Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

“Hukum Asuransi di Indonesia”

DISUSUN OLEH :

KRISTINA FLORA SINAGA (7183143023)

NANDA AGUSTRIANA (7183343002)

RAHEL HUTAHAEAN (7183343001)

RODIAH PRATIWI (7183343007)

PRODI PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kesehatan
dankesempatannya kepada kita semua, terutama kepada kelompok kami sebagai penulis.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum Asuransi di
Indonesia”

Kami juga sangat berterimakasih kepada bapak Dosen yang selalu siap membimbing
kami dalam penyelesaian tugas ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
mengharap kritikan serta saran yang membangun guna memperbaiki tugas kami ini. Kami
selaku penulis juga sangat berharap tugas ini dapat bermanfaat serta juga bisa menjadi
referensi pembaca dalam tugas apapun.

Medan, 01 November 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A. Pengertian Hukum Asuransi..................................................................................................2
B. Dasar Hukum Asuransi di Indonesia......................................................................................3
C. Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia...........................................................................................9
D. Unsur-Unsur dalam Asuransi...............................................................................................10
E. Tujuan Asuransi..................................................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................................13
PENUTUP......................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum asuransi adalah peraturan tertulis yang mengikat dua pihak yaitu tertanggung atau
pemegang polis dengan perusahaan asuransi dalam perjanjian asuransi yang telah disepakati.
Industri asuransi di Indonesia belakangan ini semakin menjamur seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan masa
depan yang lebih baik. Walaupun begitu, masih ada juga yang meragukan asuransi karena
menganggap hanya buang-buang uang untuk hal yang tidak bisa kita nikmati segera. Padahal,
pemerintah telah memberikan payung hukum asuransi yang layak dan kokoh seperti UU
Asuransi. 

Asuransi (insurance) merupakan usaha yang dilakukan oleh banyak pihak untuk
menghadapi adanya ketidakpastian (uncertainty) pada masa mendatang serta kemungkinan
terjadinya resiko yang memunculkan adanya kerugian baik kerugian berupa kehilangan jiwa
maupun kerugian barang yang dimiliki oleh seseorang. Ketidak pastian pada masa mendatang
sebagai kondisi yang senyatanya akan terjadi hampir seluruhnya merupakan resiko terhadap
diri manusia dan barang yang dimilikinya. Diantara banyak resiko yang bakal dihadapi
manusia maka resiko yang memunculkan kerugian jiwa dan kerugian harta benda adalah
kerugian yang tidak diharapkan terjadi oleh siapapun.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum asuransi dan ketentuannya ?

2. Apa saja dasar hukum asuransi di Indonesia ?

3. Apa saja jenis-jenis asuransi di Indonesia ?

4. Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi ?

5. Apa saja tujuan asuransi 1?


2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Asuransi

Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis, yang
ditujukan untuk mengikat kedua belah pihak yang melakukan perjanjian asuransi antara
penanggung dan tertanggung. 

Pengertian hukum asuransi ini sesuai Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal
246, yaitu : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
Penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena antara penanggung dan tertanggung yang
mengikatkan diri untuk mengganti kerugian yang disepakati pada waktu penutupan perjanjian
bila terjadi kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa tidak tentu.

Pasal tersebut merupakan salah satu dasar hukum asuransi yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, ada juga UU atau undang-undang asuransi. UU Asuransi adalah dasar hukum yang
mengatur tentang kegiatan perasuransian. UU ini bertujuan untuk memberikan kejelasan
tanggung jawab dan melindungi hak-hak masyarakat (khususnya nasabah). Sedangkan bagi
perusahaan asuransi, adanya UU Asuransi akan memberikan kepastian untuk menjalankan
serta memberikan batasan dalam berbisnis.

Ada tiga poin utama yang perlu dipahami terkait hukum dalam perasuransian, yaitu:

 Terdapat dasar hukum yang mengatur usaha perasuransian bagi perusahaan


penyedianya. Dasar hukum ini juga terbagi menjadi dasar hukum asuransi secara
umum dan syariah.
 Hukum asuransi juga mengatur pelaku di industri asuransi, salah satunya adalah
landasan hukum bagi agen asuransi.
 Landasan hukum juga tersedia untuk perjanjian yang berlaku dalam perasuransian.

3
Sedangkan menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 : “Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untukmemberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkinakan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untukmemberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.

