Anda di halaman 1dari 4

NAMA : JOKO DWI ANTO

NIM : 042480724

PRODI : S1 ILMU PEMERINTAHAN

TUGAS 2 TEORI POLITIK

1. Model Rostow tentang pembangunan dianggap gagal dikarenakan teori tersebut memiliki
bayak kelemahan dibandingkan dengan teori yang lain. Adapun kelemahan dari teori Rostow
sebagai berikut :

a. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori
ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan
penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara
menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
b. Dengan dasar teori ini, seringkali negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan
modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar
10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-
besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan
kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang. Kerusakan
alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan
kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.
c. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari
investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana,
pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam
bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga internasional
seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation). Pinjaman juga
sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai proyek-proyek
pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara
berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga
asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang
tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari
Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik
maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga
seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga
menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan. 
 d. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan
oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi
problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan
pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah
pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial,
distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada
kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia.. 
Selanjutnya, sejumlah kritik terhadap teori Rostow dapat digambarkan sebagai berikut:
 Teori Rostow dianggap terlalu sederhana.
 Rostow menyebut tentang tabungan dan investasi namun tidak mengklarifikasi
mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan tabungan yang ada ke
dalam investasi.
 Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi.
 Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi. Perlunya infrastruktur lainnya seperti sumber daya manusia (pendidikan),
jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi.
 Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari penggunaan investasi apakah
ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan lainnya.
 Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di dunia akan saling
mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.
 Argumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan.
 Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa akan juga
terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
 Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan cara yang sama.
Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak
selalu sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.
 Tidak semua masyarakat yang ada di dunia mengalami/ melalui tahap tradisional.
 Adanya tumpang tindih dalam tahapan yang dikemukakan oleh Rostow
2. Paul baran yaitu seorang pemikir Marxisme yang menolak pandangan Marx tentang
pembangunan dinegara-negara dunia ketiga. Bila Marx menyebut bahwa sentuhan negara-
negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang hendak
membangunkan negara-negara yang terakhir ini sebagai mengembang, seperti negara-negara
kapitalis di Eropa. Baran berpendapat lain, untuknya, sentuhan ini hendak mengakibatkan
negara-negara kapitalis tersebut terhambat kemajuannya dan hendak terus hidup dalam
keterbelakangan. Dengan pendapatnya yang berbeda dengan Marx, Baran menyalakan bahwa
perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran, berbeda dengan perkembangan
kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran sistem kapitalisme seperti terkena
penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini tetap kerdil dan tidak dapat
besar. Menurut baran kapitalisme di negara-negara pusat dapat mengembang karena
mempunyainya tiga prasyarat:
 Meningkatnya produksi diikuti dengan tercabutnya masarakat petani di pedesaan.
 Meningkatnya produksi komoditi da terjadinya pembagian kerja mengakibatkan
beberapa orang dijadikan buruh yang menjual tenaga kerjanya sehingga sulit
dijadikan kaya, dan beberapa lagi dijadikan majikan yang dapat mengumpulkan
harta.
 Mengumpulnya harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
Keterbelakangan dan kemiskinan di Dunia Ketiga sebagai akibat dari adanya ketergantungan
terhadap kekuatan ekonomi global dan konflik internasional. Kemiskinan yang dialami oleh
bangsa-bangsa di negara yang sedang berkembang merupakan akibat dari sistem ekonomi
dunia yang tidak seimbang, dimana sekelompok negara kuat mengeksploitasi negara-negara
yang lebih lemah. Faktor lainnya ialah tingkat pengangguran yang masih nampak serta tidak
dibarengi oleh penyediaan lapangan kerja untuk para penganggur di negara kita, selanjutnya
masih dalam konteks ekonomi bahwa masalah privatisasi dan swastanisasi oleh perusahaan-
perusahaan asing yang sangat merugikan bangsa indonesia, yang mungkin menjadi ironi
bahwa pemerintah kita seakan terhipnotis dengan keadaankeadan seperti ini, di mana
pemerintah seakan tidak mempunyai daya upaya untuk meninjau kembali MOU atau kontrak
kerja dengan pihak asing tentang sistem bagi hasil, makin parah ketika kita dengan kekayaan
alam yang melimpah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh bangsa ini dikarenakan
ketidaksiapan dan ketersediaan putra-putri bangsa dalam mengelola oleh karena kapasitas
baik itu pendidikan, keterampilan dan keahlian untuk dapat bersaing dengan tenaga-tenaga
asing yang dimiliki oleh perusahaan swasta. Hal lain yang membuat bangsa kita tertinggal
jauh dalam hal kemampuan untuk memproduksi sistem tekhnologi dalam rangka upaya untuk
mengahsilkan produksi-produksi yang berskala industri. Hal lain seperti di bidang mental
para pemimpin-pempin, pejabat-pejabat dan pegawai-pegawai pemerintahan yang sangat
menghancurkan karakter bangsa. Beberapa kasus KKN merupakan faktor yang sangat
mempunyai pengaruh besar dalam 6 proses kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri. Dana
APBN menurut laporan keuangan Negara yang habis dikorupsi setiap tahunnya mencapai
triulanan lebih. Sungguh merupakan sesuatu yang sangat disayangkan bila dana negara
kemudian habis terpakai oleh segelintir oknum yang berorientasi memperkaya diri sendiri
ketimbang memanfaatkan dana itu untuk mengelola beberapa potensi yang ada di negara ini
secara profesional dan proporsional guna menghasilkan suatu keuntungan besar yang
tentunya akan sangat besar, dan beberapa permasalahan mental lain seperti krisis
kepemimpinan untuk para pejabat bahkan pemimpin Negara ini yang menjadikan big
problem di Indonesia. Aspek lain yang kemudian menghambat proses jalannya pembangunan
secara efektif di indonesia adalah rendahnya penegakan hukum atau penegakan supremasi
hukum di negara ini sejalan dengan kasus-kasus korupsi yang terjadi bahwa kemudian fakta
bahwa hukum tidak berjalan sesuai dengan normanorma hukum itu sendiri, adanya
pembayaran, sogokan dan suap menjadikan hukuman untuk para koruptor di Indonesia sangat
ringan, hal inilah yang sangat disayangkan dalam rangka pencapaian pembangunan
khususnya pembangunan karakter bangsa.

Anda mungkin juga menyukai