Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KECEPATAN

PENGENDAPAN SLUDGE DALAM CRUDE PALM OIL PADA


CONTINOUS SETTLING TANK

KARYA ILMIAH

ZULISMA ANITA
062409035

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KECEPATAN
PENGENDAPAN SLUDGE DALAM CRUDE PALM OIL PADA
CONTINOUS SETTLING TANK

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli
Madya

ZULISMA ANITA
062409035

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP


KECEPATAN PENGENDAPAN SLUDGE DALAM
CRUDE PALM OIL PADA CONTINOUS
SETTLING TANK
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ZULISMA ANITA
Nomor Induk Mahasiswa :062409035
Program Studi : DIPLOMA TIGA (D3) KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM

Disetujui di
Medan, Juni 2009

Diketahui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing

DR. Rumondang Bulan, MS Dr. Marpongahtun, M.Sc


NIP : 131459466 NIP : 131796151

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KECEPATAN PENGENDAPAN


SLUDGE DALAM CRUDE PALM OIL PADA CONTINIOUS SETTLING TANK

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

(Zulisma Anita)
062409035

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Ahamdulillahi-rabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita
semua serta salawat beriring salam kita ucapkan kepada junjungan kita nabi Besar
Muhammad Saw sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program Diploma III Kimia Industri di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini kurang dari


kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kamampuan, waktu, dan
pengetahuan, tapi penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan
semua pihak yang membaca karya ilmiah ini khususnya bagi lingkungan Universitas
Sumatera Utara. Sebelumnya Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan
saran yang bertujuan untuk membangun karya ilmiah ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan


dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya pada :

1. Ayahanda Syamsir Lubis, Ibunda Rosmawati Nst serta adik-adik yang selalu
memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil.
2. Ibu Dr. Marpongahtun M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
teliti membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini.
3. Bapak DR.Eddy Marlianto,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Ibu DR.Rumondang Bulan MS, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof.Dr. Harry agusnar M.Sc, M.Phil selaku ketua program Studi
Diploma III Kimia Industri FMIPA USU.
6. Bapak H. Yudha Agus Suratman selaku tekniker I PT. Socfin Indonesia Aek
Loba.
7. Bapak H.Bambang Susyanto dan bapak Aswan selaku pembimbing lapangan
8. Teman-teman seperjuangan selama PKL: Siti, Vira, lim
9. Abi Unan, umi Dwi, Vira, Siti, Lim, Mameh, ida, Jho, Intan, dan Ivo (thanx
bwt smua knangan2 indh n tak t’lupakan,, Friendship 4ever…!)
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
10. Teman-teman mahasiswa Kimia Industri Khususnya stambuk ’06 serta semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

ABSTRAK

Temperatur merupakan salah satu parameter yang menentukan kecepatan


pengendapan sludge dalam minyak pada Continious Settling Tank. Temperatur yang
sesuai dapat menyebabkan proses pengendapan sludge berlangsung cepat. Dan
temperatur yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan proses pengendapan
berlangsung lambat. Telah dilakukan pengamatan temperatur pada berbagai variasi
yaitu pada temperatur 60 0 C - 90 0 C. Dari hasil pengamatan diperoleh temperatur
optimal 90 0 C dengan kecepatan pengendapan 0,3507 cm/detik.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
TEMPERATURE INFLUENCE OF VELOCITY SLUDGE SEDIMENTATION
CRUDE PALM OIL ON CONTINIOUS SETTLING TANK

ABSTRACT

Temperature is one of the parameter which determine the velocity of sludge


sedimentation of oil on continious settling tank. Compare temperature will produce
good quality of oil. Low temperature or higher cause the quality of quality decrease
and the process of sludge sedimentation slow motion. Has performed observation of
temperature with temperature variation 60 0 C - 90 0 C. From the result of observation
obtained optimal temperature 90 0 C with velocity of sedimentation 0,3507 cm/detik.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv
Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

Bab II Daftar Pustaka

2.1 Pengertian Minyak dan Lemak 4

2.2 Sifat-Sifat Minyak dan Lemak 5

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
2.3 Sejarah Kelapa Sawit 6

2.4 Kelapa Sawit 7

2.5 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit 9

2.6 Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 9

2.6.1 Penerimaan bahan baku 10

2.6.2 Rebusan (strelizer) 10

2.6.3 Pemipilan (stripper) 12

2.6.4 Pencacahan (digester) 12

2.6.5 Pengempaan (presser) 12

2.6.6 Pemurnian (clarifier) 13

2.7 Continious Settling Tank 13

2.9 Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit 16

2.8 Viskositas 14

Bab III. Bahan dan Metode

3.1 Alat-alat 18

3.2 Prosedur 18

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Data

4.2 Perhitungan 22

4.2.1 Korelasi Antara Kenaikan Temperatur dengan Kecepatan 24


Sludge Dalam Crude Palm Oil pada Continious Settling Tank
4.2.2 Koefisien Korelasi 24
4.2.3 Pengujian Koefisien Korelasi 25
4.2.4 Test Statistik 26
4.3 Pembahasan 27

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 29
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
5.2 Saran 29

Daftar Pustaka

Lampiran

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Sifat Fisiko-Kimia minyak Kelapa sawit 9


