Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP CANTRANG

YANG DILARANG OLEH MENTRI KKP MENURUNKAN HASIL


PENDAPATAN DI KABUPATEN TUBAN
disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa
Indonesia
Dosen Pengampu Mulya Tiara Fauziah, M.Pd.

Oleh:

Jhon Meirta Ginting

4443180069

PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
FAKTOR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP
CANTRANG YANG DILARANG OLEH MENTRI KKP MENURUNKAN
HASIL PENDAPATAN DI KABUPATEN TUBAN

Jhon Meirta Ginting

Jurusan Perikanan, Falkutas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Gmail : jhonmeirta.g2406@gmail.com

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini untuk mengatahui apa saja dampak pelarangan penggunaan
alat tangkap cantrang oleh Ibu Pujiastuti kepada para Nelayan Indonesia
Khususnya Kabupaten Tuban. Pangkalan Pendaratan Ikan Bulu terletak di Desa
Bulumeduro Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban pada posisi koordinat
06°45’11’’ LS dan 111°32’52’’ BT. Potensi perikanan pada tahun 2012 sebesar
4.731 ton. Cantrang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan
dengan target catch ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Secara
garis besar, konstruksi alat tangkap cantrang yang digunakan di wilayah Bulu
terdiri dari sayap, badan jaring dan kantong. Pengoperasian cantrang dibantu
dengan mesin gardan untuk menarik tali selambar pada saat towing, roller serta
penggunaan katrol pada saat pengangkatan jaring kedalam kapal. Tujuan dari
penelitian adalah Menganalisis faktor faktor produksi yang berpengaruh langsung
terhadap hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang di wilayah Bulu. Untuk itu,
penelitian ini sangat penting untuk mengetahui kombinasi faktor produksi dapat
dijadikan acuan dalam melakukan operasi penangkapan, sehingga akan tercipta
efisiensi penangkapan. Hasil penelitian didapat model regresi dengan persamaan
Y: 612.719 + 9.625 X1+ 0.365 X2 – 7.110 X3 - 4.325 X4 + 4.293 X5 + 4.806 X6
+ 5.437 X7 serta hasil uji t menerangkan bahwa panjang jaring, panjang tali
selambar, jumlah BBM, jumlah setting dan lama towing berpengaruh terhadap
hasil tangkapan alat tangkap cantrang di wilayah Bulu. Sedangkan untuk variabel
ukuran kapal dan jumlah ABK secara nyata tidak berpengaruh.

Kata kunci: PPI Bulu, Cantrang, Faktor Produksi.

