Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER KE-12

MENCIPTAKAN DAN MENGELOLA TIM

RESUME

Untuk Memenuhi Persyaratan pada Mata Kuliah


Pengantar Manajemen
Dosen: Rizcky Oktavia Nur, S.E., M.M., Ak., CA.

Oleh:

Yohan Fernanda
215020400111008

PROGRAM STUDI STRATA 1


EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

1. KELOMPOK DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK

0
A. Pengertian Kelompok

Suatu kelompok (group) didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling

berinteraksi dan saling bergantung yang bersatu untuk mencapai tujuan tertentu.

Kelompok formal adalah kelompok kerja yang ditentukan oleh struktur organisasi

dan telah menetapkan penugasan kerja dan tugas khusus yang diarahkan untuk

mencapai tujuan organisasi. Kelompok informal adalah kelompok sosial.

Kelompok-kelompok ini muncul secara alami di tempat kerja dan cenderung

terbentuk di sekitar persahabatan dan kepentingan bersama. Misalnya, lima

karyawan dari berbagai departemen yang secara teratur makan siang bersama

adalah kelompok informal.

B. Tahapan Pengembangan Kelompok

Kelompok berkembang melalui lima tahap yakni pembentukan (forming),

penyerbuan (storming), penormaan (norming), melakukan (performing), dan

menunda (ajouring)

Gambar 5. Tahap Pengembangan Kelompok

1
a. Membentuk (forming)

Tahap pembentukan (forming stage) memiliki dua fase. Yang pertama terjadi

ketika orang bergabung dengan grup. Dalam kelompok formal, orang bergabung

karena beberapa tugas kerja. Setelah mereka bergabung, fase kedua dimulai:

menentukan tujuan, struktur, dan kepemimpinan grup. Fase ini melibatkan

banyak ketidakpastian ketika anggota “menguji air” untuk menentukan jenis

perilaku apa yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika anggota mulai

menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

b. Menyerbu (storming)

Tahap penyerbuan (storming stage) dinamai sesuai karena konflik antar

kelompok. Ada konflik tentang siapa yang akan mengendalikan grup dan apa

yang perlu dilakukan grup. Selama tahap ini, hierarki kepemimpinan dan

kesepakatan yang relatif jelas tentang arah kelompok muncul.

c. Penormaan (norming)

Tahap penormaan (norming stage) adalah tahap di mana hubungan dekat

berkembang dan kelompok menjadi kohesif. Sekarang ada rasa identitas

kelompok dan persahabatan yang kuat. Tahap ini selesai ketika struktur

kelompok menguat dan kelompok telah berasimilasi seperangkat harapan

(atau norma) yang sama mengenai perilaku anggota.

d. Pelaksanaan (performing)

Tahap keempat adalah tahap pelaksanaan (performing stage). Struktur

2
kelompok sudah ada dan diterima oleh anggota kelompok. Energi mereka

telah berubah dari saling mengenal dan memahami satu sama lain untuk

mengerjakan tugas kelompok. Ini adalah tahap terakhir pengembangan untuk

kelompok kerja permanen. Namun, untuk kelompok sementara yakni tim

proyek, gugus tugas, atau kelompok serupa yang memiliki tugas terbatas untuk

dilakukan

e. Penundaan (adjourning)

Tahap terakhir adalah menunda (adjourning stage). Pada tahap ini, kelompok

bersiap untuk bubar. Kelompok ini memusatkan perhatiannya pada kegiatan

penyelesaian daripada kinerja tugas. Anggota kelompok bereaksi dengan cara

berbeda. Beberapa orang optimis dan senang dengan pencapaian kelompok.

Orang lain mungkin sedih karena kehilangan persahabatan dan pertemanan.

2. KINERJA DAN KEPUASAN KELOMPOK KERJA

A. Kondisi Eksternal yang Ditimbulkan pada Kelompok

Kelompok kerja dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang seperti strategi

3
organisasi, hubungan otoritas, peraturan dan regulasi formal, ketersediaan

sumber daya, kriteria pemilihan karyawan, sistem dan budaya manajemen

kinerja, dan tata letak fisik umum kelompok. ruang kerja.

