Anda di halaman 1dari 19

107 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

EVALUASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT


DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Melinda Ratna Agustina


Program Studi Magister Ilmu Pemerinatahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan penyusunan organisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kotabaru tidak
sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi berdasarkan sejumlah teori organisasi yang ada.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif dengan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumentasi terhadap sejumlah informan dan data. Informan yang dipilih
berdasarkan tujuan dan secara snowball sampling ketika ditemukan ada informasi lain yang dapat
memberikan informasi secara valid.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyusunan SOTK Pemerintah Kabupaten yang
dilaksanakan pada proses reorganisasi atau evaluasi kelembagaan tahun 2011 tidak sepenuhnya
berdasarkan prinsip-prinsip organisasi, terutama pada prinsip pembagian kerja atau spesialisasi,
prinsip kesatuan komando/perintah dan prinsip rentang kontrol. Penerapan prinsip²prinsip
pewadahan fungsi masih tidak sesuai, misalnya fungsi staf diwadahi dalam fungsi lini dan sebaliknya,
demikian juga dengan perumpunan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Berdasarkan ketentuan,
Pemerintah Kabupaten Kotabaru memenuhi kriteria dengan pola maksimal dalam besaran
organisasinya, hal ini nampaknya dimanfaatkan untuk menyusun organisasi Perangkat Daerah
semaksimal mungkin, belum berdasarkan kebutuhan, kemampuan, potensi dan beban kerja. Di
samping itu faktor kualitas sumber daya manusia anggota Tim Evaluasi Kelembagaan masih belum
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menyusun sebuah SOTK yang sesuai prinsip-prinsip
organisasi, serta masih terdapat intervensi politik dalam proses penyusunan terutama dari pihak
legislatif, Kepala Daerah maupun pihak eksekutif sendiri yang menginginkan jabatan tertentu.

Kata Kunci: Evaluasi, Struktur Organisasi, Tata Kerja

1. LATAR BELAKANG kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan


Cita²cita bangsa Indonesia sosial. Dalam rangka mewujudkan tata
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan pemerintahan yang baik (good governance),
UUD 1945 yaitu terwujudnya negara pemerintah pusat maupun daerah
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, mengupayakan terwujudnya perubahan
adil dan makmur merupakan tujuan nasional mendasar melalui reformasi birokrasi antara
yang harus dicapai melalui penyelenggaraan lain bidang organisasi perangkat daerah yang
pemerintahan negara yang melindungi segenap diarahkan untuk terciptanya organisasi yang
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah efisien, efektif, rasional dan proporsional
Indonesia dan untuk memajukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kesejahteraan umum, mencerdaskan daerah, serta adanya koordinasi, integrasi,
kehidupan berbangsa dan ikut melaksanakan sinkronisasi dan simplikasi serta komunikasi
ketertiban dunia yang berdasarkan kelembagaan antara pusat dan daerah dengan
108 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

tata kerja perangkat daerah yang jelas, dalam kebijakan Pemerintah Kabupaten Kotabaru
menyelesaikan urusan ² urusan kewenangan tentang evaluasi struktur organisasi dan tata
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. kerja perangkat daerah yang tertuang melalui
Perangkat daerah kabupaten/kota Peraturan Daerah dan telah menyebabkan
merupakan unsur pembantu kepala daerah organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kotabaru mengalami perubahan yang cukup
yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat signifikan namun kurang memperhatikan
DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, prinsip²prinsip organisasi. Kondisi ini sudah
kecamatan dan kelurahan. Berdasarkan barang tentu ada faktor²faktor yang
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 mempengaruhi, baik faktor internal maupun
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 faktor eksternal, faktor internal berupa motif
² 2025, area perubahan reformasi birokrasi dan kualitas dari Tim Panitia Evaluasi
meliputi bidang organisasi, tata laksana, Kelembagaan Perangkat Daerah, khususnya
peraturan perundang - undangan, sumber daya Bagian Organisasi Perangkat Daerah, adanya
manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, peningkatan volume kerja, adanya perubahan
pelayanan publik, pola pikir dan budaya kerja tujuan organisasi, adanya perubahan
aparatur keterampilan, penggunaan teknologi baru dan
Usaha sadar untuk melakukan sebagainya, sedangkan faktor eksternal berupa
reformasi pada bidang organisasi lebih dikenal adanya peraturan baru, perubahan kebijakan
dengan evaluasi kelembagaan. Evaluasi dari pemerintah pusat, atau karena adanya
terhadap struktur organisasi dan tata kerja pengaruh politik dan sebagainya.
perangkat daerah dipengaruhi oleh dua Dari lingkup masalah sebagaimana
kekuatan yaitu kekuatan dari luar organisasi diuraikan tersebut selanjutnya dapat disusun
dan kekuatan dari dalam organisasi. Kekuatan rumusan permasalahan berupa pertanyaan
yang berasal dari luar organisasi berupa adanya sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang
peraturan baru, perubahan kebijakan dari mempengaruhi, sehingga penyusunan
organisasi yang lebih tinggi, adanya perubahan organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
gaya hidup masyarakat atau karena adanya Kotabaru tidak sepenuhnya berdasarkan
perubahan sistem politik, dan sebagainya. prinsip²prinsip organisasi.
Kekuatan dari dalam organisasi dapat berupa
adanya peningkatan volume kerja, perubahan 3. TINJAUAN PUSTAKA
selera masyarakat atau perubahan tujuan a. Evaluasi :
organisasi, perubahan wilayah kegiatan, Menurut Bryan & White (1987), evaluasi
perubahan keterampilan atau perubahan sikap adalah upaya untuk mendokumentasi dan
dan perilaku pegawai. Evaluasi kelembagaan melakukan penilaian tentang apa yang
atau disebut juga reorganisasi baik terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi,
menyangkut nomenklatur, susunan organisasi, evaluasi yang paling sederhana adalah
maupun tupoksi perlu dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang
melakukan evaluasi yang komprehensif dan keadaan sebelum dan sesudah
berkelanjutan. Hal inilah yang menginspirasi pelaksanaan suatu program/rencana.
penulis untuk meneliti dimana letak
permasalahan yang dihadapi dalam proses b. Perubahan Organisasi
berkesinambungan evaluasi kelembagaan Menurut E.Kast (1984:889), organisasi
perangkat daerah ini pada Pemerintah terus berubah karena ia adalah sistem
Kabupaten Kotabaru. terbuka yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang
2. RUMUSAN MASALAH direncanakan membutuhkan perhatian
Berangkat dari uraian-uraian pada yang eksplisit terhadap masalah-masalah
latar belakang di atas, bahwa ada perubahan dan kesempatan-kesempatan. Perubahan
109 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

ini juga dipermudah oleh proses 1. Perumusan tujuan yang jelas;