PENDAHULUAN m. Dengan perhitungan sederhana,


jika keliling lingkaran 6.000 m,
Cantrang merupakan alat diperoleh luas daerah sapuan tali
penangkapan ikan yang bersifat aktif selambar adalah 289 Ha.
dengan pengoperasian menyentuh Berdasarkan hasil penelitian di
dasar perairan. Cantrang Brondong - Lamongan (IPB, 2009)
dioperasikan dengan menebar tali hanya 51% hasil tangkapan cantrang
selambar secara melingkar, yang berupa ikan target, sedangkan
dilanjutkan 40dengan menurunkan 49% lainnya merupakan non target.
jaring cantrang, kemudian kedua Adapun hasil penelitian di Tegal
ujung tali selambar dipertemukan. (Undip, 2008), penggunaan cantrang
Kedua ujung tali tersebut kemudian hanya dapat menangkap 46% ikan
ditarik ke arah kapal sampai seluruh target dan 54% lainnya non target
bagian kantong jaring terangkat. yang didominasi ikan rucah. Ikan
Penggunaan tali selambar yang hasil tangkapan cantrang ini
mencapai panjang lebih dari 1.000 m umumnya dimanfaatkan pabrik
(masing-masing sisi kanan dan kiri surimi dan dibeli dengan harga
500 m) menyebabkan sapuan maksimal 5000/kg. Sedangkan
lintasan tali 50selambar sangat luas. tangkapan ikan non target digunakan
Ukuran cantrang dan panjang tali sebagai pembuatan bahan tepung
selambar yang digunakan tergantung ikan untuk pakan ternak.
ukuran kapal. Pada kapal berukuran Hasil Forum Dialog pada tanggal 24
diatas 30 Gross Ton (GT) yang April 2009 antara Nelayan Pantura
dilengkapi dengan ruang dengan Dinas Kelautan dan
penyimpanan berpendingin (cold Perikanan Jawa Tengah, TNI-AL,
storage), cantrang dioperasikan POLRI, Kementerian Perhubungan,
dengan tali selambar sepanjang 6.000 dan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menggambarkan Setelah dilakukan pengukuran ulang,
kondisi Cantrang di Jawa Tengah, kapal dikelompokan dalam tiga
yaitu jumlah Kapal Cantrang  pada kategori, yaitu kapal berukuran
tahun 2004 berjumlah 3.209 unit, dibawah atau < 10 GT, berukuran
meningkat 5.100 unit di tahun 2007 antara 10 hingga 30 GT, dan diatas
dan pada tahun berjumlah 10.758 atau > 30 GT. Adapun kebijakan
unit. Sedangkan hasil tangkapan per yang ditetapkan untuk setiap kategori
unit (Catch Per-unit of Effort/CPUE) adalah sebagai berikut :
menurun dari
40 8,66 ton pada tahun 1. Kapal dibawah 10 GT,
2004 menjadi 4,84 ton di tahun 2007. pemerintah memberikan bantuan alat
Dikarenakan telah overfishing, para penangkap ikan baru sebagai
nelayan di Pantai Utara Jawa tersebut pengganti alat penangkapan ikan
mulai bergerak ke Wilayah yang dilarang, di antaranya jaring
Pengelolaan Perikanan (WPP) insang (gillnet), pancing ulur
lainnya. Pergerakkan ini bahkan (handline), rawai dasar, rawai
telah tercatat sejak 1970. hanyut, pancing tonda, pole and line,
Selain itu, dalam Uji Petik yang bubu lipat ikan, bubu lipat rajungan,
dilakukan pada tanggal 21 hingga 23 dan trammel net.
Mei 2015 50 menunjukkan, hasil 2. Kapal 10 – 30 GT, KKP
pengukuran 10 unit kapal di akan memberikan fasilitas
Kabupaten Tegal dan 5 unit kapal di permodalan untuk memperoleh
Kabupaten Pati terdapat kredit usaha rakyat.
indikasi markdown yang 3. Kapal diatas 30 GT, KKP
menyebabkan banyak izin kapal akan memberikan fasilitas perizinan
Cantrang berukuran besar hanya dan relokasi DPI ke WPP 711 dan
diterbitkan di tingkat Provinsi. Untuk 718.
menanggulanginya, KKP telah Sementara itu, di beberapa daerah
mengambil langkah pengukuran banyak alat tangkap yang mengalami
ulang dan pengelompokan
