 mm, dan betina dewasa
memiliki panjang sekitar 10-12 mm. Dewasa memiliki 3 mata dan 11 pasang kaki. Warna
dari Artemia salina dewasa tergantung dari konsentrasi garam pada air, dari hijau hingga
merah (konsentrasi tertinggi adalah merah). Selain itu darah mereka mengandung pigmen
hemoglobin.16
Artemia salina jantan memiliki 2 organ reproduksi. Rahim dari Artemia salina betina
dapat menampung hingga 200 telur. Mereka termasuk spesies ovipar (bertelur) dan
ovovivipar (bertelur melahirkan). Kedua cara reproduksi ini tergantung pada kondisi
hidupnya, ovovivipar ketika kondisi baik dan ovipar ketika kondisi kurang baik. Telur yang
mereka hasilkan, akan mengapung di air dan dapat berkembang menjadi nauplia (larva) atau
jika kondisi tidak baik akan berubah menjadi kista (bentuk dorman) yang dapat bertahan
dalam waktu yang lama pada masa kemarau. Jika kondisi lingkungan kembali membaik, kista
akan kembali hidup dan menetas menjadi larva. Makanan Artemia salina berupa alga, protoza
dan detritus.16
Reproduksi
Ovipar Ovovivipar
Kaya makanan (seperti alga hijau) Sedikit makanan (seperti debris organik)
Reproduksi secara ovipar. Setelah kopulasi, telur yang dibuahi akan memasuki
tahap grastula dan diselubungi oleh lapisan coklat yang keras yang terdiri atas kitin,
lipoprotein dan lain-lain. Kista akan mengapung di air dan harus melewati masa kekeringan.
Kista akan menjadi larva jika kondisi lingkungan membaik.15
Kista (0,2-0,3 mm) berubah menjadi larva nauplia (0,45 mm) dalam waktu 24-36 jam.
Nauplia membutuhkan waktu 3 minggu untuk menjadi dewasa (maksimal 12 mm). Kista
sangat tahan terhadap lingkungan yang ekstrim. Kadar garam yang tinggi 70 ppt,
menyebabkan nauplia tidak dapat menetas karena gradien osmotik yang terlalu tinggi. Kadar
garam dibawah 5 ppt menyebabkan kista dapat menetas, tetapi menyebabkan nauplia dapat
cepat mati. Kista dapat bertahan dari kontak terhadap cairan agresif, kekeringan yang ekstrim,
rendahnya oksigen dan terhadap pestisida.15
Nauplia tumbuh optimal pada suhu 28oC dan 35 ppt. Suhu letal adalah 0oC dan 37-
38oC. Larva hanya memiliki 1 mata (photoreceptor). Dimana nanti akan bertambah 2 mata,
dengan total mata menjadi 3 mata. Nauplia adalah fototaksik, sedangkan dewasa tidak.
Mereka berenang melewati kolom air (fototaksis) menggunakan antena. Mandibula berfungsi
untuk menyaring air dan fitoplankton.15
2.3.3 Klasifikasi
Taksonomi Artemia salina15
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Genus : Artemia
Variabel penting untuk membiakan Artemia salina adalah suhu, salinitas, pH, cahaya
dan oksigen. Suhu optimal untuk penetasan telur Artemia salina adalah 25-30oC, kadar
salinitas 30-35 ppt, dan pH 8-9 (bersifat basa). Jika pH yang digunakan dibawah 5 atau diatas
10, maka udang tersebut akan mati. Cahaya yang sangat minimal sangat dibutuhkan dalam
proses penetasan dan akan menguntungkan bagi pertumbuhannya. Selain itu juga diperlukan
oksigen yang cukup agar larva dapat hidup dan berkembang.20
Tabung yang akan digunakan sebanyak 6 tabung. 1 tabung sebagai kontrol, dimana
tidak diberikan infusa bunga lawang tetapi hanya diisi oleh air biasa dan 20 larva Artemia
salina. Sedangkan 5 tabung lainnya akan diberikan infusa bunga lawang dengan dosis yang
berbeda-beda dan 20 larva Artemia salina pada masing-masing tabung. Dosis yang
digunakan pada keempat tabung ini adalah 200 µg/mL, 400 µg/mL, 800 µg/mL, 1600 µg/mL
dan 3200 µg/mL. Setelah itu dilakukan pengamatan kematian larva selama 24 jam. Percobaan
ini dilakukan sebanyak 3x pengulangan (replikasi).20 Pemilihan dosis ini berdasarkan
referensi dosis yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran Ukrida.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kertas saring
Kertas pH
Timbangan
Pemanas air
Termometer
Loop / kaca pembesar
Labu erlenmeyer ukuran 250 mL
Batang pengaduk
Lampu 5 watt
Gelas beaker 250 mL
Gelas breaker 1000 mL
c. LC50 (Lethal Concentration 50). LC50 digunakan untuk menghitung dosis optimal
dengan menghitung 50% larva Artemia salina yang mati setelah 24 jam pemberian
infusa bunga lawang dengan dosis yang berbeda-beda. Suatu senyawa dianggap
toksik jika nilai LC50 < 1000 µg/mL, sehingga akan menyebabkan kematian pada 50%
hewan uji.