penambahan yang terbina di dalam yang 2. Departementasi;
juga direvisi oleh pengalaman. 3. Pembagian kerja/spesialisasi;
4. Kesatuan perintah/komando;
c. Prinsip ² Prinsip Organisasi 5. Rentang kontrol.
Etzioni (1982) memuat garis besar
pembahasan dalam organisasi modern 4. METODE PENELITIAN
dari mulai definisi, ciri-ciri, pendekatan Dalam melaksanakan penelitian
teori, struktur dan legitimasi birokrasi, ini digunakan metode penelitian deskriftif
wewenang administratif, dan hubungan kualitatif. Metode deskriftif kualitatif
antara organisasi dan lingkungan sosial. adalah suatu metode dalam meneliti status
Menurut Etzioni ciri-ciri organisasi, kelompok manusia, suatu obyek, suatu sel
diantaranya adalah : kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
1) Adanya pembagian dalam pekerjaan, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
kekuasaan, dan tanggungjawab (Nazir, 1988:63). Tujuan penelitian ini
komunikasi merupakan bentuk-bentuk adalah membuat deskripsi analisis sebuah
pembagian yang tidak dipolakan begitu kebijakan yang telah ditetapkan oleh
saja atau disusun menurut cara-cara Pemerintah Kabupaten Kotabaru yaitu
tradisional, melainkan sengaja Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru
direncanakan untuk dapat lebih adalah sebagai berikut:
meningkatkan usaha mewujudkan tujuan 1. Peraturan Daerah Kabupaten
tertentu; Kotabaru Nomor 8 Tahun 2008
2) Adanya satu atau beberapa pusat tentang Pembentukan, Organisasi dan
kekuasaan berfungsi mengawasi Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
pengendalian usaha-usaha organisasi serta Sekretariat DPRD Kabupaten
mengarahkan organisasi mencapai Kotabaru.
tujuannya, pusat kekuasaan secara 2. Peraturan Daerah Kabupaten
kontinu mengkaji sejauh mana hasil yang Kotabaru Nomor 9 Tahun 2008
telah dicapai organisasi, dan apabila tentang Pembentukan, Organisasi dan
diperlukan menyusun pola-pola baru guna Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
meningkatkan efisiensi; Kotabaru, dimana dalam peraturan ini
3) Penggantian tenaga dimana tenaga yang dilakukan reorganisasi terhadap dinas
dianggap tidak bekerja sebagaimana ² dinas daerah dengan revisi terhadap
diharapkan, dapat diganti oleh tenaga lain peraturan tersebut menjadi Peraturan
dan organisasi dapat mengkombinasikan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor
anggotanya melalui proses pengalihan 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan,
maupun promosi (Etzioni, 1982:4). Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Dari beberapa prinsip dan azas Daerah Kabupaten Kotabaru.
organisasi yang dikemukakan para ahli di 3. Peraturan Daerah Kabupaten
atas, maka dapat ditemukan ada beberapa Kotabaru Nomor 10 Tahun 2008
kesamaan prinsip yang dapat disimpulkan tentang Pembentukan, Organisasi dan
untuk digunakan dalam penelitian ini Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
sebagai alat ukur evaluasi susunan Kabupaten Kotabaru, dimana dalam
organisasi dan tata kerja perangkat daerah peraturan ini dilakukan reorganisasi
Kabupaten Kotabaru, yaitu : terhadap lembaga ² lembaga teknis
daerah dengan revisi terhadap
peraturan tersebut menjadi Peraturan
Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan,
110 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Teknis Daerah Kabupaten Kotabaru. Daerah, dan Undang- Undang Nomor 33
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Kotabaru Nomor 11 Tahun 2008 Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
tentang Pembentukan, Organisasi dan Daerah, yang telah membawa perubahan besar
Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan. terhadap tatanan kehidupan pemerintahan di
5. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah beserta aturan²aturan pelaksanaannya
Kotabaru Nomor 4 Tahun 2011 antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 41
tentang Pembentukan, Organisasi dan tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Tata Kerja Badan Penanggulangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Bencana Daerah Kabupaten Kotabaru. Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk
Dimana lembaga ini merupakan Teknis Penataan Organisasi Perangkat
lembaga baru dalam Organisasi Daerah. Salah satu anggota Tim Panitia
Perangkat Daerah dan menjadi salah Evaluasi Kelembagaan mengatakan bahwa ;
satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Kotabaru yang ´ GLVDPSLQJ DWXUDQ²aturan yang sudah baku juga
menindaklanjuti Undang ² Undang harus berdasarkan teori²teori organisasi dan visi misi
Nomor 24 Tahun 2007 tentang .DEXSDWHQµ
Penanggulangan Bencana, dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Dari hasil wawancara yang mendalam,
Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 maupun melihat struktur organisasi dan uraian
tentang Pedoman Organisasi dan Tata tugasnya, dapat ditegaskan bahwa dalam
Kerja Badan Penanggulangan Bencana penyusunan SOTK Perangkat Daerah tidak
Daerah, sehingga perlu dilakukan didahului dengan perumusan tujuan yang jelas
penataan kelembagaan perangkat terlebih dahulu, sehingga mengakibatkan
daerah yang menyelenggarakan terjadinya organisasi yang tupoksinya kurang
penanggulangan bencana. jelas, overlap dan timbulnya nomenklatur yang
6. Peraturan Daerah Kabupaten tidak jelas terlebih dahulu, selain itu juga ada
Kotabaru Nomor 3 Tahun 2006 terjadi kesalahan perumpunan fungsi. Dalam
tentang Pembentukan Satuan Polisi penyusunan organisasi, perumusan tujuan
Pamong Praja Kabupaten Kotabaru yang jelas ini penting sekali sebagaimana
yang di revisi dengan Peraturan disampaikan oleh W. Waren Haynes dan
Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor Massie bahwa tiap ² tiap satuan organisasi dan
19 Tahun 2011 tentang Pembentukan subsatuan organisasi harus dilahirkan dari suatu
Satuan Polisi Pamong Praja tujuan yang jelas selaras dengan tujuan organisasi
Kabupaten Kotabaru. (Sutarto, 1986 : 63). Kondisi ini dapat dilihat
pada :
5. PEMBAHASAN HASIL Sub Bidang Kerjasama Pembangunan
PENELITIAN Bappeda yang tugasnya overlap dengan Sub
Perumusan Tujuan Yang Jelas Bagian Kerjasama Daerah Bagian Tata Praja
Melihat hasil wawancara yang Sekretariat Daerah sebagaimana ditunjukkan
mendalam dengan para informan, mengenai pada Tabel 4.2. Selain uraian tugas yang
pemikiran yang melandasi memiliki kemiripan, juga pada
dibentuknya/disusunnya SOTK Perangkat nomenklaturnya yang hampir sama.
Daerah serta cara menentukan lembaga apa Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat
yang dibutuhkan daerah, hampir semua struktural pada kedua unit organisasi ini
menjawab bahwa yang melandasi pemikiran diperoleh kesimpulan bahwa mereka memang
disusunnya SOTK Perangkat Daerah adalah mengakui adanya semacam kebingungan tugas
aturan²aturan formal yaitu Undang²Undang karena sama-sama menangani urusan
111 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

kerjasama Pemerintah Daerah. Kepala Sub Selain itu, sekilas dari nomenklatur kedua unit
Bidang Kerjasama Pembangunan menyatakan: organisasi ini sangat mirip dan sulit untuk
"supaya tidak tumpang tindih dengan Bagian Tapra didefinisikan secara berbeda. Padahal
kami melakukan kesepakatan saja, khususnya seharusnya istilah "otonomi desa" lebih luas
dalam penganggarannya. Apa saja urusan yang dari pada "pemerintahan desa", namun pada
ditangani Bappeda dan apa saja yang ditangani di kenyataannya, tupoksi Sub Bagian Otonomi
Bagian Tapra" . Desa hanya sebatas melaksanakan pilkades.
Dalam wawancara dengan salah
Lebih jauh seorang pegawai di Bagian seorang staf di BPMPD, terungkap bahwa
Tata Praja Setda mengatakan bahwa memang pemisahan bidang atau unit organisasi yang
ada kesepakatan tersebut, yaitu untuk Setda menangani urusan desa ini justru membuat
menangani inventarisasi kerjasama yang rumit dan lambannya penanganan terhadap
dilakukan oleh SKPD-SKPD dan sifatnya masalah-masalah yang timbul di Desa.
masih berupa Memorandum of Understanding Pernyataannya sebagai berikut ;
(MoU) antara Kepala Daerah dengan pihak
lain, sedangkan Bappeda menangani kerjasama "beberapa kali kami didatangi masyarakat atau
yang lebih teknis maupun tindak lanjut dari calon Kepala Desa yang menanyakan permasalahan
MoU tersebut yang ruang lingkupnya pilkades, tetapi karena itu bukan wewenang kami
menyangkut pembangunan. Pernyataan kedua maka kami arahkan untuk ke Bagian Otda, hal ini
x Sub Bagian Otonomi Desa pada Bagian kadang membingungkan mereka karena urusannya
Otonomi Daerah Sekretariat Daerah juga jadi berbelit-belit harus kesana-kemari, padahal ada
terkesan overlap dengan Sub Bidang Fasilitasi yang datang dari desa yang sangat jauh."
Pemerintahan Desa pada BPMPD.
Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.3., x Dalam urusan penanganan bencana alam juga
pada salah satu uraian tugas Sub Bidang terjadi overlap yang lebih rumit lagi,
Fasilitasi Pemerintahan Desa (BPMPD) berdasarkan studi dokumen dan pengamatan
terdapat tugas melaksanakan fasilitasi di lapangan, setidaknya terdapat empat SKPD
penyelenggaraan pemerintahan desa, yang dimaksud yang terlibat langsung pada setiap terjadi
"penyelenggaraan pemerintahan desa" tentu bencana alam di Kabupaten Kotabaru.
saja menyangkut semua aspek dalam Keempat SKPD itu adalah:
pemerintahan Desa tersebut mulai - Badan Penanggulangan Bencana Daerah
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, Badan (BPBD).
Permusyawaratan Desa, pembuatan peraturan- - Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
peraturan desa, dan segala urusan-urusan yang Transmigrasi.
diserahkan kepada Desa. Akan tetapi jika - Bagian Kesejahteraan Rakyat pada
dilihat uraian tugas pada Sub Bagian Otonomi Sekretariat Daerah.
Desa (Sekretariat Daerah), hal-hal tersebut - Satuan Polisi Pamong Praja.
justru masuk dalam tugas pokoknya sehingga Secara geografis dan historis,
terjadi overlap. Kabupaten Kotabaru tidak termasuk daerah
Menyikapi hal ini, menurut Kepala rawan bencana, sehingga dasar pembentukan
Sub Bagian Otonomi Desa, mereka juga BPBD dilihat dari segi efisiensi merupakan
melakukan semacam kesepakatan dengan suatu pemborosan. Selain itu bila dilihat dari
BPMPD; struktur kelembagaan di Kabupaten Kotabaru,
fungsi penanggulangan bencana sejak
"jadi ruang lingkup tugas kami hanya menyangkut penanganan darurat sampai kepada pembagian
pelaksanaan Pilkades dan pembentukan BPD, bantuan pasca bencana, selama ini sudah
hingga pembuatan SK Bupati dan pelantikannya, ditangani oleh beberapa unit kerja yang
selebihnya merupakan urusan BPMPD". terdapat di beberapa SKPD. Seperti di Dinas
Sosial Tenaga Kerja terdapat fungsi
112 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

penanggulangan korban bencana pada Seksi mengakibatkan tidak efektifnya penanganan