Tabel 4.1 Data temperatur dengan densitas minyak 20
Tabel 4.2 Data temperatur dengan densitas sludge 21
Tabel 4.3 Data suhu dengan viskositas minyak sawit continuous tank 22
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan untuk variasi temperatur yang berbeda 23

Tabel 4.5 Pengolahan Data untuk Menghitung Adanya Korelasi 24

Tabel Nilai koefisien korelasi “r” product moment taraf Lampiran


signifikan 5% dan 1%
Tabel Nilai “T’ untuk taraf signifikan 5% dan 1% Lampiran
Tabel Interpretasi koefisien korelasi product moment Lampiran

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di

masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak

sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan,

dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Dalam perekonomian

Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena

komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu,

minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di

seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Suyatno Risza,1995)

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti

kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak. Minyak inti kelapa sawit

dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya diekspor . Oleh karena itu

diperlukan standar dan pengawasan mutu untuk memberikan jaminan mutu pada

konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air, kotoran, asam

lemak bebas, bilangan perroksida dan pemucatan (Ketaren, 1986).

Pabrik Kelapa Sawit PT.Socfindo Aek Loba merupakan salah satu pabrik yang

mengolah kelapa sawit menjadi CPO yang kemudian akan diolah di PT.Socfindo

Tanah Gambus menjadi minyak goreng. Dimana proses pengolahan melalui beberapa

tahap, antara lain penerimaan buah, rebusan (sterilizer), pemipilan (stripper),

pencacahan (digester), pengempaan (presser), pemurnian (clarifier), dan pemisahan

biji dan kernel. Penggunaan temperatur hampir meliputi seluruh proses pemurnian

minyak pada continous settling tank. Dimana minyak kasar dari Crude Oil Tank

dipompakan ke Continious Settling Tank dan akan terpisah menjadi tiga fraksi yaitu

minyak, sludge dan air melalui proses pengendapan dan penggunaan temperatur yang

sesuai yaitu 80 ºC – 90 ºC. Minyak akan terdorong kepermukaan dan sludge beserta

air akan keluar dari pipa yang terpasang pada dasar tanki. Temperatur sangat

berpengaruh pada CPO atau minyak mentah yang dihasilkan. Temperatur yang telalu

tinggi >90 ºC dapat menyebabkan proses pengendapan sludge tidak berjalan dengan

baik, karena partikel-partikel air yang berada didasar tanki akan menguap sehingga

mendorong partikel-partikel sludge ke permukaan tanki yang menyebabkan

bercampur kembali dengan minyak. Dan sebaliknya jika temperatur terlalu rendah
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
menyebabkan proses pengendapan berjalan terlalu lambat sehingga dibutuhkan waktu

pengendapan yang lama.

Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul pada karya ilmiah ini adalah

“ “ Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude

Palm Oil Pada Continious Settling Tank “

1.2 Permasalahan

Tidak stabilnya kecepatan pengendapan sludge pada continous settling tank maka

perlu ditentukan berapa temperatur yang tepat untuk menurunkan viskositas minyak

supaya kecepatan pengendapan sludge semakin tinggi dan waktu pengendapan

semakin singkat sehingga diperoleh minyak yang sesuai dengan standard mutu yang

sudah ditetapkan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kecepatan pengendapan

sludge dalam minyak pada Continous Settling Tank.

2. Untuk mengetahui berapa temperatur yang sesuai agar proses pengendapan

sludge dapat berjalan dengan baik sehingga diperoleh minyak yang sesuai

dengan standard mutu.

1.4 Manfaat

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Dapat mengetahui peranan temperatur terhadap kecepatan pengendapan sludge dalam

crude palm oil / minyak mentah pada Continous Settling Tank untuk menghasilkan

minyak yang sesuai dengan standard mutu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian minyak dan lemak

Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti

triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak, minyak bersifat

sebarang, pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.

Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida

dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan

lemak hewani dan minyak nabati.Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
suatu lemak atau minyak , yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai

hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama

sebagai derivat asam-asam lemak ini. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama

tristeari, dan tripalmitat dari gliserol, disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga

diberi nama yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester. Sebagai contoh gliseril

tristearat dan gliseril tripalmitat (Fessenden & Fessenden,1986).

Secara kimia yamg diartikan dengan lemak adalah triester dari gliserol yang

disebut gliserida atau lebih tepat trigliserida, dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat

dipandang sebagai hasil kondensasi dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul

asam lemak, dan daripadanya menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul

trigliserida. Jika ketiga asam lemak itu identik, maka hasilnya akan merupakan

trigliserida yang sederhana. Tetapi bila ketiga asam lemak tersebut berbeda, maka

akan dihasilkan trigliserida campuran. Pada mono dan di-gliserida masing-masing

hanya mengandung satu dan dua radikal asam lemak, hingga dengan demikian

didalam molekulnya mempunyai gugus hidroksil yang bebas. Di dalam lemak alam,

campuran trigliserida mengandung lebih dari satu jenis asam lemak, hal ini lebih

umum daripada tersusun dari satu macam asam lemak (Sastrohamidjojo Hardjono,

2005).