60 kategori perkembangan, perubahan bentuk,
ukuran kapal berdasarkan hasil model, serta cara pengoperasian.
pengukuran tersebut. Berbagai alat tangkap tersebut juga
dikenal dengan sebutan yang
berbeda-beda. Meskipun demikian, Kecamatan Bancar yaitu Unit
alat tangkap tersebut tetap mengacu Pengelolaan Pangkalan Pendaratan
pada salah satu kelompok alat Ikan Bulu Tuban. Menurut Dinas
tangkap ikan yang dilarang dalam Perikanan dan Kelautan Tuban
Keputusan Menteri Kelautan dan (2012), produksi perikanan
Perikanan Republik Indonesia Kabupaten Tuban pada akhir tahun
Nomor KEP. 06/MEN/2010 tentang 2010 tercatat sebesar 19.949,96 ton
Alat Penangkapan
40 Ikan di Wilayah yang terdiri atas usaha penangkapan
Pengelolaan Perikanan Negara sebesar 10.993,68 ton dan usaha
Republik Indonesia. Jadi, meskipun budidaya sebesar 8.956,28. Nilai
namanya telah berubah menjadi produksi perikanan pada tahun 2010
cantrang, pada dasarnya tetaplah tercatat sebesar Rp.
pukat tarik yang telah dilarang. 201.249.340.000,00 yang terdiri atas
Adapun pengaturan penempatan alat usaha penangkapan sebesar Rp.
tangkap telah diperbaharui dengan 66.910.200.000,00 dan usaha
Peraturan Menteri Nomor budidaya sebesar Rp.
71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur 134.339.140.000,00. Produksi
Penangkapan50Ikan dan Penempatan perikanan di Pangkalan Penangkapan
Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Ikan Bulu pada tahun 2012 sebesar
Pengelolaan Perikanan Negara 4.731,03 ton dengan nilai produksi
Republik Indonesia mencapai Rp. 36.227.170.000,00
Jumlah armada kapal alat tangkap
yang digunakan nelayan wilayah
Kabupaten Tuban merupakan salah
Bulu dari berukuran kurang dari 5GT
satu kabupaten yang berada di
(132 unit), 5-10GT (340 Unit) serta
Provinsi Jawa Timur yang memiliki
10-20 GT (166 unit) dengan total
potensi perikanan laut yang
armada penangkapan sebanyak 638
potensial, dengan garis pantai
60 unit yang terdiri dari purse seine,
sepanjang 65 Km dan wilayah laut
dogol, payangan/cantrang, bubu, gill
seluas 22.068 km2. Kabupaten
net dan pancing. Alat tangkap
Tuban memiliki Pelabuhan
cantrang menyerupai kantong besar
Perikanan yang menjadi pusat
berbentuk seperti kerucut, semakin
kegiatan perikanan yang berada di
kebelakang ukuranya semakin kesejahteraan nelayan juga
mengerucut. Menurut Wardhani meningkat (Raharjo, 2005). Adapun
( 2012), Pengoperasian cantrang tujuan dari penelitian ini diantaranya:
terbagi 4 tahapan, yaitu persiapan, 1. Menganalisis aspek teknis alat
setting, towing dan hauling. Jumlah tangkap cantrang di wilayah Bulu. 2.
armada alat tangkap cantrang di Menganalisis faktor faktor produksi
pangkalan Pendaratan Ikan Bulu yang berpengaruh langsung terhadap
sebanyak 4840 unit. Total produksi hasil tangkapan pada alat tangkap
yang dihasilkan dari operasi cantrang di wilayah Bulu. produksi
penangkapan ikan menggunakan alat pada unit penangkapan ikan
tangkap cantrang di Pangkalan merupakan suatu proses pengubahan
Pendaratan Ikan Bulu pada tahun inputoutput yang berupa faktor
2012 sebesar 2.320 ton dengan total faktor produksi untuk menghasilkan
nilai produksi sebesar Rp. output berupa produksi hasil
10.509.804.000,00. Kegiatan tangkapan.
produksi merupakan proses
Faktor faktor produksi yang dapat
perubahan input menjadi output.
mempengaruhi hasil tangkapan perlu
Kegiatan produksi pada unit
50 diketahui agar dapat dilakukan
penangkapan ikan merupakan suatu
efisiensi dan efektivitas terhadap
proses pengubahan inputoutput yang