Pengertian asuransi menurut UU No.40 Tahun 2014 adalah asuransi merupakan


perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi
dasar atau acuan bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan untuk:

a) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian


yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan maupun
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung/
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti tersebut; atau

b) memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya tertanggung atau


pembayaran yang didasarkan pada hidup si tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

B. Dasar Hukum Asuransi di Indonesia

1. UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Undang-undang ini adalah dasar hukum utama yang meregulasi industri perasuransian
dan segala kegiatan di dalamnya. Dalam UU ini disebutkan bahwa asuransi adalah bentuk
usaha menanggulangi risiko yang dihadapi masyarakat. UU Asuransi No.2 Tahun 1992
merupakan undang-undang asuransi lama yang telah direvisi dan diganti dengan undang-
undang baru. Disahkan pada tahun 1992 oleh Presiden RI Soeharto, undang-undang ini
memuat sebanyak 13 bab termasuk penutup

Bab 1 tentang Ketentuan Umum

Berisi tentang pengertian asuransi, objek asuransi, program asuransi sosial, perusahaan
perasuransian, perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan
4
reasuransi, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, agen asuransi,
perusahaan penilai kerugian asuransi, perusahaan konsultan aktuaria, afiliasi, hingga
menteri.
Bab 2 tentang Bidang Usaha Perasuransian

Menjelaskan tentang usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi.

Bab 3 tentang Jenis Usaha Perasuransian

Menjelaskan mengenai dua usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi lebih
detail. Jadi, usaha asuransi itu terdiri dari usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa,
dan usaha reasuransi. Sementara usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari usaha
pialang asuransi, usaha pialang reasuransi, usaha penilai kerugian asuransi, usaha
konsultan aktuaria, hingga usaha agen asuransi.

Bab 4 tentang Ruang Lingkup Usaha Perusahaan Perasuransian

Menjelaskan secara rinci mengenai ruang lingkup kegiatan perusahaan perasuransian.

Bab 5 tentang Penutupan Objek Asuransi

Menerangkan tentang bagaimana melakukan penutupan objek asuransi dan ketentuannya.

Bab 6 tentang Bentuk Hukum Usaha Perasuransian

Menjelaskan tentang badan hukum yang legal dalam menjalankan kegiatan asuransi, dari
perusahaan perseroan, koperasi, dan usaha bersama.

Bab 7 tentang Kepemilikan Perusahaan Perasuransian

Berisi ketentuan siapa saja yang dapat mendirikan dan menjalankan perusahaan asuransi.

Bab 8 tentang Perizinan Usaha

Menjelaskan tentang perizinan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi buat menjalankan
kegiatan usaha asuransi.

Bab 9 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Menjelaskan tentang posisi Menteri yang bertindak dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Bab 10 tentang Kepailitan dan Likuidasi


5
Menjelaskan aturan yang menyatakan perusahaan bisa disebut pailit dan dicabut izin
usahanya, serta siapa yang berwenang.

Bab 11 tentang Ketentuan Pidana


Menjelaskan mengenai sanksi hukum yang berlaku kalau melakukan pelanggaran.

Bab 12 tentang Ketentuan Peralihan

Menjelaskan tentang status perusahaan begitu mendapat izin usaha dari menteri.

Bab 13 tentang Ketentuan Penutup

Berisi ungkapan penutup yang menyatakan bahwa peraturan sebelumnya sudah tidak
berlaku lagi.

Garis besar pengertian asuransi menurut UU No.2 Tahun 1992 adalah perjanjian
antara dua belah pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung. Bisa disebabkan oleh kerugian, kerusakan, atau kehilangan atau meninggal
dunia. Objek asuransi yang dimaksud adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,
rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.

2. KUHP Pasal 1320 dan Pasal 1774

Kedua pasal hukum asuransi dalam KUHP ini menerangkan bahwa asuransi
mengandung perjanjian antara dua belah pihak. Perjanjian tersebut termasuk ke dalam
ruang lingkup pidana, sehingga apa saja yang terkait di dalamnya bisa dibawa ke ranah
hukum pidana.

Di mana hal tersebut dirinci dan dijelaskan dalam salah satu pasal, yaitu Pasal 1320
yang menyebutkan bahwa “Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yaitu
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan dalam membuat suatu
perikatan, suatu pokok persoalan tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang.”

