K3 PERTAMBANGAN
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Implementasi K3)
Dosen Pengampu :
Reny Indrayani, S.KM., M.KKK
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “K3 Pertambangan”. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Implementasi K3.
Penghargaan dan rasa terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada :
1. Dr. Anita Dewi PS., S.KM., M.Kes., Reny Indrayani, S.KM., M.KKK., Ragil
Ismi Hartanti, dr., M.Sc. selaku dosen pengajar atas bimbingan dan nasihat serta
ilmu yang diberikan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya dalam bentuk apapun.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya tugas
ini.
Selaku penyusun kami berharap semoga tugas ini dapat dipahami dan berguna
bagi para pembacanya. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan, untuk itu adanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di
masa yang akan mendatang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik..............................................................................................3
2.1.1 Acuan Yang Digunakan..............................................................................3
2.1.2 Ruang Lingkup............................................................................................4
2.2 SNI 13-7083-2005 Tata Cara Induksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3 ) Pertambangan.....................................................................................................16
2.2.1 Pengertian, Tujuan dan Manfaat safety induction.....................................16
2.2.2 Penerima safety induction..........................................................................18
2.2.3 lnduksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja...............................................18
2.2.4 Jenis safety induction.................................................................................18
2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 234 Tahun 2003 Tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor
ESDM Daerah Tertentu...............................................................................................21
2.3.1 Waktu Kerja...............................................................................................21
2.3.2 Waktu Istirahat..........................................................................................22
2.3.3 Upah Kerja Lembur...................................................................................22
2.4 Studi Kasus.......................................................................................................23
ii
BAB III PENUTUP.........................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Prosedur permohonan, evaluasi , pengesahan KTT/PLT/KTBT......................4
Gambar 2 Prosedur permohonan, evaluasi pengesahan pengawas operasional................4
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Waktu kerja menurut Kepmenakertrans Nomor 234 Tahun 2003....................21
Tabel 2. Waktu istirahat menurut Kepmenakertrans Nomor 234 Tahun 2003...............22
Tabel 3. Upah kerja lembur menurut Kepmenakertrans Nomor 234 Tahun 2003..........23
Tabel 4. Upah kerja lembur untuk waktu kerja diatas 7 jam/hari...................................23
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
bekerja sama untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi atas aktivitas
pertambangan baik yang telah selesai maupun yang masih berjalan.
1. Bagaiamana dasar hukum dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 1827 Tahun 2018 Tentang Kaidah
Pertambangan Yang Baik?
2. Bagaimana dasar hukum dari SNI 13-7083-2005 Tentang Induksi K3
Pertambangan?
3. Bagaimana dasar hukum dari Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 234 Tahun 2003 Tentang Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor ESDM Daerah Tertentu?
1.3 Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik
2.1.1 Acuan Yang Digunakan
a. Undang – Undang
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
b. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
3. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
6. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
3
c. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26
Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara
2.1.2 Ruang Lingkup
4
1) KTT Kelas I
a. Tahapan kegiatan pertambangan yang menggunakan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah
tanah, kuari, kapal keruk, dan/atau kapal isap.
b. Jumlah produksi rata-rata
c. Jumlah pekerja lebih dari 200 (dua ratus) orang
d. Memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional
Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT.
2) KTT Kelas II
5
4) KTT Kelas IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT
atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan teknis
terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik
d) Penanggung Jawab Teknik adalah posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pengolahan dan atau pemurnian sesuai dengan
kaidah teknik pengolahan atau pemurnian.
e) Kepala Tambang Bawah Tanah adalah orang yang menduduki jabatan
struktur bawah tanah yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional tambang bawah tanah sesuai kaidah teknik
pertambangan. KTBT memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional
Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT
2) Bekerja dalam divisi tambang bawah tanah dan menduduki
jabatan tertinggi dalam divisi tersebut.