faktor input guna menghasilkan
berupa faktor faktor produksi untuk
output optimal. Dengan demikian
menghasilkan output berupa
pada akhirnya diharapkan dapat
produksi hasil tangkapan. Faktor
meningkatkan produksi hasil
faktor produksi yang dapat
tangkapan yang diperoleh sehingga
mempengaruhi hasil tangkapan perlu
kesejahteraan nelayan juga
diketahui agar dapat dilakukan
meningkat (Raharjo, 2005).
efisiensi dan efektivitas terhadap
faktor input guna menghasilkan Adapun tujuan dari penelitian ini
output optimal.
60 Dengan demikian diantaranya: 1. Menganalisis aspek
pada akhirnya diharapkan dapat teknis alat tangkap cantrang di
meningkatkan produksi hasil wilayah Bulu.
tangkapan yang diperoleh sehingga
2. Menganalisis faktor faktor Variabel terikat dalam penelitian
produksi yang berpengaruh langsung adalah jumlah tangkapan ikan dalam
terhadap hasil tangkapan pada alat sekali melaut, Sedangkan faktor
tangkap cantrang di wilayah Bulu. produksi seperti panjang jaring,
panjang tali selambar, ukuran kapal,
METODOLOGI PENELITIAN
jumlah ABK, kebutuhan BBM,
Penelitian ini dilaksanakan dengan jumlah setting, dan lama towing
metode studi kasus dengan analisis sebagai variabel bebas.
deskriptif, yaitu suatu studi yang
Metode Pengumpulan Data
dipusatkan pada suatu kasus
40 Pengumpulan data dilakukan dengan
secara mendetail dan intensif.
cara observasi dan wawancara
Metode deskriptif bertujuan untuk
langsung dengan nelayan.
membuat deskripsi serta gambaran
Wawancara dilakukan dengan
secara sistematis, faktual dan akurat
panduan daftar pertanyaan yang yang
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
dibuat dalam bentuk kuisoner. Data
hubungan antar fenomena yang
yang dikumpulkan dalam penelitian
diselidiki (Arikunto, 2002).
ini meliputi data primer yang
Studi kasus adalah metode diperoleh secara langsung dengan
pengumpulan data dengan jalan wawancara pada nelayan cantrang di
mengambil 50
beberapa elemen atau sekitar Bulu dan data sekunder yang
satu elemen saja dan tidak jelas diperoleh dari instansi yang
populasinya, kemudian masing berkaitan dengan penelitian.
masing elemen diselidiki secara
Metode Pengumpulan sampel
mendalam kesimpulan yang bisa
ditarik hanya terbatas kepada dalam penelitian menggunakan
elemen-elemen yang diteliti saja metode sensus, semua nelayan yang
(Supranto, 2003). Kasus yang akan dalam operasi penangkapan
menjadi masalah dalam penelitian ini menggunakan alat tangkap cantrang.
adalah faktor internal pada hasil Total armada cantrang sebanyak 48
produksi tangkapan ikan kapal yang unit. Menurut Arikunto (2002),
menggunakan60alat tangkap cantrang. apabila subjek kurang dari 100, lebih
baik diambil semua populasi. Jika menghitung nilai koefisien
subjeknya lebih besar dapat diambil determinasi (R2 ).
antara 10-15 % atau 20-25 %.
Uji T Uji t
Metode sensus adalah teknik
penentuan sampel bila semua digunakan untuk mengetahui apakah
anggota populasi digunakan sebagai variabel independen (X) berpengaruh
sampel (Sugiyono, 2008) secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). Tingkat kepercayaan
Analisis Data
yang digunakan 95% dan taraf
Adapun analisis data yang signifikansi 5% dengan dengan
digunakan pada
40 metode penelitian ini degree of freedom ( k = 40). uji t
adalah sebagai berikut: dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel. Hipotesis yang akan
Regresi Linier Berganda
di uji adalah: H0 : ß0 = 0 H1 : ß1 ≠ 0
Regresi linier berganda merupakan - Jika t hitung > t tabel, H1 diterima