Penanggulangan Korban Bencana, dan bencana, seyogyanya fungsi penanggulangan
pada Bagian Kesejahteraan Rakyat di bencana di pusatkan pada satu unit saja dan
Sekretariat Daerah juga terdapat Sub Bagian dioptimalkan dengan membentuk Satuan
Fasilitasi Penanggulangan dan Pasca Koordinator Pelaksana (Satkorlak) di luar
Bencana, di SKPD Satuan Polisi Pamong PNS, dan tidak harus membentuk
Praja juga terdapat Seksi Perlindungan kelembagaan baru mengingat Kabupaten
Masyarakat. Hal ini menyebabkan kerancuan Kotabaru bukan wilayah rawan bencana.
pada saat pembagian uraian tugas pada Selain itu juga, pembentukan sebuah
masing²masing SKPD tersebut, sebagaimana kelembagaan baru menyedot dana APBD
terlihat pada Tabel 4.3. apabila dibaca sekilas karena harus membiayai belanja pegawai dan
fungsi²fungsi dari sub²sub unit tersebut belanja rutin lainnya.
hampir sama dan pada saat bencana terjadi hal Sebagai perbandingan dapat dilihat
ini menjadi persoalan tersendiri karena pada Pemerintah Kota Surabaya Provinsi Jawa
koordinasi di lapangan menjadi tidak jelas, Timur yang berani menolak pendirian BPPD
akibat masing²masing unit berbeda²beda dengan alasan sudah ada lembaga yang
dalam menafsirkan kewenangan uraian tugas. menangani bencana yaitu Satkorlak
Pada akhirnya menjadikan (Beritajatim.com). Namun hal ini tidak dapat
kekurangan tenaga/personil di dalam begitu saja dijadikan contoh oleh
penanggulangan bencana akibat overlap kabupaten/kota lain, karena bagi daerah²
mengartikan kewenangan pada saat daerah yang anggaran APBDnya terbatas
pelaksanaan di lapangan akibat kesulitan pada untuk menangani bencana, tentunya masih
koordinasi. Sering terjadi pada saat bencana memerlukan bantuan pusat tetapi di sisi lain,
hingga pasca bencana semua unit yang terkait membentuk SKPD baru juga perlu anggaran.
malah saling mengandalkan dan muncul ego Menururt salah satu informan dari anggota
sektoral, terutama pada saat dibentuk posko² Tim yang membentuk BPBD; Badan Nasional
posko bencana yang melayani kebutuhan dasar Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat tidak
korban bencana alam. Di sini juga menjadi akan memberikan bantuan pasca bencana
masalah akibat kekurangan tenaga dan relawan apabila daerah kabupaten/kota tidak
karena dengan banyaknya SKPD yang membentuk BPBD.
menangani bencana maka dianggap personil
untuk menanggulangi bencana sudah cukup 2.1.1. Departementasi
memadai, padahal dalam struktur kelembagaan Filosofi terbentuknya suatu lembaga atau
unit²unit tersebut mereka merupakan Pegawai SKPD masih banyak yang belum difahami
Negeri Sipil yang tidak bisa sepenuhnya dengan benar oleh beberapa pejabat
menangani korban bencana. Sebagaimana pemerintah Kabupaten Kotabaru bahkan
diutarakan oleh seorang pejabat pada Dinas anggota tim penyusun SOTK sendiri. Hal ini
Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi : terlihat dari kesimpulan hasil wawancara
dengan beberapa informan, meskipun
"kami agak bingung saat menangani bila ada sebagian besar sudah banyak yang memahami
bencana, seperti kebakaran kemaren, memang di namun belum terwujud dalam SOTK
Dinas kami ada bantuan untuk itu, tetapi Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
prosedurnya seperti apa, personilnya bagaimana, Salah satu informan yang menjabat
karena di BPBD juga ada anggaran tanggap darurat eselon II menyatakan bahwa: "apabila anggaran
seperti dapur umum, selimut dan sebagainya. Jangan memungkinkan, kita harusnya bisa lebih banyak
sampai terjadi duplikasi di lapangan..." membentuk SKPD lagi". Pernyataan seperti ini
tentu saja tidak sejalan dengan prinsip "miskin
Terlalu banyaknya struktur struktur kaya fungsi", seolah-olah suatu
kelembagaan yang menangani bencana alam pemerintahan dianggap maju apabila memiliki
113 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

struktur organisasi yang besar. Meskipun Kedua alasan tersebut nampaknya


demikian banyak juga yang berpendapat logis, yaitu bahwa secara manajemen yang
sebaliknya, salah satu informan yang baik, antara pencari uang, pengelola dan
merupakan anggota tim evaluasi SOTK pengguna keuangan harus terpisah supaya
menyatakan bahwa ; pertanggungjawabanya bisa kredibel. Dan
tentu saja, ini untuk menghindari adanya
"prinsip dasar pembentukan lembaga adalah penyalahgunaan kewenangan sekaligus bisa
kesamaan fungsi yang disatukan dalam satu SKPD, mengintensifkan tugas masing-masing.
yang tidak sejenis dibentuk lembaga tersendiri, Demikian pula alasan beratnya beban yang
apakah setingkat eselon IV, eselon III, atau eselon akan dipikul bidang pendapatan karena aturan
II, tergantung beban kerja dan lingkup tugasnya." tentang penyerahan urusan BPHTB dan PBB
baru dikeluarkan setelah aturan tentang
Ditinjau dari departementasi atau kelembagaan dibuat. Sebagaimana dijelaskan
perumpunan kelembagaan, berdasarkan hasil di atas, bahwa berdasarkan PP. No. 41 Tahun
pengamatan di lapangan, kondisi SKPD pada 2007 urusan pendapatan, pengelolaan
Pemerintah Kabupaten Kotabaru masih keuangan dan aset merupakan satu rumpun
terdapat beberapa kejanggalan yang SKPD, selanjutnya apabila urusan pendapatan
diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut : dan pengelolaan keuangan dan aset ingin
1) Pemecahan Dinas Pendapatan, Pengelolaan dipisah maka diatur lebih lanjut dalam
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Permendagri No. 57 Tahun 2007 yang
menjadi Dinas Pendapatan Daerah dan menyatakan bahwa Dinas Pendapatan Daerah
Badan Pengelola Keuangan dan Aset dapat dibentuk tetapi urusan pengelolaan
Daerah. Sebagaimana telah diuraikan di keuangan dan urusan aset harus masuk ke
atas, bahwa dipecahnya DPPKAD SKPD Sekretariat Daerah dalam bentuk
merupakan sebuah kejanggalan, terutama Bagian tersendiri.
tidak sesuai dengan PP No. 41 Tahun Hal yang menarik didapatkan dari
2007. Menurut salah satu anggota Tim salah seorang informan yang mengatakan
Evaluasi Kelembagaan, bahwa bahwa alasan pemecahan DPPKAD karena
pembentukan Dispenda dan BPKAD ada unsur politis. Karena Kepala Daerah saat
sudah sesuai prosedur : "kami tidak itu ingin menempatkan salah seorang pejabat
mungkin berani membentuk SKPD apabila untuk menjadi Kepala Dinas Pendapatan
tidak ada payung hukumnya, kami sudah Daerah, pejabat yang dimaksud memang
mendapat rekomendasi dari provinsi dan memiliki latar belakang bertugas di Dinas
Mendagri." Pendapatan Provinsi. Namun hal ini tidak
Alasan lain menurut informan tersebut terbukti karena sampai saat ini, yang menjadi
adalah karena memang beban kerja urusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah bukan
keuangan cukup besar sehingga perlu orang tersebut.
dipisahkannya antara lembaga yang mengurusi Evaluasi paling obyektif adalah dengan
penerimaan keuangan dengan lembaga yang melihat kinerja SKPD yang bersangkutan
mengurusi penggunaan keuangan. Di samping berdasarkan data-data yang bisa
itu, adanya peraturan baru terkait urusan dipertanggungjawabkan, terutama menyangkut
pendapatan daerah, yaitu dikeluarkannya kedua alasan pemecahan di atas. Untuk
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengukur beban kerja, terutama pada urusan
tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yang pemungutan BPHTB dan PBB pada Dinas
isinya bahwa penanganan BPHTB dan PBB Pendapatan Daerah, tentu saja tidak bisa
pedesaan/perkotaan yang semula ditangani diperoleh datanya karena urusan ini masih
oleh pusat secara bertahap diserahkan pada belum sepenuhnya diserahkan oleh Pusat dan
daerah. memang jangka waktu yang dijanjikan oleh
Pusat adalah hingga tahun 2014.
114 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Sedangkan alasan perlunya pemisahan anggaran, dan sebagainya. Selanjutnya