3. KUHD Bab 9 Pasal 246

Hampir sama seperti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian,


KUHD Bab 9 Pasal 246 juga menjelaskan tentang jenis pertanggungan asuransi, batas
maksimal pertanggungan, proses klaim yang berlaku, penyebab batalnya proses
pertanggungan, hingga bagaimana pertanggungan dinyatakan secara tertulis dalam
6
dokumen polis.

4. PP Nomor 73 Tahun 1992


Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 membahas ketentuan yang mengatur
tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. Peraturan pemerintah terbentuk atas dasar
tujuan asuransi yang secara prinsip mampu mendorong tumbuhnya pembangunan
nasional Indonesia.

Kegiatan usaha perasuransian berjalan sesuai dengan yang tercantum pada hukum
yang berlaku dan mengatur perusahaan perasuransian yang ada di Indonesia agar
berkembang dengan baik. Selain itu, sesuai dengan landasan maupun prinsip usaha yang
sehat dan bertanggung jawab.

5. PP Nomor 63 Tahun 1999

Peraturan Pemerintah ini merupakan perubahan pertama dari Peraturan Pemerintah


Nomor 73 Tahun 1992. Tujuan yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 1999 pada dasarnya memiliki kesamaan dengan peraturan sebelumnya yaitu
tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.

Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari akan adanya perkembangan kegiatan


usaha perasuransian yang terus mengalami perubahan, serta perubahan situasi
perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan diperlukannya penyesuaian terhadap
peraturan pelaksanaan usaha asuransi yang telah berlaku.

6. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian (UU Asuransi


Baru)

Undang-undang No.40 Tahun 2014 tentang Perasuransian merupakan pengganti


Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Pasalnya, perkembangan industri perasuransian
dan perekonomian di Indonesia sudah berubah. UU asuransi ini tertuang lengkap dalam
dokumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan dasar hukum Pasal 5 ayat (1), Pasal 20,
dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adanya UU ini juga didasarkan oleh semakin bervariasinya layanan jasa


perasuransian sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pengelolaan
risiko dan pengelolaan investasi yang semakin tidak terpisahkan, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kegiatan
7 usaha. Jenis asuransi yang dijelaskan dalam UU ini
adalah asuransi umum dan asuransi syariah. Tertuang dalam 18 bab dan 92 pasal, berikut
penjelasan singkat UU No.40 Tahun 2014:
Bab 1 tentang Ketentuan Umum

Menjelaskan tentang pengertian asuransi, asuransi syariah, prinsip syariah, usaha


perasuransian, usaha asuransi umum, usaha asuransi jiwa, usaha reasuransi,usaha
asuransi umum syariah, usaha asuransi jiwa syariah, usaha reasuransi syariah, usaha
pialang asuransi, usaha pialang reasuransi, usaha penilai kerugian asuransi, perusahaan
perasuransian, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, dana jaminan, dana
asuransi, dana tabarru’, pemegang polis, dan masih banyak lagi.

Bab 2 tentang Ruang Lingkup Usaha Perasuransian

Berisi cakupan kegiatan perusahaan asuransi umum, asuransi jiwa, dan perusahaan
reasuransi.

Bab 3 tentang Bentuk Badan Hukum dan Kepemilikan Perusahaan Perasuransian

Menerangkan tentang badan hukum kegiatan asuransi, seperti perusahaan perseroan,


koperasi, dan usaha bersama.

Bab 4 tentang Perizinan Usaha

Berisi rincian perizinan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi buat menjalankan
kegiatan usaha asuransi.

Bab 5 tentang Penyelenggaraan Usaha

Menerangkan tentang ketentuan dan kewajiban yang harus dipatuhi perusahaan asuransi
dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Bab 6 tentang Tata Kelola Usaha Perasuransian Berbentuk Koperasi dan Usaha
Bersama

Berisi penjelasan mengenai pengelolaan kegiatan usaha asuransi yang dijalankan


koperasi dan usaha bersama.
8
Bab 7 tentang Peningkatan Kapasitas Asuransi, Asuransi Syariah, Reasuransi, dan
Reasuransi Syariah dalam Negeri
Menjelaskan tentang informasi tentang pengoptimalan kapasitas asuransi, asuransi
syariah, reasuransi, dan reasuransi syariah dalam negeri.

Bab 8 tentang Program Asuransi Wajib

Berisi ketentuan pengaturan program asuransi wajib dan penyelenggaraannya.