salah satu pengujian untuk dan H0 ditolak berarti ada pengaruh
mengetahui pengaruh antara variabel yang signifikan dari masing masing
bebas (independen) terhadap variabel variabel bebas terhadap variabel
tetapnya (dependen). Persamaan terikat. - Jika t hitung < t tabel, H0
fungsi regresi linier berganda terima dan H1 ditolak berarti tidak
dinyatakan dengan
50 rumus: Y = a + ada pengaruh yang signifikan dari
b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 masing masing variabel bebas
b5X5+b6X6 +b7X7 Keterangan: Y = terhadap variabel terikat.
variabel terikat a = konstanta b1,b2 =
koefisien regresi X1, X2 = variabel
bebas Mengukur hubungan antara HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel dependen dengan variabel
Pangkalan Pendaratan Ikan Bulu
independen dengan melihat pada
terletak di Desa Bulumeduro
nilai koefisien korelasi (R). Untuk
Kecamatan Bancar berjarak kurang
mengetahui seberapa besar pengaruh
lebih 40 Km dari ibukota Kabupaten
semua variabel bebas terhadap
Tuban serta berbatasan dengan
variabel terikat dilakukan dengan
60 Provinsi Jawa Tengah. Pangkalan
Pendaratan Ikan Bulu berbatasan penangkapan. Alat tangkap cantrang
dengan : Sebelah Utara : Laut Jawa terdiri dari bagian utama, yaitu
Sebelah Selatan : Desa Banjarjo sayap, badan serta kantong. Sayap
Sebelah Timur : Desa Boncong mempunyai fungsi sebagai
Sebelah Barat : Desa Bulujawa Unit penggiring ikan masuk kedalam
Pengolahan Pangkalan Pendaratan badan, dan untuk selanjutnya ikan
Ikan Bulu Tuban tepat berada di akan masuk ke dalam kantong.
poros jalan raya pantura sehingga Kantong merupakan tempat untuk
sangat strategis
40 untuk dikembangkan menampung ikan hasil tangkapan.
kegiatan perikanan. Kemudahan
Alat Bantu Penangkapan
akses transportasi menjadikan nilai
lebih Pangkalan Pendaratan Ikan Dalam pengoperasian alat tangkap
Bulu, karena pemasaran ikan hasil cantrang, diperlukan alat bantu
tangkapan lebih cepat di kirim ke dalam penangkapan untuk
luar kota. memperingan kerja nelayan. Alat
bantu yang digunakan nelayan Bulu
Deskripsi Alat Tangkap
antara lain 1. Gardan ( Winch )
Alat tangkap cantrang terbuat dari Gardan berfungsi untuk menarik
bahan jaring, seperti kantong besar jaring ketika towing berlangsung.
berbentuk seperti
50 kerucut dan Gardan dihubungkan dengan mesin
semakin kebelakang ukuranya berkekuatan 23 PK merek dongfeng
semakin mengerucut. Cantrang tidak dan 27 PK merek mitsubishi. Gardan
dilengkapi alat pembuka mulut dipasang di bagian tengah kapal agak
jaring, berupa gawang (beam) atau kebelakang dengan posisi
papan (otter board) dan untuk menghadap ke belakang. 2. Roller
penarikan tali selambar Roller pada kapal cantrang di pasang
menggunakan winch kapstan dari pada bagian buritan kapal disebelah
atas kapal (BPPI, 1999). Cantrang kanan dan kiri dan berfungsi untuk
dioperasikan pada dasar perairan memperingan penarikan tali
yang bersubstrat/berpasir
60 dan tidak selambar menggunakan gardan.
terdapat karang dengan ikan Dengan adanya roller tali selambar
demersal sebagai target tidak akan mudah putus karena
gesekan waktu penarikan. 3. Katrol dengan gerakan kapal melingkar
Katrol berfungsi sebagai penarik sampai kembali lagi pada titik awal
jaring dari perairan ke dalam kapal pelemparan pelampung tanda dan
pada saat hauling. Katrol di membentuk seperti lingkaran. Proses
tempatkan di tengah kapal setting memerlukan waktu sekitar
menggunakan tiang setinggi 3 meter. 10-15 menit.