3.9Dana Penelitian
Rencana perkiraan dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :
a. Telur Artemia salina = Rp 200.000,-
b. Garam bata = Rp 40.000,- / pak
c. Bunga lawang = Rp 20.000,- / 100 gram
d. Lampu 5 watt = Rp 18.000,-
e. Aerator 5 buah = Rp 150.000,-
f. Ragi = Rp 5.000,- / bks
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada (Lampiran 1), dimana penelitian
dimulai pada pukul 11.00 WIB dan diamati pada pukul 11.00 WIB keesokan harinya. Dari
hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa hasil perlakuan dari kelompok kontrol selalu
dalam kondisi baik dimana tidak ada larva Artemia salina yang mati pada tiga kali
pengulangan. Pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 200 µg/mL juga dalam kondisi
baik dimana tidak ada larva Artemia salina yang mati pada tiga kali pengulangan. Sedangkan
pada kelompok perlakuan lainnya didapatkan adanya kematian larva Artemia salina dengan
jumlah yang bervariasi. Lalu dilakukan penjumlahan dan dihitung rata-rata jumlah kematian
larva Artemia salina dalam tiga kali pengulangan.
100%
90%
80%
Persentase Kematian (%)
70%
60% 53
50
50%
40%
30%
18
20% 15
10%
0 0
0%
0 200 400 800 1600 3200
Konsentrasi (µg/ml )
Pada grafik diatas, menunjukkan bahwa percobaan pada kelompok kontrol dan
kelompok 200µg/ml tidak terdapat adanya kematian dari larva Artemia salina. Pada
kelompok 400µg/ml terdapat angka kematian larva Artemia salina sebesar 15%, pada
kelompok 800µg/ml terdapat angka kematian sebesar 18%, pada kelompok 1600µg/ml
terdapat angka kematian sebesar 50% dan pada kelompok 3200µg/ml terdapat angka
kematian sebesar 53%.
Untuk memastikan ada tidaknya efek toksik terhadap pemberian infusa bunga lawang,
maka dapat dilakukan Uji Statistik Uji Probit seperti pada Lampiran 2. Berdasarkan Uji
Probit diperoleh nilai LC50 adalah 4.507 µg/mL. Dari hasil penelitian maka dapat dikatakan
bahwa infusa bunga lawang tidak memiliki sifat toksik terhadap larva Artemia salina hal ini
dikarenakan nilai LC50 pada infusa bunga lawang > 1000 µg/mL.
Sedangkan untuk mengetahui apakah ada tidaknya perbedaan yang bermakna antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan maka perlu dilakukan Uji Anova seperti pada
Lampiran 3.