Bab 9 tentang Perubahan Kepemilikan, Penggabungan, dan Peleburan

Menjelaskan tentang aturan perubahan kepemilikan yang wajib terlebih dahulu


mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Bab 10 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan

Menerangkan tentang aturan pembubaran, likuidasi, dan kepailitan yang harus


dilaporkan ke OJK.

Bab 11 tentang Perlindungan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta

Menjelaskan tentang keharusan perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah


yang wajib ikut penjaminan polis.

Bab 12 tentang Profesi Penyedia Jasa bagi Perusahaan Perasuransian

Berisi profesi dalam perusahaan perasuransian yang meliputi konsultan aktuaria, akuntan
publik, penilai, dan profesi lain.

Bab 13 tentang Pengaturan dan Pengawasan

Menegaskan tentang pengaturan dan pengawasan usaha perasuransian menjadi


kewenangan OJK.

Bab 14 tentang Asosiasi Usaha Perasuransian

Menjelaskan tentang kewajiban perusahaan perasuransian untuk menjadi anggota salah


9
satu asosiasi Perusahaan Perasuransian.

Bab 15 tentang Sanksi Administratif


Menerangkan kewenangan OJK dalam memberikan sanksi administratif kepada setiap
orang yang melakukan pelanggaran.

Bab 16 tentang Ketentuan Pidana

Mengatur pidana yang bisa dikenakan dalam menjalankan kegiatan usaha asuransi.

Bab 17 tentang Ketentuan Peralihan

Menerangkan status perusahaan begitu mendapat izin usaha dari menteri.

Bab 18 tentang Penutup

Menjelaskan aturan dan ketentuan setelah undang-undang mulai berlaku.

C. Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia

Menurut Danarti (2011 , p. 42) jenis - jenis asuransi dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:

a) Dari segi sifatnya:

1) Asuransi sosial atau asuransi wajib dimana keikutsertaannya adalah paksaan bagi
warga Negara. Asuransi sosial adalah program asuransi wajib yang
diselenggarakan pemerintah berdasarkan undang – undang. Maksud dan tujuan
asuransi sosial adalah menyediakan jaminan bagi masyarakat dan tidak bertujuan
untuk mendapat keuntungan komersil. Contoh : Askes, Taspen, dll.

2) Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk
menjadi anggota. Jadi setiap orang bebas memilih untuk menjadi anggota atau
tidak Contoh: PT Jasa INDONESIA, PT Jiwasraya, AJB Bumi Putera, PT
Prudential, PT Lippo Live,dll.

b) Dari segi objek dan bidang usahanya:


10
1) Asuransi Orang. Asuransi orang meliputi beberapa macam diantaranya sebagai
berikut:
i. Asuransi Jiwa. Pada hekekatnya asuransi jiwa merupakan asuransi khusus
yang bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa
seseoorang dari ancaman bahaya kematian. Contohnya adalah asuransi
kecelakaan diri, asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa seumur hidup.

ii. Asuransi Kesehatan. Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk


asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan
para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami
kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan
oleh perusahaan asuransi yaitu rawat inap dan rawat jalan. Contohnya :
Manulife, Allianz, Prudential dsb.

iii. Asuransi Dana Pensiun. Asuransi Dana Pensiun adalah salah satu bentuk
investasi untuk menjamin hari tua. Memiliki asuransi sama halnya dengan
mengalihkan biaya yang harus kita keluarkan menjadi tanggungan pihak
asuransi.

2) Asuransi Umum atau Kerugian. Asuransi kerugian terdiri dari berbagai jenis atau
cabang pertanggungan yaitu:

i. Asuransi Kebakaran (Fire Insuranc)

ii. Asuransi Paket Rumah Tangga (Home Insurance)

iii. Asuransi Paket Toko (Shophouse Insurance)

iv. Asuransi Property All Risks

v. Asuransi Gempa Bumi (Eartquake Insurance)

vi. Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance)

3) Asuransi Aneka (Miscellaneous) seperti : Asuransi Pencurian (Burgery), Asuransi


Uang (Money Insurance) , Asuransi Kecelakaan (Personal Accident), Asuransi
11
Keluarga (Family Personal Accident), dan Asuransi Perjalanan (Travel Insurance)
4) Asuransi Jaminan (Bonding/ Guarante) seperti : Jaminan Tender (Bid Bond),
Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond), Jaminan Pelaksanaan
(Performance Bond), Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond).