Metode Pengoperasian Metode 3. Towing/penarik Pada awalnya


pelampung tanda diangkat ke dalam
pengoperasian alat tangkap cantrang
kapal, mesin utama kapal dimatikan
di wilayah Bulu terbagi dalam
40 dan mesin bantu untuk gardan
beberapa tahapan, yaitu:
dinyalahkan. Kedua ujung sisi tali
1. Persiapan Tahap persiapan dimulai selambar di lingkarkan pada gardan
dengan pemilihan lokasi fishing lalu mesin gardan di operasikan.
ground sebagai lokasi untuk Proses towing memerlukan waktu
melakukan tebar jaring pada sekitar 25-40 menit. Lama towing
perairan. Mempersiapkan pelampung tergantung kekuatan mesin bantu
tanda serta jaring untuk melakukan serta panjang tali selambar yang
operasi penangkapan ikan. digunakan.

2. Setting Proses setting dimulai 4. Hauling/ Pengangkatan jaring


dengan melemparkan
50 pelampung Proses pengangkatan jaring dari
tanda ke perairan sebagai awal permukaan ke dalam jaring dibantu
dimulai kegiatan penangkapan, pada dengan katrol yang telah dipasang di
pelampung tanda telah di hubungkan bagian tengah atas kapal.
dengan tali selambar di salah satu
Daerah Penangkapan Ikan
sisi. Pelemparan pelampung tanda
Perairan
akan diikuti dengan gerakan kapal
bergerak menurunkan salah satu sisi yang sesuai dijadikan fishing ground
tali selambar membentuk setengah alat tangkap cantrang harus memiliki
lingkaran, kemudian jaring dasar bersubstrat/berpasir dan tidak
diturunkan. Selanjutnya sisi tali terdapat karang pada dasar perairan.
selambar yang
60 lain diturunkan Penangkapan ikan dengan jaring
cantrang ditunjukan untuk ikan-ikan jarang ikan yang ada di bagian atas
dasar (demersal), dengan demikian perairan ikut tertangkap. Hasil
fishing ground merupakan daerah tangkapan ikan terbagi menjadi dua,
laut yang dangkal. Fishing ground yaitu hasil tangkapan utama dan hasil
kapal cantrang adalah perairan pantai tangkapan sampingan. Hasil
dengan kondisi dasar perairan adalah tangkapan utama adalah ikan
tanah/pasir. Hal ini beralasan karena demersal dengan nilai ekonomis
jaring dioperasikan didekat dasar tinggi seperti ikan Kakap Merah,
perairan. Kondisi
40 dasar perairan yang Kerapu, Kuniran, Bawal, Swanggi,
berbatu/berkarang akan Manyung dan Udang. Sedangkan
menyebabkan jaring tersangkut untuk ikan tangkapan sampingan
didasar perairan dan akhirnya adalah ikan demersal selain target
hilang/rusak (Kusnandar, 2000). penangkapan dengan nilai ekonomis
Fishing ground operasi penangkapan lebih rendah seperti Pepetek,
cantrang di wilayah Bulu berada di Rajungan dan ikan Sebelah, selain
laut Jawa sekitar perairan Tuban itu ikan ikan pelagis yang ikut
dengan operasi penangkapan one day tertangkap kedalam jaring seperti
fishing. Wilayah penangkapan Pari dan Cumi Cumi. Presentase
berkisar antara
50 15-20 Mil antara komposisi hasil tangkapan cantrang
fishing ground dengan fishing base. nelayan di wilayah Bulu dapat dilihat
Juragan/nahkoda dalam menentukan pada gambar 1.
lokasi fishing ground lebih
mengandalkan pengalaman dan Sales
feeling karena tidak mempunyai alat
Tangkapan
bantu seperti fish finder maupun Utaman
Tangkapan
GPS. Sampingan

Hasil Tangkapan Alat tangkap


cantrang

mempunyai fish target ikan ikan


demersal atau ikan yang berada pada Analisis Data Regresi Linier
dasar perairan, akan tetapi tidak Berganda
Analisis regresi bertujuan untuk Menurut Sarwono (2006), untuk
menghitung besarnya pengaruh memudahkan melakukan interpretasi
antara jaring, tali selambar, kapal, mengenai kekuatan hubungan antara
ABK, BBM, Setting dan lama dua variabel digunakan kriteria
towing terhadap hasil tangkapan sebagai berikut:
ikan. Melalui nilai koefisien
 0 : Tidak ada korelasi antara dua
elastisitas dapat diketahui sejauh
variabel
mana pengaruh tujuh faktor produksi
40  0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
terhadap hasil tangkapan ikan oleh
 0,25 – 0,5: Korelasi cukup
kapal cantrang di wilayah Bulu dapat
 0,5 – 0,75: Korelasi kuat
dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Regresi
Linier Berganda Variabel Koef.  0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat

Regresi R R 2 Koefisien 612.719  1: Korelasi sempurna.