lembaga yang menangani fungsi penerimaan informan tersebut menyatakan ;
dan fungsi pengeluaran uang memang sesuai
dengan standar manajemen dan akuntansi, hal "pengaruh yang sangat besar pada kegiatan tahun
bertujuan untuk mengurangi risiko anggaran 2012 ini adalah karena kejadian kasus
penyelewengan jika fungsi yang menerima proyek jalan dan jembatan di Sungai Limau yang
dengan yang mengelola uang ditangani oleh menyebabkan Kepala Dinas dan beberapa pejabat di
satu unit kerja saja. bawahnya harus masuk penjara. Ini berakibat sangat
Pemecahan Dinas Pekerjaan Umum besar bagi pejabat maupun pelaksana proyek lainnya
menjadi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya yang tidak berani lagi membuat kebijakan atau
Air dan Dinas Cipta Karya, Permukiman dan laporan fiktif, semua kontrak yang belum selesai
Perumahan. Latar belakang pemekaran Dinas diputus, tidak ada kebijakan lagi"
PU ini adalah beban kerja yang sangat berat Berdasarkan data dan hasil wawancara
saat itu sehingga tidak dapat ditangani oleh tersebut, tentu saja belum dapat menjadikan
hanya satu SKPD dengan seorang pimpinan departementasi urusan pekerjaan umum di
setingkat eselon II. Sebagaimana disampaikan Kabupaten Kotabaru dianggap sudah efektif,
oleh seorang anggota Tim Evaluasi efisien dan sesuai prinsip organisasi, karena
Kelembagaan: "Saat itu beban kerja di Dinas PU sifatnya masih kasuitis. Alasan tidak
sangat berat, banyak proyek yang tidak selesai yang kompetennya pejabat atau seringnya
mengakibatkan anggaran tidak terserap secara pergantian pejabat tentu saja sesuatu yang bisa
maksimal, sehingga diusulkan untuk memisahkan dihindari oleh Kepala Daerah jika memang
antara urusan jalan, jembatan dan pengairan dengan berkomitmen untuk meningkatkan kinerja
urusan pembangunan dan penataan gedung atau dan pembangunan infrastruktur di daerahnya.
perumahan". Selanjutnya, berdasarkan keterangan
Pemecahan Dinas PU ini telah berjalan dari informan lain, pemisahan lembaga yang
setahun anggaran, berdasarkan data yang menangani pekerjaan umum ini juga
dihimpun penulis, ternyata alasan pemecahan membawa dampak birokratis, yaitu
SKPD ini tidak sepenuhnya benar, karena ketidakjelasan suatu urusan atau kewenangan.
kinerja pada urusan ini tidak jauh berbeda, Misalnya pada urusan saluran air atau drainase
bahkan menurun antara sebelum pemecahan di ibu kota kabupaten. Dinas Cipta Karya,
dengan setelah dibagi menjadi dua dinas. Data Permukiman dan Perumahan memiliki
tahun 2011, kinerja Dinas PU Kabupaten kewenangan untuk penataan kota dan
Kotabaru hanya sekitar 71 %, sedangkan permukiman penduduk sehingga termasuk di
kinerja untuk Dinas Bina Marga dan Sumber dalamnya mengatasi masalah banjir yang
Daya Air tahun 2012 adalah sebesar 48,86 % sering terjadi di ibu kota Kotabaru. Sementara
dan Dinas Cipta Karya, Permukiman dan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Perumahan sebesar 64,47 % (sumber : juga memiliki kewenangan dalam
Laporan Realisasi Keuangan, BPKAD pembangunan saluran-saluran air dan drainase.
Kabupaten Kotabaru, 2012). Hal ini sering memerlukan koordinasi yang
Menurut salah seorang informan intensif agar terjadi sinkronisasi dan tidak
pejabat di Dinas Bina Marga dan Sumber terjadi tumpang tindih proyek.
Daya Air, tidak optimalnya kinerja pada Pembentukan Dinas Pertanian, Dinas
Dinasnya, bukan semata-mata persoalan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas
struktur organisasi, tetapi sangat kompleks Kehutanan dan Dinas Kelautan dan
seperti penempatan pejabat yang tidak sesuai Perikanan. Perumpunan urusan-urusan pilihan
kompetensi atau keahliannya, seringnya terjadi yang termasuk dalam bidang pertanian ini
pergantian pejabat proyek, perubahan seharusnya benar-benar mempertimbangkan
peraturan perundang-undangan, sistem kebutuhan dan kondisi daerah sehingga tidak
terkesan memaksimalkan jatah SKPD yang
115 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

diperkenankan untuk dibentuk. Dibentuknya difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Namun


lima SKPD setingkat Dinas lingkup pertanian yang menjadi pertanyaan disini adalah, apakah
ini tentunya dengan alasan-alasan tertentu, untuk memfasilitasi konflik tersebut harus
terutama karena alasan karakteristik daerah ditangani oleh sebuah unit organisasi setingkat
Kabupaten Kotabaru yang memang memiliki eselon III.a ? Bukankah urusan pertanahan
semua potensi itu. Berdasarkan pengamatan sudah ditangani oleh intansi vertikal yaitu
lapangan dan wawancara dengan informan kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)?
yang mengetahui pelaksanaan urusan bidang Untuk menjawab permasalahan ini,
ini, Pemerintah Kabupaten Kotabaru dapat perlu ada perbandingan dengan unit kerja lain
menggabungkan dua atau tiga Dinas sehingga yang setingkat, yaitu Bagian lain di Sekretariat
untuk urusan pertanian ini cukup dua atau tiga Daerah atau diperbandingkan dengan jabatan
SKPD saja. Misalnya Dinas Pertanian lain dengan tupoksi sejenis. Menurut
digabung dengan Dinas Peternakan atau pengakuan seorang informan yang bekerja di
dengan Dinas Perkebunan, atau Dinas Bagian Pertanahan mengatakan :
Kehutanan digabung dengan Dinas
Perkebunan, atau dapat juga Dinas Pertanian ´EHEDQ NHUMD GL %DJLDQ 3HUWDQDKDQ FXNXS
digabung dengan Badan Ketahanan Pangan. berat, bukan pada banyaknya konflik, tetapi pada
Dari hasil wawancara dengan sejumlah luasnya wilayah cakupan pemerintah Kabupaten
informan yang dinilai mengetahui tentang Kotabaru karena rata-rata konflik terjadi di daerah-
urusan pertanian, peternakan, perkebunan dan daerah perusahaan perkebunan atau tambang yang
kehutanan, dapat disimpulkan bahwa mereka EHUDGD GL SHGDODPDQ µ
setuju saja penggabungan SKPD tersebut agar
lebih terkoordinir, karena selama ini ada Sementara itu, seorang informan dari
beberapa jabatan setingkat eselon III yang SKPD lain yang tugasnya terkait erat dengan
beban kerjanya tidak terlalu berat sehingga Bagian Pertanahan, yaitu Badan Pengelola
bisa saja digabung misalnya urusan peternakan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
cukup ditangani oleh satu atau dua Bidang menyatakan :
setingkat eselon III. namun salah seorang
informan menambahkan bahwa dapat saja ´XUXVDQ SHUWDQDKDQ KDQ\D VDODK VDWX EDgian dari
dilakukan penggabungan Dinas selama tidak luasnya urusan aset pemerintah daerah yang sangat
merugikan pejabat struktural yang telah ada kompleks, tetapi untuk urusan aset tersebut ditangani
terutama akan hilangnya jabatan eselon IV dan hanya oleh satu Bidang di BPKAD yang eselonnya
III. OHELK UHQGDK GDUL .DEDJ 3HUWDQDKDQ µ
Pembentukan Bagian Pertanahan pada
Sekretariat Daerah. Dibentuknya bagian ini Berdasarkan pengamatan lapangan dan
PHUXSDNDQ ´SHQLQJNDWDQµ GDUL 6XE %DJLDQ dokumen tupoksi, memang tugas Bidang Aset
Pertanahan pada Bagian Tata Pemerintahan pada BPKAD adalah melakukan inventarisasi
sebelumnya atau naik dari eselon IV.a menjadi dan pengamanan terhadap aset-aset
eselon III.a. Menurut salah satu informan dari pemerintah daerah yang meliputi aset bergerak
anggota Tim Evaluasi Kelembagaan, dasar dan tidak bergerak (tetap) yang meliputi tanah,
pemikiran dibentuknya Bagian Pertanahan ini bangunan, jalan, jembatan dan irigasi,
mengingat banyak potensi masalah pertanahan peralatan dan mesin (kendaraan), serta aset-
di Kabupaten Kotabaru. Konflik pertanahan aset tetap lainnya seperti benda-benda seni
yang paling terjadi adalah antara perusahaan budaya, dan sebagainya. Sehingga kadang
dengan masyarakat. Seperti diketahui bahwa di terjadi ketidakjelasan tupoksi ketika
Kabupaten Kotabaru banyak terdapat menangani masalah konflik tanah milik
perusahaan perkebunan dan pertambangan pemerintah daerah dengan pihak lain, apakah
yang lokasinya sering berbenturan dengan ditangani oleh Bagian Pertanahan ataukah
tanah milik masyarakat sehingga perlu Bidang Aset.
116 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Menurut salah satu informan dari kedua Seksi ini mengurus obyek urusan yang
anggota Tim Evaluasi Kelembagaan, sama yaitu sarana, akan tetapi ketika ditelusuri
mengatakan : lebih jauh pada uraian tugas masing-masing
Seksi, ternyata cukup berbeda. Bahkan
´6HSHUWL XUXVDQ SHQJHORODDQ NHXDQJDQ NHZHQDQJDQ SHQJJXQDDQ QRPHQNODWXU ´ELQD VDUDQDµ
urusan aset milik pemda seharusnya seperti dulu, ada kurang tepat pada kedua unit organisasi ini.
Bagian Perlengkapan di bawah SKPD Sekretariat Seperti pada uraian tugas Seksi Bina Sarana
Daerah, karena sesuai Permendagri 57 Tahun 2007, pada Bidang Perindustrian, di uraian tersebut
apabila Dinas Pendapatan berdiri sendiri, maka tertulis :
urusan keuangan dan aset menjadi Bagian tersendiri
di bawah Sekda. Dalam Permendagri tentang ´0HQ\XVXn Tata ruang Industri kabupaten dalam
Barang Milik Daerah juga seperti itu, Sekda adalah rangka pengembangan kawasan industri yang
pengelola barang milik daerah, sedangkan Kepala terintegrasi; Penerbitan Tanda Daftar Industri (TDI)
BPKAD atau dulu namanya DPPKAD hanya dan Izin Usaha Industri (IUI) skala investasi s/d
sebagai pembantu pengelola. Sekda adalah Ketua Tim 10 milyar tidak termasuk bangunan dan tempat
Anggaran, jadi wajar jika urusan pengelolaan usaha; Menerbitkan Berita Acara Pemeriksaan
NHXDQJDQ EHUDGD GL EDZDK 6HNGD µ (BAP) dalam rangka penerbitan TDI dan IUI, baik
yang diterbitkan Kabupaten, Propinsi dan Pusat;
2.1.2. Pembagian Kerja / Spesialisasi Melaksanakan penerapan standar komptensi SDM
Pembagian kerja atau spesialisasi merupakan industri dan aparatur pembina industri;
upaya pengelompokkan tugas dan aktifitas Melaksanakan pembinaan dalam rangka pencegahan
yang sejenis sesuai dengan prinsip-prinsip pencemaran lingkungan; Melaksanakan pengawasan
spesialisasi, apabila prinsip-prinsip ini tidak terhadap pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang
dipenuhi maka akan terjadi kesamaan tugas industri;
dalam satu unit organisasi.
Berdasarkan hasil studi dokumen uraian tugas, Selanjutnya dapat dilihat uraian
pengamatan dan wawancara di lapangan, pada tugas Seksi Bina Sarana dan Usaha pada
SOTK Pemerintah Kabupaten Kotabaru Bidang Perdagangan sebagai berikut :
terdapat beberapa pembagian kerja /
spesialisasi yang menimbulkan kesamaan atau ´0HQ\LDSNDQ EDKDQ SHWXQMXN WHNQLV GDQ kebijakan
kekembaran tugas, antara lain : untuk menjamin ketersediaan sarana perdagangan
1) Pada Dinas Pemuda, Olah Raga, dan ketersediaan barang dan jasa serta menjamin
Kebudayaan dan Pariwisata terdapat dua Seksi kelancaran arus barang dan jasa; Melaksanakan
yang sangat mirip di bawah Bidang kegiatan pemantauan harga dan stok barang
Kepemudaan, yaitu Seksi Pembinaan kebutuhan pokok dan barang strategis lainnya;
Organisasi Kepemudaan dan Seksi Fasilitasi Melaksanakan promosi usaha perdagangan produk
Aktivitas Organisasi Kepemudaan. Bahkan di unggulan daerah, mengikuti pameran dagang dan
dalam uraian tugasnya pun sangat normatif penyebaran informasi perdagangan; Menyiapkan
sehingga sulit membedakan mana tugas bahan koordinasi dan verifikasi data usaha dan
´SHPELQDDQ RUJDQLVDVLµ GDQ PDQD WXJDV sarana perdagangan berupa data SIUP, data TDP
´IDVLOLWDVL RUJDQLVDVLµ VHKLQJJD WHUNHVDQ dan data TDG, penjualan berjenjang, waralaba dan
pembentukan Seksi ini dibuat-buat dan hanya XVDKD NHDJHQDQ GDQ XVDKD ODLQQ\D µ
memperbesar jabatan struktural saja.
2) Pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Pada dua uraian tugas di atas
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan terlihat sangat jauh dari pemahaman umum
terdapat dua Seksi yang nomenklaturnya NLWD WHQWDQJ ´VDUDQDµ +DQ\D VDWX DWDX GXD
mirip, yaitu Seksi Bina Sarana pada Bidang uraian yang berhubungan dengan sarana.
Perindustrian dan Seksi Bina Sarana dan Nomenklatur jabatan sangat memegang
Usaha pada Bidang Perdagangan. Sepintas peranan penting dalam pembagian kerja atau
117 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

