Anda di halaman 1dari 9

Case meningitis

Klasifikasi

+ Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.
Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi

+ Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus.

Klasifikasi dan Etiologi

A. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu3 :

Meningitis Purulenta Meningitis Serosa

Etiologi Bakteri Non Spesifik : - Mycobacterium tuberculasa


- Diplococus pneumonia - Virus : Herpes simpleks /
- Neisseria meningitidis Herpes zoster)
- Staphylococus haemolyticus - Toxoplasma gondii
- Staphylococus Aureus - Rickettsia
- Haemophilus influenza
- Escherichia coli
- Klebsiella pneumonia
- Pseudomonas aeruginosa

Gejala dan - Akut atau langsung kronis - Subakut


Pemeriksaan - Suhu tinggi, nyeri kepala hebat - Apatis
Fisik dan menjalar ke leher - Refleks pupil lambat
- Nadi melambat dan kemudian - Refleks tendon melemas
cepat - Serinig disertai kejang
- Kesadaran mulai menurun - Kaku kuduk (+) dan
(delirium – koma) kelumpuhan saraf
- Tanda rangsang meningeal - Tanda kernig +
(kaku kuduk +) - Tanda Brudzinski I/II (+)
- Tanda kernig (+)
- Tanda Brudzinski I / II (+)
Hasil lab  PMN > MN (1000-200ml)  MN > PMN (10-350ml)
 Warna keruh/ kekuningan  Jernih
(opalescent)  Glukosa < 50 mg/dl
 Glukosa < 70 mg/dl  Klorida < 500 mg/dl
 Klorida < 650 mg/dl  Protein > 100 mg/dl
 Protein >100 mg/dl  Meningitis TB : LED
meningkat

Mikrobiologi  60% pewarnaan gram  Pewarnaan BTA (Ziehl


 80% kultur CSF Neelsen)
 Kultur TBC (serum, CSS,
bilasan bronkoalveolar)
 PCR (GeneXpert MTB/Rif)

B. Berdasarkan Mikroorganisme Penyebab :

Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasite dan
jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi lapisan otak, darah LCS. Meningitis juga dapat
disebabkan oleh penyebab non-infeksi seperti pada penyakit AIDS, keganasan, diabetes melitus,
cedera fisik atau obat imunosupresan.

Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi virus, bakteri, jamur maupun parasite :

1. Virus

Meningitis virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses peradangannya. Gejalanya ringan
sehingga diagnosis meningitis virus luput dibuat. Tetapi pada lumbal punksi ditemukan
pleositosis limfositer. Enterovirus merupakan penyebba utama meningitis viral sedangkan
Sebagian dari enterovirus menyebabkan ensefalitis. Maka meningitis virus yang paling berat
selalu merupakan komponen meningoensefalitis. Gejala- gejala beratnya sakit kepala dan nyeri
kuduk. Infeksi virus lain yang dapat menyebabkan meningitis, yakni :

 Virus mumps
 Virus Herpes (Epstein Barr Virus, herpes simpleks, varicella zoster)
 Measles dan influenza
 Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya (Arbovirus)3
2. Bacterial

Bakteri meningitis sangat serius dan dapat mematikan. Meningitis bacterial akut selalu
bersifat purulenta. Meningitis purulenta dapat menjadi komplikasi dari otitis media, sinusitis,
mastoiditis dan trauma kepala. Sebagian besar kasus meningitis pada periode neonates
disebabkan oleh flora dalam saluran genitalia ibu. Streptococcus grup B berkapsul dan
Escherichia coli, khususnya merupakan pathogen penting bagi kelompok usia ini. Pada anak usia
6 bulan atau lebih, Haemophilus influenzae adalah penyebab tersering meningitis.

3. Jamur

Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu patogenik dan opportunistic.
Jamur patogenik adalah beberapa jenis sepsis yang dapat menginfeksi manusia normal setelah
inhalasi. Seseorang dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebih rentan
terserang infeksi jamur. Jamur patogenik menyebabkan histoplasmosis, blastomikosis,
coccidiodimycosis dan paracoccidiodimycosis. Kelompok kedua adalah kelompok jamur
opportunistic. Kelompok ini dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.
Penyakit yang termasuk disini adalah aspergilus, candidiasis, cryptococosis, mucomycosis dan
nocardiosis.

Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut, subakut dan
kronik. Biasanya sering pada anak dengan imunosupresif dan pasien inkompeten. Cryptococcus
neoformans dan Coccidioides immitis adalah penyebab utama meningitis jamur pada pasien
inkompeten disebut sebagai meningitis kriptokokus. Meningitis kriptokokus paling sering terjadi
pada orang dengan CD4 < 100.3,4
Gejala Klinis

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstenso tengkuk. Bila hebat, dapat terjadi opistotonus (tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi). Kesadaran menurun dan Brudzinsky
positif.

Trias meningitis adalah nyeri kepala, demam dan kaku kuduk. Gejala lain dapat berupa
kejang, mual, pilek, gangguan kesadaran dan penglihatan kurang jelas.5,6,7
Diagnosis

1. Anamnesis

Ditemukan awitan gejala akut (<24 jam) disertai trias meningitis (demam, nyeri kepala dan kaku
kuduk). Gejala lain yaitu mual, muntah, fotofobia, kejang fokal atau umum, gangguan kesadaran.
Pada bayi atau neonates, gejala bersifat nonspesifik seperti demam, iritabilitas, letargi, muntah
dan kejang.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien. Pemeriksaan harus
mencakup :

 Tanda vital. Periksa jalan nafas, respirasi dan sirkulasi (sel-sel otak akan mati dalam
waktu 5 menit jika tidak mendapat pasokan oksigen).
 Kulit. Perhatikan tanda trauma, simata penyakit hati, bekas suntikan, kulit basah karena
keringat (hipoglikemia, syok hipovolemik), kulit kering (koma diabetikum), perdarahan
(DBD, DIC)
 Kepala. Periksa tanda trauma kepala, hematoma di kulit kepala dan sekitar mata,
perdarahan liang telinga dan hidung.
 Thoraks, jantung, paru, abdomen, ekstremitas.