0.634 0.402 Jaring 9.625


Berdasarkan tabel 1 diperoleh fungsi
Taliselambar 0.365 Kapal -7.110
regrsi linier berganda sebagai
ABK -4.325 BBM 4.293 Setting
berikut: Y : 612.719 + 9.625 X1+
4.806 Towing 5.437 Sumber: Hasil
0.365 X2 – 7.11 X3 - 4.325 X4 +
Pengolahan SPSS, 2013 Berdasarkan
4.293 X5 + 4.806 X6 + 5.437 X7
tabel 1 nilai koefisien determinasi
50 0.402, ini berarti
(R2 ) sebesar Dari persamaan regresi berganda

bahwa hubungan antara produksi (Y) diatas dapat diartikan sebagai berikut

dapat diterangkan 40.2% oleh faktor : Nilai b1 = 9.625 berarti bahwa

produksi yang digunakan, sedangkan setiap peningkatan panjang jaring

sisanya 59.8% oleh faktor lain yang (X1) sebesar satu meter maka hasil

belum diperhitungkan. Nilai tangkapan (Y) akan meningkat 9.625

koefisien korelasi (R) sebesar 0.634 Kg. Nilai b2 = 0.365 berarti bahwa

menunjukan korelasi antara variabel setiap peningkatan Tali selambar

dependen hasil tangkapan (Y) (X2) sebesar satu meter maka hasil

dengan 7 variabel independen. Nilai tangkapan (Y) akan meningkat 0.365


60
0,634 menunjukan adanya korelasi Kg. Nilai dari b3 = -7.11 berarti

kuat antara variabel dependen bahwa setiap peningkatan besar

dengan variabel independen. kapal (X3) sebesar satu GT maka


hasil tangkapan (Y) akan berkurang yang digunakan 95% dan taraf
7.11 Kg. Nilai b4 = -4.325 berarti signifikansi 5% dengan degree of
bahwa setiap peningkatan jumlah freedom ( k = 40). Hasil yang
ABK (X4) sebanyak satu orang maka diperoleh dari Uji T dengan
menurunkan hasil tangkapan (Y) menggunakan SPSS dapat dilihat
sebesar 4.325
30Kg. Nilai b5 = 4.293 pada tabel 2: Tabel 2. Uji T
berarti bahwa setiap peningkatan
Variabel Independen T T Hitung T
jumlah BBM (X5) sebesar satu liter
tabel Jaring 2.594 1.684
maka hasil tangkapan (Y) akan
TaliSelambar 2.014 Kapal -1.580
meningkat 4.293 Kg. Nilai b6 =
ABK -1.103 BBM 1.774 Setting
4.806 berarti bahwa setiap
1.850 Towing 1.832 Sumber: Hasil
peningkatan jumlah setting (X6)
Pengolahan Data SPSS, 2013
sebanyak satu kali maka hasil
Berdasarkan tabel 2 uji t
tangkapan (Y) akan meningkat 4.293
menerangkan bahwa faktor jaring
Kg. Nilai b7 = 5.437 berarti bahwa
(X1), panjang tali selambar (X2),
setiap peningkatan cepat lama
40 jumlah BBM (X5) setting (X6) dan
hauling (X7) sebanyak satu menit
lama towing (X7) mempunyai
maka hasil tangkapan (Y) akan
pengaruh yang nyata terhadap hasil
meningkat 5.437 Kg.
tangkapan ikan dimana t hitung > t
Uji T Uji t tabel, sedangkan untuk variabel yang
tidak berpengaruh secara nyata
digunakan untuk mengetahui apakah
antara lain: ukuran kapal (X3) dan
variabel independen (X) berpengaruh
jumlah ABK (X4) tidak mempunyai
secara signifikan terhadap variabel
pengaruh yang nyata (t hitung
dependen (Y). Tingkat kepercayaan