Pada Uji one way Anova ini terlihat apakah diantara setiap kelompok perlakuan
memiliki perbedaan yang bermakna atau tidak. Pada Tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa setiap
kelompok perlakuan memiliki perbedaan bermakna, hal ini dapat dinilai dari nilai sig. 0,000
yang berarti p < 0,05. Karena didapatkan adanya perbedaan bermakna antara setiap kelompok
perlakuan, maka dapat dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil / LSD (Least Significance
Different) untuk menentukan apakah rata-rata kelompok perlakuan berbeda secara statistik
atau tidak seperti yang tertera pada Tabel 4.2.
ANOVA
Mati
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 335.111 5 67.022 29.424 .000
Within Groups 27.333 12 2.278
Total 362.444 17
Kelompok K0 K1 K2 K3 K4 K5
K0 - 0.000 3.000* 3.667* 10.000* 10.667*
K1 0.000 - 3.000* 3.667* 10.000* 10.667*
K2 3.000* 3.000* - 0.667 7.000* 7.667*
K3 3.667* 3.667* 0.667 - 6.333* 7.000*
K4 10.000* 10.000* 7.000* 6.333* - 0.667
K5 10.667* 10.667* 7.667* 7.000* 0.667 -
*p<0.05 (berbeda bermakna)
Pada Tabel 4.2, kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap
kelompok perlakuan dengan konsentrasi 200µg/ml karena didapatkan nilai p > 0,05.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah infusa bunga lawang memiliki efek
toksik terhadap larva Artemia salina atau tidak. Penelitian ini menggunakan bunga lawang
kering yang bisa didapatkan di pasar dalam kondisi kering. Bunga lawang kering tersebut
lalu dihancurkan menjadi serbuk dengan cara diblender. Setelah itu serbuk bunga lawang
tersebut ditimbang sesuai dengan jumlah masing-masing yaitu 0,02 g; 0,04 g; 0,08 g; 0,16 g
dan 0,32 g dan masing-masing dilarutkan ke dalam 100 mL akuades pada gelas breaker. Lalu
campuran bunga lawang tersebut dipanaskan selama 15-20 menit hingga mencapai suhu
900C. Tujuannya yaitu agar zat aktif pada bunga lawang tersebut tidak rusak akibat
pemanasan. Setelah selesai dipanaskan, infusa bunga lawang tersebut disaring menggunakan
kertas saring dan dimasukan ke dalam labu erlenmeyer.
Selanjutnya dilakukan penetasan telur Artemia salina. Dimana harus membuat air
garam terlebih dahulu sebagai tempat hidup Artemia salina. Air garam ini dibuat sebanyak 2
tabung yaitu untuk tempat penetasan telur Artemia salina dan untuk tabung perlakuan. Garam
yang digunakan adalah garam bata dimana harus digerus terlebih dahulu menggunakan
mortar menjadi partikel-partikel kecil dengan tujuan untuk mempercepat pelarutannya dalam
air. Garam yang telah digerus ditimbang sebanyak 50 g dan dilarutkan kedalam air sebanyak
500 mL. Setelah itu diaduk dan dilakukan pengukuran pH. pH yang diharapkan adalah basa
sekitar 8-9 dengan tujuan agar menyerupai dengan habitat asli larva Artemia salina. Setelah
itu, masukan aerator ke dalam tabung air garam. Lalu, telur Artemia salina ditimbang
sebanyak 1 g dan dimasukan ke dalam tabung dan diberikan penyinaran menggunakan lampu
5 watt. Tujuan diberikannya penerangan yaitu untuk memicu pergerakan dari larva Artemia
salina agar memisahkan diri dari cangkangnya karena larva Artemia salina merupakan
hewan fototaksis yaitu bergerak karena adanya rangsangan cahaya. Telur Artemia salina
dibiarkan menetas selama 48 jam.