spesialisasi, karena dari nama jabatan tersebut yang terendah. Sebagaimana diatur dalam PP
kita akan mengenali apa yang dikerjakannya No. 41 Tahun 2007, pada setiap uraian tugas
dan menegaskan perbedaan tugasnya dengan jabatan Pimpinan SKPD selalu ditegaskan
jabatan lain. Apalagi sebagai organisasi publik bahwa kedudukannya berada di bawah dan
yang langsung berhubungan dengan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota
masyarakat, maka nomenklatur memegang melalui Sekretaris Daerah.
peranan penting, bukan hanya bagi pimpinan Akan tetapi dalam wawancara dengan
sebagai pengambil keputusan, tetapi juga bagi beberapa informan pada Pemerintah
masyarakat umum. Kabupaten Kotabaru ditemukan adanya
3) Pada Dinas Pendidikan terdapat dua Seksi sebuah permasalahan dalam kesatuan perintah
yang nomenklaturnya persis sama, yaitu Seksi ini menyangkut posisi Wakil Bupati. Dalam
Sarana dan Prasarana, masing-masing pada wawancara tersebut ditemukan adanya
Bidang Pendidikan Dasar dan pada Bidang kebingungan pimpinan SKPD dalam
Pendidikan Menengah. Sebenarnya, kedua menjalankan perintah dari Bupati dan Wakil
Seksi ini memiliki tugas pokok yang sama yaitu Bupati karena tersebar isu adanya rivalitas
melakukan pengadaan barang/jasa sarana dan hubungan Bupati dan Wakil Bupati terkait
prasarana pendidikan namun berbeda lingkup rencana Wakil Bupati akan mencalonkan diri
bidang tugasnya, yang pertama pada bidang sebagai Bupati pada periode selanjutnya.
pendidikan dasar atau sekolah dasar sementara Perintah Wakil Bupati yang seharusnya sejalan
yang kedua pada bidang pendidikan menengah dengan Bupati menjadi ragu untuk dijalankan
atau SMP dan SMA/SMK. oleh pimpinan SKPD karena takut dianggap
Apabila ditinjau dari prinsip efektif dan VHEDJDL ´RUDQJµQ\D :DNLO %XSDWL
efisien, maka urusan sarana dan pra sarana ini Saluran perintah yang
cukup ditangani oleh satu unit kerja saja hanya dinyatakan dengan kata-kata atau
karena dalam satu organisasi, sebaiknya kalimat saja tidak cukup jelas menggambarkan
jangan sampai ada dua jabatan yang sama yang saluran perintah dan pelaporan yang tegas.
dapat membingungkan dalam pembagian Untuk dapat menggambarkan saluran perintah
kerja. Apabila tugas pengadaan sarana dan pelaporan yang tegas perlu digambarkan
prasarana ini sifatnya antar Bidang, dapat dalam struktur organisasi. Hal ini sesuai
dilaksanakan oleh Sub Bagian Umum yang ada dengan pendapat William Grant Ireson (dalam
di bawah Sekretariat Dinas. Sutarto, 1986:208) :
2.1.3. Kesatuan Komando / Perintah
Kesatuan perintah dalam sebuah ´7KH FKDUW VKRXOG VKRZ YHU\ FOHDUO\ KRZ WKH
organisasi sangat penting untuk menjamin information flow from one division to another, the level
adanya kejelasan dan ketegasan dalam hal of responsibility, where the information originates, and
saluran perintah-perintah melalui suatu rantai LW XOWLPDWH GHVWLQDWLRQµ
komando yang hirarkis sehingga tercipta suatu
rantai kontinuitas dalam pelaksanaan tugas Bagan struktur organisasi akan menunjukkan
hingga tercapainya tujuan organisasi. Setiap dengan jelas bagaimana informasi mengalir
pejabat dalam organisasi hanya bertanggung dari satuan organisasi yang satu ke satuan
jawab dan memberikan laporan kepada satu organisasi yang lain, tingkatan tanggung jawab,
orang pimpinan saja. dari mana informasi berasal, dan kemana
Berdasarkan hasil pengamatan tempat tujuan berakhir. Dengan maksud yang
lapangan dan dari dokumen SOTK dan uraian sama W. Warren Haynes & Joseph L.Massie
tugas masing-masing SKPD, struktur (dalam Sutarto, 1986:209) mengatakan :
organisasi Pemerintah Kabupaten Kotabaru
telah mencerminkan adanya satu kesatuan ´VWXG\ RI WKH FKDUW ZLOO JLYH Lnsight into organization
perintah atau komando mulai dari pejabat LQ SUDFWLFHµ (mempelajari bagan akan
tertinggi yaitu Bupati hingga pejabat eselon
118 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