2.2 Sifat-sifat dari Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak meskipun serupa dalam struktur kimianya, menunjukkan

keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya :

1. Sifat fisik yang paling umum adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh

adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
2. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya

panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu, dan berkurang dengan tidak

jenuhnya rangkaian karbon.

3. Minyak dan lemak lebih padat dalam keadaan padat daripada dalam keadaan cair.

Berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul rendah dan

trigliserida yang tidak jenuh. Berat jenis menurun dengan bertambahnya suhu.

4. Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase

padat dan fase cair.

5. Oleh karena minyak dan lemak adalah campuran trigliserida, titik cairnya tidak

tepat. Titik cair minyak dan lemak ditentukan oleh beberapa faktor. Makin pendek

rantai asam lemak, makin rendah titik cair trigliserida itu. Cara-cara penyebaran asam-

asam lemak dalam suatu lemak juga mempengaruhi titik cairnya.

6. Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda berdasarkan dua

mekanisme utama. Pertama karena heterogenitas krisatal (Buckle, 1987)

2.3 Sejarah kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaieis Guinensis Jack), berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Selatan yaitu Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa

sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa

sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan

Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih

tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah

pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.Kelapa sawit pertama

kal diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1984.

Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa oleh Mauritius dan

Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor (Suyatno Risza, 1995).

Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka pada tahun 1911 di tanah Itam Ulu

oleh masyarakat Oliepalmen Cultur dan di Pulo Raja oleh maskapai Huileries de

Sumatera- RCMA kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, Sungai Liput Cultuur Mij,

Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij , Medang Ara Cultuur Mij,

Deli Muda oleh Huileires de Deli dan lain-lain. Sampai tahun 1915 luasan areal kelapa

sawit baru 2.715 ha. Pada tahun 1916 ; ada 16 perusahaan di Sumatera Utara dan 3

perusahaan di Pulau Jawayang menanam kelapa sawit. Pada tahun 1920 menjadi 25

perusahaan di Sumatera Timur, 8 di Aceh dan 1 di Sumatera yaitu Toba Pingin dekat

Lubuk Linggau. Sampai tahun 1939 telah tercatat 66 perkebunan dengan luas areal ±

100.000 ha. Maskapai utama yang tercatat adalah HVA (Handels Vereniging

Amsterdam); RCMA (Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam); Socfindo, Asahan

Cultuur Mij, LCB Mayang, Deli Mijdan Sungai Liput Cultuur Mij. Masa Jepang

(1942-1945) merupakan masa suram dari perkebunan kelapa sawit. Produksi tidak

dapat dijual; sebagian areal kebun ditanami tanaman pangan dan pabrik-pabrik tidak

beroperasi. Perkembangan kebun berhenti, kondisi kebun rusak dan dari 66

perusahaan hanya 47 yang dapat dibangun kembali setelah dikembalikan kepada

pemiliknya pada tahun 1947. Periode 1957-1968 yaitu masa ambil alih. Masa ini

merupakan masa yang sulit karena kultur teknis dan manajemen kurang terkendali

sebagai akibat suramnya perekonomian nasional. Periode setelah tahun 1966,

merupakan titik awal dari bangkitnya perkebunan yang juga lebih dipacu dengan

adanya bantuan dari Bank Dunia dan ADB. Perkembangan selanjutnya semakin pesat

sejak diperkenalkan Perkebunan Inti Rakyat , sehingga tanaman kelapa sawit telah
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
menyebar ke wilayah Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jambi,

Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Irian

Jaya. Pengembangan ke wilayah baru ini dipelopori oleh PTP-PTP dan selanjutnya

diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta (Bidang tanaman Vadenecum Kelapa

Sawit PT Perkebunan Nusantara IV).

2.4 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ) adalah tanamn berkeping satu yang

termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaoin

atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu

dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali

di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis

dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22ºC-32ºC.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa

sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35 – 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar

dengan kandungan minyak yang rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya

tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji

sangat tipis.

3. Tenera
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari induknya, yaitu Dura dan

pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunanpada saat

ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan

terdapat libngkaran serabut disekelilingnya.

4.Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah yang masih

muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam.Semakin tua warna

buah menjadi kuning muda dan pada waktu sudah masak berwarna merah kuning atau

jingga (Tim Penulis PS, 1997)

2.5 Sifat fisika kimia minyak kelapa sawit

Tabel 1. Nilai Sifat Fisiko-Kimia minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu 0,900 0,900 – 0,913

Kamar

Indeks bias D 40ºC 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan iod 48 – 56 14 – 20

Bilangan penyabunan 196 – 205 244 – 254

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau

kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flapor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-

asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak

kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betakarotene. Titik cair minyak sawit

berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa

macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1986)

2.6 Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan kelapa sawit merupakan proses untuk memperoleh minyak dan kernel dari
buah kelapa sawit dan uraian tentang proses dan mekanisme pengolahan pada setiap
penggal atau unit alat pengolahan sejak buah diterima di pabrik, sampai dihasilkan
minyak sawit (CPO) dan kernel yang memenuhi mutu dengan efisiensi teknis dan
ekonomis (Pardamean Maruli, 2008)

2.6.1 Penerimaan bahan baku

- Penimbangan tandan buah segar

Tandan buah segar yang masuk ke pabrik mula-mula ditimbang di jembatan

timbang untuk mengetahui jumlah berat tandan buah segar yang masuk ke pabrik.