D. Unsur-Unsur dalam Asuransi

Berdasarkan definisi mengenai asuransi, seperti yang termuat dalam pasal 264 KUHD,
terdapat empat unsur yang terkandung dalam asuransi, yaitu:

1) Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau secara berangsurangsur.

2) Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan)
kepada pihak tertanggung. Sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi
sesuatu yang mengandung unsur tak tentu.

3) Suatu peristiwa (accident) yang tak tentu (tidak diketahui sebelumnya).

4) Kepentingan (interest) mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak
tertentu.

E. Tujuan Asuransi

Pada dasarnya, asuransi ditujukan sebagai bentuk perlindungan atau ganti rugi kepada
pihak tertanggung akibat adanya peristiwa yang belum pasti. Di mana hal ini terdiri dari
beberapa kriteria seperti di bawah ini:

1) Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko dilakukan oleh tertanggung kepada pihak penanggung. Hal ini bisa
terjadi karena adanya kesadaran dan pemahaman yang baik dari tertanggung
mengenai kemungkinan ancaman bahaya atau kerugian terhadap harta bendanya atau
keselamatan jiwanya. Asuransi dimaksudkan untuk menanggung segala macam
kerugian yang bisa terjadi atas diri tertanggung. Sehingga, risiko yang akan diderita
oleh tertanggung dan keluarga atau ahli warisnya menjadi kecil. Dengan membayar
12
sejumlah premi, maka tertanggung telah memindahkan risiko kerugian yang mungkin
dideritanya kepada pihak penanggung (perusahaan asuransi). Di mana, penanggung
akan menerima premi dan mengambil alih semua beban risiko yang mungkin akan
dialami tertanggung.
2) Ganti Rugi
Asuransi sebagai ganti rugi dilakukan oleh pihak penanggung jika sewaktu-waktu
tertanggung mengalami sejumlah kerugian yang mungkin terjadi menimpa diri
tertanggung. Pada dasarnya kemungkinan bahaya atau kerugian tersebut tidaklah
selalu terjadi dan menimpa tertanggung, atau sering kali kerugian yang terjadi hanya
bersifat sebagian dan bukan merupakan kerugian total bagi tertanggung. Maka pihak
penanggung akan membayarkan sejumlah ganti rugi sesuai dengan jumlah
asuransinya.
3) Pembayar Santunan
Pada dasarnya, asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas yang terjadi di antara penanggung dan tertanggung. Namun di dalam
prakteknya, perjanjian ini kemudian diatur berdasarkan undang-undang yang berlaku,
sehingga pada akhirnya asuransi ini bersifat wajib, di mana tertanggung akan terikat
dengan penanggung akibat adanya perintah undang-undang dan bukan karena
perjanjian semata.
Asuransi ini sering disebut asuransi sosial yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari berbagai ancaman kecelakaan yang bisa saja mengakibatkan
kematian atau cacat permanen. Dalam hal ini biasanya tertanggung akan
membayarkan sejumlah kontribusi (premi) untuk mendapatkan perlindungan dari
pihak penanggung.
Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat dalam
sebuah hubungan hukum tertentu yang diatur berdasarkan undang-undang, seperti:
hubungan kerja, penumpang angkutan umum, dan yang lainnya.
4) Asuransi untuk Kesejahteraan Anggotanya
Hal ini biasanya berlaku di dalam sebuah perkumpulan, di mana beberapa orang yang
terhimpun akan menjadi tertanggung dari perkumpulan itu sendiri yang bertindak
sebagai penanggung. Asuransi jenis ini mirip dengan cara kerja sebuah koperasi, yang
mana asuransi ini saling menanggung atau asuransi usaha bersama yang tujuan
utamanya adalah menjamin
13 kesejahteraan anggotanya. Dalam asuransi ini, jika salah
satu anggota mengalami kejadian yang mengakibatkan kerugian atau kematian, maka
perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada anggota tersebut (tertanggung).
Study Kasus

PT Asuransi Jiwasraya (Persero)

Skandal Jiwasraya menjadi pemberitaan yang begitu ramai di media massa. Jiwasraya
pertama kali mengumumkan gagal bayar pada Oktober 2018. Dalam pengumuman
itu, Jiwasraya tak mampu lunasi klaim polis nasabah sebesar Rp 802 miliar.
Kemudian angka gagal bayar produk JS Saving Plan pun terus bertambah.
Manajemen baru Jiwasraya pun menegaskan tidak akan sanggup membayar polis JS
Saving Plan milik nasabah senilai Rp 12,4 triliun yang jatuh tempo Oktober-
Desember 2019. Namun perseroan akan berupaya mengusahakan pengembalian dana
polis tersebut ke nasabah, di tahun 2020.“Tentu tidak bisa [dikembalikan secepatnya],
sumbernya dari corporate action. Mohon maaf ke nasabah, dari awal saya enggak bisa
pastikan tanggal berapa karena ini dalam proses,” kata Direktur Utama Jiwasraya
Hexana Tri Sasongko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi VI DPR
RI, Senin (16/12/2019).Hexana menyebut tetap akan mengusahakan pengembalian
dana polis tersebut ke nasabah pada tahun ini dengan cara mencari dana dari investor
dengan skema penjualan anak usaha PT Jiwasraya Putera. Dalam dokumen Periode
Penyehatan Jiwasraya, yang diperoleh CNBC Indonesia, disebutkan periode
penyehatan Jiwasraya terbagi dalam lima periode, yakni Periode I 2006-2008, Periode
II 2009-2010, Periode III 2011-2012, Periode IV 2013-2017, dan Periode V 2018-
sekarang.

Pada Periode I, terungkap defisit pertama kali terjadi per 31 Desember 2006 adalah
sebesar Rp 3,29 triliun.“Isu utama perusahaan adalah adanya defisit yang disebabkan
jumlah aset perusahaan yang jauh lebih rendah dari kewajibannya. Pada 2006,
diketahui defisit perusahaan menembus Rp 3,29 triliun,” tulis dokumen tersebut.
Adapun defisit Jiwasraya ini semakin membengkak setiap tahun. Pada 2008, defisit
secara internal dihitung mencapai Rp 5,7 triliun, ini di bawah angka yang diberikan
aktuaris independen yang14memperkirakan defisit pada 2008 mencapai Rp 8-10 triliun.
Kasus Jiwasraya pun saat ini mengarah pada dugaan korupsi dan tengah disidangkan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga merilis perhitungan kerugian negara (PKN)
akibat kasus mega skandal Jiwasraya. Hasilnya, jumlah PKN yang dihitung BPK
mencapai Rp 16,81 triliun. Jumlah itu terdiri dari investasi saham sebesar Rp 4,65
triliun dan kerugian negara akibat investasi reksa dana Rp 12,16 triliun. Jumlahnya
beda tipis dengan proyeksi awal Kejaksaan Agung (Kejagung) Rp 17 triliun.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak masyarakat yang kurang memahai arti dari asuransi.Jasa yang diberikan oleh
perusahaan asuransi adalah berupa proteksi akibat berbagai risiko yang mungkin terjadi.
Akantetapi sekarang ini dengan semakin berkembangnya produk asuransi serta kerja sama
perusahaanasuransi dengan perusahaan di sektor lain seperti perbankan dan sekuritas, maka
pengertianasuransi menjadi lebih luas bukan hanya sebagai sarana proteksi, tetapi juga
sebagai tempat berinvestasi.

Perusahaan asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha asuransi.


Usahaasuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat
pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang
tidak pastiatau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap tulisan yang telah kami paparkan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi kalangan mahasiswa. Tidak lupa kami
mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki isi makalah ini menjadi jauh lebih baik

16
DAFTAR PUSTAKA
Danarti, Dessy. 2011. Jurus Pintar Asuransi Agar Anda Tenang, Aman Dan Nyaman.
Jakarta: G-Media.

Fauzi, Wetria. 2019. Hukum Asuransi di Indonesia. Padang : Andalas University Press
Naomi, Clara. 2021. Dasar Hukum Asuransi di Indonesia dan Versi Islam. Diakses 31
Oktober 2021. Dari https://lifepal.co.id/media/hukum-asuransi/
Putri, Frieda Isyanai. 2021. UU Asuransi: Ketentuan Hukum, Tujuan, dan Jenisnya. Diakses
31 Oktober 2021. Dari https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/uu-asuransi/
Sekar. 2021. Dasar Hukum Asuransi di Indonesia, Wajib Kamu Ketahui!. Diakses 31
Oktober 2021. Dari https://ajaib.co.id/5-dasar-hukum-asuransi-di-indonesia-wajib-kamu-
ketahui-lho/

17

Anda mungkin juga menyukai