6
f) Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT / PTL
dalam melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan
operasional pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Kriteria
Pengawas Operasional meliputi:
1) Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau
sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT sesuai jenjang
jabatannya
2) Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen
operasional pertambangan
3) Memiliki anggota yang berada di bawahnya dan/atau
melakukan pengawasan terhadap divisi atau departemen
lainnya
7
sesuai dengan kebutuhan kegiatan operasional tambang.
8
Gambar 1 Prosedur permohonan, evaluasi , pengesahan KTT/PLT/KTBT
10
c. Lampiran III : Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara
1. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Pengolahan Pemurnian Mineral dan Batubara
a) Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian
1) Manajemen risiko
2) Program keselamatan kerja
3) Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja
4) Kampanye
5) Administrasi keselamatan kerja
6) Manajemen keadaan darurat
7) Inspeksi keselamatan kerja
8) Penyelidikan kecelakaan dan kejadian berbahaya
b) Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian
1) Program kesehatan kerja
2) Hygiene dan sanitasi
3) Penglolaan ergonomic
4) Pengelolaan makanan, minuman dan gizi pekerja tambang
5) Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
c) Lingkungan kerja
2. Pelaksanaan Keselamatan Operasi Pertambangan dan Pengolahan Pemurnian
Mineral dan Batubara
a) Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
b) Pengamanan instalasi
c) Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di Bidang Keselamatan
Operasi
d) Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
e) Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan
f) Keselamatan Bahan Peledak dan Peledakan
g) Keselamatan fasilitas pertambangan
11
h) Keselamatan Ekspolarasi
i) Keselamatan tambang permukaan
j) Keselamatan tambang bawah tanah
k) Keselamatan kapal keruk / isap
l) Keselamatan pengolahan dan pemurnian
d. Lampiran IV : Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara
1. Dalam penerapannya sistem manajeman keselamatan pertambangan mineral
dan batubara dibagi menjadi beberapa elemen, yaitu :
a) Kebijakan
Dalam proses pembuatan kebijakan, para pemegang kekuasaan
perusahaan jasa pertambangan perlu memperhatikan prinsip dasarnya
yang meliputi :
1) Penyusunan kebijakan
2) Isi kebijakan
3) Penetapan kebijakan
4) Komunikasi kebijakan
5) Tinajuan kebijakan
b) Perencanaan
1) Hasil proses penelaahan awal yang mencakup
2) Manajemen risiko
3) Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
4) Penetapan tujuan, sasaran, dan program
5) Rencana kerja, anggaran, dan biaya
c) Organisasi dan personel
d) Implementasi
1) Pelaksanaan pengelolaan operasional
2) Pelaksanaan pengelolaan lingkungan kerja
3) Pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja
4) Pelaksanaan pengelolaan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian
5) Penetapan sistem perancangan dan rekayasa
12
6) Penetapan sistem pembelian
7) Pengelolaan keadaan darurat
8) Penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan
9) Pelaksanaan keselamatan di luar pekerjaan.
e) Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
f) Dokumentasi
2) Pengendalian dokumen
3) Pengendalian rekaman
13
1) Tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan.
