Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN TOLERANSI

Toleransi, secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu Tolerare yang artinya sabar, menahan diri
atau membiarkan sesuatu yang terjadi.. Secara istilah, toleransi diartikan sebagai sebuah sikap
untuk saling menghargai, menghormati, membiarkan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada
antar sesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri. Lalu, toleransi juga dimaknai
sebagai kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan diri dari hal-hal yang tidak sejalan
dengannya.
Toleransi sejatinya dapat mendatangkan kebaikan, karena dengan toleransi, setiap orang dapat
hidup saling berdampingan dengan segala perbedaan. Baik ketika berbeda pendapat dengan
orang lain, ketika agamanya tidak sama, maupun berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda. Dengan sikap toleran, diskriminasi antar golongan pun tentu tidak akan terjadi. Untuk
lebih memahami tentang toleransi, berikut ini adalah pengertian toleransi menurut beberapa ahli:
1) Friedrich Heiler
Friedrich Heiler mendefinisikan toleransi sebagai sikap mengakui adanya pluralitas agama. Serta
menghargai semua orang yang memeluk agama tersebut. Heiler mengatakan bahwa setiap
pemeluk agama memiliki hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dari setiap orang.
2) Michael Wazler
Toleransi menurut Michael Wazler yaitu sikap yang harus ada di dalam kehidupan
bermasyarakat. 
3) Max Isaac Dimont
Toleransi menurut Max Isaac Dimont yaitu sikap yang mengakui perdamaian dan tidak
menyimpang dari norma yang berlaku. Selain itu, toleransi juga didefinisikan sebagai sikap
menghargai atau menghormati setiap tindakan orang lain.
4) W. J. S poerwadarminta
J. S poerwadarminta mendefinisikan toleransi sebagai sikap memperbolehkan suatu pendapat
yang berbeda. Karena, dalam toleransi sangat dijunjung tinggi untuk menghargai pendapat orang
lain.
5) Kamus Besar Bahasa Indonesia 
Definisi toleransi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perilaku atau sikap
toleran. Selain itu, toleransi juga didefinisikan sebagai penyimpangan yang masih bisa diterima
dalam pengukuran kerja.
Dari pendapat berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa toleransi merupakan sebuah sikap
untuk menghargai dan menghormati setiap orang yang memiliki perbedaan pandangan, pendapat,
keyakinan, kepercayaan, termasuk pula perbedaan agama, ras, dan budaya dengan diri sendiri.
Karena mereka semua memiliki hak untuk diperlakukan sama dengan setiap orang.
Toleransi Dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna memiliki sejumlah syariat yang sangat menjunjung tinggi
sikap toleransi.[7]
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif.
Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada
Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la  dengan amat
menarik mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling
dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi
yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka
yang di langit kepadamu).  Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan
Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya
perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep
keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua
keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.  Piagam ini adalah satu
contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad
SAW pada awal pembangunan Negara Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi
beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti
serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.[8]
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab. 
Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan
oleh kaum Muslimin.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa
umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka
menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip
yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah
teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri
semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. Sebagaimana
dalam Q.s Al-Baqarah ayat 256“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama”, “Bagi kalian
agama kalian, dan bagi kami agama kami”  (QS. Al-Kafirun:6) [9]adalah contoh populer dari
toleransi dalam Islam.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat
Islam berbuat baik dan bertindak adil.  Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam.  Al-
Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian,
hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama lain.  Kerjasama
dalam bidang kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh
kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain.
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan mengakui kebenaran
semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama
lain.  Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan
orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
lain:
1.      Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2.      Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3.      Kelemah lembutan karena kemudahan
4.      Muka yang ceria karena kegembiraan
5.      Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6.     Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7.      Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8.      Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik tersebut merupakan:
1.      Inti Islam
2.      Seutama iman,
3.      Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang
memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati yang mahmum itu?”
Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas
dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya :
“Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi
dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik lahir maupun batin. Toleransi,
karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja
memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan
material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-
samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang
ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh
seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya. 
Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan
(al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah
yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan
karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas
Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif
Islam) tersebut.

https://www.mypurohith.com/pengertian-toleransi/

https://made-blog.com/pengertian-toleransi/#gsc.tab=0

Anda mungkin juga menyukai