Air garam lainnya dibagi ke dalam enam gelas breaker berukuran 250 mL sebanyak
masing-masing 50 mL. Setelah itu dimasukan larva Artemia salina yang berusia 48 jam dan
bergerak aktif dengan menggunakan pipet tetes ke dalam gelas percobaan masing-masing
sebanyak 20 ekor. Untuk memudahkan penghitungan bisa menggunakan bantuan kaca
pembesar. Pada kelompok kontrol hanya berisi 20 ekor larva Artemia salina dan air garam
sebanyak 50 mL. Sedangkan pada kelompok perlakuan lainnya ditambahkan infusa bunga
lawang dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 200 µg/mL, 400 µg/mL, 800 µg/mL, 1600
µg/mL dan 3200 µg/mL. Lalu, masing-masing kelompok perlakuan ditutup menggunakan
aluminium foil dan diberikan sedikit celah sebagai tempat jalan masuknya oksigen ke dalam
gelas. Selain itu, semua kelompok perlakuan harus diberikan penerangan yang cukup.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam.
Pada hasil penelitian seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa,
kematian terbanyak larva Artemia salina terdapat pada kelompok perlakuan dengan
kosentrasi 3200 µg/mL Berdasarkan Uji Probit diperoleh nilai LC50 adalah 4.507 µg/ml. Dari
hasil penelitian maka dapat dikatakan bahwa infusa bunga lawang tidak memiliki sifat toksik
terhadap larva Artemia salina hal ini dikarenakan nilai LC50 pada infusa bunga lawang >
1000 µg/ml. Oleh karena itu, infusa bunga lawang lebih cocok digunakan sebagai antioksidan.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa bunga lawang memiliki potensi
antioksidan yang tinggi, hal ini disebabkan karena tingginya kadar phenolic (10,025 ppm)
dan flavonoids (5500 ppm).4,6 Menurut Meyer et al. (1982), bahwa suatu ekstrak memiliki
aktivitas toksik apabila dapat membunuh 50% hewan uji pada konsentrasi <1000 µg/mL.
Selain itu McLaughlin et al. (1991) menuliskan nilai LC50 <30 µg/mL bersifat sitotoksik, 30-
200 µg/mL berpotensi sebagai antibakteria sedangkan 200-1000 µg/mL berpotensi sebagai
pestisida.20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Infusa bunga lawang tidak memiliki sifat toksik atau bersifat aman terhadap larva
Artemia salina hingga konsentrasi 3200 µg/ml. Pada Uji Probit didapatkan nilai LC50 adalah
4.507 µg/ml. Oleh karena itu, infusa bunga lawang lebih cocok digunakan sebagai
antioksidan karena tidak memiliki zat aktif yang berpotensi sebagai obat.
5.3 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu uji toksisitas subkronik pada mencit untuk
menilai dosis maksimal yang aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
2. Perlu dilakukan penelitian lainnya menggunakan ekstrak minyak atsiri pada buah
Bunga Lawang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasad S, Tyagi AK. Traditional medicine : The Goldmine for Modern Drugs. Adv Tech
Biol Med.2015;3(1) : 1-2
2. Departemen Kesehatan Indonesia. Integrasi pengobatan tradisional dalam sistem
kesehatan nasional. Sumber : http://www.depkes.go.id/article/view/1706/integrasi-
pengobatan-tradisional-dalam-sistem-kesehatan-nasional.html. Diakses pada 25 April
2017.
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Nomor 761/MENKES/SK/IX/1992 tentang pedoman fitofarmaka menteri kesehatan
republik indonesia. 1992.
4. Aly SE, Sabry BA, Shaheen MS, Hathout AS. Assessment of antimycotoxigenic and
antioxidant activity of star anise (Illicium verum) in vitro. Journal of the Saudi Society
of Agricultural Sciences.2016;5(1) : 20-27.
5. Huang Y, Zhao J, Zhou L et al. Antifungal activity of the essential oil of Illicium verum
fruit and its main component trans-anethole. Molecules.2010;15 : 7558-69.
6. Chouksey D, Sharma P, Pawar RS. Biological activities and chemical constituents of
Illicium verum hook fruits (Chinese star anise). Der Pharmacia Sinica.2010;1(3):1-10.
7. Kosasih H, Bratasena A, Pangesti K, Laras K, Samaan G. Managing seasonal influenza:
oseltamivir treatment policy in Indonesia ?. Acta Medical Indonesiana-The Indonesian
Journal of Internal Medicine. 2014;46(1) : 58-63.