14
5) Pengelolaan lingkungan hidup pada fasilitas pengisian bahan bakar
cair
6) Penggunaan generator listrik
7) Kolam pengendap
c) Pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan penambangan
1) Pembukaan lahan untuk kegiatan penambangan
2) Mempertimbangan kecukupan volume tanah zona
3) Pembuatan jarak aman
4) Mempertimbangkan kajian hidrologi dan hidrogeologi
5) Peledakan tidak boleh menimbulkan kerusakan pada lingkungan
sekitar
6) Penimbunan bantuan penutup
7) Pengelolaan air larian permukaan
8) Pengelolaan air asam tambang
9) Tambang bawah tanah
10) Tambang semprot
11) Tambang kapal keruk darat
12) Tambang kapal keruk laut
13) Tambang ekstraksi cair
d) Pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan pengangkutan
1) Meminimalkan konsentrasi debu
2) Pengangkutan hasil pengolahan menggunakan pipa
3) Pembongkaran alat dan barang diupayakan pencegahan
pencemaran dan perusakan lingkungan
4) Jika terjadi tumpahan saat pengangkutan maka akan dilakukan
pengelolaan
e) Pengelolaan lingkungan hidup kegiatan pengolahan dan/ atau
pemurnian
1) Kegiatan pengolahan disarankan menggunakan air kerja secara
sirkulasi tertutup
2) Emisi cerobong dari fasilitas pengolahan wajib memenuhi baku
mutu
15
3) Jika terjadi tumpahan saat pengangkutan maka akan dilakukan
pengelolaan
4) Produk hasil pengolahan yang mengandung bahan radioaktif akan
dilakukan pengelolaan kembali
5) Proses pengolahan bijih emas tidak menggunakan air raksa
6) Fasilitas penyimpanan sisa hasil proses pengolahan dan/ atau
pemurnian yang dibangun disesuaikan dengan tempat dan
peraturan yang berlaku
7) Pelindian timbunan bijih
f) Pemantauan lingkungan hidup
Guna mencegah dan menanggulangi adanya pencemaran atau
perusakan lingkungan hidup, dilakukan pemantauan lingkungan seperti
pemantauan kualitas air permukaan, kualitas dan kuantitas air
tanah, kualitas air laut, kualitas air limbah, kualitas tanah,
kualitas udara, keanekaragaman hayati, penurunan permukaan
tanah, atau erosi dan sedimentasi.
g) Penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
1) Tata cara baku penanggulangan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup
2) Upaya penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup
h) Sistem pengelolaan perlindungan lingkungan hidup pertambangan
Dalam sistem pengelolaan perlindungan, menggunakan analisis tentang
dampak lingkungan dengan memperhatikan :
1) Kebijakan internal pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
yang ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan
2) Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
yang terintegrasi dengan perencanaan tambang
3) Struktur organisasi yang menangani lingkungan hidup
pertambangan dan diisi oleh tenaga teknis pertambangan yang
berkompeten di bidang lingkungan pertambangan
4) Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan;
16
5) Program evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup pertambangan
6) Dokumentasi pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
7) Tinjauan manajemen terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup pertambangan.
i) Penghargaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
f. Lampiran VI : Pedoman Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang Serta
Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Sedangkan
kegiatan pascatambang merupakan kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut
setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan
fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
pertambangan. Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang serta Pascaoperasi pada
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara seperti :
1. Penyusunan Rencana Reklamasi, Rencana Pascatambang, dan Rencana
Pascaoperasi
a) Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi
b) Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi
c) Penyusunan Rencana Pascatambang
d) Penyusunan Rencana Pascaoperasi
2. Penilaian dan Persetujuan
a) Penilaian dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi
b) Penilaian dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi
c) Penilaian dan Persetujuan Rencana Pascatambang
d) Evaluasi dan Persetujuan Rencana Pascaoperasi
3. Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang
a) Jaminan Reklamasi
b) Jaminan Pascatambang
4. Pelaksanaan Reklamasi, Pascatambang, dan Pascaoperasi
17
Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang dipimpin oleh Kepala Teknik
Tambang yang dibantu oleh tenaga teknis pertambangan yang berkompeten dalam
perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang.
a) Pelaksanaan Reklamasi
Pelaksanaan reklamasi dibagi menjadi dua yaitu pelaksanaan reklamasi tahap
eksplorasi dan reklamasi tahap operasi produksi
b) Pelaksanaan Pascatambang
Kegiatan pelaksanaan pascatambang dilaksanakan paling lambat sekitar 30
hari kalender setelah kegiatan penambangan, pengolahan, dan/atau pemurnian
berakhir sesuai dengan rencana pascatambang yang telah disetujui.
c) Pelaksanaan Pascaoperasi
Kegiatan pelaksanaan pascaoperasi dilaksanakan paling lambat sekitar 30 hari
kalender setelah kegiatan pengolahan, dan/atau pemurnian berakhir sesuai
dengan rencana pascaoperasi yang telah disetujui.
5. Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang
a) Pelaporan reklamasi dan pencairan jaminan reklamasi
b) Pelaporan pascatambang dan pascaoperasi, serta pencairan jaminan
pascatambang
c) Pelaporan pihak ketiga
6. Penyerahan Lahan Reklamasi
Penyerahan lahan pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan
Undang – Undang melalui Direktur Jenderal atas nama Menteri. Sebelum
penyerahan lahan, para pemegang IUP dan IUPK mengajukan persetujuan
penyerahan lahan reklamasi. Dalam penyerahan reklamasi ini, yang belum
menjadi rencana pascatambang harus diubah menjadi perencanaan
pascatambang. Segala bentuk hasil peninjauan di lapangan harus dimasukkan
pula di dalam berita acara saat penyerahan.
7. Penyerahan Lahan Pascatambang dan Pascaoperasi.
Penyerahan lahan pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan
Undang – Undang melalui Direktur Jenderal atas nama Menteri. Sebelum
penyerahan lahan, para pemegang IUP dan IUPK mengajukan persetujuan
18
penyerahan lahan. Segala bentuk hasil peninjauan di lapangan harus dimasukkan
pula di dalam berita acara saat penyerahan.
g. Lampiran VII : Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral dan Batubara
19
pengolahan yang optimal
2) Menyusun kajian untuk mendapatkan recovery pengolahan yang
optimal pada saat penyusunan Studi Kelayakan
3) Menyusun kajian teknis pertambangan aspek konservasi dan
menyampaikan laporan khusus apabila tidak dapat merencanakan
recovery pengolahan optimal
4) Pengelolaan batubara kualitas rendah, mineral kadar rendah, dan
mineral ikutan
5) Pengelolaan batubara kualitas rendah, mineral kadar rendah,
mineral ikutan, sisa hasil pengolahan dan pemurnian, serta
cadangan marginal
6) Pendataan cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang
serta sisa hasil pengolahan dan pemurnian.
20
h. Lampiran VIII : Pedoman Kaidah Teknik Usaha Jasa Pertambangan
Usaha Jasa Pertambangan dan Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan
Jasa pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan dengan
kegiatan usaha pertambangan. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam
rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta pascatambang.
Yang dilakukan dalam jasa pertambangan ialah :
1. Teknik Pertambangan Usaha Jasa
Penentuan kegiatan yang akan diserahkan kepada Perusahaan Jasa
Pertambangan dengan dibagi menjadi jasa inti dan non inti. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh perusahaan jasa pertambangan melalui program kemitraan.
Dalam melakukan teknik pertambangan, perlu memerhatikan hal berikut :
a) Penentuan Kualifikasi Perusahaan Jasa Pertambangan
Kegiatan inti dapat dilakukan oleh perusahaan jasa pertambangan pemegang
IUJP dan perusahaan jasa pertambangan yang telah memiliki izin yang
diterbitkan oleh instansi terkait.
b) Pemilihan Perusahaan Jasa Pertambangan
Kegiatan ini dilakukan oleh pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP mengutamakan
perusahaan jasa pertambangan lokal. Berkoordinasi dengan dinas yang
membidangi pertambangan dan energi serta perdagangan provinsi untuk
mendapatkan daftar perusahaan jasa pertambangan lokal. Berkoordinasi
dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara untuk mendapatkan daftar
perusahaan jasa pertambangan nasional.
c) Penggunaan Perusahaan Jasa Pertambangan
Penggunaan Jasa Pertambangan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, meliputi pemenuhan kewajiban perusahaan jasa
pertambangan dan penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
d) Kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan jasa pertambangan ialah :
21
1) Melaksanakan ketentuan aspek teknis, konservasi, keselamatan, dan
lindungan lingkungan pertambangan
2) Mengangkat penanggung jawab operasional
3) Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten
4) Pemegang IUJP yang diterbitkan oleh Menteri melaporkan IUJP-nya
kepada gubernur tempat kegiatan usahanya sebelum memulai kegiatan
usahanya.