3. Pemeriksaan Neurologis

Perhatikan sikap pasien waktu berbaring (tenang menandakan penurunan kesadaran tidak dalam
manakala kelopak mata terbuka dan rahang tergantung didapatkan pada penurunan kesadaran
dalam).8

 GCS
 Pemeriksaan Nervus Kranialis
 Rangsangan Meningeal

Kaku kuduk merupakan gejala yang sering dijumpai pada meningitis. Beberapa cara untuk
menilai ada tidaknya rangsang meningeal adalah :

a. Brudzinski I : Positif apabila terjadi fleksi kedua tungkai pada saat dilakukan fleksi leher.
b. Brudzinski II : Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai
yang satu lagi dalam keadaan ekstensi. Bila tungkai yang lurus ikut fleksi, maka
Brudzinski II positif.
c. Tanda Kernig : Pasien yang sedang berbaring difleksikan paha pada persendian panggul
sampai membuat sudut 90°. Setelah itu, tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. Normal bisa mencapai 135°. Bila terdapat tahanan untuk mencapai sudut ini, maka
tanda kernig positif.
d. Tanda Lasegue
Tatalaksana

Terapi Meningitis Bakterial

 Terapi antibiotic (harus dapat menembus sawar darah otak) : Rifampisin, kloramfenikol,
kuinolon.
 Terapi diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur.
 Dewasa : Benzyl penicillin G, 1-2 juta unit IV setiap 2 jam
 Anak: BB 10-20kg : 8 juta unit/hari
: BB <10kg : 4juta unit/hari
 Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300 – 400 mg/kgBB/hari untuk dewasa dan
100-200 mg/kgBB untuk anak.

Terapi Meningitis TB

terapi meningitis TB menggunakan obat anti tuberculosis (OAT) kategori I (HZ diberikan selama
2 bulan, dilanjutkan dengan RH 4 bulan) dengan durasi pemberian obat selama 9 -12 bulan.
Dosis pemberian adalah seperti berikut :

 Isoniazid 300 mg/hari


 Rifampisin 600 mg/hari
 Pirazinamid 15-30 mg/kgBB/hari
 Ethambutol 15-25 mg/kgBB/hari
 Sttreptomisin 7,5 mg/kgBB/hari

Terapi Meningitis Viral

 Diberi anti emetic seperti odansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8 jam, dosis anak 0,1
mg/kg IV lambat (dosis maks 4mg/dosis) dan dapat diulang tiap 12 jam
 Diberi antiviral asiklovir dosis dewasa 30 mg.kg IV tiap 8 jam

Terapi Meningitis Jamur

 Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur


 Flukonazol
 Jika intoleransi terhadap flukonazol, dapat digunakan amfoterisin B dan flusitosin
Terapi Suportif

 Memelihara status hidrasi dengan larutan infus elektrolit


 Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10,000 unit diberikan dengan pemberian
cepat IV dan dipertahankan pada dosis yang cukup untuk memperpanjang clotting time
dan partial thromboplastin time
 Antikonvulsan, Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 kali sehari
 Jika demam, diberikan antipiretik : Parasetamol atau salisilat 10 mg.kgBB/dosis
 Pada edema serebri dapat diberikan osmotic diuretic atau kortikosteroid, tetapi hanya bila
didapatkan tanda awal dari impending herniasi.
Perbedaan Meningitis dan Ensefalitis
sub Meningitis Ensefalitis
Definisi Radang selaput otak (meningens) Radang pada parenkim otak
(jaringan otak)

Etiologi - Bakteri - Bakteri


- Virus - Virus (Paling sering)
- Faktor maternal : rupture - Parasit
membrane fetal, infeksi - Fungus
maternal pada minggu terakhir
kehamilan
Gejala klinis TRIAS : Masa prodromal 1 -14 hari
- Demam - Demam
- Sakit kepala - Sakit kepala
- Kaku kuduk - Mual muntah
LAIN-LAIN : - Malaise
- Fotofobia - Nyeri ekstremitas
- Kejang - Pucat
- Ruam (M. meningococcal) TRIAS :
- Demam
- Kejang
- Penurunan kesadaran
LAIN-LAIN
- Gelisah
- Iritabel
- Perubahan perilaku

Pemeriksaan Analisis CSS (punksi lumbal) - Darah rutin lengkap / gula


penunjang  Meningitis purulenta darah / elektrolit
 PMN > MN (1000-200ml) - Kultur darah
 Warna keruh/ kekuningan - Analisa punksi lumbal
(opalescent) : Cairan jernih
 Glukosa < 70 mg/dl : Jum. sel diatas normal
 Klorida < 650 mg/dl : Predominan limfosit
 Protein >100 mg/dl Protein dan glukosa normal
atau meningkat
 Meningitis Serosa - CT scan / MRI
: Gambaran edema otak
 MN > PMN (10-350ml) - EEG
 Jernih : gambaran penurunan
 Glukosa < 50 mg/dl aktivitas atau perlambatan
 Klorida < 500 mg/dl
 Protein > 100 mg/dl
o Meningitis TB : LED
meningkat

Anda mungkin juga menyukai