memberikan pengertian tentang organisasi dua kelompok atau lebih, juga


dalam kenyataan). memeperhatikan hubungan satu dengan satu
Dengan demikian, secara langsung dengan bawahan.
susunan organisasi dan bagan organisasi Berdasarkan wawancara dengan
merupakan dua sisi mata uang yang tidak seorang anggota Tim Evaluasi Kelembagaan,
dapat dipisahkan. Tidak dapat menyusun diperoleh pendapat bahwa penentuan jumlah
organisasi hanya dengan uraian kata-kata saja bawahan yang efektif bagi suatu pejabat atau
tetapi harus dipertegas dalam bagan struktur jabatan dalam struktur organisasi SKPD
organisasi. sangat relatif tergantung beban, kebutuhan
dan ragam atau jenis pekerjaan yang harus
2.1.4. Rentang Kendali dilaksanakan SKPD tersebut, termasuk juga
Rentang kendali atau rentang yang menjadi pertimbangan adalah kondisi
manajemen atau adalah kemampuan pimpinan bawahannya. Sementara informan lain yang
untuk melakukan koordinasi secara efektif juga anggoat Tim Evaluasi berpendapat sekitar
yang sebagian besar tergantung jumlah 3 sampai dengan 10 orang bawahan, sangat
bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip tergantung kemampuan pimpinan,
rentang kendali berkaitan dengan jumlah kemampuan bawahan serta pemanfaatan
bawahan yang dapat dikendalikan secara teknologi yang mendukung seperti alat
efektif oleh seorang pimpinan. Bawahan yang komputer, alat komunikasi, alat transportasi
terlalu banyak kurang baik, demikian pula dan mesin-mesin lainnya.
jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga Dari hasil wawancara dan pengamatan
kurang baik. di lapangan, kondisi rentang kendali pada
Hubungan rentang kendali dan organisasi Pemerintah Kabupaten Kotabaru
NRRUGLQDVL DGDODK µ6HPDNLQ EHVDU MXPODK telah dilaksanakan dengan benar karena tidak
rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi ada teori yang pasti mengenai rentang kendali
kegiatan-NHJLDWDQ EDZDKDQ VHFDUD HIHNWLI µ ini.
Pengertian rentang manajemen dapat
bermacam-macam ada yang mengatakan span
of control, span of authority, span of attention atau
span of supervision, 2.2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Belum ada ketentuan yang baku Dalam manajemen organisasi,
tentang berapa sebenaranya bawahan seorang penilaian yang tepat terhadap lingkungan
pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan stratejik yang terdiri dari lingkungan eksternal
tugasnya dengan efektif dan efisien. Ada dua dan internal organisasi akan menghasilkan
alasan mengapa penentuan rentang yang baik suatu informasi yang sangat penting guna
dan tepat. Pertama, rentang kendali keberlangsungan hidup dan kemjuan dari
mempengaruhi penggunaan efisien dari organsasi tersebut. Bryson (2007:55)
pimpinan dan pelaksanaan kerja efektif dari menempatkan penilaian lingkungan eksternal
bawahan mereka. Kedua, adanya hubungan dan internal pada langkah keempat dan kelima
antara rentang kendali dengan struktur dari delapan langkah perencanaan stratejik.
organisasi, dimana semakin sempit rentang Menurut Pfeffer dan Salancik (Bryson,
kendali struktur organisasi akan berbentuk 2007:62), factor internal merupakan factor
´WDOOµ sedang rentang kendali yang melebar yang dikontrol oleh organisasi, sedangkan
akan membentuk struktur organisasi ´IODWµ factor eksternal adalah factor yang tidak
yang berarti tingkatan manajemen semakin dikontrol oleh organisasi. Faktor internal
sedikit. meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan
Untuk memilih suatu rentang kendali, (weaknesse) dan factor eksternal meliputi
pimpinan harus mempertimbangkan peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
hubungan manajer dengan bawahan dalam
119 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Bryson (2007:63) menyatakan bahwa Sebagaimana telah diuraikan di atas


untuk mengenali kekuatan dan kelemahan bahwa evaluasi terhadap struktur organisasi
internal organisasi dapat memantau sumber dan tata kerja perangkat daerah tidak lepas
daya (inputs), stratagi sekarang (process), dan adanya pengaruh lingkungan, baik itu
kinerja (outputs). Hunger dan Wheelen (Utomo lingkungan dari luar organisasi maupun
dan Kalalo, 2002:69) mengatakan bahwa cara lingkungan dari dalam organisasi. Kekuatan
yang paling sederhana untuk mengamati dan dari dalam organisasi dapat berupa adanya
menganalisis lingkungan internal organisasi peningkatan volume kerja, perubahan
adalah melalui analisis fungsional. Sumber kepemimpinan, perubahan tujuan organisasi,
daya fungsional bukan hanya melibatkan perubahan wilayah kegiatan, perubahan
financial, fisik dan SDM di setiap bidang keterampilan, sikap dan perilaku pegawai serta
organisasi tetapi juga kesanggupan para tata hubungan kerja dalam organisasi.
personil di dalam untuk merumuskan dan Kekuatan yang berasal dari luar organisasi
mengimplementasikan tujuan-tujuan, strategi- berupa adanya peraturan baru, perubahan
strategi dan kebijakan-kebijakan fungsional. kebijakan dari organisasi yang lebih tinggi,
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, adanya perubahan gaya hidup masyarakat atau
untuk melakukan analisis internal dapat karena adanya perubahan kondisi sosial
dilakukan dengan cara melakukan analisis politik, perkembangan teknologi, kondisi
fungsional, adapun yang dianalisis adalah geografis dan sebagainya.
semua kegiatan organisasi mulai dari proses Berdasarkan hasil wawancara
input hingga output, baik yang berupa perilaku mendalam dan pengamatan di lapangan,
manusia, perubahan tujuan dan beban kerja, terbentuknya SOTK Kabupaten Kotabaru
perubahan keterampilan dan sebagainya. berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Sedangkan factor eksternal dapat diketahui Kotabaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang
dengan memantau berbagai kekuatan dan Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
kecenderungan politik, ekonomi, sosial dan Dinas Daerah Kabupaten Kotabaru sebagai
teknologi (Bryson, 2007:62). perubahan dari Peraturan Daerah Kabupaten
Berdasarkan ciri-ciri organisasi yang Kotabaru Nomor 9 Tahun 2008 dan
dikemukakan oleh Etzioni pada Bab II, Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru
peneliti menemukan gambaran mengenai Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan,
keterkaitan sistem yang ada dalam organisasi. Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Organisasi dipandang sebagai salah satu Daerah Kabupaten Kotabaru sebagai
komponen masyarakat yang hidup ditengah- perubahan dari Peraturan Daerah Kabupaten
tengah komponen lain, sehingga dapat Kotabaru Nomor 10 Tahun 2008, perubahan
dipengaruhi dan juga ikut mempengaruhi ini merupakan hasil pembahasan yang cukup
komponen-komponen yang lain tersebut. panjang mulai dari proses identifikasi masalah-
Organisasi terdiri dari sejumlah bagian yang masalah yang muncul, peraturan perundang-
satu sama lainnya saling berinteraksi, undangan yang baru, arahan dan visi misi
bergantung, dan saling mempengaruhi. Bupati sebagai Kepala Daerah yang baru
Organisasi adalah kesatuan dari komponen- terpilih, hingga mekukan studi banding ke
komponen itu dan bergerak ke arah tujuan beberapa kabupaten lain di Indonesia.
tertentu. Organisasi menjadi suatu kesatuan Proses ini berjalan cukup panjang
yang di dalamnya terdapat sejumlah selama lebih kurang satu tahun dan memakan
komponen baik berupa manusia maupun non banyak waktu, tenaga dan pemikiran.
manusia yang satu sama lainnya saling Menyusun sebuah struktur organisasi birokrasi
berinteraksi dan saling berpengaruh, juga tidak bisa dihindarkan dari intervensi
kesemuanya bergerak ke arah tujuan yang politik karena sistem pemerintahan kita
telah ditentukan. memang masih sangat memungkinkan untuk
itu. Kepala Daerah tidak dapat memutuskan
120 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