2. Evaluasi Penerapan Kaidah Teknik Usaha Jasa Pertambangan
Evaluasi penerapan kaidah teknik usaha jasa pertambangan dilakukan
terhadap:
a) Laporan kegiatan secara berkala dari perusahaan jasa pertambangan
kepada Menteri atau gubernur sesuai kewenangannya melalui pemegang
IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian
b) Informasi yang memuat berdasarkan alasan penggunaan perusahaan jasa
Penanaman Modal Asing (PMA) dan alasan penggunaan tenaga kerja
asing (TKA)
c) Penerapan aspek teknis, konservasi, keselamatan, dan lindungan
lingkungan pertambangan
d) Proses pengesahan PJO oleh KTT.
2.2 SNI 13-7083-2005 Tata Cara Induksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3 ) Pertambangan
2.2.1 Pengertian, Tujuan dan Manfaat safety induction
22
pengendalian terhadap bahaya tersebut. Adapun berikut ini merupakan tujuan dan
manfaat safety induction (Siswanto and Salim, 2020):
23
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut di atas.
Adapun berikut ini merupakan siapa saja yang berhak menerima safety
induction (Husnul Fitri S.K.M, 2019):
24
8. Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah induksi umum,
induksi lokal, induksi tamu, dan induksi ulang.
1. lnduksi umum
a. lnduksi harus diberikan kepada karyawan baru yang akan melakukan
pekerjaan di perusahaan.
b. lnduksi dilakukan oleh orang yang berkompeten yang diberi wewenang
oleh perusahaan.
c. Topik materi induksi harus dimasukkan dalam suatu daftar periksa dan
akan menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut sekurang-
kurangnya mencakup:
- Hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha dalam ha1 Keselamatan
dan Kesehatan Kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.
- Kebijakan dan sistem manejemen K3 perusahaan.
- Peraturan umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan.
- Prestasi K3 dan pengalaman kegagalan sistem K3 (Kecelakaan).
- Gambaran umum kegiatan perusahaan dan struktur organisasi
perusahaan.
- Prosedur penanganan gawat darurat, nomor telepon, komunikasi
saluran radio.
- Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau
keadaan darurat.
- Denah lokasi tambang dan Pusat Pertolongan Pertama Kecelakaan
(P3K).
d. lnduksi diakhiri dengan evaluasi tertulis dan diberikan kartu identitas
karyawan.
e. Peserta dan penyaji induksi menandatangani daftar periksa.
25
2. lnduksi lokal
a. lnduksi harus diberikan kepada karyawan yang sudah mendapatkan
induksi umum dan karyawan pindahan mutasi.
b. lnduksi harus diberikan oleh pengawas atau orang yang ditunjuknya yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang daerah tersebut dan prosedur
keselamatan terkait,
c. Topik materi lnduksi sekurang-kurangnya dimasukkan dalam suatu daftar
periksa dan akan menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut
sekurang-kurangnya mencakup:
- Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran di
lokasi
- Pengenalan terhadap lokasi dan alat kerja serta fasilitas lainnya
- Potensi bahaya dan kecelakaan yang pernah terjadi di lokasi kerja
- Alat pelindung diri yang wajib untuk lokasi tersebut
- Gambaran umum kegiatan departemenlunit kerja dan struktur
organisasinya
- Prosedur kerja yang terkait dengan tugas yang akan dikerjakan atau
akan segera dilakukan.
d. lnduksi diakhiri dengan evaluasi tertulis,
e. Peserta dan penyaji induksi menandatangani daftar periksa.
3. lnduksi tamu
a. lnduksi dilakukan saat tamu akan masuk ke daerah kerja.
b. lnduksi untuk tamu diberikan oleh pegawai K3 ataupetugas lain yang
ditunjuk.
c. Topik materi induksi dimasukan dalam suatu brosur yang disediakan
khusus untuk petunjuk tarnu, mencakup:
- Gambaran umum perusahaan.
- Kebijakan perusahaan tentang K3,
- Kewajiban tamu selama berada di lingkungan pekerjaan.
- Tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya.
d. Para tamu tersebut selalu didampingi oleh pengawas daerah kerja atau
orang yang ditunjuknya bila tamu tersebut hendak ke lapangan.
26
e. Tamu yang sudah mendapat induksi diberikan tanda pengenal tamu/visiior.