B. Sumber Daya Anggota Kelompok

Potensi kinerja suatu kelompok sangat tergantung pada sumber daya

yang dibawa masing-masing individu ke dalam kelompok. Sumber daya ini

mencakup pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sifat-sifat kepribadian,

dan mereka menentukan apa yang dapat dilakukan anggota dan seberapa efektif

mereka akan tampil dalam suatu kelompok. Keterampilan interpersonal yakni

manajemen konflik dan resolusi, pemecahan masalah kolaboratif, dan

komunikasi, secara konsisten muncul sebagai hal yang penting untuk mencapai

kinerja yang baik. Ciri-ciri kepribadian juga mempengaruhi kinerja kelompok

karena mereka sangat memengaruhi bagaimana individu akan berinteraksi

dengan anggota kelompok lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa sifat-

sifat yang dipandang positif dalam budaya kita (seperti kemampuan

bersosialisasi, kemandirian, dan kemandirian) cenderung berhubungan positif

dengan produktivitas dan moral kelompok. Sebaliknya, karakteristik kepribadian

negatif, seperti otoriterisme, dominasi, dan ketidakterbatasan, cenderung

berhubungan negatif dengan produktivitas dan moral kelompok. Beberapa

organisasi mengakui pentingnya memiliki campuran kepribadian yang sesuai

dalam suatu tim.

C. Struktur Kelompok

Kelompok kerja bukan orang banyak yang tidak terorganisir. Mereka memiliki

struktur internal yang membentuk perilaku anggota dan memengaruhi kinerja

4
kelompok. Struktur mendefinisikan peran, norma, konformitas, sistem status,

ukuran kelompok, kekompakan kelompok, dan kepemimpinan. Mari kita lihat

enam aspek pertama dari struktur kelompok ini.

a. Peran (roles)Peran (role) mengacu pada pola perilaku yang diharapkan dari

seseorang yang menempati posisi tertentu di unit sosial. Dalam suatu kelompok,

individu diharapkan melakukan hal-hal tertentu karena posisi (peran) mereka

dalam kelompok. Peran-peran ini umumnya berorientasi pada menyelesaikan

pekerjaan atau membuat anggota kelompok bahagia. Masalah muncul ketika

individu memainkan banyak peran dan menyesuaikan peran mereka dengan

kelompok yang menjadi anggotanya saat itu. Namun, harapan yang berbeda dari

peran ini sering kali berarti bahwa karyawan menghadapi konflik peran.

f. Norma (norms)

Semua kelompok memiliki norma (norms) yaitu standar atau harapan yang

diterima dan dibagikan oleh anggota kelompok. Norma menentukan hal-hal

seperti tingkat output pekerjaan, absensi, ketepatan waktu, dan jumlah sosialisasi

di tempat kerja. Meskipun suatu kelompok memiliki seperangkat norma yang

unik, norma-norma organisasi yang sama berfokus pada upaya dan kinerja,

pakaian, dan loyalitas. Norma yang paling luas adalah yang terkait dengan upaya

dan kinerja kerja. Kelompok kerja biasanya memberikan isyarat eksplisit kepada

anggotanya tentang seberapa sulit untuk bekerja, tingkat output yang

diharapkan, kapan harus terlihat sibuk, kapan bisa diterima untuk menyia-

nyiakan waktu, dan sejenisnya. Norma-norma ini adalah pengaruh yang kuat

pada kinerja individu karyawan. Mereka sangat kuat sehingga Anda tidak dapat

5
memprediksi kinerja seseorang hanya berdasarkan pada kemampuan dan

motivasi pribadinya. Norma berpakaian sering menentukan apa yang bisa

diterima untuk dipakai saat bekerja. Jika norma adalah pakaian yang lebih

formal, siapa pun yang berpakaian santai mungkin menghadapi tekanan halus

untuk menyesuaikan diri. Selain itu, norma kesetiaan akan memengaruhi apakah

individu bekerja lembur, bekerja di akhir pekan, atau pindah ke lokasi yang

mungkin tidak mereka sukai.

g. Kesesuaian (conformity)

Karena individu ingin diterima oleh kelompok tempat mereka berada,

mereka rentan terhadap tekanan untuk menyesuaikan diri. Manajer tidak dapat

mengabaikan kesesuaian karena masih bisa menjadi kekuatan yang kuat

dalam kelompok. Anggota kelompok sering ingin dilihat sebagai salah satu

kelompok dan tidak terlihat berbeda. Tetapi konformitas dapat berjalan terlalu

jauh, terutama ketika pendapat seseorang berbeda secara signifikan dari

pendapat orang lain dalam kelompok. Dalam kasus seperti itu, kelompok

sering memberikan tekanan kuat pada individu untuk menyelaraskan

pendapatnya agar sesuai dengan pendapat orang lain, sebuah fenomena yang

dikenal sebagai groupthink. Groupthink tampaknya terjadi ketika anggota

kelompok memegang citra kelompok positif yang ingin mereka lindungi dan

ketika kelompok tersebut merasakan ancaman kolektif terhadap citra positif ini.

Terkadang, groupthink dapat menyebabkan hasil yang sangat buruk.