KESIMPULAN menggunakan alat bantu gardan,


roller dan katrol.
1. Cantrang merupakan alat tangkap
yang dioperasikan di dasar perairan 2. Tapi sayangnya Mentri Susi
dengan fish target ikan demersal. Pjuiastuti mengeluarkan
Operasi penangkapan nelayan kebijiakannya tentang pelarangan
cantrang di wilayah
60 Bulu menggunakan alat tangkap Cantrang
3. Hasil penelitian didapat model
regresi dengan persamaan Y:
612.719 + 9.625 X1+ 0.365 X2 –
7.110 X3 - 4.325 X4 + 4.293 X5 +
4.806 X6 + 5.437 X7. Dari nilai uji
T, dapat diketahui faktor produksi
yang berpengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan alat tangkap
cantrang di wilayah Bulu adalah
panjang jaring, panjang tali
selambar, jumlah BBM, jumlah
setting dan lama towing. Sedangkan
ukuran kapal dan jumlah ABK tidak
berpengaruh terhadap hasil
40
tangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Arikunto, 2002. Prosedur Suatu
1. Hendaknya Mentri KKP yaitu Ibu
PenelitianPendekatan
Pujiastuti Mencabut Pelarangan
Praktek. Rineka Cipta. Jakarta
tentang larangan menggunakan Alat
tangkap Cantrang Bambang N. 2006. Petunju
Pembuatan dan
2. Jika Pelarangan Itu dicabut maka
Pengoperasian Cantrang dan Rawai
sebaiknya nelayan cantrang di
Dasar Pantai Utara
wilayah Bulu menggunaan alat bantu
Jawa Tengah. Balai Besar
GPS serta fish finder untuk lebih
50 Pengembangan
meningkatkan hasil tangkapan.
Penangkapan Ikan. Direktorat
3. Dengan ukuran GT kapal yang Jenderal Perikanan.
cukup besar, sebaiknya wilayah Tangkap
penangkapan dapat lebih jauh lagi
Depertemen Kelautan dan Perikan.
untuk menjangkau fishing ground
Semarang. BPPI ( Balai
yang belum dimanfaatan Pengembangan Penangkapan
Ikan), 1999. Kumpulan Paket Bycatch, Discard dan Komposisi
Teknologi. Direktorat Jenderal Ukuran Ikan yang Tertangkap di
Perikanan. Balai Pengembangan Perairan Takalar. [Jurnal Torani]
Penangkapan Ikan. Semarang 18(2):160-170.

Dinas Perikanan dan Kelautan Tuban. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian


2012. Potensi Perikanan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Kabupaten Tuban. www. Alfabeta. Bandung.
tubankab.go.id
Supranto, J. 2003. Statistik Teori dan
Imam Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis Aplikasi. Erlangga. Jakarta
Multivariate dengan Program
IBM SPSS 19 ( Edisi 5 ). Universitas
Diponegoro. Semarang.

Jonathan, Sarwono. 2006. Metode


Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Kusnandar. 2000. Perikanan Cantrang Di


Tegal dan Kemungkinan
Pengembangannya [Tesis]
(tidak dipublikasikan). Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

Raharjo, Ari. 2005. Pengamatan


terhadap Beberapa Aspek
Penangkapan dengan Pukat Cincin di
Laut Jawa [Jurnal Penelitian
Perikanan Laut] 9(23):17.

Sudirman, Musbir, Ihsan Nurdian dan


Rudi Sihbudi 2008. Deskripsi
Alat Tangkap Cantrang, Analisis

Anda mungkin juga menyukai