4. lnduksi ulang
a. lnduksi diberikan kepada karyawan yang dinilai belum cukup
pengetahuannya tentang aspek K3 atau dijumpai tidak cakap dalam
melaksanakan suatu prosedur kerja (SOP).
b. lnduksi diberikan berkaitan dengan suatu pelanggaran atas prosedur kerja
tertentu yang telah berakibat kecelakaan.
c. lnduksi diberikan oleh pengawaslatasan langsung dan dibatasi hanya pada
topik yang terkait dengan pelanggaran prosedur atau kekurangtahuannya
tersebut.
d. Hasil induksi dikirimkan ke bagian keselamatan kerja untuk dilaporkan ke
Kepala Teknik Tambang.
Waktu kerja diatas tidak termasuk dengan waktu istirahat yang sekurang-
kurangnya selama 1 jam, namun pada waktu kerja dengan satuan satu periode
kerja sudah termasuk dalam waktu kerja lembur dikarenakan melebihi 7 jam
dalam 1 hari.
28
Perusahaan harus menggunakan perbandingan waktu kerja dan waktu
istirahat 2:1 untuk waktu kerja 1 periode dengan ketentuan maksimum 14 hari
terus menerus dan istirahat minimum 5 hari dengan upah tetap dibayar.
Tabel 3. Upah kerja lembur menurut Kepmenakertrans Nomor 234 Tahun 2003
29
2.4 Studi Kasus
Hasil penelitian :
30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
31
7. Perusahaan harus menggunakan perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat
2:1 untuk waktu kerja 1 periode dengan ketentuan maksimum 14 hari terus
menerus dan istirahat minimum 5 hari dengan upah tetap dibayar.
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2021. Ratifikasi KONVENSI ILO 176 tentang K3 Tambang – SP KEP SPSI
[WWW Document]. URL https://spkep-spsi.org/2021/09/06/ratifikasi-konvensi-
ilo-176-tentang-k3-tambang/ (accessed 9.24.21).
Badan Pusat Statistik, 2020. Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020 1–25.
Bennet Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Husnul Fitri S.K.M, 2019. Safety Induction bagi Pekerja. Garuda Systrain Interindo.
URL https://www.garudasystrain.co.id/perkenalan-keselamatan-bagi-pekerja/
(accessed 9.21.21).
Saleh, L.M., Wahyu, A., 2019. K3 Pertambangan Kajian Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Sektor Pertambangan. Deepublish.
Siswanto, A.B., Salim, M.A., 2020. PENGARUH SAFETY INDUCTION, REWARD,
AND PUNISHMENT TERHADAP KEDISIPLINAN K3. Jurnal Teknik Sipil
12.
33
NOTULENSI
1. Telah dijelaskan ada beberapa macam induksi, apa media yang digunakan untuk
pelaksaan di setiap macam induksinya?
Jawaban : Untuk media pemberian induksi sebenernya hampir sama dengan media
yang digunakan untuk memberikan safety induction, yaitu media cetak seperti booklet,
flip chart, poster, media elektronik seperti video, televisi penyampaian informasi, radio
penyampaian informasi, film strip kemudian media papan seperti papan yang dipasang
ditempat yang mudah terbaca dan berisi informasi K3. Namun yang membedakan
adalah isi materi yang diwajibkan sesuai sni 13-7083-2005 dan juga menyesuaikan
untuk sasarannya
Jawaban : Lokasi tambang yang dekat dengan rumah warga memang menjadi
persoalan diakarenakan akan muncul dampak kesehatan yang sangat fatal bagi
penduduk sekitar, upaya efektif yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut
adalah dengan melakukan komunikasi antara pemilik project pertambangan dengan
dinas lingkungan hidup sekitar terkait dengan AMDAL dan peraturan yang harus
dipatuhi oleh perusahaan pertambangan. Selain itu juga, sebelum melakasanakan
pekerjaan pertambangan disuatu tempat haruslah memiliki IUP (Izin Usaha
Pertambangan) yang didalamnya terdapat syarat mengenai pertimbangan jarak aman
melakukan penambangan terhadap rumah penduduk.