6
3. TIM KERJA YANG EFEKTIF

Satu elemen yang mungkin Anda perhatikan hilang tetapi yang penting untuk

menjadi tim yang efektif adalah tim yang harmonis dan ramah. Sebenarnya,

keramahan bukanlah unsur yang diperlukan. Bahkan tim pemarah bisa efektif jika

karakteristik tim lain ini ada. Ketika sebuah tim produktif, telah melakukan

sesuatu yang baik bersama, dan diakui atas upayanya, anggota tim dapat

7
merasa senang dengan efektivitas mereka.

a. Tujuan yang jelas (clear goals)

Tim berkinerja tinggi memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan yang

ingin dicapai. Anggota berkomitmen pada tujuan tim, tahu apa yang mereka

harapkan untuk capai, dan memahami bagaimana mereka akan bekerja bersama

untuk mencapai tujuan ini.

b. Keterampilan yang relevan (relevant skill)

Tim yang efektif terdiri dari individu yang kompeten yang memiliki keterampilan

teknis dan interpersonal yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

sambil bekerja bersama dengan baik. Poin terakhir ini penting karena tidak

semua orang yang kompeten secara teknis memiliki keterampilan interpersonal

untuk bekerja dengan baik sebagai anggota tim.

c. Saling percaya (mutual trust)

Tim yang efektif ditandai dengan rasa saling percaya yang tinggi di antara

anggota. Artinya, anggota saling percaya akan kemampuan, karakter, dan

integritas masing-masing. Tetapi seperti yang mungkin Anda ketahui dari

hubungan pribadi, kepercayaan itu rapuh. Mempertahankan kepercayaan ini

membutuhkan perhatian yang cermat dari para manajer.

d. Komitmen terpadu (unified commitment)

Komitmen terpadu ditandai oleh dedikasi terhadap tujuan tim dan

kemauan untuk mengeluarkan energi yang luar biasa untuk mencapainya.

8
Anggota tim yang efektif menunjukkan kesetiaan dan dedikasi yang kuat

kepada tim dan bersedia melakukan apa pun untuk membantu tim mereka

berhasil.

e. Komunikasi yang baik (good communication)

Tidak mengherankan, tim yang efektif ditandai oleh komunikasi yang baik.

Anggota menyampaikan pesan, secara verbal dan nonverbal, antara satu

sama lain dengan cara yang mudah dan jelas dipahami. Juga, umpan balik

membantu membimbing anggota tim dan memperbaiki kesalahpahaman.

Seperti pasangan yang telah bersama selama bertahun- tahun, anggota tim

berkinerja tinggi dapat dengan cepat dan efisien berbagi ide dan perasaan.

f. Keterampilan negosiasi (negotiating skills)

Tim yang efektif terus membuat penyesuaian untuk siapa melakukan apa.

Fleksibilitas ini menuntut anggota tim untuk memiliki keterampilan negosiasi.

Karena masalah dan hubungan secara teratur berubah dalam tim, anggota

harus dapat menghadapi dan mendamaikan perbedaan.

g. Kepemimpinan yang tepat (appropriate leadership)

Pemimpin yang efektif itu penting. Mereka dapat memotivasi tim untuk

mengikuti mereka melalui situasi yang paling sulit. Bagaimana? Dengan

mengklarifikasi tujuan, menunjukkan bahwa perubahan dimungkinkan dengan

mengatasi inersia, meningkatkan kepercayaan diri anggota tim, dan membantu

anggota untuk lebih sepenuhnya menyadari potensi mereka. Semakin, pemimpin

tim yang efektif bertindak sebagai pelatih dan fasilitator. Mereka membantu

9
memandu dan mendukung tim, tetapi jangan mengendalikannya. Penelitian telah

menunjukkan bahwa ketika seorang pemimpin tim menampilkan emosi — positif

dan negatif — digunakan pada waktu yang tepat, fungsi dan kinerja tim dapat

ditingkatkan.

h. Dukungan internal dan eksternal (internal dan external support)

Kondisi terakhir yang diperlukan untuk tim yang efektif adalah iklim yang

mendukung. Secara internal, tim harus memiliki infrastruktur yang sehat, yang

berarti pelatihan yang tepat, sistem pengukuran yang jelas dan masuk akal yang

dapat digunakan anggota tim untuk mengevaluasi kinerja mereka secara

keseluruhan, program insentif yang mengakui dan menghargai kegiatan tim, dan

sistem sumber daya manusia yang mendukung. Infrastruktur yang tepat harus

mendukung anggota dan memperkuat perilaku yang mengarah pada tingkat

kinerja yang tinggi. Secara eksternal, manajer harus menyediakan sumber daya

yang dibutuhkan tim untuk menyelesaikan pekerjaan.

4. TANTANGAN KONTEMPORER DALAM MENGELOLA TIM

10
5. STUDI KASUS MENCIPTAKAN DAN MENGELOLA TIM

11

Anda mungkin juga menyukai