sendiri seperti apa struktur organisasi ´VHEDJLDQ EHVDU DQJJRWD WLP HYDOXDVL NHOHPEDJDDQ
pemerintahan yang dipimpinnya karena tidak bisa bekerja optimal karena kesibukan masing-
pembentukannya membawa konsekuensi masing dan hanya bergantung pada Kasubbag
anggaran dan harus melalui Peraturan Daerah Kelembagaan yang dianggap lebih tahu masalah
yang disetujui bersama dengan DPRD. teknis karena sering mengikuti berbagai sosialisasi
Dalam pembahasan dengan lembaga peraturan. Kecuali ada masalah krusial maka
politik ini tentu saja akan ada kepentingan- Kasubbag akan melapor ke Kabag atau Asisten
kepentingan di dalamnya, apalagi jika itu KLQJJD 6HNGD XQWXN GLDPELO NHSXWXVDQ µ
menyangkut perubahan jabatan yang
membawa pengaruh pada perombakan pejabat Dari seluruh anggota Tim, hanya 3
DWDX ELDVD GLVHEXW ´UHVKXIIOH NDELQHWµ +DO LQL orang yang pernah mengikuti kegiatan
bukan hanya terjadi di daerah, khususnya sosialisasi atau pelatihan terkait organisasi,
Kabupaten Kotabaru, tetapi merupakan hal seperti Diklat Analisis Jabatan, Standar
yang terjadi hampir di semua tingkatan Kompetensi Jabatan, Sosialisasi Reformasi
pemerintahan sejak di Pusat hingga Daerah. Birokrasi dan Sosialisasi Rencana Revisi PP
Akibatnya, organisasi yang dibentuk No. 41 Tahun 2007. Dengan demikian wajar
cenderung gemuk untuk mengadopsi berbagai apabila hasil evaluasi kelembagaan kurang
kepentingan tersebut. menghasilkan struktur organisasi yang
Untuk mengetahui faktor-faktor apa optimal, karena sebagian besar anggotanya
saja yang mempengaruhi perubahan SOTK masih memiliki keterbatasan pengetahuan
Dinas-Dinas dan Lembaga Teknis Daerah dalam menyusun organisasi yang baik.
lainnya pada Pemerintah Kabupaten Kotabaru Kemampuan teknis anggota Tim
tahun 2011 yang lalu, akan dibahas sebagai secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh
berikut : kemampuan sumber daya manusia di Bagian
Organisasi Sekretariat Daerah sebagai
"dapur"nya penyusunan SOTK ini.
Sebagaimana disampaikan oleh seorang
informan pada Bagian Organisasi sebagai
2.2.1. Pengaruh Dari Dalam berikut:
Pengaruh dari dalam atau faktor
internal sangat erat kaitannya dengan "Bagian Organisasi sebagai leading sector-nya
kemampuan sumber daya manusia yang sangat dominan dalam penyusunan SOTK ini,
menjadi Tim Penyusun, menurut data latar sehingga faktor SDM di Bagian Organisasi sangat
belakang pendidikan Tim, dari 9 orang berpengaruh dalam reorganisasi SOTK Pemerintah
anggota, sebanyak 4 orang merupakan sarjana Kabupaten Kotabaru. Yang di atasnya kan (Asisten,
S-1, 3 orang berpendidikan SLTA, dan 2 Sekda - pen) tinggal mengoreksi dikit-dikit. Mereka
orang berpendidikan S-2. kan nggak punya waktu banyak untuk mempelajari
Dari data ini menunjukkan bahwa Tim secara detil aturannya."
ini dari segi pendidikan formal cukup baik,
namun menurut salah seorang anggota Tim Berdasarkan penelusuran dokumen
bahwa meskipun dari segi pendidikan cukup dan wawancara mendalam, proses penyusunan
memadai, namun kinerja tim kurang optimal Perda tentang SOTK Pemerintah Kabupaten
disebabkan sebagian besar anggota tim adalah Kotabaru tahun 2011 memang sudah sesuai
pejabat yang juga memiliki kesibukan masing- prosedur, yaitu mulai tahap identifikasi
masing, sehingga koordinasi antar anggota masalah terhadap SKPD-SKPD, unit kerja apa
hanya dilakukan secara informal. Selanjutnya saja yang akan direorganisasi, biasanya hal ini
informan tersebut mengatakan : melalui tiga cara, yaitu pertama, berdasarkan
usulan dari SKPD yang bersangkutan, yang
kedua berdasarkan evaluasi pimpinan terhadap
121 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

pelaksanaan tugas dan koordinasi antar


SKPD, dan yang ketiga, menyesuaikan ´6HPXD KDO NLWD SHUWLPEDQJNDQ WHUPDVXN VRVLDO
peraturan-peraturan terbaru yang politiknya. Bagaimanapun juga lembaga legislatif kan
mengaharuskan adanya perubahan organisasi lembaga politik, pengaruh itu pasti ada, wajar-wajar
di suatu SKPD. saja, tapi intinya kita mau lembaga daerah itu yang
Setelah semua data terkumpul, maka terbaik uQWXN NHVHMDKWHUDDQ UDN\DW µ
dibentuklah tim evaluasi kelembagaan yang
akan memproses semua informasi ini menjadi Berdasarkan pernyataan ini, informan
suatu draft SOTK baru yang dituangkan mengakui adanya faktor politik dalam
dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) mempengaruhi pembahasan SOTK
setelah diajukan telaahan staf terlebih dahulu Pemerintah Kabupaten Kotabaru, namun
kepada Bupati dan dikoreksi oleh Bagian informan tidak mau secara tegas menunjukkan
Hukum dan HAM. Proses perumusan SOTK secara konkrit bentuk pengaruh tersebut.
baru ini melalui berbagai rapat-rapat internal Namun hal ini membuktikan satu hal
tim. Apabila Bupati menyetujui reorganisasi sebagaimana dinyatakan Dunn (1984:282)
ini, maka diajukan kepada DPRD untuk yaitu adanya intervensi selain administrasi dan
dibahas bersama tim dari Pemerintah Daerah. organisasional dalam aktivitas pengambilan
Lamanya proses pembahasan di kebijakan di tubuh birokrasi, yaitu perilaku
tingkat DPRD biasanya tergantung seberapa politis.
banyak SOTK yang diubah dan kesibukan Intervensi dalam penyusunan SOTK
anggota DPRD di Komisi terkait. Menurut di Kabupaten Kotabaru juga terjadi di dalam
salah satu anggota tim mengatakan : organisasi Pemerintah Daerah sendiri, namun
pengaruhnya tidak begitu besar. Sebagaimana
"pembahasan yang alot biasanya menyangkut hal yang disampaikan oleh seorang informan
sifatnya politis, hal itu yang kadang-kadang membuat anggota Tim Evaluasi Kelembagaan, bahwa
pembahasan menjadi berlarut-larut. Mereka (anggota ketika proses penyusunan SOTK sedang
DPRD - pen) kadang juga harus studi banding dulu berlangsung, ada beberapa orang pejabat
ke daerah lain didampingi dari eksekutif." eselon II dan eselon III yang datang ingin
mengetahui bagaimana SOTK suatu SKPD
Untuk lebih memperjelas proses baru yang akan dibentuk, padahal tidak ada
pembahasan Raperda SOTK ini, peneliti hubungan antara jabatannya dengan SKPD
melakukan wawancara pada salah seorang tersebut.
anggota DPRD Kabupaten Kotabaru yang
saat itu masuk dalam Komisi III yang ´EDJL VD\D VHEDJDL EDZDKDQ \DQJ PDVLK HVHORQ ,9
membidangi urusan ini. Menurut informan tentunya mau tidak mau harus memberikan
tersebut mengatakan : informasi SOTK tersebut walaupun mereka tidak
ada kaitannya sama sekali. Bahkan pernah ada
´.DPL WLGDN SHUQDK PHPSHUODPEDW SURVHV SHPEDKDVDQ salah satu pejabat yang membawa rancangan SOTK
Raperda SOTK. Kami harus mengkaji ini (SOTK- sendiri menurut versi mereka dengan setengah
pen) secara cermat dan teliti karena ini menyangkut memaksa supaya diterima, padahal belum tentu kan
persoalan-persoalan strategis, seperti ketersediaan GLD \DQJ EDNDO MDGL .HSDODQ\D µ
anggaran, SDM-nya, dan khususnya lagi dalam
menggolkan visi misi Daerah. Jadi tidak mudah, Dari kejadian yang diuraikan informan
nggak bisa sembarangan yang nanti-nanti bisa tersebut jelas sekali ada motif subjektif yang
GLUHYLVL ,QL VWUXNWXU SHPHULQWDKDQ OKR µ dilakukan oleh beberapa pejabat terutama
menyangkut SKPD-nya yang akan diubah,
Selanjutnya, mengenai adanya unsur pejabat-pejabat tersebut menunjukkan
non teknis dalam penyusunan Raperda SOTK ketakutan kehilangan jabatan karena dalam
tersebut, informan menjawab : perubahan SOTK tersebut akan ada beberapa
122 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