8. Adisasmito W, Aisyah DN, Aditama TY, Kusriastuti R, Trihono, Suwandono A et al.
Human influenza A H5N1 in Indonesia: health care service-associated delays in
treatment initiation. BMC Public Health. 2013;13:571.
9. Hodgson E. Introduction to toxicology. Dalam : Hodgson E. A Textbook of Modern
Toxicology. Edisi ke-4. US : John Wiley & Sons.2010.h.3-5.
10. Hodgson E. Toxicity testing. Dalam : Hodgson E (Ed). A textbook of modern toxicology.
Edisi ke-4. US : John Wiley & Sons.2010.h.409-16,21,27.
11. Leblanc GA. Acute toxicity. Dalam : Hodgson E (Ed). A textbook of modern toxicology.
Edisi ke-4. US : John Wiley & Sons.2010.h.225-9.
12. Zhou BG, Wang S, Dou TT, Li MY, Hua RM, Li SG et al. Aphicidal Activity of Illicium
verum Fruit Extracts and Their Effects on The Acetylcholinesterase and Glutathiones-
transferases Activities in Myzus persicae (Hemiptera:Aphididae). Journal of Insect
Science.2016;16(1) : 11;1-7.
13. Lixandru M. Properties and Benefits of Star Anise. Sumber : Natureworld
https://www.natureword.com/tag/illicium-verum/. Diakses pada 23 Desember 2017.
14. Borah JC. Shikimic acid: a highly prospective molecule in pharmaceutical industry.
Current Science. 2015;109(9) : 1672-679.
15. Dumitrascu M. Artemia salina. Balneo-Research Journal.2011;2(4) : 119-122.
16. Asem A, Ponyani NR, Escalante PDLR. The genus Artemia Leach, 1819 (Crustacea:
Branchiopoda). I. True and false taxonomical descriptions.
Lat.Am.J.Aquat.Res.2010;38(3):501-6.
17. Aquaterraria. Artemia salina. Sumber : http://www.aquaterraria.com/atlas/artemia-
salina.htm. Diakses pada 23 Desember 2017.
18. Algae Research and Supply. Grazing kit for brine shrimp and algae culturing kit. Sumber :
https://algaeresearchsupply.com/products/grazing-kit-brine-shrimp-and-algae-
culturing-kit-measure-trophic-level-exchange. Diakses pada 23 Desember 2017.
19. Lisdawati V, Wiryowidagdo S, Kardono LBS. Brine shrimpt lethality test (BSLT) dari
berbagai fraksi ekstraksi daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa). Bul.Penel.Kesehatan.2006;34(3):111-8.
20. Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL. Brine
shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents. Planta
Medica.1982;45 : 31-34.
21. Setya NH, Budiarti A, Mahfud. Proses Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
Dengan Pemanfaatan Gelombang Mikro (microwave). Jurnal Teknik ITS.2012;1(1).
F25-F29.
Lampiran 2. Uji Probit Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang
Probit Analysis
Data Information
N of Cases
Valid 15
Rejected Missing 0
LOG Transform Cannot be 0
Done
Number of Responses > 0
Number of Subjects
Control Group 3
Convergence Information
Number of Optimal Solution
Iterations Found
PROBIT 13 Yes
Parameter Estimates
95% Confidence Interval
Parameter Estimate Std. Error Z Sig. Lower Bound Upper Bound
PROBITa Kelompok 3.585 .529 6.777 .000 2.549 4.622
Intercept -2.344 .295 -7.948 .000 -2.639 -2.049
a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 10.000
logarithm.)
Chi-Square Tests
Chi-Square dfb Sig.
PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test 12.269 13 .506a
a. Since the significance level is greater than .050, no heterogeneity factor is used in the
calculation of confidence limits.
b. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
Confidence Limits
95% Confidence Limits for Kelompok 95% Confidence Limits for log(Kelompok)a
Probability Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PROBIT .010 1.012 .607 1.351 .005 -.217 .131
.020 1.205 .774 1.552 .081 -.111 .191
.030 1.347 .903 1.695 .129 -.044 .229
.040 1.464 1.014 1.812 .166 .006 .258
.050 1.567 1.114 1.913 .195 .047 .282
.060 1.661 1.206 2.005 .220 .081 .302
.070 1.747 1.293 2.089 .242 .112 .320
.080 1.828 1.376 2.168 .262 .138 .336
.090 1.905 1.455 2.243 .280 .163 .351
.100 1.979 1.532 2.314 .296 .185 .364
.150 2.316 1.892 2.642 .365 .277 .422
.200 2.625 2.227 2.950 .419 .348 .470
.250 2.923 2.546 3.261 .466 .406 .513
.300 3.218 2.853 3.592 .508 .455 .555
.350 3.519 3.148 3.955 .546 .498 .597
.400 3.830 3.435 4.362 .583 .536 .640
.450 4.157 3.718 4.819 .619 .570 .683
.500 4.507 4.004 5.337 .654 .603 .727
.550 4.886 4.300 5.927 .689 .633 .773
.600 5.303 4.613 6.607 .725 .664 .820
.650 5.772 4.953 7.405 .761 .695 .870
.700 6.312 5.331 8.359 .800 .727 .922
.750 6.950 5.766 9.538 .842 .761 .979
.800 7.738 6.287 11.057 .889 .798 1.044
.850 8.769 6.949 13.146 .943 .842 1.119
.900 10.264 7.873 16.358 1.011 .896 1.214
.910 10.661 8.114 17.247 1.028 .909 1.237
.920 11.111 8.383 18.268 1.046 .923 1.262
.930 11.627 8.689 19.462 1.065 .939 1.289
.940 12.232 9.043 20.888 1.088 .956 1.320
.950 12.961 9.464 22.644 1.113 .976 1.355
.960 13.872 9.984 24.899 1.142 .999 1.396
Lampiran 3. Uji One Way Anova Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang
Descriptives
Mati
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Kontrol 3 .00 .000 .000 .00 .00 0 0
200 3 .00 .000 .000 .00 .00 0 0
ANOVA
Mati
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 335.111 5 67.022 29.424 .000
Within Groups 27.333 12 2.278
Total 362.444 17
Lampiran 4. Uji BNT Artemia salina yang Terpapar Infusa Bunga Lawang
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Mati
LSD
95% Confidence Interval
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 200 .000 1.232 1.000 -2.68 2.68
400 -3.000* 1.232 .031 -5.68 -.32
800 -3.667* 1.232 .012 -6.35 -.98
1600 -10.000* 1.232 .000 -12.68 -7.32
3200 -10.667* 1.232 .000 -13.35 -7.98
200 Kontrol .000 1.232 1.000 -2.68 2.68
400 -3.000* 1.232 .031 -5.68 -.32
800 -3.667* 1.232 .012 -6.35 -.98
1600 -10.000* 1.232 .000 -12.68 -7.32
3200 -10.667* 1.232 .000 -13.35 -7.98
400 Kontrol 3.000* 1.232 .031 .32 5.68
200 3.000* 1.232 .031 .32 5.68
800 -.667 1.232 .598 -3.35 2.02
1600 -7.000* 1.232 .000 -9.68 -4.32
3200 -7.667* 1.232 .000 -10.35 -4.98
800 Kontrol 3.667* 1.232 .012 .98 6.35
200 3.667* 1.232 .012 .98 6.35
400 .667 1.232 .598 -2.02 3.35
1600 -6.333* 1.232 .000 -9.02 -3.65
3200 -7.000* 1.232 .000 -9.68 -4.32
1600 Kontrol 10.000* 1.232 .000 7.32 12.68
200 10.000* 1.232 .000 7.32 12.68
400 7.000* 1.232 .000 4.32 9.68
800 6.333* 1.232 .000 3.65 9.02
3200 -.667 1.232 .598 -3.35 2.02
3200 Kontrol 10.667* 1.232 .000 7.98 13.35
200 10.667* 1.232 .000 7.98 13.35
400 7.667* 1.232 .000 4.98 10.35
800 7.000* 1.232 .000 4.32 9.68
1600 .667 1.232 .598 -2.02 3.35
Means Plots