- Penimbunan Tandan Buah Segar (TBS)

Setelah ditimbang , TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat

penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan kedalam lori rebusan.

- Pengisian buah ke dalam lori

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Lori diisi penuh dengan buah yang akan diolah. Pengisian yang baik jika lori dapat

memuat tandan buah sebanyak kapasitas nominal. Pengisian yang tidak penuh

akan menyebabkan penurunan kapasitas olah strelizer atau sebaliknya pengisian

yang terlalu penuh akan mengakibatkan pintu, maupun pelat (water plate) rusak

atau buah terjatuh dalam rebusan.

- Pengisian Lori ke Dalam Rebusan

Lori yang telah penuh berisi buah dimasukkan kedalam strelizer menggunakan

capstand. Kemudian pintu sterilizer ditutup dan dikunci menggunakan handle,

sehingga kemungkinan terbuka pada saat proses perebusan terjadi (Maruli

Pardamean, 2008)

2.6.2 Rebusan (sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik

menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki

sterilizer. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur

sekitar 135ºC dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm selama 80-90 menit. Proses perebusan

dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang

optimal.

Tujuan Perebusan

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)

Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis

minyak.

b. Memudahkan pemipilan (stripper)

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk melepaskan brondolan dari tandan secara manual, sebenarnya cukup dengan

merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karenanya,

diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang semestinya

dibagian dalam tandan buah.

c. Penyempurnaan dalam pengolahan

Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses

penguapan. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah (pericarp) berubah.

Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitumempermudah pengambilan

minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat

nonlemak (non-oil solid).

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat

inti terhadap cangkangnya menjadi berkurang.

2.6.3 Pemipilan (stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kea

lat pemipil dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage..Proses pemipilan

terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut

berputar sehingg membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan

lepas dari tandannya.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
2.6.4 Pencacahan (digester)

Brondolan yang telah terpipil dari pemipilan diangkut ke bagian

pengadukan/pencacahan (digester). Tujuan utama dari prose ini yaitu untuk

mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan

mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerigian yang sekeci-kecilnya.

2.6.5 Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan keluar melalui bagian bawah digester

sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kealat pengempaan yang

berada persis dibagian bawah digester. Selama proses pengempaan berlangsung, air

panas ditambahkan kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran

sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah

terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan

menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.

2.6.6 Pemurnian (clarifier)

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran,

baik yang berupa padatan (solid), Lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari

pembersihan / pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas

sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan

getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut

dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang

terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai temperature 95-100ºC.

Menaikkan temperature minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk

memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara mkinyak, air, dan sludge sehingga

ssangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari proses crude

oil tank dikirim ke tangki pengendap (continous Ssettling tank/clarifier tank).

Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses

pengendapan. Minyak dari continous settling tank selanjutnya dikirim ke oil tank,

sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fase campuran yang

masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada

minyak yang masih terkandung didalamnya ( Iyung Pahan, 2006)

2.7 Continious Setting Tank

Continious setting tank (CST) adalah tipe bak bersinambung yang dapat memisahkan

lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak bak lain. Pemisahan sludge berjalan

dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah menjadi dua fase yaitu fase

ringan dan fase berat. Fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak lainnya melalui

dasar tanki sedangkan fase ringan mengalir dari bagian atas. Semakin banyak bak

yang tersambung maka pemisahan minyak dengan sludge semakin sempurna,

demikian juga dengan suhu minyak yang tinggi akan mempercepat proses pemisahan

minyak Suhu hendaknya berkisar antara 80 – 90ºC. Pemanasan dilakukan dengan

menggunakan steam pada pipa tertutup (Ponten Naibaho, 1996)

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Minyak yang mengapung dibagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan

(skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketinggiannya dapat

disetel. Drab (sludge) dikeluarkan dari bagian bawah tanki sedikit diatas dasar

lingkaran dari kerucut tanki melalui suatu pipa vertikal yang ujungnya terbuka, bibir

luapannya sedikit lebih tinggi dari bibir kerucut luapan minyak, ketinggiannya pun

dapat disetel. Tangki dilengkapi dengan pengaduk dengan sumbu vertikal yang

berputar lambat, daun adukan bergerak dalam bidang horizontal shear atau guntingan

yang ternyata memberi efek pengurangan viskositas (Mangoensoekarjo, 2003).

2.8 Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.

Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk

mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedang yang lainnya

mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alcohol dan bensin

mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin,

minyak castor, dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain

menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.