jabatan yang hilang atau digabung. Dengan Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
mengetahui informasi tentang SOTK baru, Sebagai Pajak Daerah.
mereka selanjutnya akan melakukan 5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006
pendekatan kepada orang-orang yang tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
dianggap menentukan jabatan seperti Bupati, Kelautan.
Wakil Bupati, Sekda atau Kepala Badan 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Kepegawaian Daerah bahkan tokoh-tokoh di tentang Penanaman Modal.
luar pemerintahan yang bisa mempengaruhi 7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
Bupati. tentang Perpustakaan.
Kondisi di atas sejalan dengan 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
pendapat Thoha (2003:23) dan Putra & Arif tentang Pelayanan Publik.
(2001:48-49) yang menyatakan bahwa partai 9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
politik maupun kelompok mayoritas di tentang Rumah Sakit.
birokrasi sangat dominan dalam 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
mempengaruhi birokrasi terutama dalam Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
rekruitmen dan promosi jabatan. Hal ini Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat
tampaknya juga terjadi di Kabupaten Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Kotabaru sebagaimana pernyataan informan 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56
di atas. Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57
2.2.2. Pengaruh Dari Luar Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Sebagaimana diuraikan di atas, beberapa Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
faktor eksternal yang mempengaruhi 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
perubahan SOTK seperti adanya peraturan Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
baru, perubahan kebijakan dari organisasi yang Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu
lebih tinggi, adanya perubahan gaya hidup di Daerah.
masyarakat atau karena adanya perubahan 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
sistem politik, dan sebagainya. SOTK 1045/MENKES/PER/XII/2006 tentang
Pemerintah Kabupaten Kotabaru sebelum Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
diubah tahun 2011, merupakan produk Lingkungan Departemen Kesehatan.
reorganisasi tahun 2008 sebagai tindak lanjut 14. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. tentang Penanggulangan Bencana.
Dalam kurun waktu 2007 hingga 2011, telah 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46
dikeluarkan beberapa produk hukum terkait Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
organisasi pemerintahan di tingkat Daerah, Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
antara lain : Daerah.
1. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 17 Sejumlah perubahan peraturan atau
Tahun 2009 tentang Pedoman Organisasi dan peraturan perundang-undangan baru
Tata Kerja Sekretariat Dewan Pengurus Korps sebagaimana disebutkan di atas, yang keluar
Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia pasca reorganisasi SOTK Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kabupaten Kotabaru di tahun 2008,
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 merupakan faktor yang sangat dominan
tentang Satuan Polisi Pamong Praja. mempengaruhi terjadinya perubahan tersebut.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Sebagaimana disampaikan oleh salah satu
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. informan :
4. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor ´VHZDNWX SHUXEDKDQ 627. PHQ\HVXDLNDQ 33
186/PMK.07/2010 dan Nomor 53/2010 Kotabaru termasuk daerah yang pertama paling cepat
tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Bea mengadopsi aturan tersebut, padahal daerah lain
123 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

masih pikir-pikir dulu, dan nyatanya memang legislatif, Kepala Daerah maupun pihak
banyak perubahan aturan setelah itu yang membuat eksekutif sendiri yang menginginkan jabatan
.RWDEDUX KDUXV PHODNXNDQ SHUXEDKDQ ODJL µ tertentu sebagaimana terungkap dari hasil
wawancara;
Selain disebabkan adanya perubahan
peraturan, faktor eksternal yang DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi peruabahan SOTK Kabupaten Alston, Margareth and Wendy Bowles, 1998,
Kotabaru adalah factor politis. Sebagaimana Research For Social Workers An
diuraikan pada faktor internal di atas, proses Introducting To Methods. Allen and
pembahasan Raperda SOTK melibatkan pihak Unwim, Australia.
legislatif. Berdasarkan wawancara mendalam
dengan informan, yang dimaksud hal bersifat Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana
politis biasanya menyangkut tentang siapa Lokasi Pemindahan Terminal Induk Km. 6
yang akan menduduki suatu jabatan baru Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta:
terutama jabatan Kepala SKPD, bahkan tidak MPKD Universitas Gadjah Mada.
jarang terjadi deal-deal anggaran, karena
anggota DPRD beranggapan bahwa dengan Aprilia, Hera. 2009. Evaluasi Pelaksanaan
penambahan SKPD berarti akan ada Program Transmigrasi Lokal Model Ring I
penambahan anggaran belanja pegawai di Pola Tani Nelayan di Bugel, Kec. Panjatan,
pihak eksekutif sehingga pihak legislatif pun Kab. Kulon Progo dan Gesing, Kec.
minta tambahan anggaran. Termasuk apabila Panggang Kab. Gunung Kidul. (Tesis).
ada kegiatan studi banding, pihak legislatif Yogyakarta: MPKD Universitas
biasanya minta difasilitasi oleh Pemerintah Gadjah Mada.
Daerah seperti biaya transportasi dan hotel,
padahal sudah ada anggaran untuk itu bagi Barry Cushway and Derek Lodge, 1999,
mereka. Organizational Behavior and Design,
Gramedia, Jakarta.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Bimo Walgito, 1994, Pengantar Psikologi Umum,
pembahasan, disimpulkan bahwa penyusunan Cetakan Keempat, Andi Offset,
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Yogyakarta.
(SOTK) Pemerintah Kabupaten yang
dilaksanakan pada proses reorganisasi atau Bryan, Carolie dan Louis G. White., 1987.
evaluasi kelembagaan tahun 2011 tidak Manajemen Pembangunan Untuk Negara
sepenuhnya berdasarkan prinsip-prinsip Berkembang. LP3ES. Jakarta.
organisasi, terutama pada prinsip pembagian
kerja atau spesialisasi, prinsip kesatuan Djuni Prihatin, 1997, Pengembangan Sumberdaya
komando/perintah dan prinsip rentang Manusia, Suatu Kebijakan, Jurnal Ilmu
kontrol. Sosial dan Ilmu Politik Vol.1, No.1,
Faktor kualitas sumber daya manusia Fisipol UGM, Yogyakarta.
anggota Tim Evaluasi Kelembagaan
Pemerintah Kabupaten Kotabaru selaku Dunn, William, N, 1999, Analisa Kebijakan
penyusun organisasi Perangkat Daerah, masih Publik Proses dan Analis, Hanindito,
belum sesuai dengan yang dibutuhkan untuk Yogyakarta.
menyusun sebuah SOTK yang sesuai dengan
prinsip-prinsip organisasi. Di samping itu Effendi, Tadjudin Noer, Sumberdaya Manusia
masih terdapat intervensi politik dalam Peluang Kerja dan Kemiskinan, Cetakan
penyusunan organisasi Perangkat Daerah di Kedua, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Kabupaten Kotabaru terutama dari pihak
124 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Etzioni, Amitai, 1982, terjemahan, Organisasi- Perbandingan, Gajah Mada University


Organisasi Modern, UI Press, Jakarta. Press, Yogyakarta.

Faisal Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif Moenir, H.A.S, 1995, Manajemen Pelayanan
Dasar-Dasar dan Aplikasi, IKIP Umum di Indonesia, Bumi Aksara,
Malang, Malang. Jakarta.

Firman Bayu Aji dan Martin Sirait, 1990, Murwani, Siti, 2002, Evaluasi Terhadap Struktur
Perencanaan dan Evaluasi, Radar Jaya Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat
Offset, Jakarta. Daerah Kabupaten Grobogan, (Tesis),
Universitas Diponegoro, Semarang.
Frances Heselbein, Cs, 1997, terjemahan, The
Organization Of The Future, Gramedia, Nawawi, Hadari, 1996, Metode Penelitian Bidang
Jakarta. Sosial, Cetakan Kedelapan, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Gerungan, W.A, 1998, Psichologi Social, Eresco,
Bandung. Noeng Muhadjir, 1998, Metodeologi Penelitian
Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta.
Herdjito, Dydiet, 2001, Teori Organisasi dan
Teknik Pengorganisasian, Raja Grafindo Notoatmodjo, Sikidjo, Pengembangan
Persada, Jakarta. Sumberdaya Manusia, Nirmala Cipta,
Jakarta.
Henry Simamora, 1999, Manajemen Sumber
Daya Manusia, STIE YKPN, Robbins, Stephen, P, terjemahan, Hudyana
Yogyakarta. Pujaatmaja, 1996, Perilaku Organisasi,
PT. Prenhallindo, Jakarta.
Jones Charles O, 1991, Pengantar Kebijakan
Publik (Public Policy), Rajawali, Jakarta. Robbins, Stephen, P, terjemahan, Jusuf Udaya,
1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain
Koeswara, E, 1981, Motivasi Teori dan dan Aplikasi, Arcan, Jakarta.
Penelitiannya, Angkasa, Bandung.
Samodra Wibawa, 1994, Kebijakan Publik Proses
Miftah Toha, 1991, Beberapa Aspek Kebijakan dan Analisa, Intermedia, Jakarta.
Birokrasi, MW Mandala, Yogyakarta.
Siagian, Sondang P, Manajemen Stratejik, 2000,
Mirrian Sofian Arif, 1986, Manajemen Bumi Aksara, Jakarta.
Komunikasi, Universitas Terbuka,
Jakarta. Simanjuntak, Payoman J, 1985, Pengantar
Ekonomi Sumberdaya Manusia, Lembaga
Moekijat, 1989, Manajemen Kepegawaian, Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
Mandar Maju, Bandung. Jakarta.

Moleong, Lexy J, 2001, Metodologi Penelitian Stoner, James A.F, 1996, Manajemen Perubahan
Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, dan Pengembangan Organisasi, Erlangga,
Bandung. Jakarta.

Mulyani, Sri, 1984, Motif Sosial Remaja, Suku Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Administrasi,
Jawa dan Keturunan Cina di Beberapa Alfabeta, Bandung.
SMA Yogyakarta, Suatu Studi
125 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Sutarto, 1984, Dasar-Dasar Organisasi, Gajah


Mada Unmiversity Press, Yogyakarta.

Terry, George R, alih bahasa, G.A. Ticoalu,


2000, Dasar-Dasar Manajemen, Bumi
Aksara, Jakarta.

Umar Husein, 1998, Sumberdaya Manusia Dalam


Organisasi, Gramedia Pustaka, Jakarta.

Winardi, 2000, Asas-Asas Manajemen, Mandar


Maju, Bandung.

Yuwono, Teguh, 2001, Manajemen Otonomi


Daerah, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Zauhar Soesilo, 1996, Reformasi Administrasi,


Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai