1. Penerapan
2. Prinsip Keadilan
Tinjaun Yuridis Terpenuhinya Prinsip Keadilan Terhadap Penghapusan Sanksi
Pajak Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak (tax
amnesty); pengampunan yang menghapuskan sanksi pajak dilihat dari perspektif
keadilan. Penelitian ini merupakan tipe penelitian normatif, yaitu suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hokum dan doktrin-doktrin hukum untuk
menjawab permasalahan hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip
keadilan terhadap penghapusan pajak dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2016
tentang pengampunan pajak (tax amnesty) tidak terpenuhi karena salah satu tolak ukur
prinsip keadilan menurut Adam Smith tidak terpenuhi. Menurut Adam Smith terdapat 3
prinsip keadilan yaitu 1) Asas kesamaan (equality) dan keadilan (equity). Asas equality
mengandung arti orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak
yang sama 2) Asas kepastian hukum (certainty). Asas ini memberikan jaminan
perlindungan hukum terhadap Wajib pajak rupakan tujuan dari setiap undang-undang. 3)
Kepatuhan dalam Membayar Pajak setelah berlakunya Undang-Undang nomor 11 tahun
2016 tentang pengampunan pajak (tax amnesty).
4. Konflik Sosial
Tinjauan Yuridis Ujaran Kebencian Dimedia Sosial Ditinjau Dari Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Yang Telah
Diperbaharui Di Dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
adalah ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di
wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan
kepentingan Indonesia.
Rumusan masalah pada penelitian ini meliputi Bagaimana pengaturan komunikasi
melalui media sosial menurut UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Bagaimana akibat hukum pelaku pengujar kebencian melalui emedia
sosial menurut UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Manfaat dari penelitian ini adalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu
penhetahuan dan hokum dan Dapat memberikan opini bagi aparat penegak hukum dalam
mengambil keputusan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan
pendekatan masalah yaitu pendekatan perundang undangan. Bahan dalam penelitian in
menggunakan bahan primer dan sekunder. Sosial media hanya memiliki satu fungsi yaitu
untuk menjalin komunikasi secara online.
Orang Indonesia adalah salah satu pengguna terbesar yang ada di dunia. Di
beberapa media sosial Indonesia menduduki peringkat atas dalam daftar pengguna media
sosial paling aktif yang ada di dunia. sementara itu di dunia Komputer dan internet
banyak yang namanya tingkatan kejahatan, karena hal itu pemerintah memberikan
larangan bagi para pengguna internet khususnya media sosial yang diatur dalam uu no 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik di pasal 27 sampai dengan 37. Di
Indonesia, istilah ujaran kebencian belum terlalu dipahami. Banyak pihak yang kerap
kesulitan membedakan apakah suatu ucapan atau ekspresi termasuk ke dalam kategori
ujaran kebencian. Lantas, apa itu sebenarnya ujaran kebencian? Secara umum, ujaran
kebencian dapat diartikan sebagai ucapan yang bertujuan untuk menyinggung, menghina,
mengintimidasi, atau mengancam seseorang atau suatu kelompok tertentu berdasarkan
agama, etnis, ras, gender, kedisabilitasan, atau orientasi seksual. Kepolisian Republik
Indonesia telah mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan ujaran
kebencian dan informasi yang menimbulkan kebencian di media sosial.
Selain itu Kepolisian Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Kapolri
Nomor SE/06/X/2015 soal Penanganan Ujaran Kebencian (hate speech).Dalam surat
edaran tersebut, penebar kebencian bisa diancam pidana jika tidak mengindahkan teguran
dari kepolisian. Penegakan hukum sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis, UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik
Sosial, dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2013 tentang Teknis Penanganan Konflik SosiaL.
Dari pembahasan bab perbab dapat disimpulkan bahwa pengaturan hukum dan
sanksi hukum bagi para pengguna media sosial diatur dalam undang undang nomor 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, sementara saran dari penelitian ini
adalah masyarakat sebaiknya lebih berhati hati dalam berkomunikasi melalui media
sosial, untuk menginhadri hal hal yang tak di inginkan dan pasal 28 ayat 2 di undang
undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik di buat lebih
khusus lagi mengenai tempat di lakukannya pelanggaran tersebut, seperti media sosial.
5. Pembangkangan Publik
Undang-undang Cipta Kerja yang sudah disahkan oleh DPR, Selasa (06/10),
menuai berbagai reaksi penolakan dari masyarakat. Sejumlah pihak mengusulkan
perlunya uji materi ke Mahkamah Konstitusi hingga pembangkangan sipil atau 'civil
disobedience'.Menurut Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada
ada beberapa masalah dalam UU Cipta Kerja, termasuk dalam proses perumusan yang
dilakukan tidak transparan dan minim partisipasi publik. Selain itu, teknik Omnibus Law
atau hukum sapu jagad yang memuat banyak hal ke dalam satu Undang-undang tidak
dikenal dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Presiden
Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea,
mengatakan pihaknya siap melakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Sementara Ahli hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar mengusulkan tindakan
pembangkangan sipil atau 'civil disobedience', selain proses yuridis, seperti uji materi ke
Mahkamah Konstitusi. "Saya menawarkan kita semua harus teriakkan bersama penolakan
terhadap undang-undang ini," ujarnya, yang juga mengatakan hal ini sebagai bagian dari
partisipasi publik. "Pembangkangan sipil atau apalah itu bentuknya itu bisa dipikirkan,
tapi maksud saya ini cara kita melihat baik-baik UU ini jangan dibiarkan begitu saja,"
jelas Zainal. Pakar hukum Universitas Airlangga, Herlambang Wiratraman menilai,
pembangkangan sipil ini merupakan "ide yang bagus" sebagai "bagian dari perlawanan
yang sistematis yang harus dilakukan karena saluran politik yang ada sudah semakin
tertutup".
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/14331
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/6687-17529-1-PB.pdf
http://eprints.itn.ac.id/4045/9/JURNAL.pdf
https://doi.org/10.30736/ji.v5i2.70
https://jurnalhukum.unisla.ac.id/index.php/independent/article/view/70
https://www.abc.net.au/indonesian/2020-10-08/seruan-pembangkangan-sipil-merespon-
uu-cipta-kerja-indonesia/12739094