1. Topik : Stunting
2. Sub Topik : Kenali Stunting Sejak Dini
3. Sasaran : Ditujukan kepada masyarakat terutama ibu-ibu yang memiliki anak
4. Waktu : 15-30 menit
5. Hari/tanggal : Senin, 4 Oktober 2021
6. Tempat : Desa Sayang-Sayang
7. Tujuan
a. Tujuan umum :
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting
b. Tujuan khusus :
1) Sasaran dapat mengetahui pengertian stunting itu sendiri
2) Mengetahui tanda-tanda dari stunting
3) Mengetahui penyebab stunting
4) Mengetahui risiko kesehatan pada anak stunting
5) Dapat mengetahui cara mencegah stunting
8. Metode : Ceramah dan diskusi
9. Media : Leaflet
Pendahuluan
Masa balita merupakan usia penting untuk tumbuh kembang anak. Pertumbuhan anak
pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan asupan zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan balita. Jika asupan zat gizi tidak memenuhi kebutuhan balita maka dapat
berakibat kurang gizi. (Proverawati dan Kusumawati, 2010).
A. Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam waktu lama, umumnya karena asupan makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting umumnya terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru
terlihat saat anak berusia dua tahun. Stunting atau pendek, merupakan suatu retardasi
pertumbuhan linier telah digunakan sebagai indikator secara luas untuk mengukur
status gizi individu maupun kelompok masyarakat. Pendek sering dipakai sebagai
terjemahan stunting.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting termasuk masalah
gizi kronis yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting, dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
dibandingkan balita seumurnya. Perhitungan ini menggunakan standar Z-score dari
WHO. Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Stunting akan mempengaruhi kinerja
pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell,
2002).
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini
berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia
masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi.
(UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada
anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat
pendek dan 20% pendek.
Tanda-tanda anak mengalami stunting yaitu, sebagai berikut :
Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya.
Proporsi tubuh anak cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil
untuk seusianya.
Berat badan rendah untuk anak seusianya.
Pertumbuhan tulang tertunda.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa stunting ini merupakan suatu masalah gizi
yang melanda anak mulai dari dalam kandungan sampai pada anak sudah dilahirkan.
Stunting yang biasanya banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Faktor utama terjadinya stunting ini yaitu kurang asupan gizi dari makanan yang
dicerna oleh sang ibu ketika mengandung.