Viskositas (kekentalan cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian

atau lapisan-lapisancairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau

gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi dalam zat cair. Sedangkan

viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekul-

molekul gas. Cairan mempunyai viskositas yang lebih besar daripada gas, karena

mempunyai gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada kebanyakan cairan

viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut ” teori lubang ” terdapat

kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontiniu kedalam kekosongan
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran,

tetapimemerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus mempunyai suatu

molekul agar dapat bergerak kedalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin

terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah

mengalir. Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap

karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel

terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya,

maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil

akan mengapung. Kecepatan pengendapan merupakan kecepatan dimana gaya

gravitasi tepat diimbangi oleh gaya gesekan dari partikel yang bergerak melalui

medium. Apabila partikel dianggap berbentuk bola, maka kecepatan pengendapan

2r 2 g (d − dm)
dirumuskan sesuai persamaan hukum stokes. v=

Dimana:

v = Kecepatan pengendapan (cm s −1 )

g = Percepatan gravitasi (cm s −2 )

d = Rapat massa partikel koloid (g cm −3 )

dm = rapat massa medium (gr cm −3 )

r = jari-jari partikel koloid (cm)

η = viskositas medium (Poise)

Dari persamaan diatas dapat diketahui, bahwa kecepatan pengendapan partikel koloid

menjadi semakin besar dengan bertambahnya jari-jari atau ukuran r, bertambahnya

selisih rapatan partikel d dan rapatan medium, berkurangnya viskositas (kekentalan

medium dan naiknya percepatan gravitasi. Suatu partikel kristal halus cenderung

membesar ukurannya bila dibiarkan berada dalam cairan dalam mana zat ini

diendapkan, terutama bila larutan dipanasi atau kadang-kadang digoncang. Koagulasi


Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta penambahan

elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan

menaikkan selisih rapatan (Estien Yazid, 2005).

2.9 Pemanfaatan minyak kelapa sawit

Manfaat minyak sawit untuk industri pangan dan non pangan .

1. Minyak sawit untuk industri pangan

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak konsumen yang cenderung menyukai dan

menggunakan minyak sawit. Dari aspek ekonomis, harganya relatif murah

dibandingkan dengan minyak nabati lain. Selain itu komponen yang terkandung

didalam minyak sawit lebih banyak dan beragam sehingga pemanfaatannya juga

beragam. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain

digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening dan

bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan minyak sawit mempunyai

beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung

karotene yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber

vitamin E.

2. Minyak sawit untuk industri nonpangan

- Bahan baku untuk industri farmasi

Dari setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 gram karotene.

Berdasarkan hasil penelitian, karotene dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-

paru dan payudara.

- Bahan baku oleokimia

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk

diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produk utama minyak yang
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino,

metil ester, dan gliserin. Bahan- bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan

sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga

digunakan dalam pembuatan bahan detergen.

Asam Lemak

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi

maupun enzimatis. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk

detergent, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal dan

perekat.

Lemak Amina

Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas,

sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain-lain.

Metil Ester

Metil ester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun (Yan Fauzi, 2005).

BAB III
Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat
1. Gelas ukur
2. Neraca analitik
3. Oven
4. Thermometer
5. Penangas air
6. Viskometer
7. Stopwatch

3.1.2 Bahan
1. CPO (minyak mentah)
2. Air dari proses pemisahan minyak dan air

3.2 Prosedur
Cara menentukan densitas minyak (CPO)
1. Diambil sampel (CPO) pada waktu masuk ke continious settling tank
2. Ditimbang gelas ukur yang telah dicuci dan dikeringkan didalam oven , lalu
dicatat beratnya (a gram).
3. Dimasukkan sampel kedalam gelas ukur, dicatat volumenya (c ml)
4. Ditimbang gelas yang berisi sampel dengan mnenggunakan neraca analitik, dicatat
beratnya (b gram) dengan mempertahankan temperatur minyak 100ºC dalam
penangas air.
5. Dilakukan hal yang sama untuk temperatur 90ºC, 85ºC, 80ºC, 75ºC,70ºC dan
60ºC. Maka densitas minyak = b – a gr/cm3

Cara menentukan densitas air

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
1. Diambil sampel air dari hasil pemisahan minyak dan air yang dialirkan dari dasar
tangki
2. Ditimbang gelas ukur yang telah dicuci dan dikeringkan didalam oven lalu dicatat
beratnya (a gram)
3. Dimasukkan sampel kedalam gelas ukur, dicatat volumenya (c ml)
4. Ditimbang gelas ukur yang berisi sampel dengan menggunakan neraca analitik,
dicatat beratnya (b gram) dengan mempertahankan temperatur air 100ºC dalam
penangas air
5. Dilakukan hal yang sama untuk temperatur 90ºC, 85ºC, 80ºC, 7 ºC,70ºC dan 60ºC.
Maka densitas air = b – a g/cm3

Cara menentukan viskositas minyak


1. Viscometer dicuci bersih dengan menggunakan aquadest, lalu dibilas dengan
alcohol kemudian dikeringkan dalam oven
2. Dimasukkan sampel CPO kedalam viscometer
3. Viskometer yang telah berisi CPO dimasukkan kedalam penangas air dengan
temperatur 1000C
4. Dihisap larutan dengan menggunakan boal pipet sampai tanda garis (a)
5. Dicatat waktu yang dibutuhkan cairan turun dari a sampai ke b
6. Dilakukan hal yang sama untuk temperatur 90ºC, 85ºC, 80ºC, 75ºC,70ºC dan
60ºC
Maka viskositas CPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:

μ = c.ρ.t

Dimana : c : Konstanta viscometer (0,12384)


ρ: Densitas cairan pada temperatur yang diinginkan
t: Waktu yang dibutuhkan cairan turun dari a ke b

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
Tabel 4.1.1 Data temperatur dengan densitas minyak
Percobaan ke Temperatur Densitas Densitas rata-rata
(ºC) ( g/cm 3 ) ( g/cm 3 )
1 0,8858
2 60 0,8858 0,8857
3 0,8856
1 0,8820
2 70 0,8820 0,8820
3 0,8820
1 0,8796
2 75 0,8798 0,8797
3 0,8765
1 0,8765
2 80 0,8764 0,8764
3 0,8761
1 0,8761
2 85 0,8759 0,8760
3 0,8758
1 0,8757
2 90 0,8758 0,8757
3 0,8749

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.1.2 Data temperatur dengan densitas sludge
No Temperatur Densitas Densitas rata-rata
percobaan (ºC) ( gr/cm 3 ) ( gr/cm 3 )
1 0,9861
2 60 0,9861 0,9861
3 0,9863
1 0,9786
2 70 0,9786 0,9785
3 0,9785
1 0,9784
2 75 0,9783 0,9783
3 0,9784
1 0,9778
2 80 0,9787 0,9777
3 0,9777
1 0,9727
2 85 0,9726 0,9727
3 0,9727
1 0,9654
2 90 0,9653 0,9653
3 0,9653

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.1.3 Data suhu dengan viskositas minyak sawit continuous tank
Temperatur ( 0 C)
SNO(%) 60 70 75 80 85 90
0 0,047 0,041 0,038 0,036 0,033 0,031
1 0,053 0,046 0,043 0,041 0,038 0,035
2 0,059 0,052 0,049 0,045 0,042 0,039
3 0,066 0,057 0,054 0,050 0,046 0,043
4 0,074 0,064 0,060 0,055 0,053 0,048
5 0,083 0,073 0,070 0,061 0,057 0,053
6 0,092 0,079 0,075 0,068 0,063 0,059
7 0,103 0,088 0,081 0,076 0,071 0,066
8 0,116 0,099 0,090 0,0085 0,078 0,073
9 0,130 0,110 0,100 0,094 0,089 0,082
10 0,145 0,123 0,114 0,105 0,098 0,089
11 0,162 0,137 0,128 0,117 0,109 0,109
12 0,182 0,153 0,141 0,130 0,121 0,121
13 0,201 0,169 156 0,143 0,133 0,133

4.2 Perhitungan

-Untuk suhu 90 0 C

Dengan : η = 0,08 cP = 0,00089 P

D air = 0,9653 g cm −3

D minyak = 0,8757 g cm −3

Diameter partikel minyak = 40 mikron = 0,004 cm

Maka kecepatan pengendapan pada suhu 90 0 C

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
2r 2 g (d − dm)
v=

2(0,004) 2 .980(0,9653 − 0,8757)


=
9.0,00089

0,000032.980.0,0896
=
0,00801

= 0,3507 cm s −1

Tabel 4.2.1 Hasil Perhitungan untuk variasi temperatur yang berbeda

Temperatur ( 0 C) Kecepatan pengendapan sludge (cm/detik)

60 0,2412

70 0,2751

75 0,3019

80 0,3361

85 0,3424

90 0,3507

4.2.1 Korelasi Antara Kenaikan Temperatur dengan Kecepatan Pengendapan


Sludge Dalam Crude Palm Oil pada Continious Settling Tank

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kenaikan temperatur


dengan kecepatan pengendapan sludge dalam crude palm oil pada Continious Settling
Tank dapat ditentukan melalui koefisien korelasi (r) yang diperoleh dengan mengolah
data tersebut. Dalam hal ini digunakan temperatur sebagai variable batas (x) dan
kecepatan pengendapan sludge sebagai variable (y).

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.2.2 Pengolahan Data untuk Menghitung Adanya Korelasi
No X Y X2 Y2 XY
1 60 0,241 3600 0,058 14,472
2 70 0,275 4900 0,076 19,257
3 75 0,302 5625 0,091 22,6425
4 80 0,336 6400 0,113 26,888
5 85 0,342 7225 0,117 29,104
6 90 0,351 8100 0,123 31,563

∑N ∑X = 460 ∑ Y =1,847 ∑X 2
=35850 ∑Y 2
=0,578 ∑ XY =
=6
143,926

4.2.2 Koefisien Korelasi

n(∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
r=
n∑ X 2 − (∑ X ) 2 n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2

6(143,926) − (460)(1,847)
r =
6(35850) − (211600) 6(0,577) − (3, 412)

863,556 − 849,804
r=
215100 − 211600 3, 467 − 3, 412

13, 752
r=
3500 0, 055

13, 752
r=
(59,160)(0, 234)

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
13,752
r=
13,843
r = 0,99…(99%)
r 2 = 0,98

Pengaruh kenaikan temperatur terhadap kecepatan pengendapan sludge dalam crude

oil tank pada continious settling tank adalah signifikan, yang artinya 99%

pengendapan sludge dipengaruhi oleh kenaikan temperatur , dimana r_hitung = 0,98.

Dan nilai korelasi r antara x dan y berada diantara -1 dan 1 yang dapat dinyatakan

sebagai -1 ≤ r ≥ 1 . Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa hubungan

antara kenaikan temperatur dan kecepatan pengendapan sludge dalam crude palm oil

pada Continious Settling Tank sangat kuat dan positif (Hartono, 2004).

4.2.3 Pengujian Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan linier antara satu variable dengan

variable yang lain. Untuk memastikan apakah keeratan hubungan antara dua variable

bermakna, diperlukan pengujian terhadap koefisien korelasi tersebut. Pengujian

koefisien korelasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan Hipotesis

Ho = Kenaikan temperatur tidak mempengaruhi kecepatan pengendapan

sludge dalam crude palm oil pada continious settling tank (tidak ada

hubungan antara x dan y)

Ha = Kenaikan temperature mempengaruhi kecepatan pengendapan

sludge dalam crude palm oil pada continious settling tank (ada hubung-

an antara x dan y secara lurus atau linier).

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
2. Dipilih derajat keyakinanatau taraf signifikan (lampiran 1)

Α = 50 % = 0,05

dF = N – nr

=6–2

=4

Keterangan :

dF = degrees of freedom (derajat kebebasan)

N = Banyaknya data

nr = Banyaknya korelasi

Jika dF = 4, maka t_tabel = 2,78 (lampiran 2)

4.2.4 Test Statistik Hitung

r
T_tabel =
1− r2
n−r

r n−r
=
1 − (r 2 )

r 6−2
=
1 − 0,86
(0,99)(2)
=
0,374
1,98
=
0,374
= 5,29

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Karena t_hitung > t_tabel

5,29 > 2,78

Jadi Ho ditolak dan Ha diterima

Maka, Kenaikan temperatur dan kecepatan pengendapan sludge dalam crude palm oil

pada continious settling tank saling berkaitan secara linier.

4.3 Pembahasan

Minyak sawit mentah (CPO) merupakan suatu hasil pengolahan dari tandan Buah

Segar (TBS) yang dapat diolah selanjutnya menjadi minyak goreng dan bahan

kosmetik serta industri kimia organik lainnya. Sebelum minyak sawit mentah (CPO)

diolah menjadi minyak goreng dan bahan industri kimia lainnya, dimurnikan terlebih

dahulu untuk mengurangi kotoran-kotoran dan kadar air yang terkandung di dalam

minyak mentah (CPO) tersebut agar diperoleh minyak dengan hasil yang sesuai

dengan standard mutu.

Pemurnian minyak mentah ini dilakukan dalam continious settling tank.

Minyak mentah yang berasal dari Crude oil tank masih mengandung pasir, tanah, dan

serat-serat atau ampas yang terikut dalam minyak atau sering disebut dengan sludge,

juga masih mengandung kadar air yang tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan rusaknya

minyak pada saat penyimpanan sehingga menyebabkan menurunnya mutu minyak .

Pada proses pengendapan di continious settling tank minyak mentah akan terbentuk

menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama yaitu minyak sawit yang telah bersih , lapisan

kedua adalah lapisan sludge dan lapisan ketiga air . Hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan berat jenis diantara minyak mentah (CPO), sludge dan juga air. Kecepatan

pengendapan sludge sangat dipengaruhi oleh kekentalan (viskositas) minyak mentah.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Jika viskositas tinggi maka proses pengendapan sludge membutuhkan waktu yang

lama tetapi jika viskositas rendah maka proses pengendapan dapat berlangsung

dengan cepat. Dengan menaikkan temperatur pada continious settling tank dapat

menurunkan viskositas minyak sehingga proses pengendapan dapat berlangsung

dengan baik.

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kenaikan temperatur berbanding

lurus dengan kecepatan pengendapan, Semakin tinggi temperatur kecepatan

pengendapan akan semakin cepat dan sebaliknya jika temperatur rendah kecepatan

pengendapan akan lambat. Hal ini disebabkan oleh tinggi rendahnya viskositas

minyak . Viskositas minyak yang yang kecil dapat mempercepat proses pengendapan

minyak dan sebaliknya viskositas yang besar menyebabkan proses pengendapan

berjalan lambat. Dan temperatur yang sesuai digunakan adalah 80 0 C – 90 0 C. Jika

temperatur < 80 0 C kecepatan pengendapan sludge akan sangat lambat dan sebaliknya

jika temperatur >90 0 C akan menyebabkan proses pengendapan tidak berjalan dengan

baik disebabkan air yang berada dilapisan bawah continious settling tank akan

menguap sehingga akan mendorong sludge keatas dan bercampur kembali dengan

minyak yang telah terpisahkan (PT. Socfin Indonesia, 1985, Buku Pedoman teknik

dan Teknologi, Jilid I, Medan).

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Hubungan antara temperatur dengan kecepatan pengendapan sludge dalam


Crude Palm Oil adalah berbanding lurus. Semakin tinggi temperatur maka
pengendapan sludge akan semakin cepat
- Temperatur yang optimal pada Continious Settling Tank adalah 90 0 C dengan
kecepatan pengendapan 0,3507 cm/detik.

5.2 Saran

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Perlu dilakukan pengamatan percepatan gravitasi terhadap kecepatan

pengendapan sludge pada Continious Settling Tank.

DAFTAR PUSTAKA

Estien Yazid, 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Hartono, 2004, Statistik Untuk Penelitian, Cetakan pertama, Yogyakarta, Pustaka
Pelajaran offset.
Iswardono, 2001, Analisa Regresi dan Korelasi, Edisi Pertama, Yogyakarta,
Universitas Gadjah Mada.
Iyung Pahan, 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hilir, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Mangoensoekarjo, 2003, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Pardamean Maruli, 2008, Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik Kelapa
Sawit, Cetakan pertama, PT Agromeria Pustaka, Tangerang.
Ponten Naibaho, 1996, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), Bidang Tanaman Vadenecum Kelapa,
Bah Jambi-Pematang Siantar, Sumatera Utara.
PT. Socfin Indonesia, 1985, Buku Pedoman Teknik dan Teknologi, Jilid 1, Medan.

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Suyatno Risza,1995, Kelapa Sawit Usaha Peningkatan Produktivitas, Penerbit
Kanisius, Jakarta.
Sastrohamidjojo, 2005, Kimia Organik Streokimia, Karbohidrat, Lemak Dan
Protein, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tim Penulis, 1997, Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran, Cetakan ke-8, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Yan Fauzi., Widyastuti , Satyawibawa, Hartono, 2005, Kelapa Sawit
Budidaya, Pemanfaatan dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran ,
Cetakan ke-18, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Lampiran 1

0,36
Kecepatan Pengendapan Sludge

0,34

0,32

0,3

0,28
0,26

0,24
0,22

0,2
50 55 60 65 70 75 80 85 90
Temperatur

Gambar 1 : Grafik antara temperatur dengan kecepatan pengendapan sludge

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 2

Tabel : Nilai Koefisien Korelasi


“r” Product Moment Taraf Signifikan 5% dan 1%

df Taraf Signifikan df Taraf signifikan

5% 1% 5% 1%
1 0,997 1,000 24 0,388 0,496
2 0,950 0,990 25 0,381 0,487
3 0,878 0,959 26 0,374 0,478
4 0,811 0,917 27 0,367 0,470
5 0,754 0,874 28 0,361 0,463

6 0,707 0,834 29 0,355 0,456


7 0,666 0,798 30 0,349 0,499
8 0,632 0,765 35 0,325 0,418
9 0,602 0,735 40 0,304 0,393
10 0,576 0,708 45 0,288 0,372

11 0,553 0,684 50 0,273 0,354


12 0,532 0,661 60 0,350 0,325
13 0,514 0,641 70 0,232 0,302

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
14 0,497 0,623 80 0,217 0,283
15 0,482 0,606 90 0,205 0,267

16 0,468 0,590 100 0,195 0,254


17 0,456 0,575 125 0,174 0,228
18 0,444 0,561 150 0,159 0,208
19 0,433 0,549 200 0,138 0,181
20 0,423 0,537 300 0,113 0,148

21 0,413 0,526 400 0,098 0,128


22 0,404 0,515 500 0,088 0,115
23 0,369 0,505 1000 0,081 0,081

Sumber: Stephen Issac dan William B. Michael, Handbook in Research and


Evaluation, California, Edits, 1982, hal : 230

Lampiran 3

Tabel: Nilai“T” untuk Taraf Signifikan 5% dan 1%

Df/db 5% 1% d/db 5% 1%
1 12,71 63,66 24 2,06 2,80
2 4,30 9,92 25 2,06 2,79
3 3,18 5,84 26 2,06 2,78
4 2,78 4,60 27 2,05 2,77
5 2,75 4,03 28 2,05 2,76

6 2,45 3,71 29 2,04 2,76


7 2,36 3,50 30 2,04 2,75
8 2,31 3,36 35 2,03 2,72
9 2,26 3,25 40 2,02 2,72
10 2,23 3,17 45 2,02 2,69
11 2,20 3,11 50 2,01 2,68
12 2,18 3,06 60 2,00 2,65
13 2,16 3,01 70 2,00 2,65
14 2,14 2,98 80 1,99 2,64
15 2,13 2,95 90 1,99 2,63

16 2,12 2,92 100 1,98 2,63


Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009
17 2,11 2,90 125 1,98 2,62
18 2,10 2,88 150 1,98 2,61
19 2,09 2,86 200 1,97 2,60
20 2,09 2,84 300 1,97 2,59
21 2,08 2,83 400 1,97 2,59
22 2,07 2,82 500 1,96 2,59
23 2,07 2,81 1000 1,96 2,59

Sumber: Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 1987,
hal : 37

Lampiran 4

Tabel: Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Besarnya “r” Product Interpretasi


Moment
0,00 – 0,200 Korelasi antara variabel X dengan variabel Y
sangat lemah/rendah sehingga dianggap tidak
ada korelasi
0,200 – 0,400 Korelasinya lemah atau rendah
0,400 – 0,700 Korelasinya sedang atau cukup

0,700 – 0,900 Korelasinya kuat atau tinggi

0,900 – 1,000 Korelasinya sangat kuat atau sangat tinggi

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada
Continous Settling Tank, 2009.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai